Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

ILMU SOSIAL DASAR

Oleh :

Monica Hana Poluan (15061102) A Semester II

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2016
MANUSIA DAN HARAPAN

(HARAPAN)

1. KASUS
2. TEORI
3. PEMECAHAN MASALAH
4. KESIMPULAN
5. DAFTAR PUSTAKA

 Kasus : KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

8 Tahun Menikah, Wanita ini Kerap 'Disundut' Sang Suami

Liputan6.com, Palembang - Tak tahan siksa dari sang suami, Ati Warni (39), warga rumah
susun (rusun) Blok 20 Kecamatan Bukit Kecil Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel)
mengadu ke polisi. Selama delapan tahun membina rumah tangga dengan suami keduanya,
Pariandi, korban kerap mengalami penyiksaan. Setiap kali Pariandi marah, korban menjadi
pelampiasan. Pria 29 tahun itu menyundutnya dengan sendok aluminium yang sengaja
dibakar di atas api lilin. Tak ayal, setiap sudut badan korban terdapat luka bakar karena
sendok panas tersebut. Pada Rabu (3/6/2015)siang, korban ditemani putri semata wayangnya
Yessi (15) melaporkan KDRT itu ke Satreskrim Polresta Palembang. Kejadian bermula saat
pelaku menyuruh korban untuk menagih utang Rp 25 ribu ke tetangganya. Namun, korban
tidak berhasil menagih karena tetangganya belum mempunyai uang. Pelaku naik pitam
mengetahui hal itu. Dia lalu melampiaskan kekesalan kepada sang istri dengan cara
memukuli kepala dan sekujur tubuh korban dengan tangan kosong. Pelaku juga menyundut
kedua paha korban dengan sendok panas yang dibakar dengan lilin. Akibatnya, korban
mengalami 20 luka bakar di paha, di punggung, dan payudara sebelah kiri. "Dia (pelaku)
suami aku yang kedua. Kejam sekali suami aku, pak, sebulan kadang marah dua kali. Aku
tidak melawan, aku hanya menahan diri saja. Aku awalnya tidak berani mengadukan ini,
karena suamiku mengancam akan membunuh keluargaku jika aku buka suara," tutur Ati.
Kasat Reskrim Komisaris Suryadi didampingi Kanit Perlindungan Anak dan Perempuan
(PPA) Ipda Imelda Rachmat membenarkan telah menerima pengaduan korban. "Laporannya
sudah kita terima, visum sudah kita lakukan dan akan kita tindak lanjuti. Terlapor sendiri
akan kita panggil. Bila tidak kooperatif akan kita tangkap paksa," ujar Suryadi. (Bob/Yus)

Contoh Tindakan kekerasan terhadap perempuan dari Youtobe


 Teori : :
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga (UU Nomor 23 tahun 2004, Pasal 1). Yang termasuk cakupan rumah tangga
menurut Pasal 2 adalah:

1. suami, isteri, dan anak;

2. orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan,


persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau
3. orang yang bekerja membantu dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Bentuk KDRT

Bentuk KDRT meliputi beberapa hal. Dalam UU Nomor 23 tahun 2014, Pasal 5 dijelaskan
bahwa bentuk KDRT meliputi:

1. Kekerasan Fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat.

2. Kekerasan Psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa


percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/ atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.

3. Kekerasan Seksual, yaitu setiap perbuatan yang mencerminkan:

a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut;

b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

4. Penelantaran Rumah Tangga, yaitu perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup


rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku bagi yang bersangkutan atau karena
persetujuan atau perjanjian wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan
kepada orang tersebut.

Penyebab KDRT

Zastrow & Browker (dalam Wahab, 2010) mengatakan bahwa terdapat 3 teori yang
mampu menjelaskan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yaitu teori biologis, teori
kontrol, dan teori frustasi-agresi.

1. Teori Biologis

Teori biologis mamandang manusia sebagai makhluk yang sejak lahir memiliki
insting agresif. Pendiri psikodinamika, Sigmund Freud, menjelaskan bahwa manusia
mempunyai insting kematian yang dimanifestasikan dengan melukai dan membunuh diri
sendiri atau orang lain. Menurut Konrad Lorenz, kekerasan sangat bermanfaat untuk dapat
bertahan hidup. Tindakan ini membantu seseorang untuk memperoleh dominasi dalam
kelompok. Beberapa ahli biologi, berpendapat bahwa pria memiliki lebih hormon yang
menyebabkan berperilaku agresif daripada wanita. Teori ini seperti memberikan penjelasan
mengapa KDRT lebih banyak dilakukan oleh pria.

2. Teori Kontrol

Teori kontrol menerangkan bahwa orang yang tidak terpuaskan dalam berelasi dengan
orang lain akan mudah untuk melakukan kekerasan. Dengan kata lain, orang yang memiliki
relasi yang baik dengan orang lain cenderung lebih mampu mengontrol dan mengendalikan
perilakunya yang agresif. Travis Hirschi melalui temuannya mendukung teori ini. Disebutkan
bahwa remaja laki-laki yang berperilaku agresif cenderung tidak mempunyai relasi yang baik
dengan orang lain. Hal sama juga terjadi pada mantan narapidana di Amerika yang ternyata
juga terasingkan dengan teman dan keluarganya.

