Anda di halaman 1dari 34

Ingatan (Memory) Manusia

INGATAN
Pendahuluan
Mendengar kata ingatan, rasanya bukanlah kata yang asing atau baru kita dengar. Dalam
kehidupan sehari-hari berbagai aktifitas yang kita lakukan tidak terlepas dari proses
mengingat. Apalagi dalam pembelajaran, rasanya takkan ada pembelajaran tanpa ingatan.
Begitu pentingnya ingatan dalam proses pembelajaran sehingga apabila kita ingin berhasil
dalam pembelajaran kita harus dapat mengingat dengan baik.
Pernahkah anda mengalami saat-saat dimana anda mengingat setiap lirik lagu yang anda
sering nyanyikan pada waktu kecil, atau anda sering lupa menaruh sesuatu. Satu waktu kita
dapat mudah mengingat sesuatu dan satu waktu kita dapat dengan mudah merupakan sesuatu.
Kejadian ini mungkin memunculkan pertanyaan kepada kita kenapa kita bisa lupa dalam
mengingat sesuatu dan apa yang membuat kita dapat dengan mudah mengingat sesuatu? atau
mungkin jika kita merasa diri kita adalah orang yang mudah lupa mengingat informasi,
apakah itu pelajaran, daftar belanjaan yang harus dibeli, janji terhadap teman, boleh jadi
pertanyaan yang akan muncul adalah apakah ingatan kita dapat diperbaiki? jika bisa
bagaimanakah caranya membantu kita untuk meningkatkan daya ingat kita ?. Jika anda
membaca tulisan ini dan mempraktekkannya pada kehidupan anda, percayalah kemungkinan
besar akan ada perubahan pada kemampuan anda mengingat sesuatu. Strategi yang ada pada
tulisan ini diambil dari berbagai sumber yang orang telah buktikan keampuhannya.
Karakteristik Ingatan
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali.
Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan
manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia kemampuan mengingat masa
lalu, dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang
rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf
yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan yang sifatnya dinamis ini terus
berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Jadi, mengingat itu adalah proses kerja otak menyimpan informasi dan memunculkannya
kembali. Sehingga terdapat lima (5) jenis ingatan, yaitu
1. Ingatan jangka pendek-SEGERA,
2. Ingatan jangka pendek-KERJA,
3. Ingatan jangka pendek-PERANTARA,
4. Ingatan jangka panjang-KERJA,
5. Ingatan jangka panjang-ARSIP.
Ingatan jangka pendek-SEGERA adalah tempat dalam otak yang menampung informasi baru
yang masuk. Ingatan ini terletak di bagian depan otak yang disebut lobe depan cerebral
korteks. Ingatan ini hanya dapat menangani tujuh bit informasi (plus atau minus 2) sebelum
ingatan itu menyalurkan informasi ke memori kerja atau memori perantara. Jadi, informasi
apapun yang kita terima pertama kali melalui panca indera kita akan masuk dalam ingatan
jangka pendek-SEGERA ini.
Ingatan jangka pendek-KERJA dapat diandaikan seperti buku catatan yang terbuka di meja
kerja kita. Informasi ditulis, dibaca, atau dicatat dalam ingatan ini. Yang terpenting, memori
ini merupakan apa yang difokuskan saat ini.
Memori jangka pendek-PERANTARA adalah buku catatan yang diletakan di sudut ruangan.
Kita dapat mengambilnya jika perlu, tetapi saat ini ingatan itu tidak penting. Ingatan jangka
pendek-PERANTARA dapat kita umpamakan sebagai “recycle bin” atau tempat sampah
dalam komputer, hanya bedanya komputer dapat mengkosongkannya akan tetapi ingatan kita
akan selalu tersimpan.
Pada malam hari, ketika tidur, semua informasi jangka pendek dimasukan ke dalam ingatan
jangka panjang. Akan menjadi ingatan apakah ingatan jangka pendek itu selanjutnya, apakah
ingatan jangka panjang-KERJA, atau ingatan jangka panjang- ARSIP tergantung pada
pertanyaan apakah informasi ini akan kita perlukan besok atau dalam waktu dekat? jika
jawabannya Ya, maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang-KERJA.
Jika jawabannya tidak, maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang-
ARSIP.
Ingatan jangka panjang-KERJA adalah pengetahuan yang diperlukan sehari-hari. Kita perlu
tahu dimana kita tinggal, berapa nomor telepon kita, dan sebagainya.
Ingatan jangka panjang-ARSIP adalah pengetahuan yang tidak kita gunakan saat ini atau
tidak akan digunakan untuk waktu lama.
Ingatan yang disimpan makin lama tentunya semakin banyak sehingga banyak hal yang
ditumpuk membuat ingatan yang pertama disimpan sulit diingat kembali. Seperti halnya
barang-barang di gudang sebuah rumah, awalnya gudang itu kosong lalu kotak pertama
diletakkan di sudut, kemudian kotak kedua di sudut yang lain, kemudian ditumpuk, lalu
tambahkan hingga 1000 kotak. Kotak pertama tentu masih ada di sana, akan tetapi sulit untuk
mengambilnya.
Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam
pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam psikologi kognitif dan ilmu saraf.
Potensi Ingatan Yang Dimiliki Manusia
Tahukah anda bahwa :
√ Otak kita lebih hebat dari komputer
√ Otak kita memiliki kapasitas sama dengan Enstein
Bayangkan sejenak dalam mata-pikiran, kita membuka pintu dapur, kemudian catatlah dalam
pikiran, segala sesuatu yang ada di dapur. Lemari makanan, kompor, peralatan masak, letak
piring, gelas, dan lain-lain. Detail yang kita dapat ingat itu luar biasa. Dan itu baru dapur saja.
Kita juga dapat melakukan hal yang sama pada mengingat hal lain. Ingatan kita itu
sesungguhnya sudah hebat akan tetapi masalahnya bagaimana memaksimalkan fungsinya.
Dalam kondisi biasa, kapasitas ingatan manusia sulit diukur, akan tetapi penelitian mutakhir
tentang otak mendukung apa yang telah diperkirakan para ahli selama ini. Otak manusia
mampu berfungsi lebih dari yang kita bayangkan. Otak kita mempunyai jutaan sel syaraf
yang disebut neuron, yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain sepanjang cabang yang
disebut dendrit. Bahkan beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa rata-rata otak dapat
menyimpan satu kuadrillun potongan (satu kuadrillun adalah angka 1 diikuti 15 nol)
informasi jangka panjang.
Jika komputer memiliki kapasitas memori yang terbatas, maka otak manusia memiliki jauh
lebih besar kapasitas memori tersebut. Apabila kita menyimpan file atau informasi di dalam
komputer maka, terdapat kapasitas yang terbatas, sehingga apabila kapasitas memori sudah
penuh kita harus menambah kapasitas memori komputer kita. Coba bandingkan dengan otak
kita yang dapat menyimpan informasi selama puluhan tahun, sepanjang hidup kita tanpa
harus menambah kapasitas memori yang sudah ada.
Para Genius Bidang Ingatan
Semua kita memiliki kapasitas otak yang luar biasa. Kita pada dasarnya memiliki
kemampuan untuk mengingat melebihi komputer. Kekuatan ini dapat kita lihat dari orang-
orang yang dapat kita katakan genius dalam bidang ingatan. Melihat para genius ini dapat
melakukannya, semoga dapat memberikan motivasi pada kita bahwa kita juga dapat
melakuklan hal yang serupa jika kita mau.
Konduktor Arturo Toscani dapat mengingat semua nada setiap instrumen dari 250 simfoni,
ditambah dialog dan musik dari 100 opera. Pada sebuah konser saat para pemusik bersiap-
siap, seorang pemain organ menemukan tuts organnya patah. Saat mendengar hal ini Toscani
berpikir sebentar dan kemudian berkata, “tidak apa-apa nada dengan kunci itu tidak akan
dimainkan dalam konser malam ini”.
Hideaki Tomoyori dari Yokohama Jepang, mengingat nilai pi hingga 40 ribu desimal dan
memecahkan rekor sebelumnya yang mencapai 10 ribu desimal.
Antonio de Marco Magliabechi, seorang warga Italia yang lahir pada 1633 menggunakan
ingatan fotografik dan penguasan membaca cepatnya untuk mendemontrasikan bagaimana ia
dapat menulis seluruh isi sebuah buku setelah membaca satu kali.
Dario Donatelli memecahkan rekor ingatan dunia dengan mengucapkan kembali rangkain 73
angka dalam 48 detik setelah diperdengarkan.
Kaukamata, seorang kepala suku Maori dari Selandia Baru, mampu mengingat seluruh
sejarah sukunya dari 45 generasi selama seribu tahun. Setiap pemaparan sejarah satu generasi
memakan waktu tiga hari.
Stephen Powelson, pensiunan akuntan dari Les-Loges-en-Josas, Prancis mengingat lebih dari
14.300 baris dari keseluruhan 15.693 baris karya Homer, “Iliad” yang tertulis dalam bahasa
klasik Yunani. Ingatan tersebut dilatih Powelson selama sepuluh tahun dan dia memulainya
pada usia enam puluh tahun.
Imam Bukhori, adalah perawi hadis dan ahli hadis yang terkenal. Sejak kecil dia telah
menunjukan bakatnya yang cemerlang dan luar biasa ketajaman ingatan dan hapalannya
melebihi orang lain. Dia menghapalkan 300.000 hadis.
Kardinal Mezzofani dapat berbicara dalam enam puluh bahasa dengan cukup baik.
Christin Friedrich Hernaker, bayi genius dari Lubeck Jerman, lahir pada 1721. pada usia
sepuluh bulan dia mampu mengingat setiap kata yang didengarnya; pada usia tiga tahun dia
dapat berbicara latin dan Prancis, dan memahami injil, geografi, dan sejarah dunia secara
komprehensif. Sayangnya, anak genius tersebut meninggal pada usia empat tahun setelah
meramalkan kematiannya sendiri.
Pendeta David Misenheimer dari Charlotte, Carolina Utara, Amerika Serikat, mampu
mengingat nama dan wajah dengan baik. Setiap minggu ia menyalami tiap jemaahnya yang
berjumlah 1.800 orang dengan menyebut nama mereka.
Proses Terbentuknya Ingatan
Meskipun banyak dari kita yang sering mengatakan atau mendengar “buruknya ingatan”
sebenarnya ingatan kita bekerja berdasarkan suatu pola yang memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu. Hampir sama dengan konsep kecerdasan ganda, saat seseorang bisa
menjadi penulis yang hebat, tapi lemah dalam konsep matematika, hal yang sama terjadi
dengan ingatan. Ada orang yang bisa dengan mudah mengingat wajah, tetapi tidak pernah
ingat tempat dia menaruh kunci motor. Langkah awal untuk memperbaiki ingatan adalah
menyadari kelemahannya. Karena ingatan disimpan dalam berbagai jalur syaraf, penting
sekali kita memahami bagaimana suatu ingatan dikodekan, disimpan, dan ditampilkan
kembali.
Bahkan saat anda membaca tulisan ini, otak anda memilah-milah sejumlah besar informasi
yang ditangkap oleh mata, mulut, kuping, kulit, dan hidung. Begitu semua rangsangan
memasuki otak melalui indra, rangsangan tersebut akan langsung diproses oleh jaringan rumit
yang terdiri atas impuls-impuls syaraf, protein, dan elektrik.
Misalnya, masukan yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam tulisan ini, saat ini juga akan
disalurkan melalui saraf optik menuju tempat penyimpanan terakhir – yaitu di daerah visual
korteks yang merupakan bagian dari lobus okspital. Jika informasi tersebut ternyata tidak
memperoleh perhatian yang ,memadai, atau dianggap tidak cukup untuk disimpan dalam
ingatan jangka panjang, informasi tersebut akan diberi kode sebagai ingatan jangka pendek,
dan kemudian dibuang atau diklasifikasikan kembali. Proses pemberian kode sangat erat
kaitannya dengan keadaan emosi, nilai, dan arti suatu ionformasi, atau bagaimana kaitan
informasi tersebut dengan pembelajarannya sebelumnya, serta berapa banyak perhatian yang
telah diberikan pada informasi tersebut. Apabila informasi itu ada kaitannya dengan
pengalaman tertentu, berbagai unsur pengalaman tadi akan dipanggil dari tempat-tempat
penyimpanan di dalam otak sehingga membentuk suatu komposisi terpadu, yang pada
akhirnya memacu ingatan anda.
Untuk lebih jelas bagaimana ingatan dibentuk dapat kita urutkan berdasarkan tahapannya,
yaitu :
1. Kita berpikir, bergerak, melihat, mendengar, dan mengalami hidup (sebagai
rangsangan inderawi)
2. Semua pengalaman itu disimpan di dalam otak (melalui kode-kode)
3. Masukan itu diurutkan oleh struktur dan proses otak berdasarkan nilai, arti, dan
kegunaannya.
4. Berbagai syaraf diaktifkan.
5. Syaraf yang satu menyampaikan informasi kepada syaraf yang lain melalui reaksi
elektrik dan kimiawi.
6. Hubungan-hubungan itu diperkuat dengan pengulangan, pengistirahatan, dan emosi.
7. Ingatan terbentuk
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ingatan
Mengingat merupakan proses mental yang melibatkan banyak komponen dalam diri kita.
Mulai dari (1) menerima informasi yang akan kita ingat melalui panca indera kita, kemudian
