Anda di halaman 1dari 9

PSIKOLOGI KOGNITIF

ATENSI

Oleh

Umi Hanifah
NIM 21070936036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i


ATENSI ................................................................................................................................ 1
A. Atensi dan yang Mempengaruhi ................................................................................. 1
B. Atensi Selektif ............................................................................................................ 2
C. Sinyal Auditori ........................................................................................................... 2
D. Model Atensi .............................................................................................................. 3
E. Atensi Visual .............................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 7

i
ATENSI
A. Atensi dan yang Mempengaruhi
Ketika kita mendengar kata atensi, mungkin kita akan membayangkan kata-kata seperti
“perhatian”, “memperhatikan”, “perhatikanlah”, “pusat perhatian”. Tanpa perlu mempelajari
proses kognitif dalam atensi, seseorang dengan mudah memahami bahwa atensi adalah sumber
daya yang berharga.
Lebih dari seratus tahun yang lalu, William James menulis “setiap orang mengetahui apa
itu atensi”. James menjelaskan bahwa:
Atensi adalah pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan gamblang terhadap
sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran. Pemusatan (focalization) kesadaran
adalah intisari atensi. Atensi mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek lain
agar kita sanggup menangani objek-objek tertentu secara efektif (1890, hal 403-404).
Ketika kita membicarakan “atensi” dari sudut pandang para psikologi kognitif masa kini,
ini mengacu pada sebuah proses kognitif yang menyeleksi informasi penting dari dunia di
sekeliling kita (melalui pancaindera), sehingga otak kita tidak secara berlebihan dipenuhi oleh
informasi yang tidak terbatas jumlahnya.
Definisi umum tentang atensi adalah pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa
sensorik atau peristiwa-peristiwa mental. Penelitian terhadap atensi mencangkup lima aspek
utama: kaspasitas pemrosesan dan atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi,
kesadaran, dan neurosains kognitif.
Era batu atensi diawali pada tahun 1953 oleh Donald Broadbent, seorang psikolog
berkebangsaan Inggris, yang menulis sebuah buku yang berpengaruh, Perception and
Communication. Buku tersebut berisi gagasan bahwa atensi adalah hasil dari terbatasnya
kapasitas sistem pemrosesan informasi. Gagasan pokok dalam teori Broadbent adalah bahwa
dunia tersusun dari sensasi-sensasi dalam jumlah yang jauh melebihi jumlah sensasi yang daoat
diolah oleh kemampuan perseptual dan kognitif seorang pengamat (manusia). Dengan
demikian, agar dapat mengolah informasi yang sedemikian membanjir, manusia secara selektif
memilih hanya sejumlah isyarat dan mengabaikan stimuli yang lain.
Lima isu terkait atensi diilustrasikan dalam contoh-contoh di bawah ini:
1. Kapasitas pemrosesan dan selektivitas, Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli
eksternal dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang
ada
2. Kendali. Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan
3. Pemrosesan otomatis. Sejumlah besar proses rutin (seperti mengemudikan mobil) telah
menjadi proses yang amat familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan
dapat dilakukan secara otomatis.
4. Neurosains kognitif. Otak dan sistem saraf pusat (CNS; central nervous system) adalah
pendukung anatomis bagi atensi, sebagaimana kognisi
5. Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke alam kesadaran.