3. Teori Frustasi-Agresi

Teori frustasi agresi memandang kekerasan merupakan cara seseorang mengurangi


ketegangan yang diakibatkan oleh situasi yang membuat frustasi. Orang yang frustasi akan
melakukan agresi (kekerasan) kepada sumber frustasi atau kepada orang lain yang bisa
menjadi pelampiasan. Misalnya, seorang suami yang kekurangan penghasilan dan memiliki
harga diri rendah, memanifestasikan rasa frustasinya kepada istri dan anak-anaknya. Teori ini
sedikit-banyak juga dapat menjalaskan kasus yang kami angkat pada paper “Menelaah Kasus
Kekerasan dalam Rumah Tangga” yang melibatkan Amir dan Susi sebagai pelaku dan
korban KDRT.

 Pemecahan Masalah :
Masalah ekonomi → Tindakan kekerasan → rendahnya pengetahuan → karena
pendidikan yang rendah atau didikan sejak kecil yang diberikan orang tua tidak benar.

Banyak sekali masalah ini terjadi dalam suatu rumah tangga, masalah ini sangat
menarik untuk dibahas, karena ini menyangkut rasa kemanusiaan seseorang dimana
setiap orang diberikn kebebasan untuk mengatur kehidupannya sendiri atau sering di
kenal dengan HAM. Namun karena sebagai seorang istri harus tunduk pada suami hal
ini membuat para istri harus tunduk kepada suami, sehingga apapun yang dilakukan
suami, istri hanya bisa menuruti dan mentaati perintah suami, tapi para istri juga
tersiksa dengan kondisi seperti ini. Masalah ini dapat diselesaikan dengan cara
pertama, dalam suatu keluarga harus menempatkan TUHAN diatas fondasi dalam
berkeluarga, maka keluarga itu akan saling menghormati dan setiap anggota keluarga
memiliki peran dan fungsi masing-masing, jadi etiap anggota keluarga harus
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Kedua, suami, istri dan anak harus
memiliki komunikasi yang baik. Ketiga, ibu harus mendidik anak sejak kecil kalau
marah jangan memukul dan berkata kasar

Kesimpulan : KDRT merupakan permasalahan yang sering terjadi didalam rumah tangga.
Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan secara dini. Pendidikan agama dan pengamalan
ajaran agama di rumah tangga merupakan kunci sukses untuk mencegah terjadinya KDRT.
Untuk mencegah KDRT di rumah tangga, harus dikembangkan cinta kasih dan kasih sayang.
Sejak dini. Ibu bisa berperan besar dalam hal mengajarkan kepada anak-anak dirumah untuk
saling mencintai dan saling menyayangi. Demikian juga PKK sebagai organisasi dapat
memberi terus-menerus pencerahan dan penyadaran kepada kaum perempuan. Oleh karena
pelaku utama KDRT pada umumnya adalah suami, maka peranan para pemuka agama,
pendidik, sosiolog dan cendekiawan, harus berada digarda terdepan untuk terus
menyuarakan pentingnya rumah tangga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk
dibangun secara baik dan jauh dari KDRT. Supaya terkomunikasikan hal tersebut kepada
masyarakat luas, maka peranan dan partisipasi media sangat penting dan menentukan.
Amalkan sebuah pepatah “Rumahku Istanaku”. Betapapun keadaannya sebuah rumah, maka
rumah harus menjadi tempat yang memberi kehangatan, ketenangan, kedamaian,
perlindungan, dan kebahagian kepada seluruh anggota keluarga.
Daftar Pustaka

Afandi, D., Rosa, W.Y., Suyanto, Khodijah, Widyaningsih, C. (2012). Karakteristik kasus
kekerasan dalam rumah tangga. Journal Indonesia Medeical Association, 62 (11), 435 – 438.

Komisi Nasional Perempuan. (2007). Catatan tahunan tentang kekerasan terhadap


perempuan tahun 2007. Jakarta: Komnas Perempuan.

Komisi Nasional Perempuan. (2011). Teror dan kekerasan terhadap perempuan: Hilangnya
kendali negara, catatan KTP tahun 2010. Jakarta: Komnas Perempuan.

Margaretha, Nuringtyas, R., Rachim, R. (2013). Trauma kekerasan masa kanak dan
kekerasan dalam relasi intim. Makara Seri Sosial Humaninora, 17(1), 33-42. DOI:
10.7454/mssh.v17i1.1800

Pemerintah. (2004). Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan


dalam rumah tangga. Indonesia: Republik Indonesia

Veralia, M.B. (2011). Persepsi istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga:
Skripsi.Semarang: Universitas Diponegoro.
https://musniumar.wordpress.com/2012/07/09/pencegahan-dan-penanganan-kekerasan-
dalam-rumah-tangga-kdrt/

Anda mungkin juga menyukai