PENDAHULUAN
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi terhadap ilmu
pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab sulitnya penyandang disabilitas netra
memasuki dunia kerja.
2. Secara Praktis
b) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memberikan layanan pendidikan
dan bimbingan mengenai bekal keterampilan yang lebih baik terhadap penyandang
disabilitas netra untuk memasuki dunia kerja
c) Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk monitoring dan evaluasi
program yang telah dilaksanakan
34
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENYANDANG DISABILITAS NETRA
a. Konsep Disabilitas Netra dan Karakteristiknya.
Disabilitas Netra (visual impeirment) adalah seseorang yang hanya memiliki
ketajaman penglihatannya 20/200 atau lebih kecil pada mata yang terbaik setelah
dikoreksi dengan mempergunakan kacamata, atau ketajaman penglihatannya lebih
baik dari 20/200 tetapi lantang pandangnya menyempit sedemikian rupa sehingga
membentuk sudut pandang tidak lebih besar dari 20 derajat. Kondisi disabilitas netra
dibedakan dua kategori, penyandang disabilitas netra (Sutjihati Somantri, 2006:65).
Kondisi ini termasuk secara pengertian secara luas yang mencakup individu dengan
gannguan pengelihatan dengan ciri-ciri kondisinya, yaitu:
1) Ketajaman pengelihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang dapat
melihat secara awas;
2) terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu,
3) posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak,
4) terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan pengelihatan.
35
Secara lebih mudah dipahami (Irham Hosni, 1995: 26), memaparkan ciri-ciri untuk
mengenali disabilitas netra, yaitu:
1) seseorang yang hanya mengenal bentuk dan obyek (sedikit sisa pengelihatan);
4) seseorang yang hanya dapat membedakan gelap, terang atau persepsi cahaya
dan dapat menunjuk sumber cahaya;
Dengan kata lain penyandang disabilitas netra adalah individu yang indera
penglihatannya tidak berfungsi dengan baik dalam kegiatan sehari-hari seperti
halnya orang normal. Mereka memiliki keterbatasan untuk melakukan berbagai
aktivitas yang membutuhkan suatu penglihatan seperti melihat sekitar, menonton
televisi, membaca, serta hal lainnya yang berkenaan dengan penglihatan. Adapun
penyandang disabilitas netra disebabkan dari banyak faktor seperti yang dipaparkan
oleh Sutjihati Somantri (2006:66) bahwa kepenyandang disabilitas netraan terdiri
dari beberapa faktor. Faktor tersebut dari sudut pandang ilmiah, yaitu faktor internal:
kondisi saat bayi dalam kandungan: gen, kondisi ibu, kekurangan gizi, keracunan
obat, serta faktor ekternal seperti saat atau sesudah kelahiran, kecalakaan, terkena
penyakit mata, pengaruh alat bantu medis, 36
terkena virus, kurang gizi pada masa perkembangan, kurang vitamin, sakit panas
tinggi, keracunan. Kondisi penyandang disabilitas netra tersbut dapat mengalami
hambatan berbagai aspek perkembangan kognitif, motorik, emosi, sosial,
kepribadian. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut penulis menyimpulkan
bahwa tidak semua orang mempunyai kelainan pada indera penglihatan yang
menghambat pelaksanaan kegiatan dan fungsi orang tersebut. Penyandang
disabilitas netra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang
mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar, jadi, individu dengan kondisi
penglihatan yang termasuk "setengah melihat", "low vision", atau rabun adalah
bagian dari kelompok penyandang disabilitas netra. Berdasarkan acuan tersebut,
penyandang disabilitas netra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
(Somantri, 2005:67):
1) Buta
Dikatakan buta jika sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar
(visusnya = 0) 37
2) Low Vision
Bila masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih
dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar. Kedua
macam jenis penyandang disabilitas netra tersebut juga terdapat pada siswa-siswa
atau klien PSBN Wyata Guna sebagai lokasi penelitian, dengan melihat dari
perbedaan jenis tersebut kemungkinan terdapat perbedaan pula dalam cara dan
metode rehabilitasi dan pemberian bekal keterampilan yang di berikan oleh pihak
panti kepada kliennya. Selain daripada itu penyandang disabilitas netra pun dapat
diklasifikasikan kedalam beberapa riteria. Adapun klasifikasi penyandang disabilitas
netra secara garis besar yaitu berdasarkan waktu terjadinya kepenyandang
disabilitas netraan :
(a) Penyandang disabilitas netra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama
sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
(b) Penyandang disabilitas netra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah
memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
(c) Penyandang disabilitas netra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka
telah memiliki kesan-kesan visual dan
38
meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
(d) Penyandang disabilitas netra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang
dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
(e) Penyandang disabilitas netra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit
mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
(1) Pasal 27 ayat 2: Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan
(2) Pasal 28 D ayat 2: setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(1) Pada BAB III mengenai hak dan kewajiban Pasal 5 yang berbunyi, Setiap
penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan.
(a) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;
(b) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya;
43
(c) perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-
hasilnya;
(3) Pada BAB IV tentang Kesamaan Kesempatan. Pasal 13: Setiap Penyandang
Cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan jenis derajat kecacatannya
(4) Pasal 14: Perusahan Negara dan Swasta memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan memperkerjakan
penyandang cacat di perusahaannya dengan jenis dan derajat kecacatan,
pendidikan dan kemampuannya yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
karyawan dan atau kualifikasi perusahaan
c) UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, pada BAB III tentang kesempatan dan
perlakuan yang sama
(1) Pasal 5: Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan
44
(2) Pasal 6: Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha
(3) BAB V Pelatihan Kerja Pasal 19: Pelatihan kerja pada tenaga kerja penyandang
cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan
kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan
(4) BAB VI Penempatan Tenaga Kerja Pasal 31: Setiap tenaga kerja mempunyai
hak dan kesempatan yang sama untuk memilih mendapatkan atau pindah pekerjaan
dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri
(2) Pasal 27: Pengusaha wajib memberikan perlakuan yang sama kepada pekerja
penyandang cacat
Dimensi ini terdiri dari karakteristik dan ketrampilan soial seorang individu untuk
menjadikan orang lain sebagai panutan atau contoh model yang baik. Seorang
penyandang disabilitas netra pun harus memiliki panutan atau model yang baik guna
memacu semangat mereka untuk menjadi individu yang lebih baik lagi
b) Self management skills
Dimensi ini meliputi ketrampilan dan karakteristik individu dalam menjalin hubungan
akrab dengan orang lain yang sewajarnya serta dapat mengikuti aturan dan
harapan, penggunaan bebas waktu (menejemen waktu) dan sharing akan berbagai
hal. 49
e) Assertion skills
c. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat
bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
d. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.
Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program dikatakan
efektif. Yang dimaksud dengan rencana program disini ialah rencana pemberian
pembekalan keterampilan bagi penyandang disabilitas netra yang terprogram. Yaitu
berupa metode ataupun materi yang terwujud dalam sebuah rencana yang telah
ditetapkan
b. Aspek ketentuan dan tujuan ideal
Efektifitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang
dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses pemberian keterampilan.
Serta program dikatakan efektif apabila usaha tersebut mencapai tujuan dengan
kondisi ideal yang diinginkan.
Dalam penelitian ini dapat dilihat melalui aspek yang berhubungan dengan staf
pengajar dan peserta didik atau klien di Wyata Guna. Jika aturan tersebut
dilaksanakan dengan benar maka telah berlaku secara efektif serta penilaian aspek
tujuan dapat dilihat dari prestasi yang dicapai klien.