1
B. Atensi Selektif
Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli
yang ada di sekeliling kita, tampak dari berbagai peristiwa sehari-hari, sebagaimana yang
disebutkan sebelumnya. Selektivitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran
(channel capacity), yakni ketidakmampuan kita memroses seluruh stimuli sensorik secara
bersamaan. Gaagasan ini menyarakan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck)
pada suatu tahap pemrosesan informasi yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan
neurologis. “Kemacetan” tersebut merupakan suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersifat
adaptif. Atensi Selektif (selective attention) dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya
lampu senter ke tengah sebuah ruang gelap untuk mencari benda-benda yang kita perlukan,
sambal membiarkan benda-benda lain tetap berada dalam kegelapan. Mengingat jumlah
informasi yang kita olah dan kita ingat, tampaknya kekuatan kognitif kita menunjukkan
semacam ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik tersebut. Dengan demikian, kita dengan
berhati-hati mengarahkan lampu senter atensi kita, memroses informasi yang paling kita
perhatikan, dan mengabaikan (atau kurang memperhatikan) informasi yang lain.
C. Sinyal Auditori
Pendekatan pemrosesan informasi terhadap atensi sebagian besar berawal dari penelitian
auditori, namun semenjak itu, penelitian visual dan semantic juga berkembang. Sebuah
penelitian awal yang dilakukan Cherry (1953) mempelopori perkembangan prosedur
eksperimental yang disebut pembayangan (shadowing), yang sekarang menjadi metode standar
untuk mempelajari atensi auditorik.
Meskipun partisipan memiliki kemampuan melakukan pembayangan, Cherry
menemukan bahwa para partisipan hanya mampu mengingat sedikit saja dari pesan yang telah
mereka ulangi. Mungkin, sebagian besar pemrosesan informasi telah diselesaikan di memori
sementara, sehingga tidak terjadi penyimpangan permanen dan akibatnya tidak terjadi
pemahaman terhadap pesan. Kemampuan berfokus pada satu pesan dan mengurangi
pemrosesan pesan lain tampaknya merupakan suatu karakteristik yang penting pada manusia,
karena memampukan kita mengendalikan informasi tanpa menimbulkan overload pada
kapasitas pemrosesan informasi.
Sepanjang hidup, kita mengumpulkan pengetahuan dalam jumlah besar mengenai
fonetik, kombinasi huruf, sintakis, struktur frasa, pola suara, istilah-istilah klise dan tata
Bahasa. Bahasa dapat dipahami hanya dengan satu telinga, bahkan sekalipun telinga yang lain
sedang menerima sinyal auditorik yang berbeda. Kita dapat melakukan hal itu karena kita
mampu menangkap isyarat-isyarat kontekstual dan dengan segera menghubungkan isyarat
kontekstual tersebut dengan pengetahuan kita mengenai suatu bahasa. Pesan-pesan ganjil
(anomalous messages), yakni pesan-pesan yang menyimpang dari tata bahasa dan struktur
leksikal standar, haruslah memiliki karakteristik yang kuat agar dapat menembus penyaring
atensi selektif. Pesan-pesan yang sangat familiar dapat diproses dengan jauh lebih mudah.
Kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada satu pesan adalah kebutuhan yang kuat,
dan dengan perkecualian pesan-pesan yang spesial (seperti nama diri sendiri), orang umumnya
memusatkan perhatian hanya pada satu pesan dan mengabaikan pesan-pesan yang lain. Tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa kedua telinga tidak mendapatkan stimulasi seimbang
dalam tataran sensorik (artinya, kedua telinga memiliki kemampuan yang seimbang dalam

2
menerima sinyal-sinyal sensorik). Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pesan-
pesan dari salah satu telinga tidak mencapai korteks auditorik. Meski demikian, ada beberapa
bukti yang menyatakan bahwa bagian korteks yang terlibat dalam atensi berbeda dengan bagian
korteks yang terlibat dalam pemrosesan informasi. (Posner, 1988).
D. Model Atensi
Model adalah struktur kognitif hipotetik yang seringkali digambarkan sebagai kotak-
kotak dan panah-panah. Model sangatlah penting karena membantu para peneliti
mengorganisasikan data yang telah mereka kumpulkan dan membantu memandu penelitian,
karena memungkinkan para peneliti Menyusun prediksi/hipotesis dan sekaligus menguji
prediksi/hipotesis tersebut. Bagian ini akan membahas model-model atensi selektif (atensi
yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan informasi terhadap stimuli spesifik). Terdapat
sejumlah model atensi selektif, yakni model filter Broadbent, model atenuasi Treisman, dan
model Deutsch & Deutsch.
1. Model Penyaringan: Broadbent
Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap dikembangkan oleh Broadbent
(1958). Teori yang disebut model penyaringan (filter model) in berhubungan dengan teori
saluran tunggal yang meyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh
kapasitas saluran yang tersedia.
Broadbent memberikan argument bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf
tertentu dibedakan berdasarkan: (a) serabut saraf yang distimulasi, atau (b) jumlah impuls
saraf yang dihasilkan. Artinya, ketika sejumlah serabut saraf menembakkan impuls secara
bersamaan, dapat dipastikan terdapat sejumlah pesan sensorik berbeda-beda yang akan tiba
di otak secara bersamaan.
Broadbent (1981) dan rekan-rekannya telah berjasa mengembangkan konsep tentang
memori. Kita semua menyimpan memori tentang peristiwa-peristiwa yang masa lalu,
misalnya pengetahuan tentang rekan, pengalaman masa lalu, ingatan tentang anggota
keluarga dan sebagainya. Meskipun demikian, dalam setiap waktu kita hanya mampu
mengingat sebagian kecil memori tersebut, sedangkan sebagian besar memori tersimpan di
latar belakang, menanti digunakan. Koneksi Broadbent antara persepsi selektif dengan
memori memunculkan isu-isu teoretis dan isu-isu praktis yang penting, namun, yang lebih
penting bagi diskusi kita, koneksi Broadbent mengingatkan kita bahwa persepsi selektif
tidak hanya terbatas pada fenomena yang sempit, persepsi selektif mencangkup hamper
seluruh sistem kognitif.
2. Model Atenuasi: Treisman
Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan model penyaringan
Broadbent adalah perihal pendeteksian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang
diabaikan (saluran yang tidak mendapatkan atensi). Moray (1959) menemukan bahwa
1
partisipan mengenali nama mereka sendiri dari saluran yang diabaikan, sekitar 3 dari seluruh
waktu. Kita juga mengetahui berdasarkan pengalaman sehari-hari bahwa kita dapat
memperhatikan pesan kedua sementara tetap memusatkan perhatian ke pesan pertama yang
lebih penting. Broadbent tidak sepenuhnya keliru. Teorinya mempostulatkan bahwa

3
penyaringan selektif terkadang memungkinkan satu atau dua kata yang memiliki
probabilitas kemunculan yang tinggi, sesuai konteks diproses dalam saluran yang diabaikan.
Treisman mendemonstrasikan bahwa kita cenderung mengikuti makna alih-alih
mengikuti pesan dari satu telinga saja, bahkan sekalipun kita diminta melaporkan pesan
yang diterima oleh satu telinga saja. m

Gambar 1 Perbandingan Model Broadbent dan Treisman


Penyaring Broadbent tidak mengizinkan informasi yang diabaikan untuk menembus
penyaringan. Model Treisman memandang informasi yang diabaikan sebagai sinyal-sinyal
lemah, yang dapat menembus “kamus” perseptual, dan dapat menembus penyaringan
jikalau “kamus” perseptual menunjukkan bahwa sinyal tersebut adalah sinyal yang penting.
Treisman berpendapat bahwa penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal
berdasarkan karakteristik fisik kasar dan selanjutnya penyaring-penyaring yang lebih
canggih mengevaluasi sinyal berdasarkan makna. Penyaringan awal dilaksanakan oleh
attenuator (attenuator), yakni penyaring perseptual – sebuah alat yang mengendalikan
kuantitas pesan dan menjembatani sinyal dan pemrosesannya secara verbal. Treisman
mengklarifikasi pandangannya tentang attenuator dalam sebuah suratnya kepada Bob Solso:
Gagasan saya adalah bahwa attenuator mengolah seluruh pesan yang diabaikan secara
seimbang, apapun isinya. Dampaknya ditentukan dalam sistem pengenalan
percakapan, yang memilih dengan cara tepat sama seperti ketika sistem tersebut
mengolah pesan-pesan utama yang datang tanpa banyak gangguan (noise). Satu-
satunya perbedaan antara pesan yang diperhatikan dan pesan yang diabaikan adalah
bahwa pesan yang diabaikan memiliki rasio sinyal ke gangguan yang telah dikurangi
oleh penyaring selektif, sehingga makna pesan-pesan tersebut tidak mampu
merangsang informasi leksikal dalam “kamus” perseptual, kecuali sedikit kata atau
frasa yang memiliki ambang deteksi yang rendah yang jarang terjadi. Atenuator
memilih hanya berdasarkan karakteristik fisik umum seperti lokasi atau kualitas suara.
(1986:123)

4
3. Model Deutsch & Deutsch
Model Treisman menjelaskan pemrosesan informasi tanpa pengawasan telah terbukti
memalukan bagi Broadbent. Namun, fakta yang sama juga dijelaskan oleh Deutch dan
Deutch (1963). Mereka berpendapat bahwa semua rangsangan sepenuhnya dianalisis
dengan stimulus yang paling penting atau relevan menentukan respons. Model ini
menempatkan hambatan dalam pemrosesan lebih dekat dengan respon akhir dari sistem
pemrosesan daripada model atenuasi Treisman. Akibatnya, Model Deutsch dan Deutsch
(1963) sering disebut model seleksi akhir, sedangkan Broadbent dan Treisman disebut
model seleksi awal.
Proses penyaringan informasi tidak pada tahap awal, namun pada tahap akhir. Proses
penyaringan terjadi setelah ada analisis konsep dan persepsi. Jika informasi dipersepsi
penting, maka informasi tersebut akan diperhatikan dan direspon. Sedangkan, bila informasi
tidak dianggap penting, maka informasi tersebut akan tidak ditanggapi.

E. Atensi Visual
Treisman dan rekan-rekannya beserta Julesz (1971) dan rekan-rekannya menemukan
bahwa ketika elemen-elemen visual tampil secara mencolok, para pengamat dapat mengenali
batas-batas visual elemen yang mencolok tersebut dalam waktu 50 milidetik, ini dinamakan
efek kemunculan (pop out effect). Kemunculan (pop out) tersebut memungkinkan pencarian
stimuli secara paralel.
Treisman dan Julesz mengajukan hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja
dalam atensi visual. Dalam tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentif (semacam
cetak biru suatu gambar) yang memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-
ciri utama objek, seperti ukuran, warna, orientasi (arah), dan gerakan, bila ada. Kemudian,

5
menurut Treisman, ciri-ciri yang berbeda-beda tersebut disandikan dalam peta fitur (feature
map), yang terletak di area-area yang berbeda di korteks.

Sebuah model tahap-tahap persepsi visual dan atensi. Pada awalnya, sejumlah ciri-ciri
dasar dari suatu tampilan visual (warna, orientasi, ukuran, dan jarak) disandikan dalam jalur-
jalur paralel yang terpisah, yang menghasilkan peta fitur. Peta-peta tersebut diintegrasikan ke
dalam sebuah peta induk (master map). Atensi kemudian dipusatkan pada informasi dalam peta
induk untuk menganalisis ciri-ciri bagian tertentu pada kesan visual, secara mendetail
(Treisman,1988).

6
DAFTAR PUSTAKA

Broadbent, D. 1958. Perception and Communication. London: Pergamon Press.


-----------------. 1981. Recency Effects in Visual Memory. The Quarterly Journal of
Experimental Psychology Section A, Vol: 33 (1), page(s): 1-15
Cherry, E. C. 1953. Some Experiments on the Recognition of Speech, with One and with Two
Ears. The Journal of the Acoustical Society of America. 25 (5): 975–979
Deutsch, J. A., & Deutsch, D. 1963. Attention: Some theoretical considerations. Psychological
Review, 70(1), 80–90.
James, W, 1890. The Principles of Psychology. New York: Henry Holt.
Julesz, B. 1971. Foundations of cyclopean Perception. Chicago: University of Chicago Press
Moray, N. P. 1959. Attention in dichotic listening: Affective cues and the influence of
instructions. Quarterly Journal of Experimental Psychology, Vol 11, 56–60.
Posner M. I., Early T. S., Reiman E., Pardo P. J., Dhawan M. 1988. Asymmetries in
hemispheric control of attention in Schizophrenia. Arch. Gen. Psychiatry. Vol 45, 814–
821
Treisman A, Vieira A, Hayes A. 1992. Automaticity and Preattentive Processing. The
American Journal of Psychology. 105 (2): 341–362.
---------------. 1988. Features and Objects: The Fourteent Bartlett Memorial Lecture. The
Quartely Journal of Experimental Psychology. Vol 40(2), pp 201-237

Anda mungkin juga menyukai