Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran
logis yang diamatinya pada anak-anak dan orang dewasa. Perkembangan
kognitif dimulai dari proses-proses berpikir secara konkrit sampai dengan
yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis. Piaget meyakini
bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan
secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami
dunia tersebut. Sebagai seorang pakar yang banyak melakukan penelitian
tentang tingkat perkembangan kemampuan kognitif manusia, Piaget
mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia
terdiri atas empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori perkembangan kognitif Jean Piaget pada
anak usia sekolah 7-12 tahun?
2. Bagaimana implikasi teori perkembangan kognitif Jean Piaget
dalam pendidikan terkait dengan pembentukan kepribadian anak
usia sekolah 7- 12 tahun?

C. TUJUAN
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain untuk
membahas tentang apa itu psikologi perkembangan, mengapa
perkembangan itu terjadi dan bagaimana teori perkembangan kognitif
menurut Jean Piaget.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Kehidupan Piaget (1896 - 1980)


Jean Piaget sebenarnya adalah seorang biolog, tetapi sekarang dia
dikenal karena karyanya tentang pengembangan kognisi. Banyak yang
berargumen bahwa dialah yang mempunyai andil besar terhadap
penciptaan psikologi kognisi. Jean Piaget lahir di Neuchatel, Swiss pada
tanggal 9 Agustus 1896 dari pasangan Arthur Piaget dan Robercca
Jackson. Ayahnya seorang profesor sastra Abad Tengah yang menggemari
sejarah lokal, sedang ibunya, adalah seorang yang cerdas dan penuh
semangat, namun sedikit mengidap neurotik. Waktu masih kanak-kanak,
Piaget sangat tertarik pada ilmu alam. Ia suka rnengamati burung-burung,
ikan, dan binatang-binatang di alam bebas. Salah satu kesukaannya adalah
mengumpulkan kerangka tulang-tulang burung kecil. Itulah sebabnya dia
sangat tertarik pada pelajaran biologi di sekolah. Pada usia l0 tahun, dia
sudah menerbitkan karangannya yang pertama yang merupakan hasil
penelitiannya tentang burung burung gereja albino dalam majalah ilmu
pengetahuan alam. Dia juga berkesempatan bekerja membantu Mr. Godel
direktur Museum of Natural History di Nuechatel. Tugasnya adalah
membuat klasifikasi koleksi zoologi di museum tersebut. Pada waktu itu,
ia mulai belajar tentang binatang molusca, dan menerbitkan karyanya
tentang molusca. Karyanya tentang molusca ini kemudian dikenal oleh
hampir semua mahasiswa Eropa. Mereka mengira penulisnya sudah
dewasa, padahal dia baru berusia 15 tahun. Karena karyanya yang
gemilang itu, dia ditawari suatu kedudukan sebagai kurator koleksi
molusca di museum ilmu pengetahuan alam di Geneva.1 Ia menolak
tawaran tersebut karena ia harus menyelesaikan sekolah menengah terlebih
dahulu. Ketika remaja, dia mengalami krisis keyakinan. Karena didorong

1
C.George Boeree, Sejarah Psikologi, Penterjemah, Abdul Qodir Shaleh, 2007, Yogyakata
prismasophi, 479

2
oleh ibunya yang selalu menekankan ajaran-ajaran religius, dia merasa
bahwa argumen-argumen religius terlalu kekanak-kanakan. Setelah dia
mempelajari filsafat dan logika, dia kemudian memutuskan untuk
mengabdikan hidupnya demi menemukan penjelasan-penjelasan biologis
tentang pengetahuan. Akhirnya, karena filsafat gagal membantunya dalam
melaksanakan penelitian ini, maka dia beralih ke psikologi. Setelah lulus
sekolah menengah, dia melanjutkan pendidikannya ke University of
Neuchatel. Karena terlalu memkasakan diri belajar dan menulis, dia
mengalami sakit parah dan istirahat selama satu tahun. Setelah kembali ke
neuchatel, dia memutuskan untuk menjelaskan filosofi hidupnya. Peristiwa
ini yang kemudian menjadi titik pusat seluruh karya dan perjalanan
hidupnya:" Di dalam setiap bidang kehidupan (organik, mental, dan
sosial), terdapat "totalitas- totalitas" yang secara kuantitatif berbeda dari
bagian-bagian yang membentuk totalitas tersebut. Totalitas inilah yang
menata bagian-bagian tersebut. Prinsip ini yang menjadi landasan filsafat
strukturalisme, yang juga menjadi dasar pemikiran kalangan psikologi
Gestalt, para teoritikus sistem, dan lain sebagainya. Pada tahun 1916,
Piaget lulus sarjana dalam bidang Psikologi di Universitas Neuchatel.
Tahun 1918, atau dua tahun setelah dia lulus sarjana, dia memperoleh
gelar doktor di bidang sains dari Universitas Neuchatel. Selama setahun
berikutnya, dia bekerja di laboratorium psikologi di Zurich. Di situ, dia
berkenalan dengan karya-karya freud, Jung dan pemikir-pemikir lainya.
Pada tahun 1919, dia meninggalkan Zurich pergi ke Paris. Selama dua
tahun, dia tinggal di universitas Sarbon dan mengajar filsafat dan
psikologi. Pada tahun 1920, dia bertemu dengan simon, dan melakukan
penelitian bersama tentang kecerdasan di laboratorium Binet di Paris
dengan tugas mengembangkan tes kecerdasan atau tes penalaran. Dari
hasil tes yang dia lakukan, dia mulai mempertanyakan kenapa anak-anak
mulai menalar. Pada tahun 1921, artikel pertamanya tentang psikologi
kecerdasan dimuat dalam journal de Psychologie.2 Selain itu, pada tahun

2
C.George Boeree, Sejarah Psikologi, Abdul Qodir Shaleh, 2007, Yogyakata prismasophi, 481

3
tersebut, dia diangkat sebagai direktur di Institut J.J, Rousseau, Jenewa. Di
Institut ini, dia bersama mahasiswanya mulai mengadakan penelitian
tentang proses penalaran anak-anak sekolah dasar. Tahun 1923, Piaget
menikah dengan Valentine Chatenay merupakan salah satu mahasiswa.
Pada tahun 1925 anak pertamanya lahir perempuan dan disusul anak
keduanya lahir perempuan pada tahun 1927, dan pada tahun 1930 anak
ketiganya lahir laki-laki. Ketiga anaknya ini menjadi fokus penelitan
piaget dan istrinya. Hasil penelitian ini kemudian menghasilkan tiga buku
psikologi anak. Karya-karya Piaget yang merupakan hasil penelitian
dipublikasikan antara tahun 1923-1931. Misalnya : Language and Thought
in the Child yang membicarakan penggunaan bahasa dan pemikiran anak;
judgment and Reasorning in the Child bergulat dengan perubahan
pemikiran anak pada masa kanak-kanak.; The Child"s conseptin of the
World membahas tentang bagaimana anak memandang dunia sekitar; The
Child's Consepn'on of Physical Causauty memuat tentang gagasan anak
penyebab gejala alamiah tertentu, seperti gerakan awan, sungai, bayangan,
dan lain sebagainya; The Moral Judgment of the Child membicarakan
perkembangan moral dan keputusan anak. Pada tahun 1929, Piaget
bertugas sebagai direktur Bureau International Offie de l'education, yang
bekerjasama dengan UNESCO. Dia mulai Piaget merupakan salah satu
pionir konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri
pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam
pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini
peran guru ialah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.3
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu
1) memutuskan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak,
tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang

3
William Crain, Teori Perkembangan (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm. 167

4
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.4 Pengalaman-
pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan
yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang
dimaksud; 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan
bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge), anak
didorong menentukan sendiri pengetahuan ini melalui interaksi spontan
dengan lingkungan; 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual
dalam hal kemajuan perkembangan.5 Teori Piaget mengasumsikan bahwa
seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama,
namun pertumbuhan ini berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena
itu, guru harus melakukan upaya untuk memgatur aktivitas dalam kelas
yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok
kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal; dan 4)
mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.
Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat disimulasi.

B. Pengembangan Kognitif Jean Piaget


1.1.1. Pengertian
Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan perkembangan
bahasa. Jadi, perkembangan adalah pertumbuhan, penyesuaian, dan
perubahan yang teratur dan berlangsung lama sepanjang perjalanan hidup.

4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana, Jakarta, 2011, hlm 113
5
Ibid, hlm 113

5
Teori tentang perkembangan manusia ada sangat banyak, diantaranya
adalah teori perkembangan kognisi dan moral Jean Piaget, teori
perkembangan kognisi Lev Vygotsky, teori perkembangan pribadi dan
social Erik Erikson, dan teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg.
Piaget, Vygotsky, Erikson, dan Kohlberg terpusat pada aspek
perkembangan yang berbeda. Namun demikian, semua adalah pakar teori
tahap karena mereka sama-sama mempunyai keyakinan bahwa tahap-tahap
perkembangan yang jelas dapat diidentifikasi dan dijelaskan. Namun,
kesepakatan ini tidak berlanjut hingga ke penjelasan rinci teori mereka
yang sangat berbeda jumlah tahap dan penjelasannya. Dan juga masing-
masing pakar teori tersebut terpusat pada aspek perkembangan yang
berbeda (misalnya kognisi, sosioemosi, kepribadian, moral).6
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi)
ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah
satu domain atau wilayah / ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Ranah kejiwaaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Jadi perkembangan kognisi adalah perubahan bertahap dan teratur yang
menyebabkan proses mental menjadi semakin rumit dan canggih.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan
dengan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot,
dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman.
Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami

6
Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011) hal .40

6
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa
dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa
tersebut.
Jean Piaget adalah seorang pakar psikologi perkembangan yang
paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Lahir di Swiss tahun 1896-
1980. Setelah memperoleh gelar doktornya dalam biologi, dia menjadi
lebih tertarik pada psikologi, dengan mendasarkan teori-teorinya yang
paling awal pada pengamatan yang seksama terhadap ketiga anaknya
sendiri. Piaget menganggap dirinya menerapkan prinsip dan metode
biologi pada studi perkembangan manusia, dan banyak istilah yang dia
perkenalkan pada psikologi diambil langsung dari biologi.7
Piaget mempelajari mengapa dan bagaimana kemampuan mental
berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian
besar pada manipulasi anak terhadap interaksi aktifnya dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori
perkembanga kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau
kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang
jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh munculnya kemampuan dan
cara mengolah informasi baru. Banyak di antara pokok teori Piaget
ditantang oleh sejumlah riset di kemudian hari. Khususnya, banyak
perubahan fungsi kognisi yang dia jelaskan kini diketahui berlangsung
lebih dini, dalam lingkungan tertentu. Namun demikian, karya Piaget
menjadi dasar penting untuk memahami perkembangan anak. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu
pola mental yang menuntun perilaku, skema tentang bagaimana seseorang

7
Syah Muhibbin. Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) hal. 22

7
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental. Skema Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dengan
kecendrungan bawaaan untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk
memahaminya.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang
menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik
yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak
untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget,
bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat
biologis itu, Piaget mengamati bayibayi mewarisi reflek-reflek seperti
reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama
kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada
perkembangan selanjutnya.8

1.1.2. Pertumbuhan atau Perkembangan Kognitif


Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga
proses yang saling berhubungan, yaitu: organisasi, adaptif, dan ekuilibrasi.
a. Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan
pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah
sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan
realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4
bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia
berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan
menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihat. Dalam
sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat
struktur kognitif menjadi semakin kompleks. Contoh: gerakan reflek

8
Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Arruz Media, 2007), hal. 87

8
menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menarik.
b. Adaptif/adaptasi
Merupakan cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan
atas lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu
asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
memahami pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada. Seorang
individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika
individu tersebut menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam
pengetahuan mereka yang telah ada.9 Contoh asimilasi kognitif: ketika
anda memberi kepada bayi sebuah objek kecil yang tidak pernah dia lihat
sebelumnya tetapi menyerupai objek yang sudah tidak asing lagi, dia
mungkin akan memegangnya, menggigitnya, dan membantingnya. Dengan
kata lain dia menggunakan skema yang ada untuk memelajari benda yang
belum dikenal ini.
2. Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
mengubah skema yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru. Jadi,
dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi
baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri
seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan
dari objeknya. Contoh : jika anda memberikan telur pada bayi yang
mempunyai skema dengan membanting objek kecil, apa yang akan terjadi
dengan telur tersebut sudah nampak jelas, yaitu akan pecah. Karena
konsekuensi yang tidak terduga dari membanting telur tersebut, bayi itu
mungkin akan mengubah skema tadi. Pada masa mendatang, bayi itu
mungkin akan membanting objek dengan keras dan objek lain dengan
lembut.

9
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 22.

9
c. Ekuilibrasi
Yaitu proses memulihkan keseimbangan antara pemahaman
sekarang dan pengalaman baru. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan
yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan
keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ketika
ekuilibrium terganggu, anak mempunyai kesempatan untuk tumbu dan
berkembang. Pada akhirnya muncul cara yang baru secara kualitatif untuk
berpikir tentang dunia ini, dan anak melangkah ke tahap perkembangan
baru. Piaget percaya bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
sangat berperan penting agar terjadi perubahan perkembangan.10 Namun,
dia juga percaya bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
perdebatan dan diskusi, membantu memperjelas pemikiran dan pada
akhirnya menjadikannya lebih logis. Contoh: bayi yang biasanya
mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu
dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi
menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan
lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari
ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi
skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan
adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu
gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk
menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan
dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana anak secara aktif
membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui

10
Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011) hal .43

10
pengalaman dan interaksi mereka. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize.11
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami
dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu: sensorimotor,
praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal. Dia percaya bahwa semua
anak melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan seperti ini dan bahwa
tidak seorang anak pun dapat melompati satu tahap, walaupun anak-anak
yang berbeda melewati tahap-tahap tersebut dengan kecepatan yang agak
berbeda. Berikut adalah tabel ringkasan tahap-tahap perkembangan
kognisi menurut Piaget :

Tabel Periode-Periode Perkembangan Secara Umum Menurut Jean Piaget

Periode 1 Kepandaian Sensori-Motorik (dari lahir-2 tahun). Bayi


mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti
menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi
dunia yang muncul di hadapannya.

Periode II Pikiran Pra-Operasional (2-7 tahun). Anak-anak belajar berpikir-


menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah-namun
pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di
titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.

Periode III Operasi-operasi Berpikir Konkret(7-11 tahun). Anak-anak


mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya
ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-
aktivitas konkret.

11
Paul Henry, dkk, Perkembangan dan Kepribadian Anak, jilid II, Terjemahan Med Meitasari
Tjandrasa (Jakarta, Erlangga, 1994), hal.194.

11
Periode IV Operasi-operasi Berpikir Formal (11 tahun-dewasa). Orang
muda mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis
menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotetis.

i) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)


Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain
juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting
dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam
minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan
untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi
objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan
penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.12

12
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana, Jakarta, 2011, hlm 115-116

12
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
Tahap I (lahir - 1 bulan) : Penggunaan Refleks-refleks
Ketika Piaget membicarakan struktur bayi, dia menggunakan
istilah skema (scheme atau schema). Sebuah skema bisa menjadi pola
tindakan apa pun untuk menghadapi lingkungan, seperti menatap,
menggenggam, memukul atau menendang. Seperti sudah disebutkan
sebelumnya, meskipun bayi mengkontruksi skema-skema mereka dan
kemudian menstrukturkannnya lewat aktivitas-aktivitas mereka sendiri,
skema-skema pertama mereka utamanya terdiri atas refleks-refleks
bawaan. Refleks yang paling jelas adalah refleks menghisap; bayi otomatis
menghisap kapan pun bibir mereka disentuh.
Refleks-refleks mengimplikasikan kepasifan tertentu. Organisme akan
tetap tidak aktif sampai sesuatu datang menstimulasikannya. Namun
begitu, Piaget menunjukkan bahkan refleks seperti menghisap dengan
cepat menjadi bagian dari aktivitas yang diinisiatifkan-sendiri oleh bayi
manusia.13

Tahap 2 (1-4 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Primer


Reaksi sirkuler terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman
baru dan berusaha mengulanginya. Contoh yang paling menyolok adalah
menghisap jempol. Secara kebetulan, tangan si bayi bersentuhan dengan
mulutnya, dan ketika tangan itu jatuh, si bayi ingin membawanya kembali.
Namun untuk beberapa saat, bayi tidak bisa langsung melakukan yang
diinginkannya. Mereka memukul wajahnya dengan tangan namun tidak
bisa menangkap mulutnya, atau mereka menggantungkan lengannya
dengan kasar kepada mukanya atau mereka mengejar tangan itu dengan
mulut namun tidak bisa mengangkapnya karena seluruh tubuhnya,
termasuk lengan dan kaki, bergerak sebagai satu kesatuan kearah yang
sama. Di dalam bahasa Piaget, mereka tidak mampu membuat akomodasi

13
William Crain, Teori Perkembangan (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm.173-178

13
yang dibutuhkan untuk mengasimilasikan tangan kepada tindakan
menghisap. Setelah mengulangi banyak kegagalan, bayi akhirnya mampu
mengorganisasikan penghisapan jempol dengan gerakan tangan, dan
menjadi ahli dalam seni menghisap jempol. Seperti pada tindakan
menghisap jempol, kebanyakan reaksi sirkuler primer melibatkan
pengorganisasian dua tindakan atau gerakan tubuh yang sebelumnya
terpisah. Sebagai contoh, saat kita melihat bayi perempuan berulang-ulang
membawa tangannya ke dekat wajah dan menatapnya, dia sedang melatih
reaksi sirkulasi primer. Dia sedang mengkoordinasikan pengamatan
dengan gerakan-gerakan tangan.

Tahap 3 (4-10 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Sekunder


Perkembangan tahap kedua di atas disebut reaksi sirkuler primer
karena melibatkan bagian-bagian tubuh bayi sendiri. Reaksi sirkuler
sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali
peristiwa menarik di luar dirinya. Piaget kadang-kadang menyebut reaksi-
reaksi sirkuler sekunder ini sebagai "membuat pemandangan yang menarik
bertahan lama" (making interest sights last). Dia berspekulasi bahwa bayi
tersenyum dan tertawa saat melihat peristiwa yang cukup lucu baginya.
Pada waktu yang sama , tampaknya mereka tengah menikmati kekuatan
mereka sendiri, yaitu kemampuan untuk membuat suatu peristiwa terjadi
berulang-ulang.14

Tahap 4 (10-12 bulan): Koordinasi Skema-skema Sekunder


Pada tahap 3 di atas, bayi menunjukkan suatu tindakan tunggal
untuk mencapai sebuah hasil sebagai contoh, menendang untuk
membuat boneka-boneka yang bergantungan di atasnya bergerak-gerak.
Pada tahap 4, tindakan bayi menjadi lebih terbedakan; dia belajar untuk
mengkoordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan satu hasil.

14
William Crain, Teori Perkembangan (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm.178-181

14
Pencapaian baru ini paling tampak ketika bayi berhadapan dengan
rintangan- rintangan.15
Observasi sederhana seperti ini sangat penting bagi pemahaman
kita tentang bagaimana anak-anak mengembangkan kategori-kategori
dasar tentang pengalaman, waktu dan ruang. Kita tidak bisa berbicara dan
menanyai bayi perihal pengalaman mereka dengan ruang dan waktu,
namun kita bisa melihat bagaimana kategori-kategori ini berkembang
lewat tindakan-tindakan mereka.

Tahap 5 (12-18 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Tersier


Sekarang pada tahap 5, mereka bereksperimen dengan tindakan-
tindakan yang berbeda-beda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, suatu hari Laurent menjadi tertarik dengan meja yang baru
dibeli ayahnya. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali,
kadang-kadang keras, kadang-kadang lembut, untuk mendengar perbedaan
bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya itu. Sangat penting untuk dicatat
bahwa bayi-bayi sepenuhnya belajar dari diri mereka sendiri, tanpa perlu
diajari orang dewasa. Mereka mengembangkan skema mereka semata-
mata dari keingintahuan intrinsik tentang dunia.

Tahap 6 (18 bulan-2 tahun): Permulaan Berpikir


Pada tahap 5, anak-anak telah menjadi ilmuwan-ilmuwan kecil
membuat variasi tindakan mereka dan mengamati hasil-hasilnya. Tapi
semua penemuan mereka ini terjadi lewat tindakan-tindakan fisik. Pada
tahap 6, anak-anak kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih
internal, sebelum akhirnya bertindak. Kemajuan anak-anak di tahap 6 bisa
juga dilihat sebagai upaya untuk berimitasi. Piaget mengamati bahwa
untuk beberapa saat, anak-anak tidak bisa mengimitasi model-model baru
sama sekali; mereka hanya bisa memproduksi tindakan-tindakan yang

15
William Crain, Teori Perkembangan (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm.181-185

15
suadah ada dalam daftrar tingkah laku mereka. Meskipun begitu, ditahap 5
mereka dapat membuat akomodasi yang dibutuhkan untuk mengimitasi
tingkah laku baru lewat eksprimen coba-coba. Namun hanya pada tahap 6
anak-anak sanggup membuat imitasi yang tertunda (different imitation)
imitasi terhadap model-model yang tidak hadir lagi.16

ii) Tahapan Pra-operasional (2-7 tahun)


Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah
akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan
ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan
objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.17
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan
sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
16
William Crain, Teori Perkembangan (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm.185-187
17
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, 2 Desember 2016, 19.31.

16
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap
benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.18
a. Imitasi tidak langsung.
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau
dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak
sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-
tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri
atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b. Permainan Simbolis.
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba
meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang
bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis
dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada
segi kesenangan pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan
unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang nyata. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu
dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau
pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini
kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis
dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan
hitam.19

18
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana, Jakarta, 2011, hlm 116-117
19
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hal 68.

17
e. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda
atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain
tentang peristiwa kepada orang lain.

iii) Tahapan Operasional Konkrit (7-11 tahun)


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul
antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
Pengurutan kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran,
mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang
paling kecil.
Klasifikasi kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)
Decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.20
Reversibility anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan

20
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana, Jakarta, 2011, hlm 117-118

18
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.21
Penghilangan sifat Egosentrisme kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap
operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap
boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

iv) Tahapan Operasional Formal (11+ tahun)


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.

21
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana, Jakarta, 2011, hlm 118-120

19
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak
ada urutan yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada
dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi
pengetahuan
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi
secara logis
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-
elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan
terintegrasi)
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.22

1.1.3. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Dalam kamus ilmiah populer, Implikasi adalah keterlibatan atau
keadaan terlibat. Maksud implikasi dalam penelitian ini yakni keterlibatan
teori perkembangan kognitif Jean Piaget tersebut dalam pendidikan terkait
dengan pembentukan kepribadian anak usia sekolah, keterlibatan dalam
pendidikan ini bisa dalam tujuan, metode (strategi), maupun materinya.
Sebab teori kognitif merupakan salah satu teori belajar dalam psikologi
yang berpengaruh besar dalam dunia pendidikan khususnya teori
perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget.
Teori ini menjelaskan tentang bagaimana cara seseorang dapat
memperoleh pengetahuan, dan mengolahnya dalam proses berfikir
sehingga proses perkembangan yang lain juga akan berkembang secara
baik. Teori kognitif memandang bahwa proses belajar bukan sekedar

22
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.45

20
stimulus dan respon yang bersifat mekanistik akan tetapi lebih dari itu
yakni melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar. Oleh sebab itu menurut teori kognitif belajar adalah sebuah
proses mental yang aktif untuk menerima, mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang sepadan dengan
knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang lebih luas cognition
(kognisi) adalah suatu proses perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Mengenai maksud dari kognisi ini, Paul Henry menjelaskan
bahwa: Kognisi adalah kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah,
mengorganisasi, dan meggunakan pengetahuan, sedangkan proses yang
paling utama dalam kognisi meliputi mendeteksi, menginterpretasi,
mengklasifikasi, dan mengingat informasi, mengevaluasi gagasan,
menyaring prinsip dan mengambil kesimpulan segala macam pengalaman
yang di dapat dalam kehidupannya. Dalam perkembangan selanjutnya
istilah kognitif sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia
yang meliputi setiap perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan
dan kejiwaan.23
Aspek kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak), dan afeksi (perasaan). Dengan demikian
kognisi ini sangat penting sebab kognisi merupakan tempat proses diawali
perolehan pengetahuan yang masuk dalam diri seseorang yang melalui
berbagai proses. Proses perkembangan kognitif sangat mempengaruhi
perkembangan aspek yang lain seperti afeksi. Menurut Jean Piaget, proses
belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang
dilalui siswa, sebab konsep berpikir anak-anak dengan remaja maupun
dewasa itu berbeda, jadi materi atau strategi yang akan digunakan oleh
guru harus disesuaikan dengan tingkat berpikirnya. Sedangkan teori yang
mengkaji dan meneliti mengenai proses kognitif disebut teori kognitif.

23
Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, hal. 72.

21
Teori kognitif adalah teori yang berfokus pada pembentukan
konsep berpikir, membangun pengetahuan (konsep mental) atau
prosesproses sentral seperti : ide-ide, sikap, harapan. Orientasi kognitif
berbeda dari orientasi psikoanalitik dan behavioristik. Orientasi kognitif
adalah mempelajari proses mental. Sedangkan teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh
Jean Piaget. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget adalah salah satu
teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian yang ada disekitarnya.
Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk
mengetahui persamaan dan perbedaannya, dan untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan objek dan suatu peristiwa, dan untuk membentuk
perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Dalam bukunya Sri Esti
Wuryani, kemampuan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan
otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu
individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kognitif merupakan kemampuan yang berpusat di otak ini
berfungsi sebagai untuk menerima, mengolah dan menginterpretasikan
pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
anak melalui interaksinya dengan lingkungan. Melalui kognitif ini anak
akan mampu menggunakan cara berpikirnya dan mengerti akan
objekobjek, pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dalam
hidupnya.24
Berpikir tidak bisa dipisahkan dengan akal sebagai tempat untuk
berpikir, dalam Islam telah dijelaskan bahwa yang membedakan manusia
dengan makhluk yang lainnya adalah terletak pada akalnya, oleh sebab itu
potensi akal (kognisi) seseorang sangat berharga dan perlu diarahkan ke
hal yang positif agar kepribadian yang ditimbulkan juga positif. Sebab
kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh konsep berpikirnya.

24
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.60.

22
Dalam Islam akal (kognisi) sangat dijunjung tinggi, akan tetapi
akal pikiran manusia sangat terbatas hal ini berpengaruh pada pengetahuan
yang diperolehnya juga akan terbatas sehingga dengan pengetahuan yang
terbatas manusia akan sulit memecahkan segala permasalahan yang ada.
Sebagaimana firman Allah SWT. Q-S: AlIsra: 85, berikut:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu


Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit".25
Maka dari hal itu akal (kognisi) perlu arahan dan perlu
dikembangkan yakni dengan berbagai hal seperti melalui pendidikan, dan
lain sebagainya agar pengetahuan seseorang semakin luas dan mendalam.
Dalam pendidikan pengembangan akal merupakan hal yang utama dan hal
ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan sikap dan kepribadiannya.
Terkait dengan pengembangan akal maka perlu pengetahuan dan kajian
lebih mendalam lagi mengenai teori perkembangan kognitif agar dalam
mengembangkannya sesuai dengan tingkat usia perkembangan seseorang.
Aliran kognitif menjelaskan, belajar merupakan suatu proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan tingkah laku
seseorang tidak tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan
internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan
dipikirkannya. Stimulus yang datang dari luar direspon sebagai aktivitas
memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang kontinu, sehingga selalu ada
hal yang baru dalam memori otak dalam setiap akhir kegiatan belajar.

25
DEPAG, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Bumi Restu, 1978), hal. 437.

23
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Ausubel adalah salah seorang aliran kognitif menyatakan, siswa
akan belajar dengan baik jika apa yang disebut kemajuan belajar
didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa.
Pengatur kemajuan adalah konsep atau informasi umum yang mencakup
semua isi pelajaran yang akan diajarkan pada siswa.26 Proses belajar
mengajar akan berjalan dengan baik jika seorang pendidik mampu
memberi kesempatan pada siswanya untuk menemukan suatu konsep,
informasi melalui contoh-contoh yang kongkret. Para ahli teori kognitif
berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk mengerti
dunia. Agar hal ini dapat tercapai maka kita menggunakan cara berpikir
tentang situasi dan kondisi yang ada disekitar kita.

Teori kognitif ini sejalan dengan firman Allah SWT. Berikut:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

26
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal. 53.

24
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka (Ali- Imron: 190-191).27
Berdasarkan ayat diatas dapat dikatakan bahwasanya segala hal
yang ada disekitar kehidupan seseorang, sesungguhnya terdapat sesuatu
hal yang sangat bermanfaat bagi manusia jika manusia mampu
menggunakan akalnya (kognitif) untuk memikirkan hal tersebut. Oleh
sebab itu, ketika anak sudah mampu menggunakan konsep berfikirnya
maka tugas pendidikan untuk mengembangkannya. Tanpa ranah kognitif,
sulit dibayangkan seorang anak mampu berfikir. Selanjutnya, tanpa
kemampuan berfikir sangat mustahil seorang anak akan mampu
memahami, meyakini dan mengaplikasikan hal-hal yang ia tangkap dari
sekitarnya baik berupa materi pelajaran, pesan-pesan moral dari
lingkungan keluarga maupun teman sebayanya.
Ahli teori kognitif memandang reinforcement (penguatan) sangat
penting sebagai umpan balik. Umpan balik ini memberi informasi tentang
apa yang mungkin terjadi jika tingkah laku itu diulang. Terkait dengan
penguatan maka pembiasaan dan keteladanan juga menjadi penting untuk
anak usia sekolah, sehingga akan mampu terbentuk pribadi seperti apa
yang biasa mereka amati dan perhatikan dalam kehidupannya. Dalam
suatu proses pembelajaran tentunya materi maupun metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
khususnya dalam perkembangan kognitifnya, karena tingkat berfikir
seseorang berbeda-beda.
Salah satu tokoh psikologi kognitif yang terkenal dengan Cognitive
Development (teori perkembangan kognitif) yaitu Jean Piaget, dia meneliti
mengenai tahap-tahap pribadi serta perubahan usia yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Jean Piaget adalah seorang psikolog yang
menyelidiki tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu
mengalami penyesuaian diri dengan lingkungannya serta meneliti

27
DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Bumi Restu, 1978), hal. 109-110

25
perkembangan intelektual atau kognisi atas dasar bahwa struktur
intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan
lingkungan.28

C. Pelaksanaan Pengembangan Kognitif Jean Piaget


Teori Piaget telah membawa dampak besar pada teori dan praktik
pendidikan. Pertama, teori tersebut memusatkan perhatian pada gagasan
pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan (developmentally
appropriate education) pendidikan dengan lingkungan, kurikulum, bahan
ajar, dan pengajaran yang sesuai bagi siswa dari sudut kemampuan fisik
dan kognisi mereka dan kebutuhan social dan emosi mereka. Teori Piaget
telah berpengaruh ke model konstruktivis pembelajaran, yang akan
diuraikan meringkaskan implikasi pengajaran utama yang diambil dari
Piaget sebagai berikut:
1) Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan hanya hasilnya.
Selain memeriksa kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan siswa untuk sampai pada jawaban tersebut.
Pengalaman belajar yang tepat membentuk tingkat keberfungsian
kognisi siswa saat ini, dan hanya jika guru menghargai metode
siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu maka guru berada
dalam posisi menyediakan pengalaman seperti itu.
2) Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran berdasar
keterlibatan aktif yang diprakarsai sendiri oleh siswa. Dalam
suatu ruang kelas Piaget, penyajian pengetahuan yang sudah jadi
tidak lagi ditekankan, dan siswa didorong untuk menemukan
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Karena itu,
bukannya mengajar secara didaktik, guru harus menyediakan
berbagai jenis kegiatan yang memungkinkan siswa bertindak
langsung dalam dunia fisik.

28
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus, h. 181

26
3) Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan
siswa berpikir seperti orang dewasa. Piaget merujuk ke
pertanyaan Bagaimana cara kita mempercepat perkembangan?
sebagai pertanyaan Amerika. Di antara banyak Negara yang dia
kunjungi, psikolog dan pendidik di Amerika Serikat tampak paling
tertarik dengan teknik apa saja yang dapat digunakan untuk
mempercepat langkah siswa melewati tahap-tahap tersebut.
Program pendidikan yang berbasis Piaget menerima keyakinannya
yang kuat bahwa pengajaran prematur dapat lebih buruk daripada
tanpa pengajaran sama sekali karena hal itu melahirkan penerimaan
rumus orang dewasa secara dangkal bukannya pemahaman kognisi
yang benar.29
4) Penerimaan atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-
masing orang. Teori Piaget beranggapan bahwa semua siswa
mengalami urutan perkembangan yang sama tetapi hal itu terjadi
dengan kecepatan yang berbeda. Karena itu, guru harus menempuh
upaya khusus untuk merencanakan kegiatan di ruang kelas bagi
masing-masing siswa dan kelompok kecil anak-anak bukannya
bagi seluruh kelompok kelas. Selain itu, karena perbedaan masing-
masing siswa sudah diperkirakan, penilaian kemajuan pendidikan
siswa hendaknya dilakukan berdasarkan perjalanan perkembangan
terdahulu masing-masing siswa itu sendiri, bukan berdasarkan
kinerja teman-teman dengan usia yang sama.

D. Kritikan Terhadap Teori Piaget


Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip
umum teori Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda
dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika itu berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Namum ada juga peneliti yang meributkan

29
Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011) hal .56

27
detil-detil penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
a. Pada sebuah studi klasik Mc.Garrigle dan Donalson menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi dalam usia yang
lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
b. Studi lain yang mengkritik teori Piaget bahwa anak-anak baru
mencapai pemahaman tentang objek permanen pada usia di atas 6
bulan. Balillargeoan dan De Vos anak diamati sampai mereka
berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional
formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesis. Mayoritas anak-anak itu memang belum
mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi
Mc. Garrigle dan Donalson dan Balillargeoan dan De Vos yang
menyatakan bahwa Piaget meremehkan kemampuan anak-anak
kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih
tua dan belum lama ini, Bradmentz menguji pernyataan Piaget
bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-
kanak. ( George Boeree,2008:368).
Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan di antara para ahli
psikologi. Tetapi beberapa psikolog percaya bahwa kita tidak boleh
meninggalkan semua teori Piaget, mereka ini yang dinamakan aliran neo-
Piagetian.30

30
Scania Riendravi, PERKEMBANGAN PSIKOSOSIALANAK, 4 Desember 2016, 11:55

28
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Piaget mengajukan teori tentang perkembangan kognitif anak yang
melibatkan proses-proses penting yaitu skema, asimilasi, akomodasi,
organisasi, dan ekuilibrasi. Dalam teorinya, perkembangan kognitif terjadi
dalam urutan empat tahap yaitu:
a. Tahap sensorimotor: dari kelahiran sampai umur 2 tahun (bayi
membangun Intelektualita pemahaman tentang dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indrawi dengan gerakan dan
mendapatkan pemahaman akan objek permanen.
b. Tahap pra-operasional: umur 2-7 tahun (anak memahami realitas di
lingkungan dengan menggunakan fungsi simbolis (simbol-simbol)
atau tanda-tanda dan pemikiran intuitif. Keterbatasannya adalah
egosentrisme, animisme, dan centration. Ciri-ciri berpikirnya tidak
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis
c. Tahap operasional konkrit: umur 7-11/12 tahun (anak sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi
hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah hilang kecenderungannya terhadap animism dan articialisme
d. Tahap operasional formal: umur 12 tahun ke atas (anak sudah
dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk
operasi yang lebih kompleks, ciri pokok perkembangannya adalah
hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan
probabilitas.

29

Anda mungkin juga menyukai