Anda di halaman 1dari 11

RENCANA TINDAKAN PRAKSIS SOSIAL

Tugas
untuk memenuhi tugas matakuliah Praksis Sosial
yang diampu oleh Ibu Rista Ayu Mawarti

Oleh:
Achmad Arif Rizal Ilham Putra Kusuma (190711637254)

Aidalia Alta Sepaike (190711637307)

Aulia Fardani Addin (190711637266)

Cahyane Awan Inspirawitdya (190711637318)

Conifera Fitriani (190711637256)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
MARET 2021
A. Judul

Praksis Sosial di Platfom Digital “Penghormatan Terhadap Pemenuhan Hak

Penyandang Disabilitas di Lingkungan Kampus dan Masyarakat Umum”

B. Latar Belakang

Menurut UU No. 8 Tahun 2016 Pnyandang Disabilitas diartikan setiap orang

yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam

jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami

hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan

warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Penyandang disabilitas memiliki kedudukan hak dan kewajiban yang sama

dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia,

sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan khusus. Yang

dimaksud yaitu upaya perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai tindakan

diskriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi

manusia.

Di dalam Infodatin Kementrian Kesehatan RI menyebutkan Kementrian

Kesehatan mengumpulkan data penyandang disabilitas melalui Riset Kesehatan

Dasar (Riskedas) tahun 2018 mendapatkan 3,3% anak umur 5-17 tahun yang

mengalami disabilitas, pada umur 18-59 tahun di Indonesia sebesar 22,0%,

sedangkan pada usia lanjut sebanyak 74,3% lansia dapat beraktivitas sehari-hari

secara mandiri, 22,0% mengalami hambatan ringan; 1,1% hambatan sedang; 1%

hambatan berat; dan 1,6% mengalami ketergantungan total.


Dengan banyak nya penyandang disabilitas di Indonesia menunjukkan bahwa

perlu adanya alat bantu kesehatan, akomodasi yang layak, dan fasilitas umum

khusus untuk para disabilitas. Selain butuhnya berbagai alat bantu kesehatan dan

fasilitas umum ramah disabilitas, kesadaran dalam bermasyarakat dan berinteraksi

antara penyandang disabilitas dan non disabilitas haruslah bias menguntungkan

satu sama lain dan tidak merugikan para penyandang disabilitas.

Dengan demikian yang dapat diharapkan dengan adanya rencana kegiatan ini

yaitu dapat mengubah paradigma dan konsep berfikir terhadap penyandang

disabilitas. Oleh karena itu, dalam rencana kegiatan ini berisi tentang upaya

perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas di lingkungan kampus

dan juga di lingkup umum.

C. Identifikasi Masalah

a. Masalah yang dihadapi klien

Kurangnya kesadaran Masyarakat dalam menghargai hak penyandang

disabilitas seperti menggunakan trotoar bergaris kuning untuk kepentingan

lain atau menutupi jalan dari penyandang disabilitas, kurangnya sifat

toleransi atau menghargai terhadap penyandang disabilitas dan sulitnya

mencari pendamping bagi mahasiswa penyandang disabilitas untuk

membantu keperluan dan kegiatan perkuliahan.

b. Masalah yang dihadapi lembaga

Masih kurangnya fasilitas oleh lembaga pemerintahan atau kampus dalam

pemenuhan kebutuhan yang sesuai bagi penyandang disabilitas.

Kurangnya pendampingan secara langsung dari tenaga pendidikan yang


khusus untuk membimbing penyandang disabilitas. Kurang gencarnya

publikasi yang dilakukan oleh kampus dalam mensosialisasikan

kepedulian terhadap kebutuhan penyandang disabilitas.

D. Penyebab Masalah

a. Penyebab masalah klien

Kurangnya kepedulian masyarakat sekitar dan mahasiswa pada

penyandang disabilitas.

b. Penyebab masalah lembaga

Kurangnya dukungan pemerintah karena masi lemahnya undang - undang

khusus dan tidak adanya lembaga negara yang khusus menangani

disabilitas. Ditambah dengan minimnya publikasi dan pembangunan

kampus ramah disabilitas.

E. Landasan Teori

1. Pengertian disabilitas

Menurut John C. Maxwell penyandang disabilitas adalah seseorang yang

memiliki kelainan dan atau yang dapat mengganggu aktivitas. Sebagaimana yang

juga dikemukakan oleh Johnson menurut Goffman bahwa, masalah sosial utama

yang dihadapi penyandang cacat “disabilitas” adalah mereka abnormal dalam

tingkatan yang sedemikian jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak atau

tidak mampu berinteraksi dengannya. Adanya stigma yang diberikan kepada

penyandang cacat bahwa mereka dianggap tidak mampu dalam segala hal adalah

awal dari timbulnya berbagai masalah.


Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa, penyandang disabilitas adalah setiap

orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat

mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif

dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Sebagaimana masyarakat pada umumnya bahwa seseorang yang dikatakan

“disabilitas” tetaplah anggota masyarakat yang memiliki hak untuk tetap berada

sama dalam suatu komunitas. Sehingga keberadaan mereka tentu harusnya

mendapati dukungan dalam struktur pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan

pelayanan sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita mengetahui jenis-jenis

penyandang disabilitas yaitu sebagai berikut:

a. Disabilitas mental

b. Disabilitas Fisik

c. Tunaganda, yaitu penderita cacat lebih dari satu kecacatan

2. Pendidikan inklusi
Pendidikan inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang
mensyaratkan anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah-seklah terdekat
di kelas biasa bersama dengan teman-teman seusianya (Sapon Shevin, 1994).
Tentu dalam hal ini, sekolah yang menyediakan program inklusi haruslah
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang tetapi disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan
yang diberikan para guru demi keberhasilan anak-anak (Stainback, 1980).
Hal yang paling penting adalah bahwa sekolah inklusif menuntut kepada
pihak sekolah untuk melakukan penyesuaian dalam kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik tanpa adanya diskriminasi. Oleh karena itu, proses identifikasi dan
asssesmen yang akurat dan tepat dibutuhkan agar dapat menyusun program yang
tepat sasaran dan objektif.
Sekolah umum/reguler yang menerapkan program pendidikan inklusif
akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut. Di antaranya adalah.
 Sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima
keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
 Sekolah reguler harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan
menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
 Guru di kelas umum/reguler harus menerapkan pembelajaran yang
interaktif.
 Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melibatkan
orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.
3. Pengertian kampus inklusi

Komitmen oleh pemerintah dalam memenuhi hak penyandang

disabilitas di Indonesia adalah dengan dikeluarkannya regulasi berupa

Undang-undang yang ditetapkan pemerintah mengenai penyelenggaraan

pendidikan bagi penyandang disabilitas yaitu Undang-undang No. 72

Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa. Namun, dalam hal ini masih

belum banyak perguruan tinggi di Indonesia yang juga ramah penyandang

disabilitas atau kampus inklusif. Pendidikan tinggi bagi penyandang

disabilitas belum menjadi isu dan tren secara meluas dan serius untuk

digarap oleh pemerintah maupun kampus itu sendiri.

Demi mewujudkan kampus inklusif maka perlu diadakannya

sinergisitas antara pemerintah dan pihak kampus sehingga bisa

mewujudkan iklim kampus anti diskriminatif bagi penyangdang


disabilitas. Didalam prosesnya pelaksanaan pendidikan penyandang

disabilitas terdapat komponen pendidikan yang perlu dikelola sebagai

bentuk strategi mewujudkan kampus ramah dan non-diskriminati dengan:

a. Pertama, manajemen kemahasiswaan

b. Kedua, manajemen kurikulum

c. Ketiga, manajemen tenaga pendidikan

d. Keempat, manajemen sarana dan prasarana

e. Kelima, manajemen keuangan atau dana

Kampus inklusif harusnya menjadi perhatian bersama, sebab hal

ini merupakan tanggung jawab pemerintah baik pusat maupun daerah,

kampus dan masyarakat umum. Perguruan tinggi sebagai lembaga

pendidikan harusnya mampu memiliki kepekaan yang lebih besar

dibandingkan lembaga pendidikan lainnya ditingkat bawah.

4. Data mahasiswa disabilitas di UM

Dikutip dari http://kliping.um.ac.id/index.php/peduli-difabel-mahasiswa-

universitas-negeri-malang-dirikan-ukm-gempita/ pada tahun 2018 ada

sekitar 26 mahasiswa disabilitas melihat Universitas Negeri Malang

berkomitmen untuk menjadi kampus inklusi maka disimpulkan terjadi

kenaikan mahasiswa penyandang disabilitas di Universitas Negeri Malang.

5. Aksessibilitas Kampus Infklusi

Pelayanan dan fasilitas kampus inklusi tentu seharusnya

mendukung program kampus inkulsi itu sendiri dan berupaya

mewujudkan kampus inklusi yang baik. Pelayanan aksesibiltas ini


merupakan langkah yang dapat dilakukan kampus dalam rangka

memodifikasi unit-unit layanan yang tersedia di perguruan tinggi.

Hal ini perlu dilakukan demi terciptanya lingkungan ramah dan

aksesibel dan mengurangi kendala-kendala akademis dan

lingkungan sosial kampus bagi disabilitas. Pemenuhan aksesibiltas

setidaknya harus memenuhi kategori:

 Sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat,

ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai

perbedaan

 Sekolah reguler harus siap mengelola kelas yang heterogen

dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang

bersifat individual

 Guru di kelas umum/reguler harus menerapkan

pembelajaran yang interaktif

 Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam

proses pendidikan.

 Mendorong dosen dan kelasnya terus menerus dan

penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi

profesi

Penyediaan aksesibilas merupakan komitmen nasional yang

diatur dalam Undang-undang Dasar, UU RI No 4 Tahun 1997, UU

RI No. 39 Tahun 1999, Serat Edaran Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara RI NP SE/09/M.PAN/3/2004 dan Surat edaran

menteri negara perencanaan pembangunan nasional No.

3064/M.PPN/05/2006.

F. Pemecahan Masalah

a. Pemecahan yang dilakukan lembaga

Dalam rangka menunjang aksesibilitas mahasiswa berkebutuhan

khusus di Universitas Negeri Malang yang sejalan dengan program

pengembangan pembelajaran mahasiswa disabilitas, Sub Pusat

Pengembangan dan Pelayanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

(PPBK) Universitas Negeri Malang bersama UKM GEMPITA UM

(unit Kegiatan Mahasiswa Gerakan Peduli Inklusi dan Disabilitas

Universitas Negeri Malang) mengadakan kegiatan pelatihan online

dengan tema “Penggunaan Sipejar Pada Mahasiswa Disabilitas

dan Volunteer Gempita di Universitas Negeri Malang” pada

tanggal 5 – 6 Februari 2021 yang diadakan secara daring melalui

aplikasi Zoom. Hal ini dilakukan sebagai upaya menciptakan

suasana belajar daring yang bisa dijangkau juga oleh mahasiswa

berkebutuhan khusus yang memiliki hak yang sama untuk

mendapatkan pendidikan.

b. Pemecahan yang dilakukan oleh relawan

Dalam rancangan kegiatan ini relawan ingin melakukan kegiatan berupa

penyampaian informasi mengenai edukasi dalam bersosialisasi dengan


penyandang disabilitas yang memperlukan perhatian dan pemenuhan hak

pada ruang publik dengan dipenuhinya sarana dan prasarana penunjang

serta pemahaman masyarakat dan mahasiswa melalui platform digital

supaya dapat terbentuknya suasana yang kondusif pada kegiatan

pembelajaran dan kegiatan sosial yang berkaitan dengan penyandang

disabilitas.

G. Tujuan (tujuan spesifik yang diemban relawan)

Dalam kegiatan ini relawan bertujuan untuk mengedukasi dan menambah

wawasan masyarakat dan mahasiswa mengenai hak-hak para disabilitas untuk

menggunakan fasilitas umum dan juga hak dalam memperolah pendidikan.

H. Rencana Program

1. Tempat: Platform Digital Instagram dan Tik Tok

2. Waktu: -

3. Kegiatan (tabel jadwal: kegiatan , waktu, petugas )

Memposting informasi yang sudah dikemas dalam bentuk poster dan

video di berbagai platform media sosial yang berisi tentang berbagai cara

untuk mendukung pendidikan yang ramah bagi disabilitas selama

perkuliahan daring dan cara menghargai fasilitas umum khusus untuk para

penyandang disabilitas.

4. Pelaksana

Semua anggota kelompok 6:

a. Achmad Arif Rizal Ilham Putra Kusuma (190711637254)

b. Aidalia Alta Sepaike (190711637307)


c. Aulia Fardani Addin (190711637266)

d. Cahyane Awan Inspirawitdya (190711637318)

e. Conifera Fitriani (190711637256)

I. Evaluasi

1. Evaluasi hasil kegiatan (bagaimana respons klien? Bagaimana respons

pengelola?—apakah mereka merasa ada manfaatnya?

2. Evaluasi proses kegiatan: Apakah kegiatan anda berjalan lancar? Apa

yang menghambat? Apa yang mendukung?)

J. Daftar Rujukan

Ndaumanu, Frichy. 2020. Hak Penyadang Disabilitas: Antara Tanggung Jawab

dan Pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah. Jurnal HAM. 11(1)

132⁻150. Diakses dari DOI:

http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.131-150

Anda mungkin juga menyukai