Blok 1 Modul 2
Oleh :
1
1. PENDAHULUAN
Komunikasi adalah satu elemen penting dalam kehidupan seharian seorang manusia untuk
berinteraksi dengan manusia yang lain. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif,
berempati, dan meliputi analisa transaksional agar pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan
dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Komunikasi yang efektif adalah di mana
pertukaran maklumat dan pesan berlaku dengan berkesan dan secara maksimal antara dua pihak.
Peranan dari kedua belah pihak baik sebagai pengirim dan penerima pesan harus dapat sejalan
dan sesuai sehingga tercapai tujuan dari komunikasi efektif tersebut. Contohnya, berdasarkan
kasus ini jika mahasiswa mempunyai komunikasi yang baik dengan berempati, menggunakan
komunikasi yang efektif dan analisa transaksional pasti mahasiswa akan lebih mudah untuk
mendekati anak jalanan tersebut. Sekiranya komunikasi yang tampak pada skenario antara
pengirim pesan (mahasiswa) dan (anak jalanan) tidak lancar, semua informasi-informasi penting
tidak bisa diketahui dan ini akan menyulitkan tugas wawancara tersebut. Kunci untuk
menghasilkan komunikasi yang baik adalah dengan menerapkan nilai empati dalam diri, yang
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi
Komunikasi disebut sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga terjadi pemahaman. Terdapat dua pihak
yang terlibat yaitu pengirim pesan dan penerima pesan melalui pembicaraan, tulisan dan
isyarat. Komunikasi bisa terjadi satu atau dua arah. Satu arah berlaku apabila tidak ada
berganti peran di antara pengirim pesan dan penerima pesan sehingga tidak terjadi pertukaran
informasi, sedangkan komunikasi dua arah terdapat pergantian pesan antara keduanya.1
Dalam komunikasi, terdapat dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal. Kedua cara tersebut dapat dilakukan bersamaan selama hubungan
antara individu berjalan. Contohnya, sewaktu kita berbicara, kita tidak hanya
mengekspresikan perasaan yang kita alami melalui kata-kata, tetapi dapat pula melalui
Komunikasi verbal adalah komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan bisa secara lisan
maupun ditulis. Aspek yang mempengaruhi komunikasi ini ialah nada suara (tinggi/rendah),
kualitas suara (keras/lembut), pace (kecepatan) dan sifat kata yang berupa ancaman, sindiran
atau sebagainya. Kata-kata mengandungi realitas dan memberikan dampak yang besar
sehingga bisa mengubah persepsi orang lain tentang realitas melalui pilihan kata-kata yang
digunakan.1
3
Misalnya, dalam mendekati anak jalanan mahasiswa diperlukan melakukan komunikasi
dan empati yang baik agar anak jalanan tersebut mau diwawancarai, agar ia percaya bahwa
mahasiswa itu tidak akan menyerahkannya kepada pihak yang berwajib. Oleh itu, dengan
menggunakan bahasa untuk memanipulasi keadaan, seseorang juga dapat belajar tentang
Respon atau tanggapan dari suatu komunikasi verbal yang sifatnya lisan antara lain dapat
Komunikasi non verbal adalah segala sesuatu yang disampaikan seseorang kepada orang
lain tanpa kata-kata. Komunikasi non verbal ini meliputi pikiran bawah sadar yang
memperlihatkan emosi yang berhubungan dengan isi verbal dan hubungan antara pembicara
dan pendengar. Komunikasi ini ditunjukkan oleh isyarat, ekspresi wajah, bahasa tubuh,
kontak mata, penampilan serta gaya tulisan. Perilaku non verbal seperti senyuman, sikap
condong ke depan dan bersalaman dapat meningkatkan proses komunikasi. Dengan itu,
Dalam kehidupan sehari-hari, sering aksi kata yang lebih keras dibandingkan dengan kata
yang sesungguhnya. Dalam konteks seperti inilah, komunikasi nonverbal tampaknya lebih
signifikan dibandingkan dengan kata-kata yang ada. Sering kali komunikasi nonverbal
4
Komunikasi non-verbal adalah selaku pelengkap dan pendokong bagi komunikasi verbal
yang menguatkan pesan. Tetapi, komunikasi non-verbal juga boleh bertentangan dengan
verbal misalnya seorang anak laki-laki mengatakan tidak sakit akibat jatuh tetapi ia
a. Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. Misalnya, menangis dan senyum.
b. Kontak mata, dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab
berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh,
dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi,
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan
tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau
5
2.2 Komunikasi Efektif Mahasiswa-Anak Jalanan
Empathy : adanya empati dengan menjadi pendengar yang aktif dan menggunakan
1. Memperoleh informasi agar biodata dan latar belakang anak jalanan dapat diketahui..
Selain itu, komunikasi kepada anak jalanan dapat dijalankan secara optimal.
2. Untuk menghubungkan jurang pengetahuan antara mahasiswa dan anak jalanan dalam
proses komunikasi.
4. Mencegah dan mengurangi risiko kesalah fahaman dan tidak menyinggung perasaan
anak jalanan.
Komunikasi efektif dapat diperoleh dengan adanya komunikasi dua arah, yaitu
mahasiswa menjadi pembicara dan juga pendengar terhadap keluhan atau masalah anak
jalanan. Dengan ini, anak jalanan akan merasakan bahwa dia benar-benar didengarkan. Pada
waktu yang sama mahasiswa juga harus gesit dalam menciptakan lingkungan yang memberi
kesan pada anak jalanan bahawa dia berada dalam lingkungan masyarakat yang peduli
6
terhadapnya. Ini akan membantu untuk mengurangi ketakutan dan kekhawatiran anak ini
yang awalnya menjadi hambatan dalam menjalankan komunikasi efektif antara mahasiswa
Selain itu, bahasa penerimaan yang digunakan dapat difahami dan diterima apa adanya
oleh kedua belah pihak. Mahasiswa bertindak sebagai konselor yang membimbing dan
menguatkan manakala anak jalanan itu pula konseli yang akan menyelesaikan masalahnya
sendiri. Dengan itu, anak jalanan juga akan merasa tertolong dan lebih baik, dia akan merasa
terdorong untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan. Seterusnya, dia akan berasa lebih
nyaman karena masih ada yang peduli dan sudi mendengarkan keluhan hatinya. Selain itu,
mahasiswa juga harus menggunakan bahasa yang mudah tidak menggunakan istilah ilmiah
yang mungkin menyukarkan pemahaman anak itu tentang tujuan mewawancara dan juga
dalam menasihatinya.
Mahasiswa juga harus menjadi pendengar yang aktif yang mampu mengkonfirmasikan
yang aktif berusaha untuk mengetahui tentang pemikiran, perasaan dan keinginan dari
pembicara. Mahasiswa yang mendengar aktif bukan sahaja mendengar malah memberi
perhatian apabila anak jalanan berbicara, membuat tanggapan, melakukan rumusan tentang
keluhan, bertanya dengan lebih lanjut kepada anak itu dan tahu pokok permasalahan yang
dialaminya. Dia juga memberi kesempatan dahulu kepada anaka jalanan untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri serta memberi peluang supaya dia dapat menerima dan
7
Komunikasi antara dewasa dan dewasa dapat menumbuhkan komunikasi efektif antara
mahasiswa dan anak jalanan. Komunikasi ini mengamalkan sifat hormat yang saling
menghargai satu sama lain. Komunikasi jenis ini juga tidak otoriter dan tidak mengatur saja.
Komunikasi efektif dapat dilahirkan melalui wawancara yang efektif. Dengan ini,
mahasiswa tersebut akan mendapatkan informasi dan data dari anak jalanan tersebut.
Menurut Othmer & Othmer, wawancara yang efektif dapat membina rapport (saling
menghargai), mampu menilai status mental seseorang, menggunakan teknik khusus serta
2.3 Empati
ditempat orang lain sesuai dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan dan perilaku
kemampuan afektif dan kemampuan perilaku dalam komunikasi sehariannya. Dalam kasus
ini mahasiswa perlu mempunyai suatu sifat kognitif yang melibatkan suatu pemahaman akan
perspektif dan pengalaman dalam diri anak jalanan sebagai individu yang terpisah, digabung
empati, kita akan lebih mendekatkan diri kita dengan lawan bicara. Keselarasan, keserasian
dan keharmonian hubungan kemudiannya akan terwujud dengan adanya empati dalam
komunikasi.
Empati membuat komunikasi kita menjadi sehat. Kita dapat menyebarkan energi-energi
positif yang mampu memberi kedamaian dan kesejukan bagi orang lain. Hal ini dapat
8
dirasakan jika kita ikut berempati saat seorang teman sedang berduka. Selain menguatkan
Dasar empati adalah kasih sayang (agape) yang bersifat tanpa pamrih terhadap sesama
manusia. Jika kita empati terhadap seseorang, kita tidak akan meminta timbal balik dari
orang itu atas kebaikan yang kita lakukan padanya. Selain itu, empati juga merupakan upaya
agar kita memperoleh simpati. Walaupun begitu, arti simpati dan empati berbeda yang
terletak pada upaya tindak lanjut. Simpati terbatas pada usaha merasakan apa yang dirasakan
orang lain, manakala empati diikuti oleh tindakan nyata. Pada empati kita tidak ikut terlarut
dengan perasaan anak jalanan tetapi dapat mengidentifikasi perasaan dan pikirannya.
Berbeda pula dengan simpati kita akan ikut terlarut dan mempunyai perasaan yang sama
dengannya. Contohnya, jika anak jalanan itu menangis, kita akan turut menangis. Perbuatan
itu menunjukkan simpati. Pada contoh lain, jika dia menceritakan masalahnya, kita akan
memberi kata-kata semangat dan nasihat yang dapat membantunya. Perbuatan itu
Empati juga diartikan sebagai cara untuk membangun suatu jalinan komunikasi. Jika
empati dijadikan bagian dari kehidupan, suasana yang kondusif dan dinamis akan terwujud.
Empati berarti timbulnya perasaan sadar untuk menghargai orang lain walaupun terdapat
perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat adalah suatu perkara yang wajar berlaku namun
harus diteliti dan disikapi dengan positif agar menjadi sesuatu kekuatan yang utuh. Perbedaan
9
pendapat yang tidak disikapi dengan empati akan menimbulkan konflik dan hubungan
tersebut.
Analisis transaksional adalah satu teori yang berkaitan dengan personaliti dan
perkembangan personaliti. Teori yang diperkenalkan oleh Eric Berne (1810-1970) bertujuan
untuk memahami tingkah laku kita sendiri dan orang lain. Ia adalah proses analisa interaksi
dalam hubungan sosial antara dua atau lebih individu berbeda.1 Dalam teori ini menyatakan
bahawa personaliti yang berkesan ialah bawah sedar yang mempengaruhi tingkah laku dan
yang penuh sedar serta perasaan seseorang. Terdapat dua struktur penganalisisan, yaitu
1. Analisa struktur
dirinya yang dikaitkan dengan perasaan dan pengalaman pada masa lalu.
2. Analisa transaksi.
Mengkaji tentang hubungan antara personaliti ego. Ia menentukan ego yang dominan
yang sedang berlangsung (orang tua, dewasa, kanak-kanak) pada setiap individu yang
sedang berinteraksi.
Menurut Berne, setiap manusia mempunyai tiga ego state yaitu, O : orang tua; D : dewasa; K
: kanak-kanak. Selama berkomunikasi, salah satu ego state akan tertonjol, bergantung kepada
10
Individu yang berperasaan dan bertindak seperti apa yang dilakukan oleh orang tua. Ia
terjalin dari berkumpulnya sikap dan perlakuan yang diperhatikan pada orang tua sejak kecil.
Dalam ego state orang tua, terkumpul mesej seperti bimbingan, dorongan, kritikan, proteksi,
pantang larang, undang-undang dan peraturan yang bertujuan untuk memberi panduan. Ego
state ini mempunyai perbendaharaan kata seperti jangan, selalu, patuh, nilai hidup agama dan
tradisi. Ia mempunyai dua jenis yaitu orang tua kritikal (bersifat negatif) dan orang tua
Individu yang mengolah persoalan berdasarkan data, analisa dan logika. Ego state dewasa
menganalisa situasi dan mencoba memahami, percaya diri sendiri dan melakukan koreksi
bila perlu pada orang tua dan kanak-kanak. Orang dewasa selalu mendengar dengan aktif,
sabar dan tidak mendesak, yakin dan tidak defensif. Ia sering menggunakan perkataan seperti
mengapa, siapa, apa, sebab, hasilnya, alternatifnya, membuat keputusan dan kualiti.
Individu tersebut mempunyai pengaruh waktu masih kecil. Ia mempunyai perasaan dan
pola tingkah laku bersifat wajar dan dapat bertindak sendiri lepas dari orang tua tetapi juga
menyesuaikan diri untuk memuaskan orang tua dalam situasi tertentu. Kanak-kanak
mempunyai perasaan, fantasi, intuisi, emosi, daya cipta, kreativitas, rasa ingin tahu dan
memberi respon sesuai petunjuk yang diterimanya. Ia perlu dipelihara dan dibina, perlu
ditimang, dicintai, dikasihi. Terkadang ego state kanak-kanak menampilkan yang negatif
seperti bersikeras dengan pendapat sendiri, iri hati, benci, marah dan takut.
11
2.4.1 Jenis-Jenis Komunikasi
Komunikasi lebih terbuka dan berterusan. Pesan yang disampaikan jelas dan
dibalas balik juga dengan jelas. Ini adalah jenis komunikasi yang paling sehat karena
komunikasi yang diterima sesuai seperti yang diharapkan, lalu komunikasi menjadi
lancar. Apabila orang memberi respon dalam satu ego stat, ia mengharapkan balasan dari
Contoh:
B : Aku akan persiapkan laporan Triwulan 1 yang harus selesai pekan depan.
Dewasa -- dewasa
Kanak-kanak -- kanak-kanak
12
2. Crossed transaction (transaksi silang) :
masalah dan akan terhenti jika respon yang diharapkan tidak diperoleh. Transaksi silang
merasa dipandang rendah. Gaya komunikasi ini menghalang pertukaran pendapat dan ide
kreatif. Individu yang tersinggung akan membalas dengan ego state kanak-kanak.8
Contoh:
K : Habis, dari pada berantakan, lebih baik saya kerjakan saja sendiri!
13
3. KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Berdasarkan kasus seorang mahasiswa dan seorang anak jalanan dibutuhkan
komunikasi serta empati agar mampu mencapai tujuan utamanya yaitu menghasilkan pertukaran
4. RUJUKAN PUSTAKA
1. dr. Andri, dr. Dan H., dr. Elly I., dr. Evalina A.. Bahan kuliah modul 2 blok 1:
2. dr. J.B. Suharjo B. Cahyono. Membangun budaya keselamatan pesian dalam praktik
3. Iqbal Mochtar. Dokter juga manusia; Jakarta 2009. PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Richard E. Walton, Mahmoud Torabinejad. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia; 2003.
5. Sumartono. Komunikasi kasih sayang; Jakarta: 2008. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Arwani. Komunikasi dalam perawatan; Jakarta: 2002. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Atep Adya Barata. Dasar-dasar pelayanan prima; 2003. PT Alex Media Komputindo.
14