Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI-TEORI PADA PROSES PENUAAN

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik)

KELOMPOK 1 :

MIRANDA PIRI (15061056)


MONICA POLUAN (15061102)
LINDA SINEWE (15061011)
SESILIANY LAPIAN (15061054)
FAUSTY NGANTUNG (15061037)
FITRIA GEDOAN (15061008)
ANGGREKA WOWOR (15061055)
REINHARD LUMINGAS (15061019)
RISKIA SAMBUAGA (15061053)
GENTLY SULUNG (15061111)

DOSEN MATA KULIAH :

NATALIA ELISA RAKINAUNG, S.KEP., NS., MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun judul makalah ini yaitu “Teori-teori pada Proses
Penuaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Tidak
lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan berpikir
serta pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, sehingga makalah ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Manado, 13 September 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000). Dengan kata lain, proses menua merupakan
tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh
untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan, dimulai dari kemunduran secara
fisik maupun psikis (kejiwaan), atau yang lazim dikatakan adalah keuzuran.
Pada perkembangan sekarang ini, pendapat tersebut mulai tergeser dengan suatu
pengertian bahwa masa tua merupakan suatu hal yang wajar dan tetap dapat menjalani sisa
hidupnya dengan tenang, aman, sejahtera dan berguna bagi lingkungannya. Secara global,
bila ditinjau dari aspek peradaban umat manusia, maka terdapat konsep transisi
kependudukan yang oleh berbagai pakar, termasuk para pakar gerontologi (Comfort 1964
dan Myers 1984) menggambarkan pertumbuhan jumlah lansia akibat penurunan pada angka
morbiditas (S. Tamher & Noorkasiani, 2011).
Berkenaan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan
masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Salah satu wujud upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan lansia adalah
dengan disahkannya UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 1965 tentang Pemberian
Bantuan bagi Orang Jompo (R. Siti Maryam, dkk., 2012).
Sehingga dirasa perlu adanya sumbangsih dari lapis masyarakat, khususnya penyusun
sebagai mahasiswa kesehatan untuk membantu upaya pemerintah dalam mensejahterakan
lansia. Salah satu upaya primer yang dapat dilakukan adalah menambah wawasan dan
pemahaman mengenai keperawatan pada usia lanjut atau gerontik. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai “Teori-teori pada Proses Penuaan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
1) Apayang dimaksud dengan menua atau proses menua?
2) Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori biologis?
3) Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori sosiologi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami teori
proses penuaan khususnya pada teori biologisnya dan teori sosiologis.
2. Tujuan Khusus
Secaraa khusus, tujuan dari penyusunan makalah ini, yakni:
a. Mengetahui proses terjadinya penuaan,
b. Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori biologis
c. Mengetahui dan memahami aspek-aspek biologis pada usia lanjut,
d. Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori sosiologis

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat manambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai proses penuaan
yang terjadi pada lansia.
2. Bagi pembaca
Adanya penyusunan makalah ini, supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi
pembaca.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk menambah atau
memahami tentang proses penuaan yang terjadi pada lansia.
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Menua
Menua sama dengan menjadi tua atau suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 1999). Seiring dengan bertambahnya usia
terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan
fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari.

B. Batasan-batasan Lansia
1. Menurut WHO
- Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun
- Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun
- Usia lanjut tua (old) antara 75- 90 tahun
- Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2. Menurut undang-undang RI No 13 tahun 1998
Tentang kesejahteeraan lanjut usia: bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas
3. Menurut Dep. Kes RI
Usia lanjut digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
- Kelompok lansia dini (55-64)
- Kelompok lansia pertengahan (65 tahun keatas)
- Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)
4. Menurut Bernice Neu Gardon (1975)
- Lansia muda, aitu pada orang yang berumur antara 55-75 tahun
- Lansia tua, yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun
5. Menurut Levinson (1978)
- Lansia peralihan awal, antara 50-55 tahun
- Lansia peralihan menengah, antara 55-60 tahun
- Lansia peralihan akhir, antara 60-65 tahun.

