Anda di halaman 1dari 8

Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24, Oktober 2023

TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA PEMBANGUNAN: KESENJANGAN


YANG BELUM MERATA

Rizky Ramandha Dewanto (2210411095) Fadhil Fajar Albakkar (2210411110)


2210411095@mahasiswa.upnvj.ac.id 2210411110@mahasiswa.upnvj.ac.id
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Indonesia
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prodi Ilmu Komunikasi

Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membangun sumber daya manusia yang
baik serta memiliki daya juang untuk bersaing dengan manusia-manusia lainnya, dimana pendidikan
merupakan salah satu fondasi bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sendiri juga
seharusnya menjadi fokus yang penting dalam program pembangunan, selain faktor ekonomi yang harus
dibangun, pendidikan juga harus semakin di fokuskan, karena suatu negara memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, maka berkualitas juga negara itu sendiri. Beberapa faktor yang ahrus dicapai
agar pendidikan di indonesia dapat sesuai sasaran dan adanya peningkatan kualitas sember daya manusia,
yaitu 1.Akses universal terhadap pendidikan. 2.Kualitas pendidikan yang merata. 3.Riset dan
pengembangan. 4.Keterampilan dan Inovasi. 5.Keterlibatan Masyarakat.Beberapa faktor diatas adalah hal
yang harus kita benahi agar indonesia
mempunyai sitem pendidikan yang merata dan berkualitas.
Diluar pentingnya pendidikan dalam era pembangunan negara ini, banyak sekali masalah yang
sebenarnya harus dihadapi terlebih dahulu, dimana kesenjangan pendidikan yang masih masif terjadi di
Indonesia. Hal ini mengakibatkan perbedaan kesempatan dalam proses belajar dan mengajar, perbedaan
ini disebabkan banyaknya fasilitas yang tidak dapat diakses oleh seluruh entitas pelajar dan pengajar,
khususnya masyarakat yang tinggal di desa atau pedalaman. Tentu fokus pemerintah saat ini mencoba
untuk meratakan kesenjangan pendidikan yang ada, namun hal ini kian bermasalah dan selalu menjadi
babak baru untuk dibahas.Pendidikan merupakan hak dari semua orang, karena mereka semua memiliki
hak yang sama untuk belajar dan menerima ilmu, tetapi saat ini sepertinya pendidikan bukanlah hak bagi
semua orang karena adanya kesejangan.
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

Menurut kementrian pendidikan budaya menyatakan bahwa, angka partisipasi murni (APM)
pendidikan pada tahun 2019 untuk tingkat SD mencapai 97,18 persen; SMP sebesar 79,35 persen; SMA
sejumlah 60,70 persen; dan perguruan tinggi sebanyak 18,85 persen (Data Badan Pusat Statistik 1994-
2019). Terjadi penurunan partisipasi yang hampir sama dari tingkat SD ke SMP (sebesar 18,23 persen),
dan dari SMP ke SMA (sebanyak 18,70). Namun, penurunan drastis terjadi pada partisipasi pendidikan
dari tingkat pendidikan SMA ke perguruan tinggi yaitu sebesar 41,85 persen.
Selain itu kesenjangan pendidikan ini dapat terjadi akibat kurangnya partisipasif dalam
pendidikan itu sendiri, menurut Badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2017 terdapat tingginya partisipasi
sekolah pada usia 7-12 (Sekolah Dasar), lalu terjadinya penurunan pada usia 13-15 (Sekolah Menengah
Pertama), kemudian terjadi penurunan secara cukup drastis pada usia 16-18 (Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Keterampilan) serta usia 19-24 (perguruan tinggi). Secara garis besar, tingkat
partisipasi Sekolah Dasar yang bermula dengan sekitar 98% menurun menjadi 70% pada Sekolah
Menengah Atas dan keterampilan, dan menurun sampai sekitar 20% pada tingkat perguruan tinggi.
Dua data diatas tentu menunjukkan bahwa kesenjangan pendidikan yang ada di Indonesia
menjadi sebuah permasalahan yang harus dituntaskan oleh pemerintah, tentu pemerintah juga memegang
kendali penuh atas pendidikan di Indonesia, bagaimana pemerintah harusnya memberikan aksesibilitas
yang baik bagi masyarakat serta meratakan pembangunan pendidikan hingga semua masyarakat dari kota
maupun desa mendapatkan fasilitas dan hak yang sama.
Selain itu kesenjangan pendidikan sendiri dapat terjadi akibat perbadaan status sosial yang sangat
merugikan bagi masyarakat yang kurang mampu, karena masih banyak akademi pendidikan yang
mematokkan harga mahal sehingga hanya dapat mampu dicapai oleh masyarakat yang memiliki status
ekonomi lebih tinggi, diluar banyaknya akademi pendidikan yang tidak memungut biaya namun fasilitas
yang ditawarkan juga berbeda. Disisi lain kurangnya tenaga kerja pendidik juga menjadi salah satu fokus
bagi permasalahan ini, dimana tenaga kerja pendidik diberikan upah yang tidak sesuai dengan apa yang
harusnya didapatkan, sehingga banyak dari masyarakat sendiri kurang tertarik untuk menjadi tenaga
kerja pendidik karena upah yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang meraka berikan, hal inilah yang
mengakibatkan kurangnya tenaga kerja pendidik yang tersedia.
Artikel ini sendiri bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesenjangan pendidikan di indonesia
ini dapat diperbaiki dengan menganalisis bagaimana berjalannya fokus pembangunan pendidikan, serta
perbedaan yang direncanakan pemerintah dengan praktek yang sebenarnya terjadi dilapangan.
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

Gambaran Permasalahan
Tema yang kami angkat memiliki relevansi dengan keadaan geografis serta demografi yang ada
di Indonesia, dimana pemerintah meletakkan titik fokus pembangunan pendidikan di kota-kota besar,
sedangkan desa-desa di Indonesia terkadang menjadi tertinggal, sehingga pemerataan pendidikan menjadi
sebuah tanda tanya besar.

Konsep kesetaraan atau pemerataan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), setara
artinya sejajar, sama tingkatannya, sederajat. Dengan demikian, kesetaraan menunjukkan adanya
tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain. Konsep tersebut menjadi dasar program pemerataan atau kesetaraan dalam peningkatan kualitas
pendidikan.

Tugas pemerintah sendiri dalam hal ini adalah bagaimana melakukan pemerataan pendidikan,
melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidika, menyiapkan tenaga kerja pendidik yang
berkompeten, serta membangun suasana belajar yang mendukung para pelajar.
Sebagai pembanding tingkat pelajar di jakarta adalah Sekolah dasar (SD) di DKI Jakarta
berjumlah 2.239 unit, dengan 58,41% di antaranya SD negeri. Ada pula 474 unit madrasah ibtidaiyah
(MI), dengan 93,35% di antaranya swasta. Sekolah menengah pertama (SMP) di DKI Jakarta berjumlah
1.078 unit, dengan 72,82% di antaranya swasta. Kemudian madrasah tsanawiyah (MTs) 252 unit, dengan
83,33% di antaranya swasta. Berikutnya, jumlah sekolah menengah atas (SMA) di DKI Jakarta ada 492
unit, dengan 76,21% di antaranya swasta. Sementara sekolah menengah kejuruan (SMK) di Ibu Kota
terdapat sebanyak 572 unit, dengan 87,23% di antaranya swasta. Adapun madrasah aliyah (MA)
berjumlah 96 unit, dengan 77,08% di antaranya swasta. Sedangkan tingkat pendidikan di Papua
berbanding terbalik, dikutip Data dari UNICEF menunjukkan bahwa 30% siswa Papua tidak
menyelesaikan pendidikan SD dan SMP mereka. Di pedalaman, sekitar 50% siswa SD dan 73% siswa
SMP memilih untuk putus sekolah. Hal itu bisa disebabkan oleh kurangnya motivasi orang tua dalam
menyemangati anak untuk meraih pendidikan. Kebanyakan orang tua siswa, khususnya di pedalaman
masih menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan lebih baik anak bekerja di kebun membantu
ekonomi keluarga. Alhasil anak-anak lebih memilih untuk tidak bersekolah.
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

Kesenjangan Kualitas Pendidikan antara Jakarta dan papua Ini disebabkan oleh beberapa faktor.

1. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan: Di Jakarta, terdapat lebih banyak sekolah, perguruan tinggi,
dan fasilitas pendidikan lainnya dibandingkan dengan Papua. Fasilitas ini termasuk gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan sarana pendukung lainnya. Di Papua, banyak wilayah
terpencil yang sulit dijangkau, sehingga kurangnya fasilitas menjadi masalah serius.
2. Kualitas Guru: Jakarta memiliki lebih banyak guru yang berkualitas dan berpengalaman
dibandingkan dengan Papua. Banyak guru di Papua juga harus menghadapi tantangan dalam
mengajar di daerah yang terpencil dan memiliki kondisi sosial yang berbeda.
3. Ketersediaan Bahan Ajar: Bahan ajar dan buku pelajaran yang berkualitas seringkali lebih mudah
ditemukan di Jakarta, sementara di Papua, seringkali sulit untuk mendapatkan bahan ajar yang
sesuai dengan kebutuhan lokal.
4. Ketersediaan Infrastruktur dan Aksesibilitas: Transportasi dan infrastruktur yang baik sangat
penting untuk akses pendidikan yang setara. Di Papua, aksesibilitas ke sekolah seringkali sulit
karena kondisi geografis yang sulit dan infrastruktur yang terbatas.
5. Kurangnya Guru Lokal: Di Papua, terdapat kurangnya jumlah guru lokal yang memahami budaya
dan bahasa setempat, sehingga menghambat efektivitas pembelajaran.
6. Ketidaksetaraan Akses untuk Anak-anak Pribumi Papua: Anak-anak pribumi Papua seringkali
menghadapi kesulitan lebih besar dalam mengakses pendidikan berkualitas karena banyak faktor,
termasuk budaya, bahasa, dan sosial-ekonomi.
7. Anggaran dan Investasi Pendidikan: Jakarta memiliki anggaran pendidikan yang lebih besar dan
lebih banyak investasi dalam pengembangan pendidikan dibandingkan dengan Papua. Hal ini
menghasilkan ketimpangan dalam sumber daya yang tersedia untuk pendidikan di kedua wilayah
ini.
8. Masalah Sosial: Masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan konflik
sosial juga dapat mempengaruhi akses dan mutu pendidikan di Papua secara negatif.
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

Target/Sasaran
Target dari permasalahan diatas yang menjadi tujuan utama ialah mencapai sebuah kesetaraan
pendidikan tanpa memandang latar geografis yang ada, selain itu fokus pembangunan harus terus
ditingkatkan dengan cara, tidak hanya berfokus pada perkotaan namun dapat melakukannya di
pedesaan.Hal-Hal yang menjadi permasalahan Pendidikan di Indonesia bisa diminimalisir jika memenuhi
beberapa faktor yang bagi kami sangat essensial untuk pemeratan pendidikan di Indonesia.

1. Kesetaraan Akses: Memastikan bahwa semua anak-anak, remaja, dan dewasa di seluruh
Indonesia memiliki akses yang setara ke pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan tinggi. Hal
ini termasuk mengatasi masalah aksesibilitas geografis di wilayah yang terpencil.
2. Kesetaraan Mutu: Meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia sehingga tidak ada
perbedaan signifikan dalam kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa di berbagai wilayah. Ini
mencakup peningkatan kualitas guru, fasilitas, bahan ajar, dan kurikulum.
3. Kurangi Angka Putus Sekolah: Mengurangi tingkat putus sekolah dan meningkatkan tingkat
kelulusan, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat putus sekolah yang tinggi.

Dalam semua permasalahan yang dihadapi, komunikasi lah yang masih menjadi kunci. Model
komunikasi yang cocok bagi permasalahan ini adalah komunikasi dua arah, dimana hal ini dapat
memberikan sebuah feedback yang diharapkan karena berasal dari pusat ke daerah dan juga sebaliknya,
sehingga kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat memberikan sebuah dampak yang baik bagi
pemerataan pendidikan di kota ataupun desa dan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan yanga ada di
lapangan.

Analisis dan Pembahasan


Teori yang kami gunakan dalam pembahasan ini adalah teori pembangunan partisipatif, yaitu
pendekatan yang menekankan partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi proyek-proyek pembangunan dan Menurut Juliantara (2002:87) substansi dari partisipasi adalah
bekerjanya suatu sistem pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan
dari rakyat,. Sistematika dalam program pembangunan pendidikan dapat di realisasikan dalam beberapa
point yang berfokus pada nilai partisipatif masyarakat, sebagai berikut:
1. Identifikasi Kebutuhan Lokal: Langkah awal adalah identifikasi kebutuhan pendidikan yang
spesifik di kota dan desa. Ini mencakup memahami perbedaan-perbedaan antara wilayah kota dan
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

desa dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, budaya, dan ekonomi.
2. Konsultasi dan Partisipasi Masyarakat: Masyarakat, termasuk guru, orang tua, dan pemuka lokal,
harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan
pendidikan. Ini bisa dilakukan melalui pertemuan-pertemuan partisipatif, forum masyarakat, dan
mekanisme konsultasi lainnya.
3. Pengembangan Kebijakan Pendekatan Fleksibel: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan
pendidikan yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kota dan desa. Ini berarti
bahwa pemerintah harus memiliki kerangka kerja kebijakan yang memungkinkan penyesuaian
untuk memenuhi kondisi lokal yang berbeda.
4. Alokasi Sumber Daya: Pemerintah harus mengalokasikan sumber daya secara adil dan berimbang
antara kota dan desa. Ini melibatkan investasi dalam infrastruktur pendidikan, pengembangan
sumber daya manusia, dan peralatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
wilayah.
5. Pengawasan dan Evaluasi: Masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam pengawasan
dan evaluasi program pendidikan. Ini memastikan bahwa program-program tersebut berjalan
sesuai dengan rencana dan memberikan hasil yang diharapkan.
6. Pemberdayaan Guru: Guru di desa perlu mendapatkan pelatihan dan dukungan yang memadai.
Mereka juga dapat berperan dalam merancang program pendidikan yang sesuai dengan konteks
lokal.
7. Pendekatan Berbasis Budaya: Pendekatan pendidikan harus mempertimbangkan budaya lokal dan
bahasa setempat. Guru dan kurikulum perlu sesuai dengan kebudayaan dan bahasa yang
digunakan di wilayah tersebut.
8. Pemanfaatan Teknologi: Penggunaan teknologi pendidikan, seperti e-learning atau pembelajaran
jarak jauh, dapat membantu mengatasi keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil.
9. Pembangunan Kapasitas: Pemerintah perlu memberikan pelatihan dan pembangunan kapasitas
kepada masyarakat dan guru di desa untuk memungkinkan mereka berpartisipasi secara efektif
dalam proses Pendidikan.

Dari Analisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan teori pembangunan partisipatif sangat
menekankan peran aktif masyarakat dalam pengembangan pendidikan.Langkah-langkah yang sistematis
dan holistik telah diidentifikasi untuk mencapai tujuan pembangunan pendidikan yang inklusif dan
responsif terhadap kebutuhan lokal. Ini mencakup identifikasi kebutuhan khusus di berbagai wilayah,
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

pemberdayaan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, pengembangan


kebijakan yang fleksibel, alokasi sumber daya yang adil, pengawasan dan evaluasi partisipatif,
pemberdayaan guru, pendekatan berbasis budaya, pemanfaatan teknologi, dan pembangunan
kapasitas.Pendekatan ini menekankan pentingnya menghormati keanekaragaman dan konteks lokal, serta
memungkinkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pendidikan. Dengan demikian, teori pembangunan partisipatif membantu menciptakan pendidikan yang
lebih relevan, inklusif, dan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan pendidikan berbagai tingkatan
di berbagai wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
Expose: Tantangan Pendidikan Di Era Pembangunan: Kesenjangan Yang Belum Merata, 24,Oktober, 2023

Annur, C. M. (2023). PPDB 2023 Rampung, Berapa Jumlah Sekolah di DKI Jakarta? Jakarta:
DATABOKS.Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/14/ppdb-2023-
rampung-berapa-jumlah-sekolah-di-dki-jakarta
Coleman, J. (1968). The Concept of Equality of Educational Opportunity. The Concept of Equality of
Educational Opportunity, 7 -22. Retrieved from https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED015157.pdf
Mustauda, A. (2023). Apakah Pendidikan di Papua Sudah Baik? Apakah Pendidikan di Papua Sudah
Baik?, 1-2. Retrieved from https://uinsaid.ac.id/en/apakah-pendidikan-di-papua-sudah-baik-1
Sunarto, K. &. (2021). Kesenjangan dan Pendidikan di Indonesia. Kesenjangan dan Pendidikan di
Indonesia, 3-5. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/351563822_Kesenjangan_dan_Pendidikan_di_Indonesi
a

Anda mungkin juga menyukai