Anda di halaman 1dari 33

JUDUL GAMBARAN PRILAKU

SEKSUAL PRANIKAH PADA


REMAJA DI DESA BENDA
KECAMATAN KARANGAMPEL
INDRAMAYU TAHUN 2016
Nama : Tri Heryanto Subowo
Nim : R .13.01.067

LATAR BELAKANG

Masa remaja adalah masa peralihan dari


usia kanak kanak ke usia dewasa. Pada
masa tersebut terjadi perubahan perubahan
meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis dan perubahan sosial. Masa remaja
seringkali disebut juga sebagai masa yang
kritis sehingga bila remaja tidak
mendapatkan bimbingan dan informasi yang
tepat menyebabkan terjadinya masalah yang
bisa mempengaruhi masa depan
( Notoatmodjo, 2011).

LANJUTAN

Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan


yang sangat pesat, baik dalam ukuran maupun bentuk tubuh,
disertai dengan aktifnya hormon hormon seksual dan
matangnya organ organ reproduksi. Perubahan ini secara
biologis menimbulkan dorongan seksual yang sangat besar
dalam diri remaja ( Santrock dalam Chandra 2012 ).
Ditambah lagi godaan yang datang dari luar, baik dari teman
sebaya ataupun orang disekitarnya dan derasnya arus
informasi bernuansa pornografi seringkali remaja sangat
dekat dengan permasalahan seputar seksual. Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
Bentuk bentuk perilaku ini bermacam macam mulai dari
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu
dan bersenggama ( Sarwono, 2010).

LANJUTAN

Menurut survei berdasarkan kesehatan


Reproduksi Remaja Indonesia ( SKKRI ) 2010 yang
dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ( BKKBN ) menyebutkan sebanyak 5.912
wanita di umur 15-19 tahun secara nasional pernah
melakukan hubungan seksual, sedangkan pria di usia
yang sama berjumlah 6.578 pernah melakukan
hubungan seks. Di Jawa Barat, remaja usia 15-24
tahun sebanyak 57% telah melakukan hubungan
seksual di luar nikah ( BKKBN, 2008 ). Berdasarkan
survei ke Dinas Kesehatan Indramayu, jumlah
perilaku seksual pada remaja usia 10-19 tahun
sebanyak 81 orang ( Dinkes Indramayu, 2015.

LANJUTAN

Perilaku seksual dikalangan remaja khususnya remaja


yang belum menikah cenderung meningkat hal ini terjadi
karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk
mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai
perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman,
berpelukan sampai dengan melakukan hubungan seksual
( Kusmiran, 2012 ) Pada tahun 2008 Komnas Perlindungan
Anak ( KPA ) mencatat dari 4.726 responden siswa SMP dan
SMA di 17 kota besar diperoleh hasil 93% pernah
melakukan ciuman, meraba kemaluan, seks oral, dan
62,7% sudah tidak perawan. Pada tahun 2010, BKKBN
dengan surveinya menyatakan bahwa perempuan yang
telah kehilangan keperawanan di kota kota besar seperti
Jabotabek 50%, Surabaya 54%, Bandung 47%, dan Medan
52% ( BKKBN, 2014 dalam Hajar, 2015 ).

LANJUTAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh


perkumpulan keluarga berencana Indonesia
( PKBI ) 2010 dalam Harefa ( 2013 ), di kota
Palembang, Kupang, Tasikmalaya, Cirebon,
dan Singkawang bahwa remaja yang sudah
melakukan hubungan seksual di luar nikah
sudah cukup tinggi yaitu 9,1% dan 85%
hubungan seks pertama pada usia 13-15
tahun yang dilakukan dengan pacar di rumah
mereka. Berdasarkan penelitian BKKBN tahun
2010 sebanyak 30% siswa SMP dan SMA di
Indonesia malakukan seks bebas secara aktif.

LANJUTAN
Sirait selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak
dalam Forum Diskusi Anak dalam Harefa ( 2013 ),
menemukan bahwa remaja yang melakukan seks
pranikah kebanyakan di usia 15 tahun. Data tersebut
ditemukan dengan mengumpulkan 14.726 sampel
anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia,
antara lain Jakarta, Bandung, Makassar, Medan,
Lampung, Palembang, Kepulauan Riau dan kota kota
di Sumatera Barat. Selain itu ditemukan juga banyak
21% remaja atau satu diantara lima remaja di
Indonesia pernah melakukan aborsi. Mereka mengaku
hampir 93,7% pernah melakukan hubungan seks, 83%
mengaku pernah menonton video porno, dan 21,2%
mengaku pernah melakukan aborsi.

LANJUTAN

Berdasarkan hasil survei Demografi Kesehatan


Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi
Remaja ( SDKI 2012 KRR ), bahwa secara nasional
terjadi peningkatan angka remaja yang pernah
melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan
dengan data hasil survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia ( SKRRI ) 2007. Berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen
Kesehatan Reproduksi Remaja ( SDKI 2012 KRR ) itu
juga didapatkan sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta
remaja menyatakan pernah melakukan hubungan
seksual pranikah sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya
sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja.

LANJUTAN

Tingginya kejadian hubungan seks pranikah pada


remaja menurut berbagai penelitian ada bermacam macam
faktor, menurut sebayang ( 2010 ) dalam Harefa ( 2013 )
hubungan seks pranikah bisa terjadi karena imbalan dan
dorongan dari pikiran. Hubungan seks bukan karena tempat
itu ada, tapi karena persetubuhan itu sudah ada dipikirannya
untuk dilakukan. Hubungan seks itu dilakukan sebagai
imbalan dari kebaikan yang diberikan pacar. Hal ini terjadi
karena remaja putri mengalami tekanan tekanan yang
remaja didapatkan di rumah, seharusnya perhatian dan
ketenangan remaja dapatkan dari rumah dan orang tua.
Pacar remaja jadikan sebagai tempat sandaran dan sumber
kenyamanan untuk mengatasi tekan tekanan yang
mengejarkan remaja sesuatu yang seharusnya belum remaja
ketahui. Dalam konteks berpacaran, imbalan menjadi sesuatu
hal atau temuan yang baru.

LANJUTAN

Banyak kasus perilaku seksual pada remaja di


Indramayu berdasarkan wawancara ke Porles
Indramayu setiap tahunnya mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 kasus perilaku
seksual pada remaja yang tertangkap saat operasi
lodaya sebanyak 98 kasus, kemudian pada tahun
2014 kasus tersebut meningkat menjadi 116 kasus
dan pada tahun 2015 terjadi penurunan yaitu 108
kasus, pada bulan Januari Maret 2016 terdapat 12
kasus perilaku seksual pada remaja. Kasus
perilaku seksual tersebut berupa bersetubuh atau
berhubungan badan remaja usia 10-18 tahun.

LANJUTAN

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada


tanggal 8 juni 2016 di Desa benda Kecamatan
Karangampel Indramayu, ditemukan beberapa kasus
dimana remaja mengalami kehamilan sebelum
menikah, kemudian banyaknya remaja yang hamil di
usia muda di desa tersebut menunjukan adanya
perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja.
Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko
medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja
alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim ( uterus ) baru siap melakukan
fungsinya setelah umur 20 tahun karena pada usia ini
fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang
maksimal ( Kusmiran, 2012 ).

LANJUTAN

Berdasarkan uraian atas penulis tertarik


melakukan penelitian tentang gambaran
prilaku seksual pranikah pada remaja di Desa
Benda Kecamatan Karangampel Indramayu
Tahun 2016.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat


disimpulkan bahwa remaja pernah
melakukan prilaku seksual yang diluar
batasan normal, dengan demikian muncul
pertanyaan penelitian Berdasarkan
gambaran Perilaku Seksual Pranikah Pada
remaja di Desa Karangampel Indramayu
Tahun 2016.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Gambaran Perilaku
Seksual Pranikah Pada Remaja di Desa Benda Kecamatan
Karangampel Indramayu.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus adalah :
a. Mengindentifikasikan gamabaran perilaku remaja berkenan
dengan paparan media pornografi di Desa Benda
b. mengindentifikasi gamabaran perilaku remaja berkanaan
dengan seks dengan diri sendiri di Desa Benda
c. Mengindentifikasi gamabaran perilaku seksual remaja
berkenaan dengan seks dengan orang lain coitus di Desa Benda
d. Mengindentifikasi gambaran perilaku remaja yang melakukan
hubungan seksual ( coitus ) pada reamaja di Desa Benda

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Pelayanan dan Masyarakat


a. Pelayanan Keseahatan
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan pada pelayanan keseahatan agar lebih
meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi tentang perilaku seksual pranikah pada
remaja.
b. Masyarakat
bagi masyarakat, penelitian diharapkan sebagai tambahan informasi mengenai perilaku
menyimpang pada remaja yang akibatnya mengalami kehamilan di usia yang belum
tempat untuk kondisi kesehatan reproduksi.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian yang dijadikan sumber informasi bagi pengembang Ilmu keperawatan
di STIKes Indramayu, khususnya bagi pendidikan keperawatan maternitas mengenai
perilaku seksual pranikah pada remaja dilihat dari kondisi kesehatan reproduksi.
3. Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan menjadi dasar penelitian ilmu keperawatan berikutnya
tentang budaya matrealitas dikalangan remaja terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja.
4. Remaja
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada remaja tentang
gambaran perilaku seksual pranikah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja dan seksual.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup masalah dalam penelitian


ini adalah perilaku seksual pranikah di Desa
Benda Kecamatan Karangampel Indramayu.
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan populasi dengan
sampel dan sample adalah remaja. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Desa Kecamatan
Karangampel Indramayu.

A. KONSEP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH


1.

Definsis
Perilaku seksual remaja terjadi dari tiga buah
kata yang memiliki pengertian yang sangat
berbeda satu sama lainnya. Perilakuan dapat
diartikan sebagai respon organisme atau respons
seseorang terhadap stimulus ( rangsangan ) yang
ada. Seksual adalah rangsangan rangsangan
atau dorongan yang timbul berhubungan dengan
seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah
tindakan yang dilakukan oleh remaja
berhubungan dengan dorongan seksual yang
datang baik dari dalam diringnya maupun dari
luar dirinya ( Notoatmodjo, 2011 ).

LANJUTAN
2. Seksualitas
seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin disebut
seksualitas. Menurut Mastres Johnson, dan
Kolodny ( 1992 ) dalam Kusmiran ( 2912 )
seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang
sangat luas, diantaranya :
a. Dimensi Biologis
b. Dimensi Psikologis
c. Dimensi Sosial
d. Dimensi kulturan dan Moral

LANJUTAN

3. Bentuk- Bentuk Perilaku Seksual


Menurut Imran dalam Sekarrini ( 2012 ), perilaku yang didasari oleh
dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesengan organ seksual
melalui berbagai perilaku yang disebut juga sebagai perilaku seksual.
Perkembang perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh,
perkembangan psikis, fisik, proses belajar, dan sosio kutrul. Perilaku
tersebut dapat berupa :
a. Berfantasi
b. Matrubasi
c. Berpegangan tangan
d. Cium kering
e. Cium basah
f. Mencium daerah sensitiv
g. Petting
h. Oral seks
i. Sexsual intercouse

LANJUTAN

4.Tingkatan Perilaku Seksual


Mc Kinley Center dalam Dewi ( 2012 )
menyebutkan tingkatan perilaku seksual yang
berbagai menjadi tiga, yaitu :
Perilaku seksual berisiko terdiri dari 4 tingkatan
yaitu: tidak berisiko, berisiko ringan, berisiko sedang
dan berisiko berat. Tidak berisik berarti remaja tidak
melakukan bentuk bentuk perilaku seksual,
berisiko ringan meliputi: berbicara mengenai seks,
berkhayal atau berfantasi mengenai seks, kecupan
bibir pada pipi dan sentuhan. Berisiko sedang
meliputi : mastrusbasi dan ciuman bibir. Berisiko
berat meliputi : pentting, seks oral bersenggama.

LANJUTAN

5. Paparan Pornografi
Perkembangan hormonal pada remaja
dipacu oleh paparan pornografi berbagai
media mengundang keigintahuan dan
memancing keinginan remaja untuk
bereksperimen dalam aktivitas sesual.
Pornografi merupakan penggambaran tubuh
atau perilaku seksual manusia secara terbuka
untuk membangkitkan dorongan seksual.

LANJUTAN

6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Seksualitas Pra Nikah Remaja
Menurut kusmiran ( 2012 ) berbagai faktor faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual remaja anatara
lain:
a. Perubahan Biologis
b. Pengaruh Orangtua
c. Pengaruh Teman Sebaya
d. Prestasi
e. perspektif Sosial Kognitif
f. Perubahan hormon yang berpengaruh pada seksulitas
g. Penundaaan usia perkawinan

LANJUTAN

7. Seks Bebas
Seks bebas ( free seks ) merupakan
perilaku berhubungan suami istri tanpa
ikatan apa apa, selain suka sama suka,
bebas dalam berhubungan seks, Juga
diartikan bagaimana cara berpacaran,
pengetahuan alat kelamin, dan cara memikat
hati pria atau wanita. Hal ini berarti seks
sudah bukan barang tabu, bebas untuk
bertukar pasangan dalam berhubungan dan
juga hidup berpasangan diluar nikah.

LANJUTAN

8. Tahapan Seks Bebas


Menurut Chonger dalam Liana ( 2007 ) dalam Pambudi, Asmadi, Kamsari
( 2005 ), menyatakan bahwa tahapan perilaku seksual yang dilakukan
sebelum menikah. Mulai dari tahap yang paling awal sampai tahap
melakukan senggama, yaitu sebagai berikut :
a. Memandang tubuh lawan bicara
b. Mengadakan kontak berbincang berbincang dan membandingkan
gagasan, Jika pada tahap ini kecocokan maka hubungan akan berjalan
terus.
c. Berpegangan tangan
d. Memeluk bahu, tubuh menjadi dekat
e. Cium bibir
f. Berciuman bibir sambil berpelukan
g. Rabaan dan eksporasi tubuh pasangan
h. dalam kondisi pakaian terbuka, mencium daerah sensitive pasangannya
i. Saling meraba raba daerah sensitive
j. Senggama

LANJUTAN

9. Dampak Seks Bebas Pada Remaja


Beberapa dampak seks bebas terhadap
kesehatan reproduksi anatara lain :
a. Hamil yang tidak dikehendaki ( Unwanted
Pregnacy )
b. Penyakit Menurut Seksual
c. Psikologis

B. KONSEP REMAJA

1. Definisi Remaja
Secara etimologi remaja berarti Tumbuh
menjadi dewasa. Definisi remaja ( udolence
) menurut organisai kesehatan dunia ( WHO )
adalah periode usia antara 10 sampai 19
tahun, sedangkan definisi dari perserikatan
bangsa bangsa ( PBB ) menyebut kaum
muda ( vouth ) untuk usia antara 15 sampai
24 tahun.

LANJUTAN

2. Ciri Ciri Remaja


Bahiyatun ( 2011 ) menyatakan bahwa ciri ciri remaja menurut
perkembangan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Tahap remaja awal ( 10 12 tahun ), cirinya :
1) Lebih dekat dengan dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak.
b. Tahap remaja abstrak ( 13 15 tahun ), cirinya :
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk berkencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Berkhayal dengan aktivitas seks
c. Tahap remaja akhir (16 19 tahun ), cirinya :
1) Pengungkapan kebebasan diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani
4) Mampu berpikir abstrak

LANJUTAN

a. Tahap Prapuber
Tahap ini bertupang tindih dengan satu
atau satu dua tahun terakhir masa kanak
kanak pada saat anak dianggap sebagai
prapuber yaitu bukan lagi seorang anak
tetapi belum juga seorang remaja dalam
tahap pematangan, ciri ciri seks
sekunder mulai dari tampak organ organ
reproduksi belum sepenuhnya berkembang.

LANJUTAN

b. Tahap Puber
Tahap ini terjadi pada garis pembagi
antara masa kanak kanak dan masa remaja
saat dimana kriteria kematangan seksual
muncul haid pada anak perempuan dan
pengalaman mimpi basah pada anak laki
laki.
c. Tahap Pascapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun
pertama atau kedua masa remaja.

3. TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN


REMAJA

1) Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan


tubuhnya secara efektif.
2) Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin ( sebagai laki laki
atau perempuan ).
3) Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,
baik sejenis maupun lawan jenis.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
5) Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan
orang dewasa lainnya.
6) Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
7) Mempersiapkan diri ( Fisik dan Psikis ) dalam mengadapi perkawian
dan kehidupan keluarga.
8) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk
hidup bermasyarakat fan untuk masa depan ( dalam bidang pendidikan
atau perkerjaan )
9) Mencapai nilai nilai kedewasaan.

4. KARAKTERISTIK REMAJA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Fisik
Psikomotor
Bahasa
Sosial
Perilaku kognetif
Moral litas
Perilaku keagamaan
Kognatif emosi afetif

5. MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA

Minat berpesta
Minuman keras
Obat terlarang
Seks

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai