Anda di halaman 1dari 10

Psikologi Kognitif : Attention (Perhatian)

Kelas : 3PA01

Kelompok 3 :

Amanda Erdiana Syifa (16517457)

Invia Dwi Sakinah (12517945)

Pipih Purnamasari (14517711)

Susilawati (15517806)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK
Attention (Perhatian)

A. Definisi

Menurut Broadbent, perhatian adalah Hasil sistem pemrosesan informasi yang


kapasitasnya terbatas.

Menurut Solso, atensi adalah pemusatan usaha mental pada peristiwa-peristiwa


sensorik (penginderaan) atau peristiwa-peristiwa mental.

Menurut Andersen, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulil ainnya melemah.

Menurut Rakhmat, perhatian adalah konsentrasi diri pada salah satu alat indera &
mengesampingkan masukan-masukan melaluialat indera yang lain.

B. Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif

Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli
yang ada di sekeliling kita, tampak dari berbagai peristiwa sehari-hari. Selektivitas ini
dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran (channel capacity), yakni
ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini
menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi kemacetan (bottleneck) pada suatu tahap
pemrosesan informasi, yang sebgaian diakibatkan oleh keterbatasan neurologis

Kemacetan tersebut merupakan suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersifat


adaptif. Ingatlah sekering dirumah anda jika yang akan “memadamkan diri” apabila anda
secara bersamaan menghidupkan mesin cuci, alat pemanggang roti, pemanas air, televisi,
pompa air dari sirkuit yang sama. Alih-alih memadamkan seluruh proses kognitif kita, sistem
kognitif membatasi jumlah stimuli untuk menghindari “overloading”.

Atensi selektif dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ke


tengah sebuah ruangan gelap untik mencari benda-benda yang kita perlukan, sambil
membiarkan benda-benda lain tetap berada dalam kegelapan. Mengingat jumlah informasi
yang kita olah dan kita ingat, tampaknya kognitif kita menunjukan semacam ketidakluasan
dala, limitasi sensorik tersebut. Dengan demikian, kita dengan berhati-hati mengarahkan
lampu senter atensi kita, memproses informasi yang kita perhatikan, dan mengabaikan (atau
kurang memperhatikan). Dari perspektif komunikasi, kemampuan kita untuk bereaksi
terhadap sebuah sinyal, sebagian berhubungan dengan “kejernihan” sinyal tersebut, artimya
seberapa bersih sinyal dari informasi yang menganggu.

C. Model-model atensi selektif

Model adalah strukur kogniti hipotetik yan sering kali digambarkan sebagai kotak-kotak
dan panah-panah. Model sangatlah penting karena membantu peneliti mengorganisasikan
data yang telah mereka kumpulkan dan membantu memandu penelitian. Berikut adalah
model-model atensi selektif (atensi yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan
informasi terhadap stimuli spesifik).

1. Model penyaringan (Broadbent)


Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap dikebangkan oleh Broadbent
(1958). Teori yang disebut model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan
teori saluran tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi
oleh kapasitas saluran yang tersedia.
Broadbent memberikan argumen bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf
tertentu dibedakan berdasarkan (a) serabut saraf yang distimuli atau (b) umlah impuls
saraf yang dihasilkan. Studi-studi neuropsikologis menemukan bahwa sinyal-sinyal
berfrekuensi tinggi dan sinyal-sinyal berfrekuensi rendah dikirimkan melalui serabut-
serabut saraf yang berbeda. Artinya, ketika sejumlah serabut saraf menembakkan impuls
secara bersamaan, dapat dipastikan terdapat sejumlah pesan sensorik berbeda-beda yang
akan tiba di otak secara bersamaan. Dalam model Broadbent, informasi diproses melalui
sejumlah saluran sensorik yang paralel. Saluran-saluran tersebut diasumsikan memiliki
kode-kode neural yang berbeda-beda dan dapat dipilih berdasarkan kode-kode tersebut.

Dalam model Broadbent, informasi diproses melalui sejumlah saluran sensorik


yang paralel. Saluran-saluran tersebut diasumsikan memiliki kode-kode neural yang
berbeda-beda dan dapat dipilih berdasarkan kode-kode tersebut. Pemrosesan informasi
lebih lanjut hanya terjadi setelah sinyal diproses melalui sebuah penyaring selektif, yang
meyaring informasi ke dalam saluran yang memiliki kapasitas terbatas. Jumlah
informasi yang dapat diproses oleh saluran yang berkapasitas terbatas tersebut.
Broadbent mempostulatkan untuk menghindari overloading pada sistem, penyaring
selektif diaktifkan di segala saluran sensorik.
Dalam sebuah esperimen awal, Broadbent menggunakan tugas mendengarkan
dikotik (dichotic listening task) untuk menguji teorinya. Tiga huruf diperdengarkan di
telinga kiri partisipan, sedangkan tiga huruf lain yang berbeda diperdengarkan di telinga
kanan partisipan. Dalam kondisi pertama, partisipan diminta mengingat angka-angka
yang disembunTiga huruf diperdengarkan di telinga kiri partisipan, sedangkan tiga
huruf lain yang berbeda diperdengarkan di telinga kanan partisipan. Dalam kondisi
pertama, partisipan diminta mengingat angka-angka yang disembunyikan di telinganya.
Dalam kondisi kedua, partisipan diminta mengingat angka berdasarkan urutan
terdengarnya. Karena dua angka dibunyikan secara bersamaan, partisipan dapat memilih
angka pertama dari salah satu telinga, namun harus melaporkan kedua angka dari kedua
telinga sebelum melaporkan angka selanjutnya. Broadbent menginterpretasikan bahwa
perbedaan tersebut timbul karena dalam kondisi kedua, partisipan harus memindah-
mindahkan atensi antara kedua sumber (kedua telinga) lebih sering.
Broadbent dan rekan-rekannya telah berjasa mengembangkan konsep tentang
memori. Kita semua menyimpan memori tentang peristiwa-peristiwa masa lalu,
misalnya pengetahuan tentang rekan, jadwal kegiatan-kegiatan mendatang, pengalaman
masa lalu, ingatan tentang anggota keluarga, dan sebagainya. Meskipun demikian,
dalam setiap waktu, kita hanya mampu mengingat sebagian kecil memori tersebut,
sedangkan sebagaian besar memori tersimpan dilator belakang, menanti digunakan.
Koneksi Broadbent antara persepsi selektif dengan memori memunculkan isu-isu
teoritis dan isu-isu praktis yang penting, namun, yang lebih penting Broadbent
mengingatkan kita bahwa persepsi selektif tidak hanya terbatas pada fenomena yang
sempit.

2. Model atenuasi (treisman)


Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan model penyaringan
Broadbent adalah perihal pendektesian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang
diabaikan (saluran yang tidak mendapatkan atensi). Sedangkan dalam model Treisman
yang elegan menggabungkan struktur model Broadbent ditambah hasil-hasil empirik
yang didapat dari penelitian moray.
Treisman mendemontrasikan bahwa kita cendrung mengikuti makna alih-alih
mengikuti pesan dari satu telinga saja, bahkan sekalipun kita diminta melaporkan pesan
yang diterima oleh satu telinga saja. Dalam sebuah eksperimen, Treisman (1964an)
menggunakan partisipan-partisipan yag fasih berbahasa Prancis dan Inggris. Model
Traisman memandang informasi yang diabaikan sebagai sinyal-sinyal lemah, yang dapat
menembus “kamus” perceptual, dan dapat menembus penyaringan jikalau “kamus”
perceptual menunjukkan bahwa sinyal tersebut adalah sinyal yang penting.

D. Pemrosesan Otomatik (Automatic Processing)

Automatic (otomatis) adalah suatu kemampuan harus terjadi tanpa tujuan/maksud, tetap
berada diluar kesadaran dan tidak dipengaruhi dengan aktivitas mental lainnya. Automaticity
adalah salah satu karakteristik proses kognitif dimana komponen perilaku dipraktikan
dengan konsisten dan dilakukan dengan cepat, dengan usaha minimal atau dengan alokasi
perhatian pada pengolahan stimulus (dalam Solso, 2007).

Menurut Reed (dalam Oktishinta & Fainna, 2014) Automatic processing adalah
kemampuan yang dilakukan secara berulang dan membutuhkan usaha mental yang sedikit.
Sementara menurut Solso, Maclin & Maclin (2008) yang berpendapat bahwa
Automatic process yaitu proses-proses yang tidak dapat dikendalikan, tanpa disertai niat atau
kesiagaan eksternal, yang berlangsung dengan sangat efisien.

Otomatisasi adalah proses yang didalamnya terjadi perubahan prosedur tindakan


berubah dari sangat disadari menjadi relative otomatis (dalam Sternberg, 2008). Proses
automatic (otomatis) secara umum berkembang dengan lambat dan diperlukan latihan lebih
dari ratusan kali. Automaticity mengurangi permintaan dalam sumber daya atensi,
membebaskan kapasitas yang tersedia untuk aktivitas lainnya.

Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan lebih dari satu hal/aktivitas pada satu
waktu. Konsep LaBerge (dalam Solso, 2007) mungkin dapat membantu menjelaskan
perilaku manusia dalam kondisi penuh tekanan. Meskipun simulasi mungkin tidak dapat
menyamai pengalaman yang sesungguhnya, simulasi dapat membuat beberapa proses
kognitif (yang terlibat dalam pengalaman yang sesungguhnya) menjadi otomatis. Aktivitas
yang telah dilatih dengan baik (atau sering) akan menjadi otomatis. Sehingga memerlukan
atensi yang lebih sedikit dibandingkan dengan melakukan aktivitas baru/belum dikuasai.
Sebagai contoh: aktivitas untuk membaca, menulism berbicara dalam bahasa ibu,
mengendarai sepeda, menggosok gigi, dll. Semaikin sering berlatih atau dikerjakan,
performa akan meningkat dari tahap trampil menjadi otomatis.

Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Sydner
(dalam Solso, 2007), yang menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis :

1. Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar. Dalam eksperimen-eksperimen


priming, dampak tejadi tanpa adanya niat atau tujuan dasar dari partisipan penelitian.
Kata pemicu atau prime ini ditayangkan dengan sangat cepat sehingga partisipan tidak
menyadarinya.
2. Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran. Sebagaimana ditunjukkan dampak-
dampak priming sebagian besar tidak disadari. Kita tidak “berpikir” mengenai
pemrosesan otomatis.
3. Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya (atau bahkan tidak
menggunakan sumber daya sadar sama sekali). Kita dapat membaca kata-kata atau
mengikat tali sepatu tanpa berpikir. Tindakan- tindakan tersebut terjadi secara otomatis
dan tanpa memerlukan usaha. Studi-studi tentang otomatisasi penting karena mengajari
kita bahwa dalam aktivitas-aktivitas kognitif kita yang rumit, terdapat suatu proses yang
berlangsung diluar pengalaman sadar. Penampilan atau kinerja yang terampil dalam
aktivitas-aktivitas tersebut mungkin membebaskan kita untuk lebih memusatkan
kesadaran kita pada aktivitas-aktivitas sulit dan menantang yang memerlukan atensi.