(2) disimpan dalam otak kita yang melibatkan kerja otak dalam mengolah dan menyimpan
informasi, serta (3) memanggil atau memunculkan kembali informasi yang telah disimpan.
Jika kita mudah lupa dalam mengingat sesuatu, maka kita harus dapat mengenali dimanakah
kelemahan kita dalam mengingat. Untuk itu maka kita perlu mengetahui faktor apa yang
mempengaruhi pada proses mengingat itu, baik ketika informasi itu datang, maupun ketika
informasi itu disimpan.
Menganggap suatu informasi itu penting atau tidak penting merupakan alasan paling
umum mengapa informasi dilupakan. Kita hanya mengingat hal-hal yang menarik minat kita
saja. Jika informasi itu tidak dianggap penting maka informasi itu tidak akan disimpan di
dalam ingatan jangka panjang.
Faktor lain yang mempengaruhi ingatan adalah adanya gangguan – suatu rangsangan lain
muncul bersamaan dengan tahap pemrosesan ingatan, jika gangguan terjadi, upaya untuk
kembali menampilkan ingatan akan menjadi gagal. Misalnya anda mengingat nomor telepon
yang tidak pernah diketahui sebelumnya, ucapkan nomor tersebut beberapa kali sebelum
disimpan dalam ingatan jangka pendek, kemudian mengobrollah sebentar dengan seseorang.
Apakah Anda masih ingat dengan nomor telepon tadi setelah percakapan selesai?
kemungkinan besar anda akan sulit untuk mengingatnya kembali.
Faktor lain yang mempengaruhi ingatan kita adalah kondisi psikologis kita. Kinerja ingatan
kita akan mencapai puncak jika berada dalam tingkatan stress yang memadai. Namun, kinerja
tersebut akan menurun jika stress menjadi berlebihan atau kronis. Salah satu aspek penting
dalam mengingat sesuatu adalah perhatian dan fokus. Cobalah bayangkan bagaimana
konsentrasi anda ketika merasa cemas. Dalam keadaan seperti itu kemungkinan besar Anda
akan membuat kesalahan, melupakan sesuatu, atau merasa bingung.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ingatan kita adalah faktor fisik atau kesehatan
kita. Beberapa penyakit memang mempengaruhi ingatan kita seperti Alzheimer (lupa pada
hal-hal yang baru tetapi ingat pada hal-hal yang lama), amnesia, dan lain sebagainya. Selain
itu kesehatan fisik kita juga mempengaruhi kemampuan kita dalam mengingat. Untuk itu
asupan makanan yang bergizi menjadi penting dalam menjaga tubuh selalu dalam kesehatan
yang prima sehingga proses mengingat dapat dilakukan dengan baik.
Jika sudah memperhatikan sebuah nama, atau informasi kemudian anda menyimpannya
untuk masa depan. Saat menempatkan data di bank ingatan Anda untuk disimpan, Anda tidak
bisa melemparkannya masuk begitu saja seolah otak anda adalah Taman Mini Indonesia
Indah. Bayangkan rasanya mencoba menemukan nomor telepon dokter yang anda tulis di atas
selembar kertas dan dilempar ke dalam hutan belantara yang sangat luas! kita memerlukan
patokan atau pedoman untuk membantu kita menyimpan semua informasi yang kita
perhatikan.
Kerapihan dalam menyimpan berbagai informasi menjadi kunci apakah informasi itu
tersimpan baik atau tidak. Untuk menyimpan informasi dengan baik, kita dapat
menggunakan metode mnemonik atau (metode mengingat) yang akan Anda dapati pada
bagian lain dari tulisan ini.
Definisi Mnemonik Sebagai Metode Meningkatkan Daya Ingat
Pada dasarnya pemacu ingatan atau mnemonik adalah alat untuk mengingat. Secara
peristilahan, mnemonik adalah kata yang sudah ada sejak seribu tahun yang lalu atau lebih.
Orang yunani kuno dahulu sangat memuja kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai
dewa yang bernama Mnemosyne – berarti berpikir masak-masak — yang berkedudukan
sebanding dengan dewa cinta dan kecantikan. Sejumlah strategi ingatan dirancang oleh
negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu mereka mengingat sejumlah
besar informasi, untuk membuat pendengar terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di
Senat. Dewasa ini, kata mnemonik mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara
umum.
Macam-Macam Teknik Dalam Metode Mnemonik Dalam Meningkatkan Daya Ingat
Banyak orang baru menyadari bahwa ketika mereka menerapkan teknik mnemonik untuk
mengingat sesuatu, proses ingatan akan lebih mudah. Mnemonik selalu menggunakan prinsip
asosiasi, yaitu informasi yang diingat dikaitkan dengan informasi yang lain yang mudah
diingat. Peralatan mnemonik yang akan diuraikan pada tulisan ini akan dibatasi pada lima (5)
teknik, yaitu:
1. Metode loci
2. Sistem kata kunci
3. Teknik menghubungkan
4. Teknik akronim dan
5. Teknik akrostik
Tony Buzan………
Seorang Tokoh Memory
1. Teknik Loci
Loci berarti lokasi adalah alat mnemonik yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-
tempat atau benda-benda di lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin anda ingat.
Misalnya anda akan memberikan presentasi yang mengandung tiga topik utama. Setiap
bagian presentasi akan dihubungkan dengan pasak (penanda) yang mewakili urutan isi
presentasi. Misalnya, mari bayangkan sebuah ruangan kelas. Pot tanaman yang ada di sudut
ruangan adalah hal pertama yang anda lihat ketika maju ke depan. Anda memilih pot tanaman
itu untuk mengingatkan anda pada ucapan selamat pada guru dan teman-teman anda di kelas.
Piagam-piagam yang terpasang di dinding dipilih untuk mengingatkan anda pada topik
selanjutnya, dan mungkin pintu kelas dipilih untuk mengingatkan bagian penutup dari
presentasi yang akan anda sampaikan.
Apabila anda ingin menggunakan metode ini, maka pilihlah tempat yang akrab dengan anda
seperti rumah, atau mobil anda. Contoh lain misalnya anda ingin mengingat daftar belanjaan
yang terdiri dari tomat, mi, pisang, dan saus sambal. Anda tahu bahwa anda akan pulang ke
rumah menyetir mobil dan harus mampir ke swalayan dalam perjalanan pulang. Luangkan
waktu anda untuk membayangkan ini. Tomat-tomat itu pecah dan berserakan di bagasi mobil,
anda menutup pintunya dan tomat-tomat itu muncrat keluar. Bakmi bergelantungan di kaca
spion, roti melompat ke luar dari radio mobil, pisang terinjak di lantai, botol saus berada di
atas kepala anda.
Kini, ketika anda memasuki mobil untuk pulang dari tempat kerja dan ingin mengingat apa
yang harus anda beli, anda hanya perlu melihat ke bagasi, dan yang lain-lainnya akan
bermunculan kembali dalam bayangan anda.
Semakin aneh dan konyol imajinasi anda ini, semakin mudah untuk mengingatnya.
2. Teknik Kata Kunci
Metode mnemonik ini telah digunakan orang selama bertahun-tahun, terutama untuk
mengingat kata-kata bahasa asing dan konsep abstrak. Metode ini adalah asosiasi lain yang
mengaitkan secara verbal dan visual kata yang berlafal mirip dengan kata atau konsep yang
harus diingat. Misalnya untuk mengingat kata prokasinasi (suka menunda-nunda
mengerjakan tugas) kita mengasosiasikannya dengan kata porkas (undian olahraga) karena
kata itu mudah kita ingat, jadi kita coba mendekatkan prokas dengan porkas lalu hanya
tinggal menambah kata inasi jadilah kita mengingat kata prokasinasi. Contoh lain, untuk
mengingat arti kata hiperbola (suka berlebihan dalam menceritakan sesuatu), coba bayangkan
seorang kiper yang tidak dapat menangkap bola yang melambung terlampau tinggi.
3. Teknik Kata Penghubung
Menghubungkan adalah proses mengaitkan atau mengasosiasikan satu kata dengan kata yang
lain melalui sebuah aksi atau gambaran. Strategi ini biasa digunakan dengan sistem kata
penanda untuk mengingatkan serangkaian informasi dalam urutan tertentu. Dengan strategi
kata penanda yang telah diajarkan tadi, misalnya nomor telepon 438-0367 dapat diingat
dengan dihubungkan dengan (4) roda mobil mogok ditarik oleh bemo beroda (3) sampai di
sebuah sirkuit balap (8) yang kosong (0). Bemo beroda (3) itu membawa telur setengah lusin
(6) untuk makan selama semingu (7). Atau anda ingin mneyederhanakan proses
mengingatnya dengan mengkombinasikan nomor dalam beberapa unit, sehingga nomor 1945-
1965 dapat diingat dengan tahun kemerdekaan Indonesia yang coba dikudeta oleh PKI. Kunci
dalam membuat hubungan adalah menggunakan imajinasi. Hubungan yang dibentuk tidak
perlu logis atau realistis, yang penting hubungan itu memicu ingatan anda.
4. Akronim
Akronim adalah satu kata yang terbuat dari huruf pertama dari serangkaian kata. Salah satu
akronim yang terkenal adalah NASA, badan ruang angkasa Amerika Serikat, singkatan dari
National Aeronautics and Space Administration. Nama-nama organisaai sering dipendekkan
dalam bentuk akronim, misalnya PSSI akronim dari persatuan sepakbola seluruh Indonesia.
Akronim terkadang memasukkan huruf kedua (biasanya huruf vokal) agar singkatan lebih
mudah terbaca seperti jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) tetapi akronim tidak
harus selalu membentuk kata. Gunakan imajinasi anda jika harus mengingat lima hal yang
harus anda lakukan saat pulang ke rumah (misalnya, bersih-bersih, mencuci, memasak,
menelpon, dan membaca koran). Anda dapat memicu ingatan anda dengan membuat akronim
BC-M2K
5. Akrostik (Jembatan Keledai)
Akrostik seperti akronim, juga mengggunakan huruf-huruf kunci untuk membuat konsep
abstrak lebih konkret, sehingga mudah diingat. Namun, akrostik tidak selalu menggunkan
huruf pertama dan tidak selalu menghasilkan singkatan dalam bentuk satu kata, informasi
yang diingat dalam akrostik dapat berbentuk kalimat atau frase tertentu. Akrostik juga dikenal
dengan nama “jembatan keledai” misalnya untuk mengingat urutan warna-warni pelangi
digunakan akrostik mejikuhibiniu : merah, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Contoh lain kita
dapat mengingat huruf-huruf Qoloqolah dalam pelajaran tajwid membaca alquran dengan
membuat akronim “baju di toko” (ba, Jim, Dal, Tho, Qof).
Kesimpulan
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi yang diberi kode, disimpan serta
dipanggil kembali. Karena ingatan merupakan suatu proses, maka mungkin saja terjadi,
proses tersebut terjadi secara baik, dan dapat pula terjadi proses tersebut mengalami
gangguan sehingga berproses kurang optimal. Keluhan yang dikemukakan orang bahwa
“saya adalah orang bodoh, tidak memiliki kemampuan, dan daya ingat saya lemah” tentunya
sangat berbeda dengan kapasitas yang sesungguhnya kita miliki. Kita sebagai manusia
memiliki otak yang memiliki kehebatan yang luar biasa bahkan melebihi komputer. Akan
tetapi terkadang kita tidak tahu bagaimana memanfaatkan kehebatan otak tersebut, terutama
dalam mengingat sesuatu.
Kemampuan kita mengingat sesuatu sesungguhnya luar biasa, tetapi mungkin terdapat
beberapa faktor yang membuat proses itu terganggu. Faktor yang mempengaruhi kemampuan
kita dalam mengingat sesuatu adalah seberapa besar minat kita terhadap informasi yang mau
diingat tersebut, kemudian tidak konsentrasi dalam mengingat, serta kondisi psikologis kita.
Agar proses mengingat kita dapat berjalan dengan baik, maka kita harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut.
Hal yang sangat penting harus kita perhatikan dalam mengingat sesuatu adalah menggunakan
teknik yang dapat mempermudah kita mengingat sesuatu, misalnya teknik mnemonik seperti
teknik loci, kata kunci, akronim, akrostik, serta kata penghubung. Menggunakan teknik
mnemonik dalam mengingat suatu informasi memiliki banyak keuntungan, baik waktu yang
diperlukan untuk mengingat lebih singkat, serta ingatan tersebut akan tersimpan dalam
ingatan jangka panjang kita. Membiasakan menggunakan teknik mnemonik dalam kehidupan
kita sehari-hari mungkin akan membuat anda merasa heran dan ajaib, cobalah !
Referensi
1. De Porter, Bobbi & Mike, Hernacki (Penerjemah Alwiyah Abdurrahman). 2000.
Quantum Learning (terjemahan). Bandung : Kaifa.
2. Jensen, Eric & Karen, Markowitz. (Penerjemah Lala Herawati Dharma). Otak Sejuta
Gigabyte. Bandung : Kaifa.
3. Rose, Colin. (penerjemah femmi Syahrani ). 1999. Accelerated Learning. Bandung :
Kaifa
4. Hermann, Douglas J (Penerjemah T. Zaini Dahlan). 1996. Super Memory. Jakarta :
Pustaka Dellapratasa.
5. Chernow, Fred B (Penerjemah Rina Buntaran ).2001. The Sharper Mind. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
6. Madden, Thomas L (Penerjemah Ivonne Suryana ). 2000. Fire Up Your Learning.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=313&fname=teknik01.htm

Pengertian Berpikir dan Mengingat


a. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang berpikir.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi
ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
1. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada
batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang
restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
2. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam
batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide
lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi
tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas,
polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum
ditagih, dan sebagainya.
3. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-
hal yang tidak realistis.
4. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu
tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-
kadang masih dapat diingat.
5. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan
sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada
sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah,
yaitu:
1. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
2. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara
berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru,
menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal
dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang
terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-
kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol
yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-
persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih
dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan
persoalan:
1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan
untuk keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian
demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1.Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-
persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat
dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama
kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
2.Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu
kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang
tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia
akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang
tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

1. b. Pengertian Mengingat
Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman masa lampau yang
diingatnya.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa
lampau.
1.Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah
mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi.
Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2.Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar
bahwa kita telah mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada
indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3.Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang
pernah dipelajari. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat
juga bahwa anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda
menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4.Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang
sangat otomatis.
Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama kita
harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam
keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk
merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi,
seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui
sebelumnya.
1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail
dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya:
seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada
hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria
tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-
hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja,
tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut.
Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak
hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian belajar
b. teori balajar
c. proses belajar
d. jenis-jenis belajar
e. factor yang mempengaruhi proses belajar
f. perspektif dalam belajar
g. pengkondisian klasik dan pengkondisian operan
h. Prinsip belajar efektif
i. pengertian memori
j. memori jangka pendek
k. memori jangka panjang
l. memori implisit dan konstruktif
m. meningkatkan daya ingat
n. penalaran
o. proses berpikir
p. berpikir imaginer
q. perkembangan bahasa dan komunikasi
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap
baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah
karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena
pengalaman”.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku.
Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia
sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi
Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh
sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap
dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan
tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka
pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang
bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang
mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam
psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya
sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia
menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya,
seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam
Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau
perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran
Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan
individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka
mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi
pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang
melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi
pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk
kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru
yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai
aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk
memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang
“Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori
Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori
Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar
dapat berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika.
Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination),
memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan
keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan
intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan
pada pada proses pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan
yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan
memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya
terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh
otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan
kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik
dan benar.
Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui
indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap
orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
B. Teori Balajar
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari
aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu:
A.Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-
mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubunganyang terjadi antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu
berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks
dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah
diperkuat melaluiRespondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
3. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus
lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang
relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas
stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini,
seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya
yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode
meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response
Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
B.Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme.
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami
perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget
bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang
proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind
from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan
akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik
agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan
dan (8) umpan balik.
D.Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”.
Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu
keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu
obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila
figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang
sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam
arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk
yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku
“Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku
“Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti
kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai
makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan
lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan
lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh
seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu
lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan
tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan
bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini.
Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis
dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis
dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke
situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-
prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta
didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

C. Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata
ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.
Menurut Chaplin (1972), proses vadalah: Any change in any object or organism, particulary a
behaioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut
perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara
atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya
hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).

Tahap-tahap Dalam Proses Belajar


A. Menurut Jerome S. Bruner
Karena Belajar Itu Merupakan Aktivitas Yang Berproses, Sudah Tentu Didalamnya Terjadi
Perubahan-Perubahan Yang Bertahap. Perubahan-Perubahan Tersebut Timbul Melalui Tahap-Tahap
Yang Antara Satu Dengan Lainnya Bertalian Secara Berurutan Dan Fungsional. Menurut Burner,
Salah Seorang Penentang Teori S-R Bond Yang Terbilang Vokal (Barlow, 1985), Dalam Proses
Pembelajaran Siswa Menempuh Tiga Episode/ Tahap, Yaitu: 1) Tahap Informasi (Tahap Penerimaan
Materi); 2) Tahap Transformasi (Tahap Pengubahan Materi); 3) Tahap Evaluasi (Tahap Penialain
Meteri)
Dalam Tahap Informasi, Seorang Siswa Yang Sedang Belajar Memperoleh Sejumlah Keterangan
Mengenai Materi Yang Sedang Dipelajari. Di Antara Informasi Yang Diperoleh Itu Ada Yang Sama
Sekali Baru Dan Berdiri Sendiri, Ada Pula Yang Berfungsi Menambah, Memperhalus, Dan
Memperdalam Pengeahuan Yang Sebelumnya Telah Dimiliki. Dalam Tahap Transformasi, Informasi
Yang Telah Diperoleh Itu Dianalisis, Diubah, Atau Ditransformasikan Menjadi Bentuk Yang Abstrak
Atau Konseptual Supaya Kelak Pada Gilirannya Dapat Dimanfaatkan Bagi Hal-Hal Yang Lebih Luas.
Bagi Siswa Pemula, Tahap Ini Akan Berlangsung Sulit Apabila Tidak Disertai Dengan Bimbingan
Anda Selaku Guru Yang Diharapkan Kompeten Dalam Mentransfer Strategi Kognitif Yang Tepat
Untuk
Melakukan Pembelajaran Tertentu. Dalam Tahap Evaluasi, Seorang Siswa Menilai Sendiri Sampai
Sejauh Mana Informasi Yang Telah Ditransfornasikan Tadi Dapat Dimanfaatkan Untuk Memahami
Gejala Atau Memecahkan Masalah Yang Dihadapi. Tak Ada Penjelasan Rinci Mengenai Sara Evaluasi
Ini, Tetapi Agaknya Analogdengan Peristiwa Retrieval Untuk Merespons Lngkungan Yang Sedang
Dihadapi.
B. Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) Dalam Bukunya Psychology Of Learning, Setiap Proses Belajar Selalu
Berlangsung Dalam Tiga Tahapan Yaitu: 1) Acquisition (Tahap Perolehan/Penerimaan Informasi); 2)
Storage (Tahap Penyimpanan Informasi); 3) Retrieval (Tahap Mendapatkan Kembali Informasi) Pada
Tingkatan Acquisition Seorang Siswa Mulai Menerima Informasi Sebagai Stimulus Dan Melakukan
Respons Terhadapnya, Sehingga Menimbulkan Pemahaman Dan Perilaku Baru. Pada Tahap Ini
Terjadi Pila Asimilasi Antara Pemahaman Dengan Perilaku Baru Dalam Keseluruhan Perilakunya.
Proses Acquisition Dalam Belajar Merupakan Tahap Paling Mendasar. Kegagalan Dalam Tahap Ini
Akan Mengakibatkan Kegagalan Pada Tahap-Tahap Berikutnya. Pada Tingkatan Storage Seorang
Siswa Secara Otomatis Akan Mengalami Proses Penyimpanan Pemahaman Dan Perilaku Baru Yang
Ia Proleh Ketika Menjalani Proses Acquitision.
Peristiwa Ini Sudah Tentu Melibatkan Fungsi Short Term Dan Long Term Memori. Pada Tingkatan
Retrieval Seorang Siwa Akan Mengaktifkan Kembai Fungsi-Fungsi Sistem Memorinya, Misalnya
Ketika Ia Menjawab Pertanyaan Atau Memecahkan Masalah. Proses Retrieval Pada Dasarnya Adalah
Upaya Atau Peristiwa Mental Dalam Mengungkapkan Dan Memproduksi Kembali Apa-Apa Yang
Tersimpan Dalam Memori Berupa Informasi, Simbol, Pemahaman, Dan Perilaku Tertentu Sebagai
Respons Atau Stimulus Yang Sedang Dihadapi.

D. Jenis-Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam
caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-
ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh
karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De
Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar.
Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren
dengan Robert M. Gagne.
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari
pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis
belajar tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang
dibahas.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-
kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsef/pengertian,
belajar keterampilan motorik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-
kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya,
pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui
bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga
apa arti kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan
dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi
dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar
dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada
anjing.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini,
maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan
penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan
mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap kata.
Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca.
Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang
diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan
sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya
kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak
dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan
temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat
yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah
mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki
seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari
kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan
terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak
kea rah perubahan.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan
menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam
dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian,
perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut.
Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal
tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu
kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem,
seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di
antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua
persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan
dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan
problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri
yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam
kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah
pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda
tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang
didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya
melalui proses mental.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama
lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari
suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi
dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan”
dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu
{besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan
memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi
{gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena
itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi {universitas}.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental,
khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen adalah
berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari
suatu masalah.berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh
jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis
itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian
kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Kesadaran akan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e. Menerima hipotesis yang benar.
Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak selalu
mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut.
Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
E.Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka
pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek
didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan
faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor
instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan
bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik
untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek
didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat
lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat
perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian
pula, belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara
itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan
belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan
belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor
instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual
subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra.
Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan
yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, jumlahnya banyak
sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.
Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir
sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan,
pikiran dan motif.
a. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan
memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai
aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi
pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif,
seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik.
Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul
dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui
apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan
intensif dari pada perhatian yang disengaja.
b. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari
luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan
modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur
modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi
tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan
informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan
pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam
penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan
pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman,
slide dan sebagainya.
c. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan,
(2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah
“ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi
kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik
pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan,
ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan
teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek
didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang
tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a
(ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak
sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada
siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan
akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian
berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan
untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek
didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi
subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial
pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari,
tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat,
harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas
mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
d. Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam
Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi
seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada
dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2)
penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan
dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang
perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya
melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang
“selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek
didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada
pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek
didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan
tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
e. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila
seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif
ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif
intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih
dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi
dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati
hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana
kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek
didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor
suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik
prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-
kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-
temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya
supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
F. Perspektif Dalam Belajar
1. Perspektif perilaku
Menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung
dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah.
2. Perspektif kognitif
Menjelaskan perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada bagaimana kita menyusun mental
(pikiran, perasaan) dan memproses informasi yang datangnya dari lingkungan . Kedua perspektif
tersebut banyak dikemukakan oleh para psikolog sosial yang berlatar belakang psikologi.
Di samping kedua perspektif di atas, ada dua perspektif lain yang sebagian besarnya diutarakan oleh
para psikolog sosial yang berlatas belakang sosiologi.

3. Perspektif struktural
Memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di mana perilaku kita dibentuk oleh peran
yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita.
4. Perspektif interaksionis
Memusatkan perhatiannya pada proses interaksi yang mempengaruhi perilaku sosial kita. Perbedaan
utama di antara kedua perspektif terakhir tadi adalah pada pihak mana yang berpengaruh paling besar
terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung meletakan struktur sosial (makro)
sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan kaum interaksionis lebih memandang individu
(mikro) merupakan agen yang aktif dalam membentuk perilakunya sendiri.
G. Pengkondisian Klasik dan Pengkondisian Operan

1. Pengkondisian Klasik/ pengkondisian Responden


Sebuah respon diharapkan muncul dari organism lewat suatu stimulus spesifik yang sudah
diketahui.Pengkondisian klasik terhadap manusia pertama kali disampaikan oleh J.B. Watson &
Rosalie Rayner pada tahun 1920 pada anak lelaki kecil bernama Albert
2. Pengkondisian Operan
Sebuah perilaku diharapkan muncul setelah mendapat penguatan.
Perbedaan antara pengkondisian klasik dan operan adalah:
Pengkondisian Klasik/ pengkondisian Responden. Maksudnya perilaku dimunculkan oleh organism,
respon yang dimunculkan ditarik keluar dari dalam diri organism
Pengkondisian Operan. Maksudnya Perilaku dipancarkan tidak terdapat dalam diri organisme, respon
respon yang muncul begitu saja karena pernah ada sebelumnya & dipancarkan begitu saja karena
sejarah penguatan atau sejarah evolusi organism itu sendiri. Pengutan tidak menyebabkan perilaku
namun hanya memperrsiapkan suasana abagi pengulangannya
H. Prinsip Belajar Efektif
Kegiatan belajar itu merupakan proses yang kompleks, bukannya proses yang sederhana. Belajar
melibatkan bukan saja intelek, tetapi juga fisik, emosi, sosial, persepsi dan sebagainya. Penggunaan
prinsip-prinsip belajar disini secara empiris memang dapat dibenarkan dan secara efektif dapat
disampaikan kepada para calon guru. Prinsip-prinsip belajar juga akan memberikan pemikiran
psikologis kepada guru-guru dan calon guru untuk mendapatkan dan menemukan metode-metode
mengajar yang jitu serta memilih secara lebih inteligen antara metode mengajar yang baru sehingga
secara tepat dapat mengarahkan kepadanya
Sehubungan dengan prinsip-prinsip belajar dimaksud, Nasution mengemukakan antara lain :
1. Agar seseorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan.
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena
paksaan oleh orang lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan berusaha denga tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan tingkah lakunya.
5. Selain tujuan tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau
sampingan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7. Seorang pelajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya, atau secara intelektual saja tetapi
juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.
8. Dalam hal belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan “insight”.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan
lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. (Abror, 1993).