C. Teori-teori Penuaan
1. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup
(Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah
pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan
yang menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam korteks sistemik dapat
memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang
sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick, 1977 dalam Khalid Mujahidullah,
2012). Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua
biologia antara lain, sebagai berikut:

a. Teori Genetik
1) Teori “Genetic Clock”
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetic yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti
kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya
beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dengan obat-obatan tindakan tertentu.
Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan
hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun,
anjing 27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk
beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu.
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan
wanita 82 tahun (WHO, 1995)
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal
ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies.
Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau
sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.
Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla
replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)

2) Teori Wear and Tear (Dipakai dan rusak)


Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal
memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear
and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang terseddia dan
akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana kala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn oleh Weisman (1891).
Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-
sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel
tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses
pra-program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma.
Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.”
(Matesson ,Mc.Connell,1988).
3) Teori Error Catastrophe (mutasi somatic)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu
yang lama dalam transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolism yang salah sehingga
mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu kesalahan dalam
pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas
pada transkripsi yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim
yang dapat menimbulkan metabolit berbahaya. Bila juga terjadi kesalahan pada
tranlasi maka kesalahan yang terjadi juga semakin banyak.

4) Teori Kesalahan Genetic


Dr. Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel
genetic DNA dimana sel genetic memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua.

b. Teori Non Genetic


1) Teori imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat
mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan
perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
Perubahan yang terjadi meliputipenurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk:
1) Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker
2) Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif
memobillisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen
3) Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin mening
berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun

2) Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai
radikal bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas ada pada setiap individu dan
dapat digunakan untuk memprediksi umur kronologis individu. Disebut sebagai
radikal bebas disini adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi,
merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak
berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia
sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia
terbentuk akibat;
1) Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan,ozon dan pestisida.
2) Reaksi akibat paparan dengan radiasi
3) Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.
Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk mitokondria,
yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat
proses reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal
bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi
pada transkripsi DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA.
Dalam sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas
yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang disebut juga
dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis
seseorang. Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan
protein ditemukan terakumulasi dalam jaringan-jaringan orang tua. Kesalahan kulit
brangsur-angsur menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang
akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.
Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja
radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit. Rockkestein dan sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat
Hidroksitoluent dapat memiliki efek anti oksidan ketika diberikan kepada tikus.

3) Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya
proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam
sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh
berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dam
menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam tubuh. Pengeluaran
hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon tingkat hormon
tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia, hipotalamus kehilangan
kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon
individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang
tidak dapat dapat disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan. Penurunan
kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan dari
kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk stres.
Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat dengan usia.
Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu hipotalamus akan
mengalami kerusakan. Kerusakan ini kemudian dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon sebagai hipotalamus kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan sistem.

4) Teori rantai silang (cross link)


Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa
proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori
ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekuler dari sel berikatan secara
bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang
relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru,
maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan
membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah
peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transpot nutrient serta
untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
Alumunium, Seng, dan Magnesium.

2. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan sosial. Teori
ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh
a. Teori Akitivitas/Kegiatan
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia
harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti
bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas
mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan.
Pokok dari teori ini adalah :
- Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
banyak ikut serta dalam kegiatan social
- lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakkan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin
- ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia
- mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan sampai lanjut usia
b. Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.Teori kontinuitas
mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari perilaku yang sering
dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan
dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas
hidupTeori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimiliki.

c. Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disanggagement Theory)


Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lain. Lansia akan dikatakan bahagia apabila
kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang
lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan waktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan
untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
Pokok-pokok disanggagement teori :
1) pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun.
Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah
2) lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut usia dapat
merasakan tekanan social berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh
kesempatan kerja yang baik
3) ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:
- proses penarikan diri terjadi sepanjang hidup
- proses tersebut tidak dapat dihindari
- hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994)
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir
sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai
definisi mengenai proses menua.Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan,
perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan
menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek
fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan
menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada
klien lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam
tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan
tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Teori sosiologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.

B. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya
dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati, namun
beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak
cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan
usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai