Anda di halaman 1dari 7

Su 16.

16

C. Konsep Keberagaman dan Diskriminasi

Bila berbicara tentang anak berkebutuhan khusus, di situ akan ada konsep keberagaman dan dukriminau
Konsep tentang keberagaman dan diskriminas menjadi dua konsep yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak berkeburuhan khusus Konsep keberagaman mencerminkan
sebuah penghargaan terhadap segala perbedaan dalam setiap pribadi anak, baik yang cacat arau
normal. Keberagaman bukan saja penting untuk menunjukkan sikap saling menghormati satu sama lain,
melainkan pula sebagai bentuk manifestasi dari fitrah manusia yang ditakdirkan Tuhan dalam kondisi
yang berbeda

Bagaimana mungkin Anda akan menerima anak berkebutuhan khusus, kalau belum memahami makna
perbedaan yang terdapat dalam keberagaman. Perbedaan bukanlah suatu kondisi yang diharapkan oleh
setiap orang, namun ia merupakan bawaan dan pemberian Tuhan kepada manusia. Siapa pun tidak akan
mungkin menolak takdir perbedaan dalam setiap pribadi manusia karena hal itu sudah menjadi suratan
yang tidak mungkin diganggu gugat apalagi ditolak Sikap kita terhadap perbedaan adalah bagaimana
menghargai dan menghormatinya agar orang yang berbeda dengan kita tidak merasa rersinggung

Bagi anak berkebutuhan khusus yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, memang seringkali
mendapatkan perlakuan yang tidak adil bahkan diskriminatif terutama dalam memperoleh hak
pendidikan. Anak penyandang cacat biasanya kesulitan untuk menempuh pendidikan di SLB yang relatif
sangat jauh hinges memakan biaya cukup tinggi yang tidak terjangkau oleh mereka. Hal ini pula masalah
yang harus diselesaikan oleh pendidikan atau sekolah inklusi, di samping memecahkan masalah
golongan penyandang cacat yang merata karena diskriminasi sosial.

Sungguh sangat disayangkan, sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman


sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan berdasarkan pada perbedaan
agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan, baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa.
Padahal, anak-anak memiliki keberagaman yang luas dalam karakteristik dan kebutuhannya sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki. Bagaimana mungkin kita akan memaksa anak
untuk tidak berbeda dengan kita. sementara mereka sudah mengalami keterbatasan yang tidak mungkin
ditolak. Sikap kita seharusnya memperlakukan mereka seperti saudara sendiri yang membutuhkan
uluran tangan dan bantuan yang lebih luas demi mengatasi permasalahan-permasalahan mereka.
Bila kita bercermin pada Deklarasi Jomtien yang melangkah lebih jauh daripada Deklarasi Universal HAM
dalam Pasal III tentang "Universalisasi Akses dan Mempromosikan Kesetaraan" maka di situ dinyatakan
bahwa terdapat kesenjangan pendidikan dan bahwa berbagai kelompok tertentu rentan akan
diskriminasi dan eksklusi. Kelompok yang mendapatkan diskriminasi dan eksklusi mencakup anak
perempuan, orang miskin, anak jalanan dan anak pekerja, penduduk pedesaan dan daerah terpencil,
etnik minoritas dan kelompok-kelompok lainnya, dan secara khusus disebutkan para penyandang cacat.

Sebagai bentuk tanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, semua pihak seharusnya
berpikir keras untuk menghilangkan diskriminasi dan pengucilan (exclusion) yang menyudutkan anak
berkebutuhan khusus dari lingkungan mereka tinggal. Semua orang perlu menanamkan argumen dan
sikap bahwa memandang keragaman harus sebagai sumber daya, bukan sebagai masalah. Apalagi
pendidikan inklusif memang dipersiapkan bagi siswa yang dapat menghargai perbedaan-perbedaan.

D. Konsep Memajukan Inklusif

Konsep tentang pendidikan inklusif juga berkaitan dengan bagaimana semua elemen masyarakat untuk
bersama-sama berjuang memajukan sekolah inklusi demi anak berkebutuhan khusus. Untuk
mengembangkan pendidikan inklusi, sekolah harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
inklusi serta meningkatkan partisipasi bagi semua orang dan menjalin kolaborasi serta kemitraan yang
berjalan secara sinergis.

Dari sudut pandang layanan anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusif pasti mengandung makna
memberikan kemudahan layanan tanpa memandang latar belakang kehidupan. Stainback & Stainback
dalam Sunardi (1995) menjelaskan bahwa sekolah inklusif merupakan sekolah yang menampung semua
murid dalam sekolah yang sama, dengan program pendidikan menantang, layak, tetapi sesuai
kebutuhan individu, tempat setiap anak diterima sebagai bagian anggota masyarakat agar anak
mencapai keberhasilannya dan terpenuhi kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif
sebagai suatu sistem yang memungkinkan setiap anak mendapatkan layanan dalam sekolah terdekat
dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Sementara dalam Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan inklusif dimaknai sebagai salah satu wadah
untuk mencapai ketuntasan wajib belajar sembilan tahun serta untuk efisiensi layanan pendidikan.
Banyak harapan dari implementasi pendidikan inklusif. Namun, fakta menunjukkan masih terdapat
banyak permasalahan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. Berbagai permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan pendidikan inklusif masih membutuhkan pembenahan di
semua sektor, termasuk fasilitas pendukung maupun guru yang kompeten dalam melaksanakan setiap
kegiatan belajar mengajar bagi anak berkebutuhan khusus.

Beberapa permasalahan tersebut sering diidentifikasi sebagai berikut; Pertama, masih adanya kesulitan
menyelaraskan antara standar layanan persekolahan reguler yang selama ini berjalan dan variasi
kebutuhan belajar ABK. Kedua, sekolah inklusif belum menerima siswa ABK. Ketiga, sekolah belum
mampu menyediakan program yang tepat, bagi ABK dengan kondisi kecerdasan di bawah rata-rata
(tunagrahita). Keempat, belum ada sistem evaluasi hasil belajar, baik formatif dan sumatif yang tepat
sesuai kebutuhan ABK. Kelima, kurangnya sarana dan sumber belajar asesabilitas untuk mengakomodasi
kebutuhan mobilitas dan belajar ABK. Keenam. belum semua guru reguler memiliki kompetensi
memberikan layanan ABK dan masih minimnya guru khusus di sekolah inklusif, meskipun bukan suatu
keharusan (indentik) antara guru khusus dan sekolah inklusif. Ketujuh, belum seluruh warga sekolah
memiliki kesepahaman tentang pendidikan inklusif dan layanan ABK. Kedelapan, masih adanya
anggapan keberadaan ABK akan memengaruhi ketuntasan hasil belajar akhir tahun, akibatnya ABK
dipindahkan di SLB menjelang ujian. Kesembilan, layanan inklusif masih belum menyaru dalam sistem
dan iklim sekolah sehingga ada dua label siswa ABK dan reguler. Kesepuluh, belum semua pengambil
kebijakan termasuk bidang pendidikan memahami tentang sistem inklusif. Kesebelas, secara
pengelolaan pelaksanaan pendidikan inklusif kurang dipersiapkan dengan komprehensif. Keduabelas,
belum optimalnya penyediaan bahan ajar sesuai kebutuhan ABK.

Menilik banyaknya permasalahan implementasi pendidikan inklusif tersebut menunjukkan masih


perlunya penataan dan pembenahan yang lebih komprehensif. Prinsip utama pendidikan masih
memerlukan pengkajian sebagai dasar pelaksanaan. Ini karena, dasar utama pendidikan inklusi adalah
"ABK dan ketepatannya mendapatkan layanan pembelajaran" (Sunardi, 1995). Berkaitan dengan ini
memang tidak mudah untuk mengubah sistem layanan

...... 16.23 ♫

0.00

24

pendidikan yang sudah melekat terutama dalam tingkatan praksis. Secara ideal hal ini harus dimulai dari
mengubah cara pandang tentang pendidikan dan proses pembelajaran atau menunggu regenerasi
pelaku pendidikan.

Namun secara tahapan, implementasi pendidikan inklusif perlu mulai dibangun untuk masuk dalam
sistem pendidikan nasional. Minimal dapat dimulai beberapa hal sebagai tahapan awal untuk mengiring
regulasi saat ini. Terkait dengan hal tersebut paparan tulisan ini memberikan gambaran awal tentang
langkah penataan input pendidikan, pengembangan program layanan dan sistem evaluasi hasil belajar.
Tidak kalah pentingnya adalah berupaya meningkatkan partisipasi nyata dari semua pihak, dan
kolaborasi dan kemitraan, serta metodologi partisipatori, penelitian tindakan, dan kolaboratif inkuiri.
E. Konsep Sumber Daya Manusia

Elemen penting yang terkait dengan konsep pendidikan inklusif adalah soal sumber daya manusia yang
berperan penting dalam menunjang setiap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak didik. Sumber
daya merupakan bagian vital untuk mengoptimalkan segenap potensi anak berkebutuhan khusus.
Berbagai poin penting terkait dengan sumber daya setidaknya menjadi gambaran tentang bagaimana
mendorong setiap anak agar memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan kehidupan yang
semakin besar.

Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia (local
resources) menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan potensi yang terpendam.
Mendistribusikan sumber daya yang tersedia juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan
keterampilan anak berkebutuhan khusus, terpenting adalah memandang manusia (anak, orangrua, guru,
kelompok orang

yang termarginalkan) sebagai sumber daya kunci yang menentukan setiap pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Berbagai fasilitas yang mendukung juga dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan seperti Braille
atau alat-alat bantuan (assistive divice).

Lalu bagaimana Anda memahami konsep tentang sumber daya? Sejarah telah mencatat bahwa sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan andalan utama pembangunan negara yang bersangkutan.
Meski suatu negara memiliki sumber daya alam yang melimpah. seperti minyak, mineral, dan objek
wisata, namun tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, negara tersebut akan tetap
saja terbelakangan (Nugroho, 2003: 115). Sumber daya manusia yang berkualitas, pada hakikatnya
merupakan dambaan dari masing-masing negara. Melalui peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas, pembangunan bangsa di berbagai sektor, termasuk pengembangan teknologi modern
secara berkelanjutan akan dapat dijalankan dengan baik sehingga dambaan tersebut benar-benar dapat
diwujudkan dalam realitas kehidupan di masyarakat.

Sejalan dengan itulah, seluruh dunia berlomba-berlomba untuk mengembangkan sumber daya manusia
yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kenyataan telah membuktikan bahwa penghasilan
suatu negara sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut.
Dampak dari kemajuan ekonomi, di satu sisi, akan terus mendatangkan multiplier effect bagi sektor
lainnya sehingga pada gilirannya negara tersebut dapat menjadi negara maju, bahkan adikuasa,
demikian sebaliknya (Buseri, 2002: 5).
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan langkah awal dalam merealisasikan pembangunan
yang telah direncanakan agar mampu bersaing dengan negara di dunia yang sebelumnya telah
mengalami kemajuan. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat memberikan kepercayaan diri bagi pelajar
untuk mengoptimalisasikan

.mn 16.25 ле

124

keterampilan dan kreativitasnya dalam bentuk yang konkret. Sebab melalui jalan ini, dambaan terhadap
generasi siap pakai, bisa sesuai dengan perkembangan zaman dan tantangan masa Melihat kenyataan
demikian, bangsa ini membutuhkan generasi potensial yang siap menghadapi tantangan globalisasi yang
semakin menggejala di tengah-tengah kehidupan generasi muda. Apalagi tantangan globalisasi tersebut,
memberikan pencerahan kepada semua aspek kehidupan sehingga lama-kelamaan generasi muda kita
akan ikut terhadap apa yang aka ditawarkan oleh pengaruh globalisasi.

Globalisasi secara faktual, menyimpan sebuah manfaat dan kegelisahan yang saling berbenturan.
Namun, kegelisahan mungkin lebih besar dari manfaat yang ditawarkan. Globalisasi pada hakikatnya
mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap aspek kehidupan masyarakat, terutama perubahan
tingkah laku dan sikap yang dimiliki masyarakat itu sendiri. Di samping bekal sumber daya manusia yang
berkualitas, bangsa ini juga membutuhkan pada generasi yang bermoral dan memiliki pedoman hidup
(way of life) yang dapat dijadikan prinsip dalam menghadapi kehidupan yang serba-global dan bebas.
Prinsip itulah yang kemudian mengontrol tindakan yang bertentangan dengan aturan pemerintahan,
apalagi menyangkut pelanggaran terhadap ajaran agama. Tak salah, ketika prinsip kehidupan yang
berpedoman pada ajaran agama menjadi sebuah keniscayaan untuk dikembangkan secara integral.

Menurut Bank Dunia (1980), pengembangan sumber daya manusia menyangkut aktivitas dalam dunia
pendidikan, pelatihan, peningkatan kemampuan, dan pengembangan teknologi. Selanjutnya, pengertian
pengembangan kemampuan sumber daya manusia diperlukan dengan berbagai unsur, seperti
pendidikan dan pelatihan, keuletan, kemampuan kerja, lingkungan hidup yang sehat, pengembangan
karier, dan kehidupan politik yang bebas. Pengembangan sumber

16.26 л
daya manusia yang berkualitas, menjadi harapan dalam membangun bangsa ini ke arah kemajuan yang
signifikan. Hal ini sangat penting mengingat tantangan kehidupan di masa depan begitu kompleks
sehingga upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. harus menjadi kenyataan yang
tidak hanya dalam wacana belaka. Maka, dalam menghadapi perubahan sosial sebagai dampak
globalisasi, agenda utama pendidikan tiada lain adalah pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusia, baik ditinjau dari nilai ekonomis maupun nilai insani.

Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, upaya untuk mengintegralkan kualitas kaum muda yang
berwawasan intelektual dalam upaya kompetisi secara sehat dengan bangsa lain, dapat menjadi langkah
yang realistis untuk pembangunan lebih lanjut kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya
manusia seperti di atas, dimaksudkan untuk menghadapi tugas kehidupan yang menurut Muchtar
Buchari (2001: 50) meliputi tiga tugas pokok, antara lain (1) untuk dapat hidup (to make a living), (2)
untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna (to develop meaningfull life). (3) dan untuk
memuliakan kehidupan (to ennoble life).

Lalu, bagaimana peran generasi muda dalam merealisasikan sumber daya manusia yang berkualitas?
Pertama, pengembangan komunitas ilmiah. Komunitas ilmiah merupakan suatu gerakan yang dapat
mendorong semua pihak untuk mengaktualisasikan skill pribadinya dalam bentuk yang konkret. Segala
permasalahan yang berkaitan dengan masa depan generasi muda akan dibahas dan dikritisi secara
mendalam diaplikasikan. agar pengembangan wawasan berpikir mereka dapat

Kedua, kualitas sumber daya manusia yang berkualitas ditunjukkan dengan penguasaan mereka
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan dan mengembangkan
sumber

daya manusia berkualitas, tidak lepas dari kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan upaya implementasi dalam mencetak generasi potensial
yang berwawasan luas, terutama dalam bidang produktivitas yang berkembang. J.W. Schoorl (1981: 60),
menyatakan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan kekuatan yang
membedakan status negara-negara di dunia. Sejalan dengan itu, hampir setiap negara berlomba-lomba
untuk terus mengembangkan sumber daya manusianya yang berkembang.

Ketiga, meningkatkan kemandirian manusia yang bersangkutan. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang diproduksi oleh pendidikan tinggi kita, yang perlu disosialisasikan bukan hanya ilmu
pengetahuan yang akan meningkatkan keahlian maupun teknologi yang menambah keterampilan
produktivitas, melainkan juga etika demokrasi yang akan meningkatkan kemandirian manusia.
Di sinilah sebenarnya pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas, yang diarahkan pada idealisme
untuk membangun bangsa yang maju dan berperadaban. Dengan demikian upaya ini, menjadi tugas dan
tanggung jawab generasi muda sebagai generasi penerus bangsa ke depan. Melalui peran dan kontribusi
generasi muda inilah, pembangunan bangsa ke arah kemajuan mungkin dapat direalisasikan.
Disebabkan pembangunan bangsa untuk selanjutnya diserahkan kepada generasi muda yang
mempunyai masa depan gemilang di masa depan.

129

Anda mungkin juga menyukai