Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmad
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON

dengan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu keperawatan dasar II di semester satu.

Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa kami mengucap terimakasih kepada:

1. Sesilliea sumual, BSN. sebagai dosen pengajar mata kuliah psikologi pendidikan
yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini,
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.

Kamis, 01 Oktober 2015

Penyusun

Page 1
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
DAFTAR ISI

Bab I : PENDAHULUAN..................................................................................
- Latar belakang............................................................................................
- Rumusan masalah...................................................................................
- Tujuan..........................................................................................................
Bab II : PEMBAHASAN...................................................................................
Bab III : PENUTUP............................................................................................
- Kesimpulan..................................................................................................
- Daftar pustaka...............................................................................................

Page 2
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
BAB II

PEMBAHASAN

Tumbuh Kembang Anak Menurut Erik Erikson (15 Juni 1902)


Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari
Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama
siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang
menjadi matang secara fisik dan psikologis.

Inti teori Erik Erikson, yaitu: Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.

Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis. Adanya


keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis. Dalam
menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.

Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.

Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.

Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (2000) menyatakan bahwa Erik Erickson membagi
perkembangan kepribadian individu menjadi 8 (delapan) tahap yang secara garis besar
terbagi menjadi:

Empat tahap pertama terjadi pada fase bayi dan fase kanak-kanak.

Tahap kelima terjadi pada fase remaja, yang memiliki arti sangat penting dalam teori
Erickson. Pada fase ini terjadi peralihan dari fase kanak-kanak ke fase dewasa, dan apa
yang terjadi pada fase remaja sangat menentukan terbentuknya kepribadian pada fase
dewasa, yaitu: identitas, krisis identitas, dan kekacauan identitas.

Tiga tahap terakhir terjadi pada fase dewasa dan fase tua.

Kepercayaan Dasar vs Ketidakpercayaan/Kecurigaan Dasar


Timbulnya kepercayaan dasar diawali dari tahap sensorik-oral, ditandai bayi dengan
tidur tenang dan nyenyak, menyantap makanan dengan nikmat, dan defekasi dengan
mudah dan lancar.

Page 3
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Hal-penting yang perlu dipaparkan pada fase ini, yaitu:
---> Timbulnya rasa aman pada diri anak yang terjadi akibat intraksi erat antara anak
dan ibu.
---> Dasar perkembangan rasa aman adalah pengaruh kualitas hubungan ibu dan anak
bukan kuantitas makanan atau bentuk kasih sayang yang berlebihan dari ibu kepada
anak.
---> Dari rasa aman, tumbuh kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
---> Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan
selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul
kecurigaan dasar.
---> Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian
skizofrenia.
---> Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami
kepribadian skizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi
depresi apabila mendapatkan stres.

Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan


Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase anal menurut Freud. Hal-hal penting yang perlu
diketahui pada fase ini, yaitu:
---> Individu mulai belajar menegakkan otonomi, namun belum dapat berpikir
diskriminatif (membedakan) sehingga diperlukan adanya bimbingan.
---> Di satu sisi, lingkungan mengharapkan anak dapat mandiri, akan tetapi disisi lain ia
mendapatkan perlindungan dengan maksud agar anak terhindar dari rasa malu dan ragu.
---> Anak secara bertahap berusaha untuk belajar mengendalikan diri secara mandiri.
---> Apabila berhasil tanpa kehilangan harga diri akan timbul rasa kebanggaan dan
percaya diri.
---> Apabila ia tidak diberikan kesempatan dan terlalu banyak dikendalikan dari luar
akan timbul bibit rasa malu dan ragu yang berlebihan.
---> Gangguan kepribadian akibat ketidakberhasilan pada fase ini adalah anak memiliki
kepribadian obsesif-kompulsif dan bila parah memiliki kepribadian paranoid.

Inisiatif vs Rasa Bersalah


Pada fase ini, anak sangat aktif dan banyak bergerak serta mulai mengembangkan

Page 4
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Hal-hal penting yang perlu dipahami pada fase
ini, yaitu:
---> Timbul inisiatif, yang ditandai anak sudah mulai merencanakan permainan bersama
teman sebaya yang dilakukan dengan gembira.
---> Adanya keseimbangan perkembangan fisik dan psikologis.
---> Sudah tertanam norma masyarakat yang diajarkan oleh orang tua maupun
lingkungannya.
---> Timbul rasa bersalah karena terjadi persaingan dengan orang tua sejenis. Terjadi
setelah dipahaminya norma masyarakat.
---> Timbul kebencian kepada orang tua karena orang tua melakukan hal-hal yang
semula dilarang dilakukan anak.
---> Sisa konflik yang dijumpai pada fase ini adalah reaksi histeris dan psikosomatik.

Berkarya vs Rasa Rendah Diri


Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki
pendidikan formal. Anak berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
---> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
---> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
---> Mulai senang belajar bersama.
---> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.

Identitas vs Kekacauan Identitas


Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai
berikut.
---> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
---> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
---> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
---> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
---> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami
pada fase anak muncul kembali.
---> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai macam peran untuk
mencari peran yang cocok dengan dirinya.
---> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.

Page 5
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
---> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan perilaku, yaitu kenakalan
remaja dan mungkin juga psikotik.

Keintiman vs Isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal
penting pada fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.

Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan


Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
---> Adanya perhatian terhadap keturunan.
---> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-produk).
---> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
---> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
---> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan
memberi perhatian, berbagi dan membagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang
lain.
---> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang
lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami
kemandekan kepribadian.
---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreativitas berperan sebagai
orang tua.

Integritas vs Keputusasaan
Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan
kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
---> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari ketujuh
tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
---> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan
mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
---> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
---> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan,
kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian)
sehingga kadang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah

Page 6
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam
baka (kematian).

Sumber 2 : Kusumawardani044.wordpress.com/teori-perkembangan-anak/erik-erikson
erik erikson
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON
(1902-1994)
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari
Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama
siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang
menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan
menyatu.
Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Prinsip prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan
berurutan.
2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau
proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas
perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian
baru.
4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang

Page 7
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
mempengaruhi selama masa kritis
Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson )
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan
terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari
tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang
harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik
peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.

Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.
Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:

Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)


Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orangtua maupun
orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan
selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul
kecurigaan dasar.
Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan
kepribadian/skizofrenia.
Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian
skizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi depresi apabila
stres.
b. Tahap Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan ( 2 3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu
dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi
harapan anak.
c. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah
Page 8
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
pada diri anak.
Berkarya vs Rasa Rendah Diri (6 11 tahun)
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki
pendidikan formal. Anak berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
> Mulai senang belajar bersama.
> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
Identitas vs Kekacauan Identitas ( mulai 12 tahun)
Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai
berikut.
> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami
pada fase anak muncul kembali.
> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai macam peran untuk
mencari peran yang cocok dengan dirinya.
> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan perilaku, yaitu kenakalan
remaja dan mungkin juga psikotik.
Keintiman vs Isolasi ( dewasa awal )
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal
penting pada fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan (dewasa tengah)
Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
> Adanya perhatian terhadap keturunan.
> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-produk).
> Adanya perhatian terhadap ide-ide.

Page 9
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan
memberi perhatian, berbagi dan membagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang
lain.
> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang
lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami
kemandekan kepribadian.
> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreativitas berperan sebagai
orang tua.
Integritas vs Keputusasaan (dewasa lanjut)
Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan
kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari ketujuh
tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan
mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan,
kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian)
sehingga kadang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah
dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam
baka (kematian).
TUGAS PERKEMBANGAN ANAK

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

Page 10
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,
menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar
anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau
kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik
anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori
tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik
merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan
beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya.
Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk
mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya
yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,
mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut
merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik
yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk
bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya,
anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat
menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus :
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit,
melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan
ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada
anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya,
seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke
bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah.
Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari

Page 11
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi
gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau
memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi
gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun
demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi
suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara
sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6
tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah
mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan
mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada
waktu anak menulis atau menggambar.

Sumber 3 : Wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson

Biografi[sunting | sunting sumber]

Erikson lahir di Frankurt Jerman pada tanggal 15 Juni 1902. Ayahnya adalah seorang
kebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan ibunya, Karla Abrhamsen, adalah
wanita Yahudi. Orang tuanya berpisah sebelum Erik lahir. Ibunya, Karla kemudian
menikah dengan Dr. Theodore Homburger, lalu pindah ke Karlsruhe, Jerman Selatan.

Erikson menyelesaikan pendidikan di Gymnasium. Pada usia 25 tahun ia diundang untuk


mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Erikson menjadi begitu tertarik pada
pendidikan anak-anak. Erikson akhirnya memilih kesenian, karena ia memiliki bakat dan
minat di bidang itu. Pada masa hidupnya ini (Erikson pada waktu itu berusia 25 tahun)
terjadilah sesuatu yang membuatnya berubah secara drastis. Ia diundang untuk mengajar
pada suatu sekolah swasta kecil, di Wina. Sekolah ini dibangun sebagai tempat mendidik
anak anak, sementara mereka dan (atau) orangtua mereka menjalani psikoanalisis.
Sekolah itu progresif dan para guru serta murid diberi kebebasan penuh dalam
mengembangkan kurikulum. Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak annak
sehingga ia mengikuti dan tamat dari sekolah pendidikan guru yang menerapkan metode
Montessori. Metode Montessori menekankan perkembangan inisiatif anak sendiri melalui
permainan dan pekerjaan. Pengalaman ini memiliki pengaruh yang tidak pernah hilang

Page 12
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
dalam diri Erikson. Pengaruh lain yang lebih dalam ialah perkenalannya yang tak
teralakan dengan psikoanalisis ialah ia berkenalan dengan perkumpulan Freud, mengikuti
pendidikan pbeliau dengan konsep psikoanalisis di bawah bimbingan Anna Freud,
mempelajari psikoloanalisis di Institut Psikoanalisis di Wina, dan tamat dari sana pada
tahun 1933. Bisa dikatakan, ia telah menemukan identitas profesinya.

Reputasi Erikson hampir seluruhnya berasal dari uraiannya tentang perkembangan


psikososial sepanjang masa kehidupan, dari masa bayi sampai masa tua, terutama
konsep-konsepnya tentang identitas dan krisis identitas. Pada umumnya para psikolog
lebih menyukai tahap Erikson daripada tahap psikoseksual Freud. Mereka berpendapat
bahwa Erikson telah memberikan sumbangan untuk perkembangan kepribadian, setara
dengan apa yang telah dilakukan Piaget tentang perkembangan intelektual. Erikson juga
dikagumi karena observasinya yang tajam dan inteprestasinya yang peka dan perasaan
kasihnya dalam terhadap segala sesuatu yang bersifat manusiawi.

Erikson berkata bahwa orang-orang harus menemukan identitasnya dalam potensi-


potensi masyarakatnya, sedangkan perkembangannya harus selaras dengan syarat-syarat
yang dicanangkan masyarakat, atau mereka harus menanggung akibat-akibatnya.

Sumbangan penting yang telah diberikan Erikson meliputi dua topik utama yaitu teori
psikososial tentang perkembangan dari mana muncul suatu konsepsi yang luas tentang
ego dan penelitian psikosejarah yang menerangkan psikososialnya.

B. Teori Psikososial tentang Kepribadian[sunting | sunting sumber]

Perkembangan berlangsung melalui delapan tahap menurut Erikson. Tahap yang


berurutan itu tidak ditetapkan menurut suatu jadwal kronologis yang ketat. Erikson
berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri.

Erikson membagi tahap-tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego pada masing-masing
tahap yaitu:

1. Kepercayaan Dasar vs. Kecurigaan Dasar[sunting | sunting sumber]

Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik oral dan
ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap
makanan dengan nyaman dan membuang kotoran dengan santai. Kebiasaan itu
berlangsung terus dalam kehidupan bayi dan merupakan dasar paling awal bagi
berkembangnya suatu perasaan identitas psikososial. Melalui pengalaman dengan orang

Page 13
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
dewasa, bayi belajar menggantungkan diri dan percaya pada mereka, tetapi mungkin
yang lebih penting, ia mempercayai dirinya sendiri. Kepastias semacam itu harus
mengungguli lawan negatif dari kepercayaan dasar yakni, kecurigaan dasar.

Pengharapan merupakan kebajikan paling awal dan paling esensial yang melekat dalam
hidup. Fondasi pengharapan pertama terletak pada hubungan dengan orang tua yang
memberikan pengalaman-pengalaman seperti ketenangan, makanan dan kehangatan.

Pada saat yang sama, ia mengembangkan kemampuan untuk membuang pengharapan


yang dikecewakan dan menemukan pengharapan dalam tujuan dan kemungkinan pada
masa mendatang.

Menurut Erikson, pengharapan adalah keyakinan yang bersifat menetap akan


kemungkinan dicapainya hasrat-hasrat kuat.

Tahap pertama kehidupan ini merupakan tahap ritualisasi numinous yaitu, perasaan bayi
akan kehadiran ibu, dalam hal ini pandangannya, pegangannya, sentuhannya, teteknya
atau pengakuan atas dirinya. Bentuk ritual numinous yang menyimpang dan terungkap
dalam kehidupan dewasa berupa pemujaan terhadap pahlawan secara berlebih-lebihan
atau idolisme.

2. Otonomi vs. Perasaan Malu dan Keragu-Raguan[sunting | sunting sumber]

Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi yang menuntut otonomi dalam
melakukan pilihan bebas. Rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri
anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap. Sebaliknya rasa
kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu yang bersifat
menetap.

Nilai kemauan muncul pada tahap ke dua kehidupan ini. Anak belajar dari dirinya sendiri
dan dari orang. Kemauan menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima
peraturan hukum dan kewajiban. Kemauan adalah kemampuan untuk membuat pilihan-
pilihan bebas, memutuskan, melatih mengendalikan diri dan bertindak yang terus
meningkat.

Ritualisasi menyebut ritualisasi tahap ini sifat bijaksana, karena anak mulai menilai
dirinya sendiri dan orang lain serta membedakan antara benar dan salah.

Penyimpangan ritualisme pada tahap ini adalah legalisme, yakni pengagungan huruf
ketentuan hukum daripada semangatnya, mengutamakan hukuman daripada belas kasih.
Page 14
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
3. Inisiatif vs. Kesalahan[sunting | sunting sumber]

Tahap psikososial ketiga ialah tahap inisiatif yaitu suatu masa untuk memperluas
penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan
lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan.

Tujuan adalah nilai yang menonjol pada tahap perkembangan ini. Kegiatan utama anak
dalam tahap ini adalah bermain, dan tujuan tumbuh dari kegiatan bermainnya, eksplorasi,
usaha, kegagalannya serta eksperimen dengan alat permainannya.

Masa bermain ini bercirikan ritualisasi dramatik. Anak secara aktif berpartisipasi dalam
kegiatan bermain, memakai pakaian, meniru kepribadian orang dewasa dan berpura-pura
menjadi apa saja. Keterasingan batin yang dapat timbul pada masa kanak-kanak ini ialah
suatu perasaam bersalah.

Padanan negatif dari ritualisasi dramatik adalah ritualisme impersonasi sepanjang hidup,
yaitu melakukan tindakan yang tidak mencerminkan kepribadiannya yang sejati.

4. Kerajinan vs. Inferioritas[sunting | sunting sumber]

Pada tahap ini, anak harus belajar mengontrol imjinasinya yang sangat kaya, dan mulai
menempuh pendidikan formal. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan
perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau
yang diberikan oleh guru dan orangtua.

Nilai kompetensi muncul pada tahap kerajinan ini. Rasa kompetensi dicapai dengan
menerjunkan diri pada pekerjaan dan penyelesaian tugas, yang pada akhirnya
mengembangkan kecakapan kerja.

Usia sekolah merupakan tahap ritualisasi formal, masa anak belajar bekerja secara
metodis. Penyimpangan ritualismenya dimasa depan adalah formalisme, berwujud
pengulangan, formalitas yang tidak berarti.

5. Identitas vs. Kekacauan Identitas[sunting | sunting sumber]

Selama masa [adolesen], individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya
sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu
peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri
atau bersifat memperbaharui. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin

Page 15
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia pada masa yang
akan datang.

Daya penggerak batin dalam rangka pembentukan identitas ego dalam aspek-aspeknya
yang sadar maupun tak sadar. Pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memilih dan
mengintegrasikan bakat-bakat dan ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan
orang yang sependapat, dalam lingkungan sosial, serta menjaga pertahanannya terhadap
berbagai ancaman dan kecemasan. Semua ciri yang dipilih oleh ego ini dihimpun dan
diintegrasikan oleh ego serta membentuk identitas psikososial seseorang.

Peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena
kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis dilain pihak, maka selama tahap
pembentukan identitas seorang remaja, mungkin merasakan penderitaan paling dalam
dibandingkan pada masa-masa lain akibat kekacauan peranan atau kekacauan identitas.

Istilah krisis identitas menunjuk pada perlunya mengatasi kegagalan yang bersifat
sementara itu untuk selanjutnya membentuk suatu identitas yang stabil atau sebaliknya
suatu kekacauan peranan. Kesetiaan adalah pondasi atas dasar mana terbentuk suatu
perasaan identitas yang bersifat kontinyu. Ritualisasi yang menyertai tahap adolesen
adalah ritualisasi ideologi. Penyimpangan ritualisasinya adalah totalisme.

6. Keintiman vs. Isolasi[sunting | sunting sumber]

Tahap dimana orang dewasa awal siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang
lain. Agar memiliki arti sosial yang bersifat menetap maka genitalitas membutuhkan
seseorang untuk dicintai dan diajak menngadakan hubungan seksual, dan dengan siapa
seseorang dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Bahaya pada keintiman
ini adalah isolasi.

Ritualisasi pada tahap ini adalah afiliatif yakni berbagi bersama dalam pekerjaan,
persahabatan dan cinta. Penyimpangan ritualismenya adalah elitisme.

7. Generativitas vs. Stagnasi[sunting | sunting sumber]

Ciri tahap ini adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk, ide serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan
mengalami stagnasi. Nilai pemeliharaan berkembang dalam tahap ini.

Page 16
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Ritualisasi dari tahap ini ialah sesuatu yang generasional, yakni ritualisasi peranan orang
tua, produksi, pengajaran dengan mana orang dewasa bertindak sebagai penerus nilai-
nilai ideal kepada kaum muda. Penyimpangan dari ritualisasi ini adalah autoritisme.

8. Integritas vs. Keputusasaan[sunting | sunting sumber]

Tahap terakhir dalam proses epigenetis perkembangan disebut integritas. Integritas paling
tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda,
produk, ide, orang dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan
kegagalan dalam hidup.

Lawan integritas adalah keputusasaan tertentu menghadapi perubahan siklus kehidupan


individu, terhadap kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hiidup di hadapan
kematian.

Kebijaksanaan adalah nilai yang berkembang dari hasil pertemuan antara integritas dan
keputusasaan dalam tahap kehidupan yang terakhir ini.

Ritualisasi usia lanjut dapat disebut integral, ini tercermin dalam kebijaksanaan segala
zaman. Sebagai ritualisme yang padanannya, Erikson mengusulkan sapientisme.

C. Konsep Baru tentang Ego[sunting | sunting sumber]

Freud memandang ego sebagai eksekutif kepribadian yang memuaskan impuls id,
mengatasi keadaan darurat sosial dan fisik dari dunia luar, serta berusaha memenuhi
dengan norma-norma perfeksionistik dari superego. Sebagaimana tampak dalam tahap
kehidupan yang dikemukakan Erikson, ia telah memberikan sejumlah kualitas pada ego
yang jauh melampaui konsepsi psikoanalitik pendahulu tentang ego.

Tipe ego yang digambarkan oleh Erikson dapat disebut ego kreatif. Ego kreatif dapat dan
memang berhasil menemukan pemecahan-pemecahan kreatif atas masalah-masalah baru
yang menimpanya pada setiap tahap kehidupan. Pada setiap tahap ia mampu
menggunakan kombinasi antara kehidupan batin dan kesempatan yang tersedia di dunia
luar serta melakukannya dengan giat, bahkan dengan perasaan gembira. Apabila
menemui hambatan, maka bereaksi dengan usaha baru dan bukan menyerah.
Kemampuan untuk bangkit kembali menurut Erikson merupakan suatu yang inheren
dalam ego muda. Pada kenyataannya, ego justru berkembang berkat konflik dan krisis.

Page 17
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Konsep ego Erikson, memasyarakat dan historis. Disamping faktor genetik, fisiologis dan
anatomis, yang menentukan kodrat ego, terdapat juga pengaruh kultural dan historis. Ini
merupakan sumbangan Erikson yang sangat kreatif tentang ego.

Erikson juga telah berpikir tentang dimensi yang mungkin terdapat pada suatu identitas
ego yang baru. Ia berpendapat bahwa suatu identitas harus berpijak pada tiga aspek
kenyataan, yaitu faktualitas, kesadaran akan kenyataan dan aktualitas. Namun kemudian
Erikson dengan bercanda menambahkan aspek yang ke empat yaitu nasib atau
kebetulan.lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 meninggal
di Harwich, Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat, 12 Mei 1994 pada umur 91
tahun) adalah seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap
perkembangan pada manusia.[2] Sebenarnya Erikson adalah seorang psikolog Freudian,
namun teorinya lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan jika dibandingkan dengan
para psikolog Freudian lainnya.[2]

Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap
perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud.[2] Erikson menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa
kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap.[2] Berkembangnya manusia dari
satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau
ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.[2] Pembagian tahap-tahap ini
berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3
tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda
(usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan
seterusnya).[3][2]

Masing-masing tahapan juga memiliki tugas perkembangan sendiri yang


bersifat psikososial.[2][3] Misalnya saja, pada usia bayi tujuan psikososialnya adalah
menumbuhkan harapan dan kepercayaan.[2] Kemudian bila tujuan ini tak tercapai, maka
bayi itu akan lebih didominasi sifat penakut.

Sumber 4 : Randinidini.blogspot.co.id/2012/11/teori-erkembangan-eric-erikson

Eric Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis


dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu

Page 18
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu
yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Secara umum inti dari teorinya adalah :

Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.

Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.

Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.

Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan


menyatu.

Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.

Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.

Prinsip prinsip pertumbuhan dan perkembangan :

1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan


dan berurutan.

2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau


proximodistal

3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas
perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian
baru.

4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis.

5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang


mempengaruhi selama masa kritis

Teori perkembangan yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang
memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erik erikson menyimpulkan bahwa
perkembangan anak itu mengalami delapan tahap dan setiap tahapnya menawarkan
potensi kemajuan dan potensi kemunduran ( Human Development;1978).

Teori Erikson dikatakan juga sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif
Page 19
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu
aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan
yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.

Delapan tahap/fase perkembangan menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya
adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan
melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :

Developmental Stage Basic Components

Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust

Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt

Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt

School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority

Adolescence (12-10 thn) Identity vs Identity Confusion

Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation

Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation

Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair

Page 20
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini
:

Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust-mistrust. Perilaku bayi didasari
oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia
sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan
mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh
orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing
tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu

Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy-


shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri,
dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh
orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam
berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

Inisiatif vs Kesalahan

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative-guilty. Pada
masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut
dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut
masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut
menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat.

Kerajinan vs Inferioritas

Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry-inferiority. Sebagai


kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi

Page 21
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.

Identitas vs Kekacauan Identitas

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber
dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya
kecenderungan identity-Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan
didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha
untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas
diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang
besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan
kepada masing-masing anggota.

Keintiman vs Isolasi

Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki
jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa
Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy-isolation.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai
selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim
dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

Generativitas vs Stagnasi

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-
orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai
adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa,
pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga

Page 22
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan
atau mencapai hal hal tertentu ia mengalami hambatan.

Integritas vs Keputusasaan

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh
orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai
adanya kecenderungan ego integrity-despair. Pada masa ini individu telah memiliki
kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi
milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan
dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat
dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan
tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

KESIMPULAN

Eric erikson merupakan salah satu dari ahli yng membahas tentang perkembangan
manusia. Menurutnya ada delapan tahap/fase, diantara lain :

1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan

2. Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu

3. Prakarsa vs Rasa Bersalah

4. Rajin vs Rasa Rendah Diri

5. Identitas Diri vs Kekacauan Peran

6. Keintiman vs Pengasingan

7. Perluasan vs Stagnasi

8. Integritas dan Keputusasaan

Page 23
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON
DAFTAR PUSTAKA

Anita Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Frued (anyblog-pemungkas.blogspot.com diakses 11 november 201

Feist., Gregory J. Feist. 2010. Teori kepribadian.Jakarta: Salemba humanika

Galih Pamungkas.2012.Teori Perkembangan Menurut Erik Ericon dan Sigmund Jess

Sally wendkos olds., dkk. 2008. Human development. Jakarta: kencana prenada media
grups.

Sumber 1 : Dunia-anak-sehat.blogspot.co.id/2009/02/tumbuh-kembang-anak

Sumber 2 : Kusumawardani044.wordpress.com/teori-perkembangan-anak/erik-erikson

Page 24
TUMBUH KEMBANG ANAK MENURUT ERIK ERIKSON

Anda mungkin juga menyukai