TUGAS 1
3. Mengapa Peraturan Perundangan tentang ABK Belum Terlaksana dengan Baik di Indonesia?
Meskipun banyak peraturan perundangan-undangan yang dibuat untuk melindungi dan
memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), faktanya masih banyak yang belum
terlaksana dengan baik di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, seperti:
a. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman:
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ABK. Mereka kurang memahami kebutuhan
dan hak-hak ABK, sehingga memandang ABK sebagai beban atau tidak mampu berprestasi.
Guru dan tenaga kependidikan belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk
menangani ABK di kelas reguler. Hal ini membuat mereka kesulitan dalam merancang
pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan ABK.
b. Keterbatasan Infrastruktur dan Fasilitas:
Sekolah-sekolah, terutama sekolah reguler, belum memiliki infrastruktur dan fasilitas yang
ramah ABK. Contohnya, tidak ada aksesibilitas untuk kursi roda, toilet khusus, dan alat bantu
belajar yang sesuai.
c. Lemahnya Penegakan Hukum:
Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran hak-hak ABK. Hal ini
membuat banyak pihak yang mengabaikan peraturan perundangan-undangan yang ada.
Kurangnya koordinasi antar lembaga terkait dalam menangani isu ABK. Hal ini membuat
program-program yang ada menjadi tidak efektif.
d. Keterbatasan Anggaran:
Pemerintah belum mengalokasikan anggaran yang cukup untuk mendukung program-
program pendidikan dan pemberdayaan ABK. Hal ini membuat banyak program yang
terhambat dan tidak dapat mencapai target.
e. Kurangnya Partisipasi Masyarakat:
Masyarakat masih kurang terlibat dalam upaya pemenuhan hak-hak ABK. Hal ini membuat
ABK dan keluarganya merasa terasingkan dan tidak mendapatkan dukungan yang memadai.
Menurut saya setiap ABK adalah individu yang unik dengan potensi dan kekuatannya sendiri.
Kita semua harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah ABK,
sehingga mereka dapat hidup, belajar, dan berkembang dengan penuh martabat dan kesempatan
yang sama.
5. Menurut saya, di antara model layanan yang disebutkan, model layanan kognitif-afektif
merupakan model yang paling efektif untuk diterapkan pada anak berbakat dari aspek kognitif.
Alasan utamanya adalah karena model ini secara khusus dirancang untuk mengembangkan
potensi kognitif dan afektif anak berbakat. Model ini fokus pada:
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah.
- Meningkatkan keterampilan belajar mandiri dan motivasi belajar.
- Membangun rasa percaya diri dan kemandirian dalam belajar.
- Mengembangkan kemampuan interpersonal dan komunikasi.
- Membantu anak berbakat dalam penyesuaian diri dan perkembangan sosial-emosional.
Model layanan kognitif-afektif menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar anak berbakat. Contohnya, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran diferensial. Pendekatan holistik yang
ditawarkan oleh model ini membantu anak berbakat untuk mencapai potensi penuh mereka di
bidang kognitif dan afektif.
Berikut beberapa alasan lain mengapa model layanan kognitif-afektif efektif untuk anak
berbakat:
- Model ini berpusat pada anak dan memberikan kesempatan bagi anak berbakat untuk belajar
dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.
- Model ini fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai tingkat kemampuan dan
kebutuhan anak berbakat.
- Model ini menekankan kolaborasi antara guru, orang tua, dan profesional lainnya untuk
mendukung perkembangan anak berbakat.
- Meskipun model layanan lain seperti model layanan perkembangan moral, model
perkembangan nilai, dan layanan berbagai bidang khusus juga dapat bermanfaat bagi anak
berbakat, model layanan kognitif-afektif secara khusus dirancang untuk mengembangkan
potensi kognitif dan afektif anak berbakat, sehingga menjadikannya model yang paling
efektif untuk diterapkan pada anak berbakat dari aspek kognitif.
Kesimpulan
Model layanan kognitif-afektif merupakan model layanan yang paling efektif untuk diterapkan
pada anak berbakat dari aspek kognitif karena model ini secara khusus dirancang untuk
mengembangkan potensi kognitif dan afektif anak berbakat. Model ini menggunakan berbagai
metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar anak berbakat,
dan pendekatan holistiknya membantu anak berbakat untuk mencapai potensi penuh mereka.