Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanggung jawab negara terhadap pendidikan, kita dapat menyoroti hal yang

lebih kecil khususnya berada disekitar kita. Lembaga pendidikan yang berada di

kecamatan Kota Utara sebagai lembaga pendidikan yang merupakan lembaga yang

berada langsung di bawah pemerintah yang dalam hal ini juga sebagai pelaksana dari

amanat Konstitusi dalam ruang lingkup bertanggung jawab sebagai pemenuhan hak-

hak dasar tanpa memandang suku,ras, agama, serta fisiknya. Pemenuhan hak dasar

yang mendasar adalah sarana atau aksesbilitas yang diberikan apakah sudah

mencakup pada siswa/siswi.1

Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas yang secara tegas memberikan perlindungan mengatur kedudukan dan

hak penyandang disabilitas. Pada pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2016 tentang Penyandang Disabilitas ditegaskan bahwa:

“ Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasn fisik,

intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk

berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan

kesamaan hak”. Oleh karena itu sangat penting untuk dikaji dalam undang undang

1
Muhammad Eko Saputra, “ Evaluasi Kebijakan Peraturan Walikota Bambang nomor 73 Tahun
2012 tentang programFasilitas Partisipasi Masyarakat”. Ilmu Pemerintahan, : Vol 3 No (4) Oktober
2015, hal 1593-1594.

1
No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan upaya pemerintah daerah

dalam menyediakan sarana atau aksesbilitas khususnya kepada Siswa/siswi

penyandang Disabilitas sarana pendidikan di Kecamatan Kota Utara Kota

Gorontalo.2

Manusia tidak hanya dibatasi menjadi manusia saja, tetapi juga harus ada

peningkatan diri menjadi human. Manusia memiliki prinsip,nilai,dan rasa

kemanusiaan yang melekat pada diri masing-masing. Manusia memiliki akal budi

yang bisa memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang

mendorong perilaku baik sebagai manusia. Memanusiakan manusia berarti perilaku

manusia untuk senantiasa menghargai, dan menghormati harkat dan derajat manusia

lainnya. Memanusiakan manusia adalah tidak menindas sesama,tidak menghardik,

tidak bersifat kasar dan tidak memandang dari fisiknya, di dalam konsep

kewarganegaraan timbul yang dinamakan hak asasi manusia. Hak asasi manusia

disini memang dinyatakan kurang adil bila penyandang disabilitas disamakan haknya

dengan manusia normal lainnya. Oleh karena itu, maka oleh negara dibuatkan sebuah

hak tersendiri bagi penyandang disabilitas, yang dituangkan dalam Undang-Undang

No 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. 3

Observasi awal data yang saya temukan pada ruang Lingkup pendidikan yang

berada di Kecamatan Kota Utara adalah jumlah pendidikan itu ada 19 Lembaga

Pendidikan baik SDN, SMP,SMA, sehingga dalam penelitian yang didapatkan dalam

aksesbilitas terhadap dunia pendidikan bahwa aksi dan kebijakan tersebut sampai
2
Ismet Hadi, “Urgensi Ajsebilitas Disabilitas pada Instansi Pemerintahan”. Vol.3 No.2, Oktober
2003,hal. 223-245.
3
 Sahfry Zuhair Arifin, “ Penyandang Disabilitas Juga Manusia” (https://programpeduli.org/blog/pen
yandang-disabilitas-juga-manusia/2015)

2
sekarang belum terpenuhi yaitu belum mampu melindungi dan memberikan jaminan

terhadap perwujudan hak-hak penyandang disabilitas untuk penyandang disabilitas

rungu wicara, penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas .

Faktor penyebabnya terdapat dalam realita dilapangan khusunya sekolah yang

berada di Kecamatan Kota Utara untuk para siswa/siswi penyandang disabibilitas

sekolah memiliki bangunan yang cukup baik tetapi ada beberapa yang perlu

diperhatikan secara khusus. Di sini ada beberapa sekolah dalam ketersediaan fasilitas

akses untuk siswa penyandang disabilitas dapat dikatakan fasilitas belum memadai.

Hal ini dapat dilihat melalui bangunan yang masih memiliki kekurangan , kurangnya

anggaran dana dan terdapat faktor pembulyan terhadap siswa/siswi penyandang

disabilitas. Sehingga banyak yang putus sekolah.