Prinsip Belajar dalam Perspektif Hadits


Sebelum ahli kejiwaan modern menemukan beberapa prinsip belajar. Al-Qur’an sejak abad 14 silam
telah mempraktekkan prinsip tersebut dalam mengubah prilaku manusia, mendidik jiwa mereka dan
membangun kepribadiannya. Disamping itu, Rasululah SAW juga mempraktekkan prinsip itu dalam
mendidik kejiwaan para Sahabat, mengubah prilaku mereka dan membangun kepribadian para
Sahabat.
Motivasi merupakan prinsip yang terpenting dari semua prinsip belajar. Hasil eksperimen
menjelaskan pentingnya motivasi dalam proses belajar ini karena hasil dari berbagai studi
menunjukkan bahwa belajar akan terjadi secara cepat dan efektif jika ada motivasi tertentu.

I. pengertian memori
Ditinjau dari sudut jenis memori informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu
terdiri atas dua macam.
1. Semantic Memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau
pengertian-pengertiaan.
2. Episodic Memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang
peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber (1988), dalam memori semantik, informasi yang diterima ditransformasikan dan diberi
kode arti, lalu atas dasar arti itu. Jadi, informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi
dalam bentuk kode yang memiliki arti. Banyak ahli yang percaya bahwa memori semantik itu
berfungsi menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan bertalian satu dengan yang lainnya.
Memori episodik adalah memori yang menerima & menyimpan persirtiwa-peristiwa yang terjadi atau
dalam waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai otobiografi. Sebagian ahli memperkirakan
bahwa memori episodik mungkin dapat menyimpan pengetahuan yang bersifat semantik. Best (1989)
berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dengan item pengetahuan semantik terhadap
hubungan yang memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik. Dalam hal ini,
item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses atau dimodifikasi oleh sistem akal kita
menjadi item-item yang berbentuk arti-arti sehingga memperoleh akses ke memori semantik. Diluar
kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain yang lebih akurat mengenai sifat dan cara
penggabungan antara memori episodik dengan memori semantik. (syah, 2007)
J. Memori Jangka Pendek
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapatkan perhatian ditransfer ke komponen kedua dari
sistem memori yaitu memori jangka pendek. Menurut Slavin (dalam Nur dkk,1998:8) dijelaskan
bahwa “memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan yang dapat menyimpan informasi dalam
jumlah yang terbatas hanya dalam beberapa detik”. Biasanya memori ini menyimpan informasi yang
terkini yang sedang dipikirkan. Satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka
pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali. Proses
mempertahankan suatu informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang disebut
menghafal (rehearsal). Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir
tinggal di dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan ditransfer ke
memori jangka panjang. Tanpa pengulangan kemungkinan butir itu tidak akan tinggal di memori
jangka pendek lebih dari sekitar 30 detik maka informasi itu dapat hilang akibat desakan informasi
lainnya, karena memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu 5 sampai 9 bits
informasi (Miller,1956 dalam Nur dkk,1998:9) yaitu hanya bisa berpikir antara 5 sampai 9 hal yang
berbeda dalam satu waktu tertentu
K. Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk
periode waktu yang panjang. Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar tempat
menyimpan memori dengan jangka yang sangat panjang. Banyak ahli yakin bahwa informasi yang
terdapat dalam memori jangka panjang tidak pernah dilupakan, kemungkinan hanya sekedar
kehilangan kemampuan untuk menemukan kembali informasi yang tersimpan di dalam memori kita.
Menyatakan bahwa para ahli membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu: memori
episodik, memori semantik dan memori prosedural. Memori episodik adalah memori tentang
pengalaman pribadi, suatu gambaran mental tentang sesuatu yang dilihat atau didengar. Memori
semantik adalah memori jangka panjang yang berisi fakta-fakta dan generalisasi informasi yang
diketahui misalnya konsep, prinsip atau aturan dan bagaimana menggunakannya dan keterampilan
pemecahan masalah dan strategi belajar. Memori prosedural mengacu pada “mengetahui bagaimana”
(“knowing how”) sebagai lawan dari “mengetahui apa” (“knowing that”) (Syswester,1985 dalam Nur
dkk,1998:13).
L. Memori Implisit
Kemampuan mengingat merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan anak. Banyaknya
rangsangan yang diperoleh sebagai hasil dari belajar yang optimal, salah satunya ditentukan oleh
seberapa kuat daya ingat anak. Tak heran jika daya ingat menjadi salah satu indikator kecerdasan
selain konsentrasi dan daya nalar.
Carolyn Rovee, guru besar psikologi dari Rutgers University, Amerika berpendapat memori sudah
terbentuk sejak lahir, walaupun tidak semua informasi akan diingat sampai dewasa. Pakar psikologi
yang lainnya, Jean Mandle berpendapat memori terdiri atas implicit memory (memori yang terjadi
karena adanya suatu proses pembiasaan) dan explicit memory (kemampuan untul secara sadar
mencari informasi masa lalu).
Contoh, ketika anak belajar naik sepeda, dia sedang membuat kedua set memori itu. Memori
eksplisitnya merekam hal-hal yang ditangkap oleh indra, seperti warna sepeda pertamanya adalah
kuning, bergambar ikan hiu, ada botol minumnya, dering belnya nyaring dll. Sedangkan implisit
memorii merekam semua kegiatan organ tubuh atau mekanikal tubuh saat mengayuh sepeda. Memori
eksplisit boleh saja hilang tapi memori implisit tetap ada. Bisa saja anak lupa motif sepeda
pertamanya, tapi dia tidak akan lupa cara mengayuh sepeda.
M. Memory Konstruktif
Didalam proses ini memori konstruktif sangat cenderung menggunakan pengetahuan umum kita untuk
mengkontruksi memori yang lengkap akan cerita atau peristiwa yang terjadi. jika kita mendengar
suatu kalimat atau cerita, kita sering kali memperlakukannya sebagai deskripsi yang tidak lengkap
dari peristiwa nyata, sehingga kita menggunakan pengetahuan umum untuk mengkontruksi deskripsi
peristiwa yang lebih lengkap dengan menambahkan pernyataan pada kalimat dan cerita yang
tampaknya mengikuti kalimat atau cerita itu. Sebagai contoh, saat mendengar, “Mike memecahkan
botol dalam perkelahian di bar.” Dan kita kemungkinan menyimpulkan botol itu adalah botol air atau
whiskey dan bukan botol susu atau soda. Kita menambahkan kesimpulan ke memori kita tentang
kalimat itu sendiri. Dengan demikian, memori total kita jauh lebih luas dari informasi asli yang
diberikan. Kita mengisi informasi asli dengan menggunakan pengetahuan umum tentang apa yang
terjadi. kita melakukan hal itu karena kita coba menjelaskan kepada diri sendiri tentang peristiwa yang
kita dengar. Dengan demikian, memori konstruktif merupakan produk sanmping dari kebutuhan kita
untuk mengenali dunia.
N. Meningkatkan Daya Ingat,
1. Perhatian.
Bila kita ingin selalu mengingat apa yang dikatakan seseorang, perhatikanlah dengan baik apa yang
dikatakan orang tersebut. Perhatikan setiap detil dari perkataannya. Pusatkan sepenuhnya perhatian
kita pada lawan bicara yang ada di hadapan kita.
2. Gunakan seluruh panca indera anda.
Semakin banyak anda menggunakan panca indera dalam memperhatikan sesuatu maka akan semakin
lama ingatan terhadap hal tersebut membekas di otak anda. Lihat, rasakan, dan hayati apa yang
mengalir dari setiap ucapan orang tersebut.
3. Hubungkan dengan sesuatu.
Menghubungkan suatu benda dengan benda yang lain akan membantu anda mengingat benda
tersebut. Misalnya anda bertemu seseorang lalu anda ingin mengingat namanya, perhatikan dengan
seksama apa yang unik atau berbeda dari orang tersebut. Si Ani yang berambut lurus dan bermata
indah badannya harum bagaikan bunga mawar. Semakin unik hubungan yang anda buat maka akan
semakin bagus ingatan anda terhadap orang tersebut.
4. Antusialah dalam melakukan sesuatu.
Semakin antusias dan senang anda terhadap sesuatu atau seseorang maka akan semakin mudah anda
mengingatnya dalam jangka waktu lama. Bila anda menyukai sesuatu atau seseorang maka anda akan
sangat memperhatikannya dan anda akan menggunakan seluruh panca indera anda untuk
merasakannya. Bahkan anda akan menghubungkannya dengan sesuatu benda yang menarik sehingga
bila anda melihat benda tersebut maka anda akan kembali mengingatnya.
5. Ulangi.
Ulangi, ulangi dan ulangi apa yang ingin anda ingat. Para ahli dibidang per-otakan mengatakan
bahwa otak manusia hanya mampu mengingat 7 bagian informasi dalam kurang dari 30 detik. Jika
anda ingin lebih lama mengingat maka anda harus selalu mengulangi dalam benak apa yang ingin
anda ingat.
6. Olah ragalah yang cukup.
Olah raga terutama yang meningkatkan sirkulasi oksigen ke otak akan meningkatkan fungsi otak
secara maksimal. Mengingat adalah salah satu fungsi otak yang sangat penting.
7. Kendalikan stress anda.
Stress akan meningkatkan kadar hormon kortisol yang mengganggu fungsi otak akibat matinya sel
saraf otak. Stress juga akan menganggu selera makan dan tidur anda yang pada gilirannya akan
berdampak pula pada kemampuan daya ingat. Salah satu cara untuk mengendalikan stress adalah
dengan berolah raga.
8. Tidurlah yang cukup.
Saat kita terlelap terutama beberapa jam di awal tidur, otak kita akan menyibukan diri memproses
segala informasi yang kita pelajari sebelumnya. Hal ini tentu akan menambah kemampuan daya ingat.
O. Penalaran,
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

P. Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai
berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur -
unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang
tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang
tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri
yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

Q. Berpikir Imaginer
Jangan kalian bayangkan bahwa kekuatan imajiner adalah kemampuan untuk membayangkan sesuatu
yang berlebihan, tidak karuan dan cenderung menghayal. Akan tetapi kekuatan imajiner di sini
terbentuk atas dasar kekuatan emosional, intelektual, spiritual, dan intuisi. orang yang memiliki
emosionalitas yang tinggi berbeda kekuatan imajinernya dengan orang yang memiliki emosionalitas
rendah, begitu juga secara intelektual, spiritual, dan intuisi. Kekuatan-kekuatan yang demikian itu
perlu adanya proses pengasahan supaya kita mampu untuk berpikir secara cerdas dengan imajiner
yang cerdas pula.
Karena kekuatan imajiner tersebut, lahir pula tindakan imajiner dengan konten dan aspek yang sama
yaitu emosional, intelektual, spiritual, dan intuisi. Untuk selanjutnya kita perlu untuk menerima saran
dan kritik agar kita mampu melihat kekurangan kita serta bisa memahami perbedaan yang ada.
Hingga pada puncaknya, dapat menjadikan kita sebagai seseorang yang dinamis dalam berpikir dan
bertindak (tidak stagnan). Seseorang yang dinamis akan tercermin dari tindakan-tindakannya, berupa
tindakan yang inovatif, kreatif, strategis serta independensi.
R. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Dorongan Penggunaan Bahasa


Menurut Karl Buhler (dalam Kartono, 1990) terdapat tiga dorongan utama dalam penggunaan bahasa,
yaitu :
1. Kundgabe (pengumuman, maklumat, pemberitahuan) : ada dorongan yang merangsang anak
untuk memberitahukan isi kehidupan batiniahnya, yaitu pikiran, perasaan, kemauan, harapan, fantasi
diri, dan lain-lain kepada orang lain.
2. Auslosung (pelepasan) : ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepaskan kata-kata dan
kalimat-kalimat sebagai hasil dari peniruan.
3. Darstellung (pengungkapan, penyampaian, pemaparan) : anak ingin mengungkapkan keluar
segala sesuatu yang menarik hati dan memikat perhatiannya.
Perkembangan Bahasa Menurut Stern
Suami istri Clara dan William Stern (dalam Kartono, 1990) membagi perkembangan bahasa anak
yang normal dalam empat periode perkembangan , yaitu :
1. Prastadium. Pada tahun pertama : meraban, dan kemudian menirukan bunyi-bunyi. Mula-mula
menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati, terutama huruf-huruf bibir. Lalu berlangsung proses
reduplikasi atau pengulangan suku kata seperti : ma – ma, pa – pa, mam – mam, uk – uk, dan lain
sebagainya.
2. Masa pertama (kurang lebih 12 -18 bulan) : stadium kalimat-satu-kata. Satu perkataan
dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan. Umpama kata “mama”,
dimaksudkan untuk : “Mama, dudukkanlah saya di kursi itu! Mama, saya minta makan.”
3. Masa kedua (kurang lebih 18-24 bulan) : anak mengalami stadium-nama. Pada saat ini timbul
kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Jadi ada kesadaran tentang bahasa. Anak mengalami
peristiwa “lapar-kata” : yaitu mau menghafal secara terus menerus kata-kata baru, dan ingin
memahami artinya. Perbendaharaan kata anak menjadi semakin bertambah dengan cepatnya dan anak
selalu merasa “haus-tanya” dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya. Pada saat anak
mulai meninggalkan kalimat-satu-kata, lalu menggunakan dua atau tiga kata-kata sekaligus. Mula-
mula ia mengucapkannya dengan tergagap-gagap : lambat laun kalimatnya terungkapkan lebih lancar.
Mulailah muncul kata-kata benda dan kata-kata kerja, yang disusul dengan kata sifat. Baru sesudah
anak berusia 3 tahun, anak mulai menguasai kata-kata penghubung.
4. Masa ketiga(kurang lebih 24-30 bulan) : anak mengalami stadium-flexi (flexi, flexico =
menafsirkan, mengakrabkan kata-kata). Lambat laun anak mulai menggunakan kata-kata kerja yang
ditafsirkan, yaitu kata-kata yang sudah diubah dengan menambahkan awalan, akhiran, dan sisipan.
Bentuk kalimat-kalimat masih tunggal. Kemudian anak mulai menggunakan kata-kata seru, kalimat
bertanya, dan kalimat penjelasan. Lalu bisa merangkaikan kalimat-kalimat pendek. Biasanya bentuk
pertanyaan ditujukan pada pengertian nama benda-benda, letak benda (di mana), dan apakah benda
itu.
5. Masa keempat (mulai usia 30 bulan ke atas) : stadium anak kalimat. Anak mulai merangkaikan
pokok pemikiran anak dengan penjelasannya, berupa anak kalimat. Pertanyaan anak kini sudah
manyangkut perhubungan waktu (kapan, bila), dan kaitan sebab – musabab (mengapa).
Ciri khas bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan anak sendiri, terutama berlangsung
pada masa kedua, ketiga, dan keempat. Kemudian anak mampu menyatakan pikiran dan perasaan
mengenai suatu benda di luar dirinya. Oleh pemahaman yang masih sederhana dan penguasaan bahasa
yang masih “miskin”, seringkali cerita-cerita anak itu berupa “kibulan”, yang kita kenal sebagai
pseudo-dusta atau kebohongan semu. Dengan cerita “kibulan” ini anak bukan bermaksud untuk
berdusta betul-betulan, akan tetapi hal itu disebabkan oleh penguasaan bahasa anak yang masih
“primitive” sederhana.
Besar kecilnya perbendaharaan bahasa anak sangat bergantung pada lingkungan budayanya, yaitu
faktor orang tua, sekolah, dan milieu. Sehubungan dengan hal ini, sungguhpun bahasa anak-anak itu
bengkang-bengkok dan tersendat-sendat, sebaiknya orang tua tidak usah ikut-ikutan menggunakan
bahasa kacau ini dan tetap mengajarkan bahasa yang halus dan indah pada anak.
Kerancuan Bicara masa Kanak-Kanak yang Umum
Pada periode belajar bahasa tersebut, seringkali anak mengalami kerancuan bicara yang sifatnya
umum. Hurlock (1978) membagi kerancuan bicara masa kanak-kanak menjadi empat, yaitu :
1. Lisping berarti penggantian bunyi huruf. Pengganti yang paling umum adalah th untuk s, seperti
dalam “thimple thimon” dan w untuk r, seperti dalam “wed wose”. Lisping biasanya disebabkan oleh
kesalahan bicara kebayi-bayian. Hilangnya gigi depan mungkin menyebabkan gangguan temporer.
Lisping pada orang dewasa biasanya timbul karena adanya ruangan di antara gigi atas depan.
2. Slurring adalah bicara yang tidak jelas akibat tidak berfungsinya bibir, lidah, atau rahang dengan
baik. Kadang-kadang slurring disebabkan oleh kelumpuhan organ suara atau karena otot lidah kurang
berkembang. Apabila emosi terganggu atau merasa gembira, anak mungkin berkata tergopoh-gopoh
tanpa mengucapkan setiap huruf dengan jelas. Slurring paling umum terjadi selama tahun-tahun pra
sekolah sebelum bicara menjadi kebiasaan.
3. 3. Stuttering (menggagap) adalah keragu-raguan, pengulangan bicara disertai dengan
kekejangan otot kerongkongan dan diafragma. Stuttering timbul dari gangguan Pernafasan yang
sebagian atau seluruhnya diakibatkan oleh tidak terkoordinasinya otot bicara. Hal ini mirip dengan
seorang yang berada dalam keadaan takut yang menyebabkan ia seolah kehilangan kata-kata.
Biasanya disertai dengan gemetaran, terhentinya bicara, dan sewaktu-waktu pembicara tidak sanggup
mengeluarkan bunyi. Kemudian, apabila ketegangan otot berlalu, kata-kata membanjir ke luar dan
kemudian diikuti dengan kekejangan yang lain. Stuttering dimulai pada waktu anak berusia 2, 5 dan
3,5 tahun. Normalnya stuttering menurun pada saat anak dapat melakukan penyesuaian rumah dan
social yang lebih baik.
4. 4. Cluttering adalah berbicara dengan cepat dan membingungkan, yang sering keliru disamakan
dengan stuttering. Biasanya terjadi pada anak yang pengendalian motorik dan perkembangan
bicaranya terlambat. Cluttering merupakan kesalahan bicara berlebihan yang dilakukan oleh orang
normal. Tidak seperti stuttering, cluttering dapat diperbaiki jika orang memperhatikan benar hal-hal
yang ingin dikatakan.
Kondisi yang Menimbulkan Perbedaan dalam Belajar Berbicara
Telah disebutkan beberapa kali bahwa kemampuan anak dalam berbicara tidak sama antara satu anak
dengan anak yang lain. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa kondisi
(Hurlock, 1978), yaitu :
1. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya
lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok social dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut.
1. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi akan belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan
penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
1. Keadaan sosial ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi akan lebih mudah belajar berbicara,
mengungkapkan dirnya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang
keadaan social ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok yang
lebih tinggi, lebih banyak didorong untuk berbicara dan lebih banyak dibimbing untuk melakukannya.
1. Jenis kelamin
Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki lebih tertinggal dalam belajar berbicara. Pada
setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang
diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
1. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka akan semakin kuat motivasi
anak untuk belajar berbicara, dan ia akan semakin bersedia menyisihkan waktu dan mengeluarkan
usaha yang lebih besar untuk belajar.
1. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan didorong dengan
menanggapinya, maka akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas
bicaranya.
1. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang
anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk
mengajar anaknya berbicara.
1. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Hal ini
disebakan orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong
anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.
1. Metode pelatihan anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan bukan
didengar” merupakan hambatan untuk belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
10. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama karena mereka
lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka
miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami
mereka.
11. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebyanya dan semakin besar keinginan mereka untuk
diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar
berbicara.
12. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung mempunyai kemampuan bicara lebih
baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya jelek.
Kenyataannya, bicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat mnenta
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Sobur, Alex, Psikologi umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003
Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Grid Publising, Inc., Indianola Avenue,
1981.
Walker, Conditioning and Instrumental Learning, Wadsworth Publising Coy, Inc., Belmont,
California, 1967
http://www.google.com
http://www.scribd.com
Atkinson, Rita L dan Ricard C Atkinson. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Syah, Muhibbin.2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B.2005. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
DAFTAR PUSTAKA
Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Littlefield, J., Travers, J.F. 1999. Educational Psychology : Effective
TeachingEffective Learning. Second Edition. Madison : Brown & Benchmark Publishers.
Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak : Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kartono, K. 1990. Psikologi Perkembangan. Bandung : Penerbit Mandar Maju
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R., 1992. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Cetakan ke-8 Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
MAKALAH
SETRATEGI MENGINGAT
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Teori Pembelajaran
Dosen pengampu : Dra.Lilik Sriyanti. ,M.Si

Disusun Oleh :
M. Taufikhurohman 111 11 062

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SALATIGA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita menonton televise dirumah yang acarannya sangat seru, lalu tiba-tiba gambar
pada televise itu hilang, biasanya kita memukul-mukul televise dengan lembut. Dan ketika
kehadian itu terulang maka anda akan memukul-mukul semakain keras hingga televise itu
rusak. Itulah karena kita tidak tahu cara kerja televisi. Sama halnya ketika kita gagal ataupun
susah menghafal, ataupun sering lupa hafalan kita, kita kadang menyalahkan diri kita,otak
kita, dan lama-kelamaan otak itu bisa rusak seperti televise tadi.
Otak merupakan benda kecil yang terletak di kepala. Kalau di ukur besar otak kurang
lebih dua kepal tangan orang dewasa. Namun benda kecil itu mampu untuk menyimpan
memori yang sangat banyak, bahkan seberapapun kita mengisi otak tidak akan penuh.
Maka dari itu kita perlu tahu cara kerja otak pada manusia, bagaimana otak menerima,
mengolah, menyimpan, dan mengluarkan data.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mengingat ?
2. Bagaimana daya ingat bekerja?
3. Jenis-jenis ingatan?
4. Apa saja yang menjadi unsur-unsur mengingat?
5. Bagaimana cara mengingat kembali hal-hal yang pernah diterima?
6. Apa setrategi untuk mengingat sesuatu yang penting?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja otak yang benar.
2. Untuk mengetahui setrategi cara mengingat dan menerapkan pada kehidupan.
3. Untuk mengetahui peranan penting mengingat dalam berfikir.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat didalam mengingat.
5. Untuk mengetahui cara menimbulkan ingatan kembali.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mengingat
Menurut Maharishi Pantajali yang menulis shloka dalam Samadi Paad “Anubhuta
Vishaya, Sama Pramosh Smriti” dalam Patanjali Yogdarsan yang berarti bahwa melalui
pengalaman, subyek yang disimpan dalam benak kita disebut daya ingat.1[1]
Dalam setiap proses belajar, penting sekali fungsi ingatan. Mengingat adalah perbuatan
menyimpan hal-hal yang sudah diketahui untuk pada suatu saat nanti atau dikemudian hari
akan dikeluarkan dan digunakan kembali. Tanpa ingatan maka hampir tidak mungkin seorang
mempelajari sesuatu2[2].Mengingat juga bisa diartikan sebagai sistem yang sangat berstuktu,
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.Setiap saat setimuli mengenai indra kita,
setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.Beberapa kemampuan rata-
rata memori manusia untuk menyimpan informasi.3[3]
Jadi mengingat adalah sesuatu yang tersimpan dalam otak manusia entah itu
pengalaman, kenangan, atau sesuatau hal yang tak terlupa, dengan menggunakan stimulus
indra dan pada suatu saat nanti akan dikeluarkan kembali.
B. Bagaimana Daya Ingat Bekerja
Imam Al-Ghazali menggambarkan tubuh manusia ibarat sebuah kerajaan. Mata, telinga,
hidung, mulut dan lidah adalah para inteligen yang mencari berita. Ketika memperoleh berita,
mereka langsung menyampaikannya ke otak.
Al-Ghazali mengumpamakan otak dengan perdana menteri yang bertugas mengolah
informasi yang dibawa oleh para informan. Sang perdana menteri ini memiliki sistem yang
dirancangnya untuk menjaga informasi itu. Sistem penjagaan informasi itu dinamai oleh Al-
Ghazali dengan daya simpan (hafazhah). Setelah diolah sedemikian rupa, informasi itu akan
disampaikan kepada hati. Al-Ghazali mengumpamakan hati sebagai raja yang akan
mengambil keputusan terhadap informasi itu.
Untuk lebih jelas mempelajari daya ingat orang harus memahami bagaimana daya ingat
bekerja. Hanya dengan itu kita dapat memahami mengapa hanya sedikit orang yang
mempunyai daya ingat dengan baik.karena itu mengetahui bagaimana daya ingat befungsi
menjadi sanagat penting. Daya ingat bekerja dalam empat tahap.
1. Daya ingat mengenali sesuatu
2. Kesan tinggal di Daya Ingat
3. Daya ingat menyimpan kesan
4. Daya ingat menyimpan apa yang pelu disimpan
Terlebih dahulu kita bicara tentang lima indera dan bagaimana mereka membantu kita
dalam mengingat, kesan yang ditinggalkan didalam benak kita. Ketika mengingat dengan
bantuan satu panca indera atau dua panca indera yang saling bekerja sama, ini akan
meninggalkan kesan dalam bentuk daya ingat.
Contoh ketika kita menghadiri suatu pesta dan disitu kita bertemu seorang wanita yang
cantik, entah dia memperkenelkan diri atau dikenalkan orang lain kepada kita. Kita melihat
orang itu dengan mata, mendengar suara orang itu dengan telinga, karena itu kita bisa
mengenal orang itu dalam bentuk daya ingat, yang disimpan dalam benak kita, yang
dinamakan penyimpanan. Dan setelah bebrapa saat ketika kita melihat orang itu kita akan
memanggil namanya lagi karena yakin kita mengingat dan mengenalinya. Begitu cara daya
ingat bekerja.
1[1] Mahesa Kapadia, Daya Ingat Bagaimana Mendapatkan Yang Terbaik, Jakarta: Puataka
Popular Obor, 2003, hlm 4

2[2] Sarlito Wirawan Sarwono ,Pengantaara Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ,
hlm 48

3[3] Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Komunikasi, Bandung : Remadja Karya, 1989,hlm 70


C. Jenis-jenis ingatan
Secara Sederhana, Ingatan dapat dikelompokkan menurut waktu dan lamanya ingatan
disimpan. Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang adalah pengelompokan paling
sederhana berdasarkan waktu penyimpanan. Kemudian, lamanya penyimpanan dibagi lagi
menjadi dua bagian, yaitu ingatan persepsi langsung dan ingatan aktif.
Ingatan persepsi langsung disimpan selama kurang dari satu detik. Misalnya, untuk
menginterprestasikan serangkaian gambar seperti gambar-gambar yang bergerak, atau
serangkaian kata hingga kata tersebut ditulis atau diketik. Ingatan aktif, nama lain untuk
ingatan jangka pendek, berlangsung cukup lama. Contohnya anda melihat nomor telpon lalu
anda memijit nomor telpon yang baru saja dilihat.
Ingatan jangka pendek dapat menyimpan suatu informasi sampai dua puluh detik atau
bisa juga lebih dari dua puluh detik, apabila informasi tersebut diberi tanda khusus atau
diulang-ulang. Misalnya, lokasi tempat anda memarkir mobil dapat disimpan dalam ingatan
jangka pendek lebih lama dari waktu standar. Ingatan pada tempat parkir mobil anda ini akan
tersimpan dalam ingatan jangka pendek lebih lama dalam ingatan jangka pendek dengan
waktu lebih lama dari waktu standar, apabila anda mengamati tanda-tanda alam yang ada
disekitar mobil tersebut dan kemudian memakai informasi itu saat menampilkan kembali
ingatgan tentang lokasi parkir.
Informasi yang dikodekan sebagai ingatan jangka panjang dapat bertahan sampai
seumur hidup. Seorang nenek yang telah berusia 90 tahun masih mengingat dengan jelas saat-
saat pertama dia berjumpa dengan suaminya. Seolah-olah kejadian tersebut berlangsung
kemarin. Ingatan si nenek ini menunjukkan betapa panjang ingatan yang dimiliki olehnya.
Menurut pengodean dan bagaimana ingatan tersebut dipanggil, jenis ingatan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu ingatan eksplisit dan ingatan implisit. Ingatan eksplisit
adalah ingatan yang diperoleh melalui suatu maksud dan tertentu. Ingatan eksplisit disebut
juga ingatan deklaratif. Sedangkan ingatan implisit adalah ingatan yang dicapai secara
organis atau secara otomatis. Ingatan implisit disebut juga ingatan nondeklaratif.
1. Ingatan implisit dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Ingatan prosedural
Ingatan prosedural adalah ingatan yang disimpan setelah melakukan kegiatan atau keahlian
yang dipelajari.
b. Ingatan refleksif
Ingatan refleksif adalah ingatan mendasar yang membuat manusia dapat bertahan hidup.
c. Ingatan indrawi
Pengondisian indrawi terkait dengan jalur perjalanan ingatan menuju otak melalui alur
indrawi. Misalnya, ingatan yang ditangkap oleh mata akan di simpan sebagai gambaran nyata
dalam bagian otak yang disebut korteks visual.
d. Ingatan emosional
Ingatan emosional terkait dengan semua informasi yang disimpan di dalam otak sebagai
akibat stimulasi indrawi yang sangat kuat. Mulai dari rasa takut sampai gembira.
2. Ingatan eksplisit dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ingatan semantik
Ingatan semantik merupakan sistem penampilan ingatan yang paling lemah, yaitu yang baru
diproses.
b. Ingatan episodik
Ingatan episodik dipicu oleh tempat dan lingkungan. Nama lain untuk menyebut ingatan
episodik adalah ingatan autobiografi. Dengan menggunakan konteks suatu peristiwa sebagai
pemicu, anda dapat mengaktifkan kembali ingatan tersebut.
D. Unsur-unsur Mengingat
Ketiga unsur tersebut satu dengan yang lainya saling berkaitan atau berpautan. Secara
teoritis agar sistematis dapat dibicarakan secara singkat masing-masing sebagai berikut :
1. Mencamkan atau menerima
Mencamkan ialah melekatkan kesan sedemikian hingga tersimpan dan dapat
direproduksi. Mencamkan dapat terlaksana secara tidak sengaja apabila kesan yang didapat
tidak dengan disertai perhatian. Sedang mencamkan dengan sengaja dilaksanakan dengan
penuh perhatian, aktif, dan bertujuan.
2. Menyimpan
Kesan-kesan yang disimpan dapat bersifat:
a. Setia : tersimpan dengan baik dan tidak berubah.
b. Tahan lama : tersimpan lama.
c. Luas : banyak kesan yang disimpan.
d. Patuh : pesan yang dicamkan mudah direproduksi.
3. Mereproduksi atau mengeluarkan kembali
Mereproduksi ialah suatu keaktifan jiwa untuk membangun kembali pesan-pesan yang
telah diterima.
Dalam mereproduksi sesuatu yang telah didapat, oleh Woodworthmengistilahkan sebagai
berikut :
a. Racall : mengenal kembali untuk diingat
b. Recognize : mengenal kembali dihadapan bendanya
c. Relearned :ingat kembali karena mempelajari4[4]
Dalam hal ini juga ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa mereproduksi dilakukan
dengan empat cara, yaitu :
a. Pengingatan(recall).pengingatan adalah proses aktif umtuk menghasilkan kembali fakta dan
informasi secara verbatim(kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas.
b. Pengenalan (recognition).agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, tetapi lebih
mudah untuk mengenalnya kembali.
c. Belajar lagi (relearning) menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah diperoleh termasuk
pekerjaan memori.
d. Redintegrasi (redintegration). Ialah merekonstruksi seluruh masa lalu dari suatu petunjuk
memori kecil.5[5]
Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama
kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam
keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk
merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi,
seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui
sebelumnya.
a. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail
dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya:
seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
b. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada
hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria
tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.

4[4] Dakir, Dasar-Dasar Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993,hlm 55

5[5]Ibid, Jalaluddin Rakhmat, hlm 72


c. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari
hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja,
tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
d. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut.
Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
e. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak
hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih
singkat6[6]

E. Strategi Mengingat Informasi yang Penting


1. Keyakinan Positif
Anda harus yakin bahwa Anda dapat mengingat apapun yang diinginkan. Dengan keyakinan
tersebut, tubuh Anda akan relaks dan mampu mengarahkan seluruh energi untuk melakukan
tugas yang dihadapi. Sikap positif ini akan menular pada setiap aspek. Sikap positif akan
mengubah susunan senyawa kimia otak. Sikap ini juga akan merangrang produksi dopamin,
neurotransmiter otak yang menimbulkan rasa senang. Dopamin yang dirangsang ini akan
memengaruhi sistem saraf dan kardiovaskuler, tingkat metabolisme, dan suhu tubuh. Ia pun
berperan dalam mengontrol tubuh. Selanjutnya sikap positif membantu produksi
neurotransmiter. Selain dopamin, yaitu noradrenalin. Noradrenalin memberikan energi
kepada Anda untuk bertindak sesuai motivasi.
2. Pengamatan yang Cermat
Sebagian informasi yang masuk ke otak kita adalah informasi dibawah sadar (Jensen dan
Markowitz, 2003). Menurut Emanual Donchin, sekitar 99% informasi yang kita proses
termasuk informasi dibawah sadar. Agar terhindar dari serangan informasi-informasi yang
tidak berguna, otak manusia mempunyai kemampuan belajar memperhatikan secara sadar
informasi yang dianggap penting. Artinya, saat sesuatu mengancam kelangsungan Anda,
Anda benar-benar menaruh perhatian.
3. Pertimbangkan Konteks
Termasuk elemen penting untuk merekam sebuah ingatan adalah mempertimbangkan
konteks. Mempertimbangkan konteks hampir sama dengan mengingat sambil praktik.
Biasanya, apabila kita akan mempraktikkan sesuatu yang bersifat teoretis, kita akan melihat
dahulu gambaran besarnya.
4. Prinsip AAT
AAT adalah singkatan dari awal, akhir, dan tengah. Biasanya, sebuah informasi diingat dalam
urutan awal, akhir, dan tengah. Yang paling mudah diingat adalah yang kita temui diawal,
kemudian diakhir, dan yang terakhir diingat adalah yang ada ditengah. Menurut Eric Jensen,
faktor kebaruan yang inheren di awal informasi dan pelepasan emosi yang dirasakan pada
saat akhir merangsang perubahan senyawa kimiawi diotak.
5. Berupaya Untuk Aktif
Belajar menghapal aktif paling cocok diterapkan dalam sebuah pelatihan. Biasanya, dalam
pelatihan sangat banyak cara kreatif yang dilakukan oleh para narasumber agar informasi
yang mereka sampaikan mudah diingat oleh para peserta.
6. Kelompokkan
Subjek yang kompleks atau unit informasi yang panjang akan lebih mudah dipahami dan
diingat apabila data dikelompokkan dalam segmen-segmen yang lebih kecil dan mudah
diatur.
7. Libatkan Emosi
Apabila emosi Anda terlibat dalam pengingatan sebuah informasi, ia akan lebih tercetak
dalam ingatan anda. Kegembiraan, humor, ketegangan, ketakutan, kejutan atau emosi lainnya
6[6] Ibid, Sarlito Wirawan sarwono ,hlm 49
akan merangsang produksi adrenalin, yang juga mengaktifkan amigdala. Adrenalin adalah zat
yang dilepaskan kelenjar adrenal kedalam darah sebagi respon bahaya. Saat mencapai hati,
adrenalin merangsang produksi glukosa untuk energi gerak cepat. Adapun, amigdala adalah
bagian otak yang berbentuk almond, ia terletak disistem limbik atau otak bagian tengah.
Bagian otak ini bertugas memproses rangsangan indra. Adapun fungsi utamanya adalah
membawa input emosional kedalam ingatan.
8. Mempertahankan dan Memperkuat Ingatan
Adapun beberapa cara agar kita dapat Mempertahankan dan Memperkuat Ingatan,
diantaranya adalah :
a. Tidur yang Cukup
b. Buat Intreval Pembelajaran
c. Buatlah menjadi penting
d. Gunakanlah
e. Buat Sebuah Kebiasaan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah diketahui untuk pada suatu
saat nanti atau dikemudian hari akan dikeluarkan dan digunakan kembali.
Cara kerja daya ingat di antaranya ada empat:
1. Daya ingat mengenali sesuatu
2. Kesan tinggal di Daya Ingat
3. Daya ingat menyimpan kesan
4. Daya ingat menyimpan apa yang pelu disimpan
Jenis-jenis ingatan dibagi menjadi 2 yaitu menurut waktu dan menurut pengkodean.
Menurut waktu ada 3 macam:
1. Ingatan presepsi
2. Ingatan jangka pendek
3. Ingatan jangka panjang
Menurut pengkodean
1. Implicit
2. Eksplisit
Unsur-unsur mengingat yaitu :
1. Mencamkan / menerima
2. Menyimpan
3. Mereproduksi / mengeluarkan kembali
Beberapa setrategi mengingat
1. Keyakinan Positif
2. Pengamatan yang Cermat
3. Pertimbangkan Konteks
4. Prinsip AAT
5. Berupaya Untuk Aktif
6. Kelompokkan
7. Libatkan Emosi
8. Mempertahankan dan Memperkuat Ingatan

DAFTAR PUSTAKA
Dakir, Dasar-Dasar Psikilogi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993
Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remadja Karya, 1989

Wirawan Sarwono Sarlito, Pengantar Umum Psikologi,Jakarta : Bulan Bintang, 1976

Mahesa Kapadia, Daya Ingat Bagaimana Mendapatkan Yang Terbaik, Jakarta: Puataka Popular
Obor, 2003
c. Pengertian Mengingat
Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman masa lampau yang
diingatnya.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa
lampau.
1. Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah
mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi.
Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar
bahwa kita telah mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada
indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang
pernah dipelajari. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat
juga bahwa anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda
menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4. Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan
yang sangat otomatis.

Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama kita
harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam
keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk
merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi,
seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui
sebelumnya.
1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala
detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu.
Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau
ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah
pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari
hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja,
tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal
tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya,
bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih
singkat

Dalam buku Menjadi Pendidik Profesional Team Trainer K-100 (2002 : 98) menjelaskan
ingatan adalah kemampuan rohaniah untuk mencamkan, menyimpan dan mereproduksi
kesan-kesan. Dengan demikian ada 3 aspek dalam berfungsinya ingatan, yaitu : 1)
mencamkan, 2) menyimpan dan mereproduksi.
Menurut Woodwort (Team Trainer K-100, 2002 : 98) Mencamkan adalah aktivitas dalam
belajar (learning) dimana subyek menerima kesan-kesan yang kemudian disertai kegiatan lain
yaitu penyimpanan, dimana subyek menyimpan hal-hal yang telah dipelajari (retention) dan
kemudian diikuti dengan kegiatan mereproduksi atau menimbulkan kembali kesan-kesan
yang pernah dimiliki (remembering).
Sesuai dengan kemampuan masing-masing individu dalam menerima pesan ada orang yang
menyimpan kesan dengan setia atau dapat menahan dalam waktu lama dan ada orang yang
hanya sebentar. Demikian juga dalam mereproduksi kesan, ada orang yang dapat melakukan
dengan mudah dan cepat, dan ada yang sulit dan lambat, Dakir (1986:65).
Dalam membahas masalah ingatan, rasanya perlu juga dibahas masalah lupa, yang di antara
keduanya mempunyai hubungan yangb terbalik artinya makin banyak yang kita ingat, maka
makin sedikit yang kita lupakan dan sebaliknya.
Menurut Dakir (2003:54) kelupaan dapat terjadi karena bermacam-macam sebab di antaranya
:

Karena sakit keras, sehingga otak kita terganggu.


Karena kesan yang diterima telah berlangsung pada waktu yang lama.
Karena pesan yang diterima tidak menarik perhatian lagi, sehingga ingatan menjadi tidak
lagi setia.
Karena masuknya tanggapan baru, sehingga tanggapan yang lama terdesak (inhibisi retro
aktif).
Karena situasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai