Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

Fisiologis Pendengaran

Penyusun :

Muhammad Haziq Asyraf bin Mohd Yusri (112016187)

Ozzy Alberto Nainggolan (112016310)

Dokter Pembimbing :

Dr. Riza Rizaldi, Sp. THT-KL

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat

Periode 5 Februari – 10 Maret 2018


LEMBAR PENGESAHAN REFERAT

NAMA : Muhammad Haziq Asyraf bin Mohd Yusri


(112016187)

: Ozzy Alberto Nainggolan (112016310)

PERIODE : 5 Februari – 10 Maret 2018

JUDUL : Fisiologis Pendengaran

TANGGAL PRESENTASI : 23 Februari 2018

NAMA PEMBIMBING/PENGUJI : dr. Riza Rizaldi, Sp. THT-KL

Jakarta, 23 Februari 2018

Yang Mengesahkan,

Dr. Riza Rizaldi, Sp. THT-KL

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan-Nya, sehingga Referat ini dapat diselesaikan. Referat dengan judul
“Fisiologis Pendengaran” ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
untuk mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak,
Referat ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Riza Rizaldi, Sp. THT-KL, selaku SMF Ilmu Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan yang
telah membimbing kami menyelesaikan tugas ini,
2. Para Pegawai dan Perawat di Bagian SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung
dan Tenggorokan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan,
3. Rekan-rekan sejawat dokter muda di Bagian SMF Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan,
4. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan referat ini. Oleh kerana itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis demi perbaikan buat di masa yang akan datang. Semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya,

Jakarta, 23 Februari 2018

3
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul…………………………………………………….……… 1

Lembar Pengesahan Referat…………………………………………….. 2

Kata Pengantar………………………………………………….………. 3

Daftar Isi………………………………………………………….……… 4

BAB I : PENDAHULUAN……………………………..…………… 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA….…………………………….….. 6

2.1 Anatomi Pendengaran………….…….…………………. 6

2.1.1 Telinga luar 6

2.1.2 Telinga tengah 8

2.1.3 Telinga dalam 12

2.2 Fungsi Telinga……….…………………..………………. 15

2.3 Fisiologi Pendengaran..………………….………………. 17

BAB III : KESIMPULAN…………………………………………… 25

Daftar Pustaka………………………………………………………….. 26

4
BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks


(pendengaran dan keseimbangn). Indera pedengaran merupakan salah satu alat
panca indera untuk mendengar, indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.1

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara


adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara
mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam.
Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membrane
basilaris terhadap membrane tektorium. Sewaktu menggesek membrane tektorium
sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinap dengan sel-
sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi alaksi dan sinyal disalurkan
ke otak.

Pada makalah ini saya akan menjelaskan tentang bagian-bagian telinga,


fisiologi pendengaran, ukuran bunyi dan gangguan pendengaran. Mengingat indera
pendengaran sangat penting bagi manusia, maka saya berharap dengan makalah ini
mampu menambah pengetahuan mengenai indera pendengaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga manusia merupakan suatu organ yang amat unik dan berperan
penting dalam proses pendengaran. Proses pembentukan telinga manusia bermula
sejak dari dalam rahim lagi. Secara dasarnya, telinga manusia terbagi kepada tiga
bahagian, telinga luar, tengah dan dalam.

Gambar 1. Anatomi telinga manusia1

2.1.1 Telinga Luar

Pinna

Telinga luar atau pinna (aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari
rawan yang diliputi kulit. Bentuk rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga
luar, harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas
dari rawan di bawahnya oleh hernatom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat
menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).

6
Gambar 2. Anatomi daun telinga1

Liang Telinga

Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang
dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf
fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju
prosesus stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah
liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan
salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis;
patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus. Kulit liang telinga langsung
terletak di atas tulang sehingga bahkan pada radang yang amat ringan sekalipun
bakal terasa sangat nyeri olehkerana tidak ada ruang untuk ekspansi.

Gambar 3. Liang telinga2

7
Membrana Timpani

Membrana timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk


kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani
umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah
yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui
batas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas
rnelampaui batas bawah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu
lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai
maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat
di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani
yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Gambar 4. Anatomi membrana timpani2

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak
dengan enam sisi. Dinding posteriomya lebih luas daripada dinding anterior
sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas
ke lateral ke arah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih
sernpit pada bagian tengah.

8
Gambar 5. Bagian telinga tengah

Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media.
Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di
bawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan
tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf
korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral
depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat
sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis
dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis
dan serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior Iidah.

Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah


superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus
transversus. Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak.

Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya.


Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis ini, muara
tuba eustakius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba
kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada lehcr
maleus.

Dinding lateral dari tclinga tengah adalah dinding tulang epitirnpanum di


bagian atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah.

9
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium
yang menutup lingkaran koklea yang penama. Saraf timpanikus berjalan melintas
promontorium ini. Fenestra rotundum terletak di posteroinferior dari
promontorium, sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra ovalis pada batas
posterosupcrior promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis
terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga
piramid stapedius di posterior.

Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak


mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater
pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan
kanalis semisirkularis latcralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua
patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang
temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung antcrior krista yang dibentuk
oleh insersio otot digastrikus, Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang
dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.

Gambar 6. Skema diagramtika dari bentuk dan bangunan di sekitar telinga tengah2

10
Ossicles

Terdapat tiga tulang kecil yang terletak di dalam bagian telinga tengah.
Tulang-tuang ini ialah maleus, incus dan juga stapes. Rongga di dalam telinga
tengah ialah suatu ruangan kosong yang dipisahkan dari telinga luar dengan
membrane timpani. Tulang-tulang ini ataupun dikenal sebagai ossicles, merupakan
tulang yang paling kecil yang terdapat di dalam badan manusia. Fungsi ossicles ini
ialah untuk menyalurkan getaran bunyi dari luar ke dalam telinga dalam. Ketiga-
tiga tulang ini dihubungkan dengan ligamentum, dan dua dari tulang-tulang tersebut
mempunya otot yang berhubungan dengannya. Bentuk dan susunan tulang-tulang
ini membantu dalam penyaluran gelombang bunyi yang disalurkan. Sewaktu bunyi
yang kuat disalurkan, otot-otot yang berhubungan dengan tulang-tulang tersebut
akan berkontraksi dan membantu dalam mengurangkan getaran yang berebihan
daripada merusak bagian dalam telinga.

Gambar 7. Anatomi tulang ossicles3

Tuba Eustachius

Tuba eustakius rnenghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.


Bagian lateral tuba euslakius adalah yang bertulang sementara duapertiga bagian
medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas
bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian

11
bcrtulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas
otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui
kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi
pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.

Gambar 8. Tuba Eustachius

2.1.3 Telinga Dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai


labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tcrtutup yaitu labirin
membran yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang
tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan
perilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsula otika
bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian
koklear. Bagian vestibularis (pan superior) berhubungan dengan keseimbangan,
sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita.

Koklea

Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah


putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan
suplai arteri dari arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos
suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik

12
organ Corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus
koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala
vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duklus koklearis oleh membrana
Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe
dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan mcmbrana
basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat
setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai
helikotrema. Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar
pada apeks (nada rendah).

Terletak di atas membrana basilaris dari basis ke apeks adalah organ Corti,
yang mengandung organel-organel pcnting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga
baris sel rambut luar (12.000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan
horisontal dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung
saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan
sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya
yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikcnal scbagai membrane
tektoria. Mcmbrana tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang
terletak di medial disebut sebagai limbus.

Vestibulum

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan


kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah sualu lapisan gelatinosa
yang ditembus olch silia, dan pada lapisan ini tcrdapat pula otolit yang mengandung
kalsium dan dcngan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena
pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut
dan menimbulkan rangsangan pada rescptor.

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duklus sempit yang


juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus tcrletak
pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis

13
semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu
ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista.
Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam
kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.

Gambar 9. Struktur labirin2

Gambar 10. Koklea yang diluruskan4

14
2.2 Fungsi Alat-alat Telinga

Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu "pengumpul" suara, sementara


liang telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam
rentang 2 sampai 4kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15
dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika
ditinjau dari sudut trauma akustik.

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk hurus S, terbuka pada ujung satunya dan tertutup pada ujung
lainnya dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar terdiri dari
kelenjar yang memproduksi serumen dan folikel rambut. sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, termasuk lapisan epitel membran
timpani. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.5

Telinga luar dan kepala memiliki peran penting walaupun pasif dalam
proses pendengaran karena sifat akustiknya. Concha memiliki resonasi sekitar 5k
Hz, dan permukaan iregular dari pinna menyebabkan resonans dan
antiresonansi. Ciri-ciri akustik inilah yang membantu untuk membedakan sumber
suara, di depan atau di belakang pendengar.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani


disebut sebagai umbo.

Membran timpani terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, tengah, dan
dalam. Lapisan luar berasal dari ectoderm yang kaya akan epitel skuamosa.
Lapisan dalam berasal dari endoderm dan terdiri dari epitel mukosa kuboid.
Lapisan tengah berasal dari mesenkim dan disebut lapisan fibrosa tengah.
Lapisan fibrosa tengah dari membrane timpani terdiri dari serat radial

15
dan sirkumferensial. Serat ini penting untuk mempertahankan ketegangan
membran timpani ketika terjadi getaran pada berbagai frekuensi suara.

Gambar 11. Membrana timpani6

Membran timpani pada pemeriksaan otoskopi. Di dalam telinga tengah


terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus,
inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada jendela oval yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang merupakan persendian.

Gambar 12. Bagian-bagian tulang ossicles6

16
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe
skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap


dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani
berisi perlimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Ion yang berada di
perilimfe berbeda dengan endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner)
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak
organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang


disebut membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang
membentuk organ Corti.

Sel rambut luar dan se rambut dalam memiliki peran penting pada
transduksi energi mekanis (akustik) menjadi energi elektrik (neural). Sel rambut
luar berbeda dari sel rambut dalam. Dari 50.00 neuron yang mempersarafi koklea
, 90-95% bersinaps langsung dengan sel rambut dalam dan disebut sebagai neuron
tipe 1. Setiap sel rambut dalam dipersarafi sekitar 15-20 neuron tipe 1. Sebaliknya,
5-10% dari 50.000 neuron mempersarafi sel rambut luar (neuron tipe 2). Setiap
neuron tipe 2 bercabang untuk mempersarafi sekitar 10 sel rambut luar. Sebagai
tambahan pola persarafan aferen untuk koklea, sekitar 1.800 serat eferen, berasal
dari kompleks olive ipsilateral dan kontralateral, diproyeksikan ke koklea.

2.3 Fisiologi Pendengaran

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang


suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang

17
berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampu menghasilkan
pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Suatu
contoh sederhana adalah garpu tala.7

Gambar 13. Proses transmisi gelombang udara ke dalam telinga8

Konduksi mekanis

Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang


berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus
disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya
melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara
alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini
dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.

Daun telinga yang merupakan bagian dari telinga luar


mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar.
Karena bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang
mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu seseorang
membedakan suara datang dari arah depan atau belakang.

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan


di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari
tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang
berjalan melintasi telinga tengah.

18
Ujung tangkai maleus melekat di bagian tengah membran timpani,
dan tempat perlekatan ini secara konstan akan tertarik oleh muskulus
tensor timpani, yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan
ini menyebabkan getaran pada setiap bagian membran timpani akan dikirim
ke tulang-tulang pendengaran, dan hal ini tidak akan terjadi bila membran tersebut
longgar. Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh ligamen-
ligamen sedemikian rupa sehingga gabungan maleus dan
inkus bekerja sebagai pengungkit tunggal, dengan fulcrum yang terletak hampir
pada perbatasan membran timpani.9

Gambar 14. Peran ossicles dalam menghubungkan telinga luar dan dalam10

Ketika membran timpani bergetar sebagai respon terhadap


gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi
sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membran timpani ke
jendela oval.

Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes


mendorong jendela oval ke depan dan di sisi lain juga mendorong cairan koklea
ke depan setiap saat membran timpani bergerak ke dalam, dan setiap
maleus bergerak keluar akan mendorong cairan ke belakang.

19
Gambar 15. Transmisi getaran suara melalui telinga tengah dan dalam10

Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan


getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti gelombang pada cairan
telinga frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara semula. Namun,
diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua
mekanisme yang berkaitan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan
gelombang suara dari udara menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas
permukaan membran timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan jendela
oval,terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja di membran timpani di
salurkan ke jendela oval (tekanan=gaya/satuan luas). Kedua, efek pengungkit
tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan mekanis tambahan. Kedua
mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang timbul pada jendela oval
sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai jendela
oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.3

Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks


sebagai respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan
membran timpani menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah
dibatasi. Pengurangan pergerakan struktur-struktur telinga tengah ini
menghilangkan transmisi gelombang suara keras ke telinga dalam untuk
melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari kerusakan. Namun, respons
refleks ini relatif lambat, timbul paling sedikit 40 mdet setelah pajanan suatu
suara keras. Dengan demikian, refleks ini hanya memberikan

20
perlindungan terhadap suara keras yang berkepanjangan, bukan terhadap suara
keras yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.

Konduksi di cairan

Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan


timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat
ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan
jendela oval menonjol ke dalam:

1. Perubahan posisi jendela bundar dan


2. Defleksi membrane basilaris.

Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di


kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan ke kompartemen
bawah, tempat gelombang menyebabkan jendea bundar menonjol ke luar dan ke
dalam rongga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika
stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar kea rah telinga tengah,
perilmife mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela bundar kea rah
dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara; tetapi hanya
menghamburkan tekanan.

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara


mengambil ‘jalan pintas’. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan
melalui membran vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian
melalui membran basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut
menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk bergantian. Perbedaan utama
pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membrane
basilaris menyebabkan membrane ini bergerak ke atas dank e bawah, atau bergetar,
secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang pada
membrane basilaris sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrane
basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam
membrane tectorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan
membengkok ke depan dank e belakang sewaktu membrane basilaris menggeser
posisinya terhadap membrane tectorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang

21
maju-mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel
rambut terbuka dan tertututp secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan
potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian – potensial reseptor –
dengan frekuensi yang sama dengan rangsangan suara semula.

Gambar 16. Efek suara pada membran basilaris6

Transduksi

Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi


melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk
saraf auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu
membran basilaris bergesar ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat
perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen.
Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial akasi bekurang ketika sel-sel rambut
mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu
membran basilaris bergerak ke bawah).

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara


menjadi gerakan-gerakan berosilasi membran basilaris yang membengkokkan

22
pergerakan maju-mundur rambut-
rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut
menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel
reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial
aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan
menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.

Gambar 17. Stimulasi sel rambut oleh deformasi membran8

Transdusi elektrik

Timbulnya potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus


auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

23
Jaras persarafan pendengaran utama menunjukan bahwa serabut saraf dari
ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang
terletak pada bagian atas medulla. Serabut sinaps akan berjalan ke nukleus olivarius
superior kemudian akan berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis. Dari lemnikus
lateralis ada beberapa serabut yang berakhir di lemnikus lateralis dan sebagian
besar lagi berjalan ke kolikus inferior di mana tempat semua atau hampir semua
serabut pendengaran bersinaps. Jaras berjalan dari kolikus inferior ke nukleus
genikulum medial, kemudian jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks
auditorik yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Pada batang
otak terjadi persilangan antara kedua jaras di dalam korpus trapezoid dalam
komisura di antara dua inti lemniskus lateralis dan dalam komnisura yang
menghubungkan dua kolikulus inferior. Adanya serabut kolateral dari traktus
auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikuler di batang otak. Pada
sistem ini akan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberikan respon
terhadap bunyi yang keras. Kolateral lain yang menuju ke vermis serebelum juga
akan di aktivasikan seketika jika ada bunyi keras yang timbul mendadak. Orientasi
spasial dengan derajat tinggi akan dipertahankan oleh traktus serabut yang berasal
dari koklea sampai ke korteks.

Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak, baik yang terjadi pada
manusia atau pada mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian
besar kemampuan mendeteksi asal bunyi.

Mekanisme saraf bunyi berlangsung mulai pada nukleus olivarius superior


di dalam batang otak. Nucleus olivarius dibagi menjadi nucleus olivarius superior
medial dan nucleus superior lateral. Nucleus superior lateral untuk mendeteksi arah
sumber bunyi dan nukeus superior medial untuk mendeteksi perbedaan waktu
antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga.

Bila bunyi masuk pada satu telinga maka telinga pertama akan menghambat
neuron-neuron pada nukleus olivarius superior lateral dan penghambatan
berlangsung selama kurang lebih satu mili detik. Nukleus terdiri atas sejumlah besar
neuron yang mempunyai dua dendrit utama, satu yang menonjol ke kanan dan satu

24
yang menonjol ke kiri. Sinyal pada akustik dari telinga kanan mengenai dendrit
kanan, dan sinyal dari telinga kiri mengenai dendrit kiri. Intensitas eksitasi setiap
neuron sangat sensitiv terhadap perbedaan waktu spesifik antara dua sinyal akustik
yang berasal dari kedua telinga. Neuron yang di dekat dengan perbatasan nukleus
berespon secara maksimal terhadap perbedaan waktu yang singkat, sedangkan
neuron di dekat perbatasan yang berlawan berespon terhadap perbedaan waktu yang
sangat panjang dan di antara perbedaan waktu yang sangat singkat dan panjang
terdapat perbedaan waktu yang sedang, sehingga pola spasial stimulasi neuron
berkembang dalam nukleus superior medial.

Bunyi yang datang langsung dari arah depan kepala menstimulasi satu
perangkat neuron olivarius secara maksimal dan bunyi yang sudut berbeda
menstimulasi perangkat neuron pada sisi yang berlawanan di depan neuron.
Orientasi spasial dijalarkan pada seluruh jalur ke korteks auditorius, di mana arah
bunyi ditentukan oleh lokus neuron yang dirangsang secara maksimal. Sinyal pada
penentuan arah bunyi dijalarkan melalui jaras yang merangsang lokus dalam
korteks serebral. Mekanisme untuk mendeteksi arah datangnya bunyi kembali
menunjukan bagaimana informasi dalam sinyal sensorik diputuskan ketika sinyal
melalui tingkat aktivitas neuron yang berbeda dalam kualitas arah sumber
dipisahkan dari kualitas gaya bunyi pada tingkat nukleus olivarius superior.

25
26
BAB III

KESIMPULAN

Telinga merupakan salah satu organ krusial yang berperan penting dalam
memastikan tubuh badan manusia tetap berfungsi secara normal. Selain
pendengaran, telinga turut berperan dalam memelihara keseimbangan tubuh badan
manusia. Sistem pendengaran merupakan suatu system yang sangat kompleks di
mana padanyala terdapatnya organ-organ yang kecil dan berkesinambungan antara
satu sama lain dalam memastikan gelombang suara dapat disalurkan ke dalam
bagian telinga dalam, seterusnya membantu otak menginterpretasi suara yang
didengar tersebut. Telinga juga tturut boleh menyebabkan terjadinya berbagai
penyakit yang mampu menyebar secara sistemik, di mana asal muasalnya ialah dari
telinga. Oleh itu, kita seharusnya menjaga telinga dengan baik dan memastikan
bahwa pendengaran yang kita nikmati ini kita pelihara sebaik mungkin.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian-bagian Telinga dan Fungsi Telinga. Diunduh dari


https://artikelbermutu.com/2015/04/bagian-bagian-telinga-dan-fungsi-
telinga.html pada 18 Februari 2018, 09.27 pagi.
2. Adams GL, Boeis LR, Higler, PA. BOEIS buku ajar penyakit THT (Boeis
fundamentals of otolaryngology). Edisi ke-6. Balai Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta: 1997.h.
3. Maltby MT. Principles of hearing aid audiology. 2nd edition. Whurr
Publishers Ltd; London: 2002.p.28
4. Diunduh dari https://www.dreamstime.com/stock-photos-mechanism-
hearing-image23979933 pada 18 Februari 2018, 12.04 siang.
5. Indro S, Hendarto H, Jenny B, Gangguan pendengaran (Tuli), in: Efiaty
A, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telin
ga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p. 10-12.
6. Stuart I, Pierce C. Human Physiology. 8th ed. New York: McGraw-Hill;
2004.p.255-60.
7. Lauralee S. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2001. p. 177-183.
8. Agamemnon D, Stefan S. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New
York: Thieme; 2003. p. 364-7
9. Arthur C, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 681-7.
10. Eric P, Hershel R, KevinT. Vander’s Human Physiology: The Mecanism
of Bod. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2001. p. 253-4.

28

Anda mungkin juga menyukai