Dari Data dalam lingkup Pendidikan bahwa jumlah penyandang disabilitas di

Kecamatan Kota Utara

N KOTA GORONTALO JUMLAH KET

O
1. DISABILITAS RUNGU WICARA 1
2. DISABILITAS MENTAL 35
4. DISABILITAS DAKSA 2

Aksesbilitas adalah penting untuk dalam mewujudkan kesamaan kesempatan

dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Aksesbilitas merupakan kemudahan

yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan

kesempatan dalam aspek kehidupan dan penghidupan. Jaminan atas aksesbilitas bagi

3
penyandang disabilitas tercantum dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, antara lain dalam Pasal 41,42, dan 54.

Peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas di sebutkan dalam

pemberian aksesbilits Pada dunia pendidikan, kaum disabilitas sendiri sering

dikucilkan, terlihat dari beberapa fenomena terjadi seperti di lembaga-lembaga

pendidikan yang ada di Kecamatan Kota Utara bahwa belum terpenuhi tersedianya

fasilitas pendidikan yang aksisbel, alat bantu belajar/mengajar belum terpenuhi dan

masih ada juga diskriminasi terhadap anak-anak penyandang disabilitas, sehingga

kebanyakan anak-anak penyandang disabilitas putus sekolah.

Padahal dalam pasal 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 menyatakan bahwa

penyandang disabilitas berhak mendapatkan layanan pendidikan. Hak tersebut

meliputi hak untuk mempunyai kesamaan kesempatan mendapatkan layanan

pendidikan yang bermutu disemua jenis, jalur dan jenjang pendidikan. UU Nomor 8

Tahun 2016 juga mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusi. Hal ini seperti yang diatur dalam pasal 40 UU Nomor 8 Tahun 2016

pemerintah daerah wajib menyelenggarkan dan memfasilitasi pendidikan untuk

penyandang disabilitas disetiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai

kewenangannya.4

4
  Bambang Widodo, “Upaya Memenuhi Hak PenyandangDisabilitas”(http://ham.go.id/2020/03
/06/upaya-memenuhi-hak-penyandang-disabilitas, pada tanggal 21/12/2020) .

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas terhadap hak-hak penyandang disabilitas dalam lingkup

pendidikan di Kecamatan Kota Utara?

2. Bagaimana Upaya Pemerintah dalam mengoptimalkan pada Undang-Undang

No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas terhadap hak-hak penyandang

disabilitas dalam lingkup pendidikan di Kecamatan Kota Utara?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

A. Adapun tujuan penelitian terdiri dari:

a. Untuk mengetahui implementasi Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas terhadap hak-hak penyandang disabilitas dalam lingkup

pendidikan di Kecamatan Kota Utara

b. Untuk mengetahui upaya Pemerintah dalam mengoptimalkan pada Undang-

Undang Nomor. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas terhadap hak-hak

penyandang disabilitas dalam lingkup pendidikan di Kecamatan Kota Utara

B. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini mengharapkan sumbangsi pengetahuan sebagai sebuah refrensi

untuk penelitian di masa mendatang, yang mempunyai di siplin ilmu yang di

ketahui oleh masyarakat Prodi Hukum Tata Negara.

5
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan baru terhadap

penelitian sendiri maupun para penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian sejenis.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk pemerintah di Kota Gorontalo

terkait hak-hak penyandang disabilitas dalam Lingkup Pendidikan di Kecamatan

Kota Utara.

D. Definisi Operasional dan Ruang lingkup Penelitian

1. Definisi Operasional

Selanjutnya peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang di gunakan dalam

penelitian proposal ini. Hal ini yang dimaksudkan agar memudahkan dalam

memahami maksud dari judul tersebut:

a. Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan. Implementasi juga di artikan

ialah kegiatan yang dilakukan melalui perencanaan dan mengacu pada aturan

tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Dengan adanya implementasi

maka akan diperoleh banyak keuntungan, khusus perihal kebijakan.

b. Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pada pasal 1

di jelaskan bahwa Penyandang Disabilitas adalah “setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu

lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan

dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara

lainnya berdasarkan kesamaan hak.

6
c. Hak-hak Penyandang Disabilitas terdapat dalam pasal 10 Undang-Undang No. 8

Tahun 2016 bahwa penyandang disabilitas berhak untuk mendapatkan layanan

pendidikan. Hak tersebut meliputi hak untuk mempunyai kesamaan kesempatan

untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu di semua jenis,

jalur,jenjang pendidikan.

d. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian seorang peneliti. Akan tetapi fokus dari penelitian

berbeda, objek peneliti yang berbeda dan lokasi penelitian berbeda adapun peneliti

meliputi:

