Anda di halaman 1dari 8

Aksesibilitas Pendidikan di Indonesia

Temen pal, ,
Program Studi, Fakultas , Universitas Brawijaya
E-mail: @student.ub.ac.id

Abstract
The purpose of this article is to provide a descriptive analysis of the gap or inequality
in accessibility of education in Indonesia, from the perspective of multicultural education.
For any nation, including Indonesia, education is the most important investment in achieving
the ideals of society and the ideals of the state. Education has the power to shape the
civilization of mankind. In addition, prosperity and the ability of society to overcome poverty
are the expected results of education. Unfortunately, Indonesia is still struggling with the
problem of equal access to education.
The literature review method is used by the author to analyze the problem. The
importance of multicultural education contributes to solving social problems that can lead to
inequality. Inequality and discrimination in society can be caused by social problems,
therefore multicultural education is very important. The findings of this literature review,
which highlight the importance of multicultural education, can support the development of
policies and methods used to implement right to education policies.
Keywords: Education Accessibility, Indonesia, Multicultural Education

Abstrak
Penulisan artikel ini bertujuan memberikan analisis deskriptif mengenai kesenjangan
atau ketidakmerataan aksesibilitas pendidikan Indonesia, dari sudut pandang pendidikan
multikultural. Bagi bangsa manapun, termasuk bangsa Indonesia, pendidikan merupakan
investasi terpenting dalam mencapai cita-cita masyarakat dan cita cita negara. Pendidikan
memiliki kekuatan untuk membentuk peradaban umat manusia. Selain itu, kemakmuran dan
kemampuan masyarakat untuk mengatasi kemiskinan merupakan hasil yang diharapkan dari
pendidikan. Sayangnya, Indonesia masih saja berkutat masalah pemerataan akses pendidikan
masih terjadi hingga saat ini.
Metode tinjauan pustaka digunakan oleh penulis untuk menganalisis masalah.
Pentingnya pendidikan multikultural berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial
yang dapat menimbulkan ketidaksetaraan. Ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam kelompok
masyarakat dapat disebabkan oleh masalah-masalah sosial, oleh karena itu pendidikan
multikultural menjadi sangat penting. Temuan-temuan dari tinjauan literatur ini, yang
menyoroti pentingnya pendidikan multikultural, dapat mendukung pengembangan kebijakan
dan metode yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan hak atas pendidikan.

Kata kunci: Aksesibilitas Pendidikan, Indonesia, Pendidikan Multikultural


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam individu suatu masyarakat
untuk menjalankan hidupnya. Melalui pendidikan, individu akan mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, mengasah kreativitas, mengetahui dan bisa menerapkan nilai dan norma yang
berlaku di daerah atau bahkan di negaranya. Setiap warga negara di dunia memiliki hak untuk
mengakses layanan pendidikan. Menurut kerangka kerja Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi merupakan hal yang sangat esensial
bagi setiap negara di dunia (Fitri et al., 2020; Herwin et al., 2022; Astuti et al., 2022).
Indonesia sebagai negara yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dengan
topografi yang berbeda menyebabkan terjadinya keberagaman dalam berbagai hal. Negara
yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, kebudayaan dan latar belakang yang beragam ini,
memiliki sejumlah keuntungan dan juga tantangan. Sayangnya, masih terdapat
ketidakmerataan dalam akses memperoleh dan mengenyam pendidikan, dikarenakan kondisi
geografis daerah yang berbeda-beda.
Namun, perlu diingat, setiap warga negara Indonesia berhak, tanpa memandang kelas
sosial, status ekonomi, etnis, agama, atau jenis kelamin, untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas tinggi yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan mereka. Akses yang setara
dan standar pendidikan yang lebih tinggi memberikan kewarganegaraan bagi masyarakat
Indonesia. Warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup yang mendukung kemajuan
individu serta pengembangan masyarakat madani, masyarakat modern, dan masyarakat
modern yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Dilansir dari Novrian (2015), menurut Saripudin (2005), Indonesia merupakan contoh
negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi namun tingkat
pertumbuhan ekonominya masih rendah. Laju pertumbuhan ekonomi masih rendah
(Saripudin, 2005). Menurut Bowles dan Gintis dalam Saripudin (2005), kualitas dan tingkat
pendidikan masyarakat semakin menurun, yang dapat dilihat dari proporsi belanja pendidikan
masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa kualitas masyarakat yang menurun juga merupakan
akibat dari aksesibilitas pendidikan yang masih belum merata.
METODE

Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian literatur. Maksud dari kajian
literatur adalah penulis mencari beberapa jurnal terdahulu yang relevan, yang pastinya sesuai
dengan tema yang diusung penulis. Beberapa jurnal tersebut akan dijadikan acuan dalam
penulisan ini. Data yang digunakan dalam artikel ini sepenuhnya merupakan data sekunder,
yaitu dari hasil kumpulan jurnal relevan yang ditemukan oleh penulis.
Ruang lingkup pendidikan multikultural dari perspektif status sosial ekonomi adalah
topik utama yang diangkat oleh penulis. Ternyata, kemerataan pendidikan juga dipengaruhi
oleh latar belakang status sosial ekonomi yang berbeda beda. Kemiskinan merupakan salah
satu dari sekian banyak masalah sosial ekonomi yang rumit dan tidak dapat diselesaikan
dengan sendirinya. Kemiskinan berpengaruh pada kualitas pribadi siswa dan juga akan
berpengaruh pada kualitas sistem pendidikan nasional dan sekolah. Hal ini akan berdampak
pada sistem pendidikan nasional dan standar sekolah nasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat tujuh faktor yang menentukan aksesibilitas anak terhadap pendidikan di


Indonesia (Novrian, 2015):
1. Jenis kelamin anak
Jenis kelamin anak terkadang dapat berdampak pada aksesibilitas ke
sekolah. Komunitas tertentu mungkin memiliki preferensi atau batasan terkait
gender dalam kaitannya dengan akses pendidikan.
2. Latar belakang pendidikan ibu
Aksesibilitas pendidikan anak sering kali berkorelasi dengan tingkat
pendidikan ibu. Ibu yang berpendidikan lebih tinggi lebih mungkin untuk
mengenali nilai pendidikan dan mendorong anak-anak mereka untuk mengejar
pendidikan.
3. Tempat tinggal anak
Lokasi tempat tinggal anak juga dapat menjadi faktor yang signifikan.
Aksesibilitas pendidikan dapat dipengaruhi oleh keberadaan sekolah terdekat
dan infrastruktur lainnya.
4. Jarak tempuh ke sekolah
Salah satu faktor penghambatnya adalah jarak rumah-sekolah anak.
Karena mungkin ada pilihan transportasi yang terbatas atau jalan yang
menantang, anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah mungkin akan kesulitan
untuk pergi ke sekolah.
5. Usia pernikahan orang tua
Kestabilan sebuah keluarga dapat dilihat dari usia orang tua menikah.
Pernikahan dini bisa jadi merupakan tanda bahwa keluarga tersebut belum siap
- baik secara finansial maupun sosial - untuk mendukung pendidikan anak-
anak mereka.
6. Pendapatan per kapita orang tua
Kemampuan sebuah keluarga untuk menyediakan fasilitas pendidikan
secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan mereka. Keluarga
dengan pendapatan yang lebih tinggi biasanya memiliki lebih banyak sarana
untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka.
7. Jumlah anggota rumah tangga.
Aksesibilitas pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh ukuran keluarga.
Memastikan bahwa setiap anggota keluarga menerima pendidikan yang
mereka butuhkan dapat menimbulkan lebih banyak kesulitan bagi keluarga
yang lebih besar.

Para pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa aksesibilitas pendidikan lebih


merata di seluruh masyarakat dengan mengembangkan kebijakan pendidikan yang lebih
efektif dengan menyadari dan memahami faktor-faktor ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan berbagai organisasi telah membuat
prioritas untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses dan lebih berkualitas untuk semua
siswa, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Berikut ini adalah beberapa poin penting
tentang aksesibilitas pendidikan di Indonesia:
1. Pendidikan untuk Semua Umur Di Indonesia, pendidikan inklusif telah dipromosikan
oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud)
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak penyandang disabilitas.
Antara tahun 2015 dan 2020, jumlah sekolah inklusi meningkat dari 3.610 menjadi
28.778 sekolah.
2. Wajib Belajar: Lama wajib belajar di Indonesia adalah dua belas tahun, dengan enam
tahun dihabiskan di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama dan
menengah atas. Salah satu upaya yang terus ditingkatkan oleh Pemerintah agar terjadi
pemerataan pendidikan di Indonesia
3. Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan: Bank Dunia dan OECD telah mengidentifikasi
hal ini sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pertumbuhan Indonesia di
masa depan, bersama dengan kapasitas untuk memasukkan anak-anak Indonesia ke
sekolah pada usia yang lebih muda.
4. Kesulitan: Terlepas dari inisiatif-inisiatif tersebut, banyak orang tua yang terus
mengkhawatirkan anak-anak mereka yang menyandang disabilitas, dan terdapat
masalah dengan standar pendidikan dan kelangkaan pengajaran yang sesuai untuk
anak-anak ini.
5. Kemitraan: Mungkin ada beberapa cara agar sekolah-sekolah kejuruan di Amerika
dan Indonesia dapat bekerja sama. Dengan tujuan untuk menciptakan keberhasilan
SDGs, Pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai negara di dunia. Hal
yang sudah berhasil dilakukan yaitu beberapa konferensi pendidikan dan juga
program pertukaran pelajar yang diadakan Pemerintah.
Sebagai kesimpulan, berbagai organisasi dan pemerintah Indonesia telah berupaya
untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses, terutama bagi anak-anak penyandang
disabilitas. Meskipun demikian, masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan, seperti
mengatasi kekhawatiran orang tua, meningkatkan standar pendidikan, dan meningkatkan
akses terhadap peluang pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Hak Asasi Manusia Memperoleh Pendidikan yang Setara

Hak asasi manusia dan aksesibilitas dalam pendidikan telah mendapatkan perhatian
karena isu global.Peningkatan kualitas sumber daya manusia membutuhkan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan bangsa, pendidikan adalah suatu keharusan bagi semua warga
negara.Hal ini juga mencakup masyarakat yang kurang mampu; mereka berhak mendapatkan
pendidikan yang berkualitas dan bebas dari diskriminasi. Dengan demikian, tidak ada alasan
mengapa pendidikan tidak dapat diakses oleh semua warga negara.
Hal ini mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman. Salah satu cendekiawan dan
aktivis, Katarina Tomasevski, adalah seorang Pelapor Khusus yang ditunjuk oleh PBB untuk
menyelidiki hak atas pendidikan lintas batas negara, Ia menyatakan bahwa masih banyak
praktik pendidikan di berbagai negara yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi
manusia tidak sesuai dengan kerangka kerja hak asasi manusia. Tomasevski juga memiliki
pandangan yang kuat tentang hak asasi manusia dan pendidikan.
Hak asasi manusia dan pendidikan: setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas selama mereka berada di planet ini. instruksi. Hal ini dikenal
sebagai "Pendidikan untuk Semua" dalam konteks global (Klees & Thapliyal, 2007). Karya
Tomasevski akan dibahas dan digunakan untuk membuat kebijakan.dan merumuskan
kebijakan.
KESIMPULAN
Artikel ini menggunakan pendekatan multikultural untuk menyajikan analisis
deskriptif mengenai ketidakmerataan akses pendidikan di Indonesia. Pendidikan dianggap
sebagai investasi paling penting untuk kemajuan negara dan masyarakat karena pendidikan
sangat penting untuk membangun peradaban dan memberantas kemiskinan. Namun, akses
pendidikan yang tidak merata masih menjadi masalah yang signifikan di Indonesia.
Artikel ini menekankan nilai pendidikan multikultural dalam mengatasi masalah
sosial yang dapat mengakibatkan ketidaksetaraan melalui penggunaan metode tinjauan
literatur. Aksesibilitas pendidikan secara signifikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk jenis kelamin anak, latar belakang pendidikan ibu, tempat tinggal, jarak ke sekolah,
usia saat orang tua menikah, pendapatan per kapita, dan jumlah anggota rumah tangga.
Dalam rangka memberikan landasan bagi pengembangan kebijakan dan pelaksanaan
hak atas pendidikan, dilakukan pencarian literatur untuk mendukung temuan-temuan ini,
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan multikultural. Indonesia telah menunjukkan
komitmennya untuk meningkatkan inklusivitas pendidikan dengan meningkatkan jumlah
sekolah inklusi.
Namun, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi, termasuk kekhawatiran orang
tua, kebutuhan untuk meningkatkan standar pendidikan, dan kurangnya guru yang
berkualifikasi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Setiap warga negara memiliki hak yang
tidak dapat dicabut untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi dalam kerangka
hak asasi manusia.
Ke depannya, sangat penting bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah
dan organisasi terkait, untuk terus berupaya meningkatkan aksesibilitas pendidikan secara
merata untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
di bidang pendidikan di Indonesia, diperlukan partisipasi aktif dalam mempromosikan
pendidikan multikultural dan mengatasi hambatan-hambatan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai