Anda di halaman 1dari 6

REMIDI UAS

PENDIDIKAN INKLUSI

Disusun guna memenuhi tugas remidi mata kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu :

Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd.

Disusun oleh :

Mochammad Irsyadul Haj K2316031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
A. Pendahuluan

1. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berkembang lebih baik dari
sebelumnya. Dalam mengembangkan pontensi yang dimilikinya, manusia membuat
suatu program agar mereka mampu mengembangkan potensinya, mampu belajar
berbagai fenomena dan mampu menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.
Pendidikan merupakan salah satu program yang mampu melakukan semua itu.
Pendidikan merupakan proses terjadinya pembelajaran agar manusia dapat berfikir
lebih baik. Di Indonesia sendiri pendidikan dapat ditempuh dengan salah satu cara,
yakni sekolah.

Manusia juga merupakan makhluk yang selalu ingin mendapat kepuasan yang sama
dengan manusia lain. Maka dari itu dibutuhkan sebuah penyetaraan atau standarisasi
agar manusia dapat memiliki hak yang sama dan tidak saling menjatuhkan satu sama
lain. Di Indonesia sendiri perwujudannya diterapkan dalam ideologi, yakni pancasila
dalam sila ke 2 “kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Bagi anak normal, pendidikan di Indonesia tidak sulit ditemukan karena hampir setiap
daerah memiliki sekolah. Hal yang sungguh disayangkan adalah sekolah bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Sekolah bagi ABK sangat jarang dan kadang sulit
ditemukan. Hal ini disebabkan belum tersedianya pendidikan yang merata bagi
seluruh anak di Indonesia. Padahal pada Undang-Undang 1945 dan Undang-Undang
No. 20 tahun2003 telah menjelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan bermutu. Hal ini menunjukan bahwa Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) atau anak luar biasa berhak pula memperoleh
kesempatan yang sama dengan anak yang lainnya dalam pendidikan. Namun dalam
faktanya di Indonesia masih belum tersedia bagi ABK. Data Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) pada pusat data dan statistik pendidikan dan
kebudayaan tahun 2017 dari 34 provinsi hanya 8 provinsi yang memiliki lebih dari 50
Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi ABK dan bahkan ada 2 provinsi yang tidak memiliki
SLB (KEMENDIKBUD, 2017). Sedangkan berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 jumlah ABK yang tidak sekolah
berkisar 1 juta anak. Selain itu masih ada beberapa sekolah yang menolak keberadaan
ABK. Hal ini semakin mempersulit masalah yang dihadapi para Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) (Oliviya, 2017).

Hal mengenai pendidikan di Indonesia sudah bukan berita asing di telinga


masyarakat. Maka dari itu perlu ada penanganan atau solusi yang tepat yang dapat
mengurangi ABK yang tidak sekolah di Indonesia. Solusi tersebut ditujukan bagi
Pemerintah, Satuan Pendidikan dan Masyarakat. Hal tersebut harus terpenuhi agar
pendidikan di Indonesia dapat lebih bermutu serta menjangkau seluruh daerah seluruh
anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat menikmati pendidikan yang
layak.
2. Rumusan Masalah
Apakah solusi yang dapat mengurangi jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
yang tidak sekolah?

3. Tujuan
Solusi tersebut dapat mengurangi jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang
tidak sekolah.

B. Pembahasan
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Ketentuan mengenai siapa saja yang mendapat pendidikan tertera pada Bab IV
Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah pasal 5 ayat
1 yang berbunyi Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa negara memberikan
jaminan sepenuhnya kepada anak baik kepada anak normal ataupun Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.

Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan agar seluruh anak dapat mendapatkan
pendidikan termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Akan tetapi bagi Anak
Berkebutuhan Khusus di Indonesia disediakan 3 macam lambaga pendidikan yaitu,
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan sekolah umum.Hal
yang sering dialami Anak Berkebutuhan Khusus adalah selalu tidak diterima di sekolah
umum. Banyak faktor yang menyebabkan sekolah harus menolak kehadiran ABK
tersebut. ABK tersebut mendaftarkan diri pada sekolah umum juga tidak lain karena
terbatasnya sekolah luar biasa di daerahnya. Maka dari itu dibutuhkan penanganan agar
hal tersebut tidak terulang kembali.

Pendidikan inklusi adalah salah satu solusi yang dapat ditawarkan. Daniel P. Hallahan ,
dkk. mengemukakan bahwa pengertian pendidikan inklusi sebagai pendidikan yang
menempatkan semua Anak Berkebutuhan Khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari.
(Hallahan & dkk, 2009). Pendidikan inklusi dijadikan salah satu solusi agar ABK dapat
diterima di masyarakat seperti anak yang lainnya. Meskipun demikian tetap dilakukan
penyaringan terlebih dahulu ABK dengan jenis apa saja yang diterima di setiap sekolah.
Hal ini juga dikarenakan agar sekolah dan guru tidak merasa terbebani dengan
keberadaan ABK.

Tujuan pendidikan inklusif adalah pendidikan diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kebutuhan khusus memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa seperti anak
yang lainnya. Selai itu juga untuk meminimalkan keterbatasan kondisi pertumbuhan dan
perkembangan anak dan untuk memaksimalkan kesempatan anak terlibat dalam aktivitas
yang normal serta memungkinkan untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah
dalam ketidakteraturan perkembangan sehingga anak akan memiliki kemampuan dan
berkembang tanpa keterbatasan.

Penerapan pendidikan inklusi disetiap sekolah sangat bermanfaat, berikut merupakan


manfaatnya berdasarkan Ulfa (Ulfa, 2014):

1. Bagi peserta didik


a. Sejak dini peserta didik memiliki pemahaman yang baik terhadap perbedaan
b. Munculnya sikap empati pada peserta didik yang lain secara alamiah
c. Munculnya budaya toleransi satu sama lain
d. Menurunkan terjadinya stigma dan labeling anak
e. Timbulnya kooperatif dan kolaboratif pada peserta didik
2. Bagi guru
a. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode pembelajaran
b. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman peserta
didik
c. Terjalinnya komunikasi dan kerjasama dalam kemitraan antar guru dan para ahli
bidang lain
d. Menumbuhkan sikap empati guru terhadap peserta didik termasuk ABK
3. Bagi sekolah
a. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib belajar
b. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi seluruh masyarakat
c. Menggunakan biaya relatif lebih efisien
d. Mengakomodasikan kebutuhan masyarakat
e. Meningkatkan kualitas pendidikan

Hal-hal tersebut dapat dicapai dengan bantuan dari seluruh komponen dalam negara baik
itu dari pemerintah, sekolah dan juga masyarakat. Adapun beberapa hal yang harus
dilakukan oleh setiap komponen agar pendidikan inklusi dapat tercapai, yakni

1. Bagi pemerintah
a. Membuat regulasi UU yang terkait dengan penyediaan layanan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus
b. Menganggarkan dana bagi sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif untuk
menunjang sarana dan prasarana di sekolah
c. Mendorong peran swasta untuk ikut serta membantu pemberdayaan Anak
Berkebutuhan Khusus
d. Penyediaan informasi yang lengkap mengenai penyelenggaraan sekolah inklusif
kepada masyarakat
2. Bagi sekolah
a. Bekerjasama dengan setiap komponen untuk menyelenggarakan pendidikan
inklusif, menjaring Anak Berkebutuhan Khusus yang belum bersekolah, dan
ramah kepada Anak Berkebutuhan Khusus,
b. Memberikan pelayanan yang setara dengan anak yang lain agar tidak terjadi
tumpang tindih kemampuan anak di sekolah.
c. Mempersiapkan anak agar mudah berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian
dari kurikulum.
d. Berkomunikasi secara berkala dengan orang tua Anak Berkebutuhan Khusus agar
orang tua selalu memberikan dukungan moril kepada anak sehingga anak mampu
mengembangkan kemampuannya tanpa hambatan.
e. Memberikan informasi, lingkungan, sarana dan prasarana yang ramah bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.
3. Bagi masyarakat
a. Masyarakat tidak malu dengan kondisi seorang anak yang memiliki berkebutuhan
khusus atau tidak sempurna karena haltersebut bukan keinginan dari anak tersebut.
b. Masyarakat ikut serta dalam memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh
anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus, masyarakat tidak pilih kasih dalam
memberikan pelayanan.
c. Dukungan penuh dan kepercayaan dari masyarakat dapat membantu berbagai
penanganan dan peningkatan kemampuan anak. Hal ini dikarenakan salah satu
keinginan Anak Berkebutuhan Khusus adalah diterima di masyarakat.

Dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan agar pendidikan inklusif dapat diterapkan
semaksimal mungkin. Hal ini dapat tercapai apabila seluruh komponen ikut serta dalam
pelaksanaan pendidikan inklusif.

C. Penutup

1. Kesimpulan
pengertian pendidikan inklusi sebagai pendidikan yang menempatkan semua Anak
Berkebutuhan Khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Tujuan pendidikan
inklusif adalah pendidikan diberikan kepada peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa seperti anak yang lainnya.
Banyak manfaat yang akan didapatkan dari penerapan pendidikan inklusif ini. Hal ini
dapat tercapai apabila seluruh komponen baik itu pemerintah, sekolah dan masyarakat
ikut serta dalam pelaksanaan pendidikan inklusif

2. Saran
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif kita sebagai guru harus berperan aktif sebagai
fasilitator. Berperan aktif dalam pelaksanaan program pemerintah, pelaksanaan
pembelajaran di kelas, dan berperan sosial di masyarakat. Kita harus memberikan
fasilitas semaksimal mungkin kepada seluruh anak tanpa pengecualian baik anak
normal maupun Anak Berkebutuhan Khusus sehingga kita membutuhkan banyak
usaha dan banyak tenaga yang akan kita keluarkan. Maka dari itu kita harus selalu
bersemangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

D. Daftar Pustaka
Hallahan, D. P., & dkk. (2009). Exceptional Learners : An introduction to Special
Education. Boston: Pearson Education Inc.

KEMENDIKBUD. (2017). Staistik persekolahan PLB. Indonesia.

Oliviya, F. (2017, agustus selasa). Nasional. Dipetik juni minggu, 2018, dari CNN
Indonesia: cnnindonesia.com

Ulfa, M. (2014, januari minggu). Pendidikan Inklusi. Dipetik juni selasa, 2018, dari
catatanku: mariatululfa5.blogspot.com

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Inklusi

Anda mungkin juga menyukai