Skripsi Ma’idatul Husna berjudul “ Hak Pendidikan Disabilitas Menurut

Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas Dalam

perspektif Hukum Islam”. Penelitian ini di latar belakangi oleh pendidikan anak

penyandang disabilitas yang dilihat bahwa anak penyandang disabilitas masih rentan

terhadap lingkungannya dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu,

ketidaksamaan perolehan pendidikan bagi anak normal dan penyandang disabilitas

berbeda, jadi timbul rasa tidak percaya diri kepada mereka. Hak pendidikan

penyandang disabilitas di atur dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang

7
disabilitas, maka aturan tersebut harus dilaksanakan, bukan hanya Undang-Undang

saja yang mengatur tetapi hukum islam juga. Aturan yang tidak diterapkan ialah :

belum terpenuhinya fasilitas pendidikan pada masing-masing anak penyandang

disabilitas , belum terpenuhinya akomodasi yang layak bagi anak penyandang

disabilitas, belum terpenuhinya pendampingan pada masing-masing anak peyandang

disabilitas di sekolahan dan hanya seorang guru yang ada.

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana Hak pendidikan Penyandang

Disabilitas serta pemenuhannya dan bagaimana perlindungan untuk anak penyandang

“ Hak Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Menurut Undang-Undang No. 8

Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas Dalam perspektif Hukum Islam. 5

Skripsi Siti Annisa Rahmayani berjudul “Pemikiran Pendidikan Bagi

Penyandang Disabilitas Menurut Akhmad Soleh ”. Tujuan dan metode penelitian ini

yakni untuk mengetahui sebuah pengertian dari teori studi pemikiran, bagaimana

pola penanganan penyandang disabilitas . 6

Penelitian ini menghasilkan sebuah pemikiran pendidikan bagi penyandang

disabilitas dari seorang tokoh penyandang disabilitas. Pendidikan bagi penyandang

disabilitas menurut Akhmad Soleh yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan

jenjang dasar, menengah dan perguruan tinggi adalah pendidikan inklusi. Akan tetapi

pada perguruan tinggi sendiri masih banyak yang belum bisa menerapkan inklusi

5
Ma’idatul Husna, “Hak Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Menurut Undang-Undang No. 8
Tahun 2016 Tetantang Penyandang Disabilitas Dalam perspektif Hukum Islam”, Skripsi (Jurusan
Hukum Keluarga Islam Dan IAIN Tulungagung, 2018).
6

Siti Annisa Rahmayani “Pemikiran Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas menurut Akhmad
Soleh”, Skripsi (Jurusan Penididkan Agama Islam Dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,2018)

8
dalam proses pembelajaran dikarenakan ketidaksiapan dari lembaga pendidikan

tersebut dan belum memahami secara jelas penyandang disabilitas.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan proposal ini dibagi beberapa dengan susuan

sebagai berikut:

Bagian pendahuluan adalah, uraian bagaian ini menjelaskan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi

operasional, dan ruang lingkup penelitian, telaah pustaka serta sistematika penulisan.

Bagian kajian teori adalah uraian bagian yang menjelaskan pengertian

implementasi, pengertian Penyandang Disabilitas, pengertian Aksesbilitas, Undang-

Undang No 8 Tahun 2016, pengertian pendidikan, Jaminan pemenuhan Hak

penyandang disabilitas.

Bagian metode penelitian adalah uraian bagian ini menjelaskan jenis penelitian,

pendekatan penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan pengolahan

data.

9
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan. Implementasi juga di artikan

ialah kegiatan yang dilakukan melalui perencanaan dan mengacu pada aturan tertentu

untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Dengan adanya implementasi maka akan

diperoleh banyak keuntungan, khusus perihal kebijakan.

Dengan penjelasan itu kita bisa melihat bahwa implementasi bermuara pada

mekanisme sebuah sistem. Penerapan implementasi wajib sesuai dengan perencanaan

yang sudah dibuat supaya hasil yang digapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli Pressman dan

Wildavsky menyatakan implementasi adalah sebuah tindakan untuk melaksanakan,

mewujudkan, serta menyelesaikan kewajiban ataupun kebijakan yang sudah

dirancang.7

B. Pengertian Penyandang Disabilitas

7
Alex, “Implementasi adalah” (https://pengajar.co.id/implementasi-adalah/,diakses pada tanggal 23
Desember 2020 pukul 19:35)

10
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat 1 mendefinisikan

penyandang disabilitas sebagai:

Setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,atau

sensorik dalam jangka waktu yang lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan

dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisispasi secara penuh dan

efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Pasal 4 Ayat 1 mendefinisikan bahwa: ragam penyandang disabilitas meliputi:

a. Penyandang Disabilitas fisik “ adalah terganggunya fungsi gerak, antara lain

amputasi, lumpuh layuh atau kau, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat kusta,

dan orang kecil.

b. Penyandang Disabilitas intelektual” adalah terganggunya fungsi pikir karena

tungkat kecerdasan dibawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas

grahita dan down syndrom.

c. Penyandang Disabilitas mental” adalah terganggunya fungsi pikir, emosi, dan

perilaku atara lain:

 psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxieas, dan gannguan.

 Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial

diantaranya autis dan hiperaktif.

d. Penyandang Disabilitas sensorik” adalah terganggunya salah satu fungsi dari

panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas

wicara.

Pasal 4 Ayat 2 mendefinisikan bahwa:

11
Ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat

dialami secara tunggal, ganda atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan

oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Di bagian

penjelasan Pasal 4 Ayat 2 Undang-Undang No.8 Tahun 2016 ini menjabarkan

lanjutan ragam definisi penyandang disabilitas dan waktu serta sifat yang didasari

definisian ragam penyandang disabilitas di indonesia, yaitu sebagai berikut:

 “Penyandang Disabilitas ganda atau multi “ adalah penyadang disabilitas yang

mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara

dan disabilitas netra-tuli.

 “Dalam jangka waktu lama” adalah jangka waktu lama” adalah jangka waktu

paling singkat 6 (enam) bulan atau bersifat permanen.8

C. Pengertian Aksesbilitas

Aksesbilitas adalah kemudahan yang mencapai untuk orang lain,terhadap suatu

objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut dapat

diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya.

Penjelasan terhadap pengertian aksesbilitas juga dijelaskan pada Peraturan Menteri

Pekerja umum Nomor 30/PRT/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dn

Aksesbilitas pada Bangunan Umum, yaitu kemudahan yang disediakan bagi

penyandang disabilitas untuk mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek

kehidupan. Penerapan aksesbilitas juga sudah seharusnya diterapkan pada semua

8
Dini Widinarsih, “ Penyandang Disabilitas di Indonesia:Perkembangan Istilah Definisi”, Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Jilid 20, Nomor 2 Oktober 2019, hlm. 127-142

12
bangunan terutama pada bangunan pendidikan. Hal ini agar memenuhi kebutuhan

penyandang disabilitas.9

D. Undang-Undang No. 8 Tahun 2016

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 merupakan jawaban dari kondisi

penyandang disabilitas indonesia yang masih hidup dalam kondisi rentan,

terbelakang atau miskin yang disebabakan masih adanya pembatasan, hambatan,

kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak penyandang disabilitas. Selain itu

untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan dalam penyandang disabilitas

menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan

peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya maka

pemerintah dan DPR R1 sepakat mengesahkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2016.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 menyebutkan bahwa

penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,

intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk

berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan

kesamaan hak.

Atas dasar kesamaan hak tersebut maka diaturlah upaya pelaksanaan dan

pemenuhan hak penyandang disabilitas yang terdiri dari hak hidup, bebas dari

stigma, privasi, keadilan dan perlindungan hukum, pendidikan, pekerjaan,

kewirausahaan, dan koperasi, kesehatan, politik, keagamaan, keolahragaan,


9
Belgys Annas Pramono, Skripsi: “Penyediaan Aksesbilitas Pada Bangunan pendidikan Bagi
Penyandang Disabilitas”, (Malang : Universitas Brawijaya, 2016), hlm. 23

13
kebudayaan, dan pariwisata, kesejahteraan sosial, Aksesbilitas, Pelayanan Publik,

Perlindungan dari bencana, habilitas, dan rehabilitas, Konsesi, pendataan, hidup

secara mandiri, dan dilibatkan dalam masyarakat, berekspresi, berkomunikasi, dan

memperoleh informasi, berpindah tempat dan kewarganegaraan, dan bebas dari

tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi.

Lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 merupakan hal bagus bagi

penyandnag disabilitas yang merubah paradigma terhadap seluruh kaum penyandnag

disabilitas yang awalnya masuk dalam objek kebijakan yang hanya fokus terhadap

kesejahteraan, kesehatan, program namun berdasarkan asas persamaan hak maka

dilaksanakan upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak serta

pemberdayaan penyandang disabilitas.10

E. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan satu bidang yang menjadi tanggung jawab Negara.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas mengamanatkan untuk “

Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Amanat tersebut secara hirarkis dituangkan ke

dalam berbagai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,

Frichy Ndauman, “Antara Tanggung Jawab dan Pelaksanaan Oleh Pemerintah Daerah” , HAM,
10

Nomor 1, Volume II, April 2020. Hlm.133

14
masyarakat, bangsa dan negara. Para ahli mengemukakan definisi diantaranya:

Driyakara: “Pendidikan adalah upaya yang memanusiakan manusia. Artinya definisi

tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan usaha sistematis yang bertujuan

agar setiap manusia mencapai satu tahapan tertentu di dalam kehidupannya, yaitu

tercapainya kebahagiaan lahir dan batin.11

F. Jaminan Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas

Hak penyandang disanilitas diatur dalam Bab III, dari Pasal 5 hingga Pasal 26.

Diatur dalam CRPD ditegaskan kewajiban Negara untuk merealisasikan hak yang

termuat dalam CRPD melalui penyesuaian peraturan perundang-undangan,

penyandang disabilitas memiliki hak sebagai berikut:

 Hak Sipil dan Politik

a. Hak Hidup

b. Hak bebas dari stigma

c. Hak Keadilan dan Perlindungan Hukum

d. Hak Privasi

e. Hak Politik

f. Hak Keagamaan

g. Hak Berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi

h. Hak Kewarganegaraan

i. Hak Bebas dari diskriminasi, penelantaran, penyiksaan dan eksploitasi

 Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

a. Hak Pendidkan
11
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu pendidikan, ( Kota Palopo : Kampus Iain Palopo, 2018), hal. 8-9 .

15
b. Hak pekerjaan

c. Hak Kesehatan

d. Hak Kebudayaan dan Pariwisata

e. Hak Kesejahteraan Sosial

f. Hak Pelayanan Publik

g. Hak Hidup Secara Mandiri dan Dilibatkan Dalam Masyarakat

 Hak Khusus Lainnya

a. Hak Kewirausahaan dan Koperasi

b. Hak Aksesbilitas

c. Hak Perlindungan dari Bencana

d. Hak Habilitasi dan Rehabilitasi

e. Hak Pendataan

f. Hak Keolahragaan.

Pemerintah dan Pemerintahan Daerah wajib menyelenggarakan atau

memfasilitasi pendidikan untuk Penyandang disabilitas disetiap jalur, jenis dan

jenjang pendidikan sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan dalam sistem

pendidikan nasional melalui pendidikan inklusif dan pendidikan khusus, diantaranya

dengan mengikutsertakan anak penyandang disabilitas dalam program wajib belajar

12 (dua belas) tahun, mengutamakan anak penyandang disabilitas bersekolah dilokasi

yang dekat tempat tinggalnya, memfasilitas penyandang disabilitas yang tidak

berpendidikan formal untuk mendapatkan ijazah pendidikan dasar dan menengah

melalui program kesetaraan, memfasilitasi pementukan Unit Layanan Disabilitas

untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif tingkat dasar, menengah dan

16
tingkat pendidikan tinggi, menyediakan beasiswa untuk peserta didik penyandang

disabilitas berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

Dengan lahirnya UUPD sebagai kebijakan baru, tentunya penyesuaian baik dari

peraturan turunan dari UUPD maupun dari berbagai bidang dan instansi terkait.

Misalnya di bidang pendidikan, dari segi kesiapan tenaga pengajar, kesesuaian

kurikulum, fasilitas penunjang, dan perpustakaan dengan pelayanan bagi penyandang

disabilitas. UUPD ini juga menjadi momentum bagi upaya penyelesaian

permasalahan yang krusial saat ini yaitu sinkronisasi data jumlah penyandang

disabilitas sesuai dengan ragam disabilitas beserta pesebarannya yang terintegrasi

dengan data kependudukan di wilayah Indonesia, mengingat masih terdapat

perbedaan jumlah data dari instansi terkait diantaranya BPS Kementrian Sosial,

Kementrian Kesehatan, dan Kementrian Pendidikan.

Harapan terbesar dari kebijakan baru ini adalah dari segi implementasinya yang

melibatkan peran aktif pemerintah, semua bidang terkait, dan masyarakat. Ripley dan

Franklin menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-

undang ditetapkan yang memberikan ooritas program, kebijakan, keutungan

(benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) . berkaitan dengan

implementasi UUPD jika mengacu pada prinsip-prinsip keadilan venurut Jhon Rawls

mencakup dua hal yaitu: prinsip keadilan adalah harus memberi penilaian konkret

tentang adil tidaknya institusi-institusi dan praktik-praktik institusional, prinsip-

prinsip keadilan harus mengimbangi kita dalam memperkembangkan kebijakan-

kebijakan dan hukum untuk mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar

masyarakat tertentu ( Darmodiharjo) dan Sidartha, 2006). Hal ini juga berkaitan

17
dengan prinsip keadilan Rawls lainnya yaitu prinsip persamaan yang adil atas

kesempatan (the prinsiple offair equality of opportunity). Dengan demikian

pemenuhan kesamaan kesempatan terhadap penyandang disabilitas dalam segala

aspek penyelenggaraan negara dan masyarakat dapat terpenuhi dengan optimal.

UUPD juga dapat menjadi tonggak peningkatan kesehateraan sosial bagi

penyandang disabilitas. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Mengingat

penyandang disabilitas memiliki keterbatasan dalam melaksanakan fungsi sosial.

UUPD mengatur pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang

berkualitas , adil, sejahtera lahir dan batin, bermartabat, dan jaminan pelindungan

dari penelantaran, eksploitasi, pelecehan dan segala tindakan diskriminasi , serta

pelanggaran hak asasi manusia.12

F. Dalam al-Qur’an dan Hadits juga disampaikan tentang perlindungan bagi

penyandang disabilitas.

Ayat tersebut terdapat di berbagai ayat serta dalil-dalil tentang penyandang

disabilitas:

4ِ‫ض‬4‫ ي‬4‫ ِر‬4‫ َم‬4‫ ْل‬4‫ ا‬4‫ ى‬4َ‫ ل‬4‫ اَل َع‬4‫ َو‬4‫ج‬ ِ 4‫ َر‬4‫ ْع‬4َ ‫أْل‬4‫ ا‬4‫ ى‬4َ‫ ل‬4‫ اَل َع‬4‫و‬4َ 4‫ج‬
4ٌ 4‫ َر‬4‫ح‬4َ 4‫ج‬ 4ٌ 4‫ر‬4َ 4‫ح‬4َ 4‫ى‬4ٰ 4‫ َم‬4‫ ْع‬4َ ‫أْل‬4‫ ا‬4‫ ى‬4َ‫ ل‬4‫ َع‬4‫س‬
4َ 4‫ ْي‬4َ‫ل‬

ِ 4‫ و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ت‬4‫ و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫ن‬4ْ 4‫ ِم‬4‫ا‬4‫ و‬4ُ‫ ل‬4‫ ُك‬4ْ‫ أ‬4َ‫ ت‬4‫ن‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4‫س‬
4ِ‫ت‬4‫و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ئ‬4‫ ا‬4َ‫ب‬4‫ آ‬4‫ت‬ 4ِ 4ُ‫ ف‬4‫ ْن‬4َ‫ أ‬4‫ى‬4ٰ 4َ‫ ل‬4‫ اَل َع‬4‫و‬4َ 4‫ج‬
4ٌ 4‫ر‬4َ 4‫ح‬4َ

4‫ ْو‬4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4‫ ِم‬4‫ ا‬4‫ َم‬4‫ ْع‬4َ‫ أ‬4‫ت‬


ِ 4‫ و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ت‬4‫ ا‬4‫و‬4َ 4‫خ‬4َ 4َ‫ أ‬4‫ت‬ ِ 4‫و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ت‬4‫ ا‬4‫ َه‬4‫ َّم‬4ُ‫أ‬
ِ 4‫و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ن‬4‫ ا‬4‫ َو‬4‫خ‬4ْ 4ِ‫ إ‬4‫ت‬
12
Imas Sholihah, “Kebijakan Baru: Jaminan Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas” , (Sosial
Inform, Vol 2, No. 02, Mei-Agusutus 2016. Hlm.173-183

18
4‫ ْم‬4ُ‫ ت‬4‫ ْك‬4َ‫ ل‬4‫ َم‬4‫ ا‬4‫ َم‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫اَل ت‬4‫ ا‬4‫خ‬4َ 4‫ت‬
ِ 4‫و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ل‬4‫ ا‬4‫و‬4َ 4‫خ‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ت‬
ِ 4‫ و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ت‬4‫ ا‬4‫ َّم‬4‫ َع‬4‫ت‬
ِ 4‫ و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ب‬

ْ 4َ‫ أ‬4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ ا‬4‫ ًع‬4‫ ي‬4‫ ِم‬4‫ج‬4َ 4‫ا‬4‫ و‬4ُ‫ ل‬4‫ ُك‬4ْ‫ أ‬4َ‫ ت‬4‫ن‬4ْ 4َ‫ أ‬4‫ح‬
4ۚ 4‫ ا‬4ً‫ت‬4‫ ا‬4َ‫ ت‬4‫ش‬ 4ٌ 4‫ ا‬4َ‫ ن‬4‫ج‬4ُ 4‫ ْم‬4‫ ُك‬4‫ ْي‬4َ‫ ل‬4‫ َع‬4‫س‬ 4َ 4‫و‬4ْ 4َ‫ أ‬4ُ‫ ه‬4‫ح‬4َ 4ِ‫ت‬4‫ ا‬4َ‫ ف‬4‫َم‬
4َ 4‫ ْي‬4َ‫ ل‬4ۚ 4‫ ْم‬4‫ ُك‬4ِ‫ق‬4‫ ي‬4‫ ِد‬4‫ص‬

ِ 4ُ‫ ف‬4‫ ْن‬4َ‫ أ‬4‫ى‬4ٰ 4َ‫ ل‬4‫ َع‬4‫ا‬4‫ و‬4‫ ُم‬4ِّ‫ ل‬4‫س‬
4ً‫ ة‬4‫ َك‬4‫ َر‬4‫ ا‬4َ‫ ب‬4‫ ُم‬4ِ ‫ هَّللا‬4‫ ِد‬4‫ ْن‬4‫ ِع‬4‫ن‬4ْ 4‫ ِم‬4ً‫ة‬4َّ‫ ي‬4‫ح‬4ِ 4َ‫ ت‬4‫ ْم‬4‫ ُك‬4‫س‬ َ 4َ‫ ف‬4‫ ا‬4ً‫ت‬4‫و‬4ُ‫ي‬4ُ‫ ب‬4‫ ْم‬4ُ‫ ت‬4‫ ْل‬4‫خ‬4َ 4‫ َد‬4‫ ا‬4‫ َذ‬4ِ‫ إ‬4َ‫ف‬
ٰ
44َ ‫ن‬4‫ و‬4ُ‫ ل‬4ِ‫ ق‬4‫ ْع‬4َ‫ت‬ ِ 4‫ ا‬4َ‫آْل ي‬4‫ ا‬4‫ ُم‬4‫ ُك‬4َ‫ ل‬4ُ ‫ هَّللا‬4‫ن‬4ُ 4ِّ‫ي‬4َ‫ب‬4ُ‫ ي‬4‫ك‬4َ 4ِ‫ ل‬4‫ َذ‬4 4‫ َك‬4ۚ 4ً‫ة‬4َ‫ ب‬4ِّ‫ ي‬4‫ط‬
4‫ ْم‬4‫ ُك‬4َّ‫ ل‬4‫ َع‬4َ‫ ل‬4‫ت‬ َ

Artinya: “Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit,

dan kalian semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak

kalian atau rumah ibu kalian, dirumah saudara-saudara laki-laki kalian,

di rumah saudara-saudara perempuan kalian...” (Surat an Nur ayat

61).

Ayat ini secara eksplisit menegaskan kesetaraan sosial antara penyandang

disabilitas dan mereka yang bukan penyandang disabilitas. Mereka harus di

perlakukan sama dan di terima tanpa deskriminasi dalam kehidupan sosial,

sebagaimana penjelasan Syekh Ali As-Ahabuni dalam Tafsir Ayatul Ahkam (1/406).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

19
Jenis penelitian di gunakan kualitatif yaitu penelitian yang terbatas pada

pengungkapan fakta suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya

merupakan penyikapan data. Metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji

kehidupan manusia dalam kasus-kasus terbatas, kausistik sifatnya namun mendalam

dan total menyeluruh dalam arti tidak mengenal pemilihan-pemilihan sengaja secara

konseptual ke dalam aspek-aspek yang eksekutif. Metode kualitatif juga

dikembangkan untuk mengungkap gejala-gejala di kehidupan masyarakat seperti apa

yang diterprespsi oleh warga-warga masyarkat itu sendiri dan dari kondisi mereka

sendiri yang diinterfensi oleh pengamat penelitinya (naturalistik). Metode ini tidak

sekali-kali menganjurkan dikembangkannya perspektif konseptual dari sudut

pandang peneliti. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena-

fenomena sosial yang terjadi di lapangan.13

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini pendekatan yuridis empiris ialah suatu metode

penelitian hukum yang berfungsi untuk dapat melihat hukum dalam artian nyata

serta meneliti bagaimana bekerjanya hukum disuatu lingkungan masyarakat.

Dikarenakan dalam penelitian hukum yuridis empiris ini ialah meneliti orang dalam

hubungan hidup di masyarakat yang berkaitan dengan Implementasi UU No. 8 Tahun

2016 tentang Penyandang Disabilitas terhadap hak-hak penyandang disabilitas dalam

Lingkup Pendidikan di Kecamatan Kota Utara.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Hardani, Metodologi Penelitian Kualitatif dan kuantitatif(Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group
13

Yogyakarta, 2020), hlm. 248

20
Penelitian ini dilakukan di Gorontalo, pengumpulan data dan informasi di ruang

lingkup pendidikan yang berada di Kecamatan Kota Utara.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Data ini

didapat dari sumber pertama dari individu atau perseorangan. Misalnya

adalah hasil wawancara dari narasumber dalam Ruang Lingkup Pendidikan.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku atau data pendukung

yang tidak diambil langsung dari informan tetapi diambil melalui dokumen

dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian ini untuk

melengkapi informasi yang di butuhkan.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi dilakukan

dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian. Wawancara merupakan

sebuah percakapan antara dua orang atau lebih dimana pertanyaan diajukan oleh

seseorang yang berperan sebagai pewawancara. Wawancara berdasarkan strukturnya

dapat di klasifikasikan atas wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan pada topik

tertentu. Sedangkan wawancara terbuka peneliti memberikan kebebasan dan

mendorong subjek untuk berbicara secara luas serta isi pembicaraan lebih banyak

ditentukan oleh subjek.

21
2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan penelitian yang

dilakukan oleh manusia yang menggunakan seluruh indera dalam mengamati

langsung keadaan di lapangan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara untuk memperoleh informasi dari data-data yang sudah

ada biasanya dalam bentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan dan

sebagainya. 14

F. Teknik Pengolahan Data

1. Teknik Pengolahan Data

Metode yang di gunakan dalam pengolahan data yaitu penelitia kualitatif yang

menggambarkan tentang Implementasi UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas terhadap hak-hak penyandang disabilitas dalam Lingkup Pendidikan di

Kecamatan Kota Utara.

2. Analisis Data

Analisis data Kualitatif merupakan proses mereview dan memeriksa data,

menyintensis dan menginterpertasikan data yang terkumpul sehingga dapat

menggambarkan dan menerangkan fenomena atau situasi sosial yang diteliti.

Drs. Salim, M. Pd & Drs. Syahrun, M. Pd. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Citapustaka
14

Media, 2015), Hal, 114-124

22
KERANGKA BAB

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

23
D. Manfaat Penelitian

E. Definisi Operasional

F. Telaah Pustakan

G. Sistematika Penulisan

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Pengertian Implementasi

B. Pengertian Penyandang Disabilitas

C. Pengertian Aksesbilitas

D. Undang-Undang No. 8 Tahun 2016

E. Pengertian Pendidikan

F. Jaminan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas

G. Dalam Al-Qur’an dan Hadist juga disampaikan tentang perlindungan bagi

penyandang disabilitas

DAFTAR PUSTAKA
Alex. (2020). Implementasi adalah. (https://pengajar.co.id/implementasi-adalah/.

Drs. Salim, M. Pd & Drs. Syahrun, M. Pd. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Citapustaka Media.

Hadi, I. (2003, Oktober). Urgensi Ajsebilitas Disabilitas pada Instansi Pemerintahan.

24
Hardani. (2020). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu Group.

Husna, M. (2018). Hak Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Menurut Undang-


Undang Nomor. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dalam
Perspektif Hukum Islam. Skripsi (Jurusan Hukum Keluarga Islam dan IAIN
Tulungagung.

Ndauman, F. (2020, April). Antara Tanggung Jawab dan Pelaksanaan Oleh


Pemerintah Daerah. HAM.

Rahmayani, S. A. (2018, April). Pemikiran Pendidikan bagi Penyandang Disabilitas


menurut Akhmad Soleh. Skripsi( Universitas Isala Indonesia Yogyakarta).

Saputra, M. E. (2015, Oktober). Evaluasi Kebijakan peraturan Walikota Bontang


Nomor 73 Tahun 2012 tentang Program Fasilitas Partisipasi Masyarakat.
Ilmu Pemerintah.

Sholihah, I. (2016, Mei-Agustus). Kabijakan Baru: Jaminan Pemenuhan Hak Bagi


Penyandang Disabilitas. Sosial Inform.

Widinarsih, D. (2019, Oktober ). Penyandang Disabilitas di Indonesia:


Perkembangan Istilah Definisi. Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Widodo, B. (2020, Desember). Upaya Memenuhi Hak Penyandang Disabilitas .


(http://ham.go.id/2020/03/06/Upaya-memenuhi-hak-penyandang-diasbilitas.

Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan . Skripsi(Kota Palopo: Kampus Iain


Palopo).

25

Anda mungkin juga menyukai