Dua aspek automatic processing menurut fiedenberg & silverman (Fienberg, 2006):
1. Interference
Dalam interference theory atau teori interferensi merupakan sebuah teori yang
menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena
informasi lainnya yang menghalangi hal yang diinginkan, gangguan konflik ini
terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Proactive interference. Terjadi karena ketika informasi yang baru
dipelajari mengganggu penginggat atau pemanggil memori yang lama
b. Retroactive interference. Terjadi ketika informasi yang baru dipelajari
mengganggu penggingat atau pemanggil memory yang lama.

2. Facilitation
Mekanisme respon-stimulus sederhana dapat mengontrol seluruh sistem kognitif
secara sadar atau tidak. Mekanisme respon-stimulus yang menghasilkan respon
otomatis disebut sebagai aturan produksi atau produksi. Produksi adalah aturan
pemrosesan yang diinterpretasikan di memori jangka panjang. Innate automatic
processing:
a. Bawaan manusia. Gerakan refleks sederhana sebagai mekanisme untuk
menghindari stimuli yang berbahaya.
b. Berhubungan juga dengan memori manusia lebih sensitive terhadap informasi
yang berkaitan dengan frekuensi, lokasi dan waktu kejadian.

E. Kesadaran
Kesadaran (consciousness) berarti kesiagaan (awareness). Kesadaran berhubungan
dekat dengan atensi, tetapi prosesnya tidak sama. Kita tidak sadar akan tugas yang kita
perlihatkan dengan automatic processing atau attentive processing.

Dua isu yang berhubungan dengan kesadaran, topik pertama memperhatikan


kemampuan kita untuk berfikir secara sadar, yang kedua memperhatikan ketidakmampuan
kita untuk menghindari kesadaran.

a. Kesadaran tetang Proses Mental Lebih Tinggi


Nisbet dan Wilson (1977) setuju bahwa kita sering memiliki sedikit akses langsung pada
pikiran kita. Kita akan secara penuh sadar pada produk dari proses pemikiran kita, tetapi
kita biasanya tidak sadar dari proses yang menghasilkan produk. Kita memiliki akses
terbatas pada beberapa proses pikiran, tetapi secara relative melengkapi akses pada lain
proses pikiran.
b. Pikiran yang Ditekan
Wegner dan temannya (1987) mengemukakan proses pikiran yang ditekan termasuk dua
komponen, pertama merencanakan untuk mengeliminasi pikiran dari kesadaran dan yang
kedua, membawa rencana dengan menekan semua bukti dari pikiran termasuk rencana
original. Wegner menyebutkan bahwa jika kamu mencoba untuk menekan pikiran, kamu
gunakan dalam pencarian control untuk berpikir yang tidak dicari. Bagaimana proses
mental tinggi kita sering gagal untuk membawa informasi dalam kesadaran. Bagian dari
penekanan pikiran memberi masukkan bahwa kita mengalami kesulitan menghilangkan
beberapa pikiran dari kesadaran, lebih jauh lagi, godaan untuk menghilangkannya dapat
menyebabkan pikiran ini kembali lebih kuat daripada sebelumnya.

F. Model Memory

1. Model Atkinson dan Shiffirin


Model Atkinson dan Shiffirin menyatakan bahwa memori terdiri dari 3 penyimpanan, yaitu
sensori memori, short term memory, dan long term memory.
2. Model Level of Processing
Pendekatan ini menyebutkan bahwa informasi yang bermakna dalam akan berada dalam
memori lebih permanent dibandingkan dengan proses sensori yang lebih dangkal.
3. Model Tulving
Dalam model ini disebutkan bahwa terdiri atas 3 jenis memori, yaitu :
a. Episodic memory yang menyimpan informasi tentang waktu kejadian-kejadian yang saling
berhubungan. Kemudian informasi tersebut akan menjadi suatu pengalaman bagi diri kita.
b. Semantik memory adalah organisasi pengetahuan tentang dunia atau pengetahuan umum.
Semantik memori berperan di dalam struktur ilmu pengetahuan untuk memebdakan suatu
kejadian dalam episode memori.
c. Prosedural Memory meliputi pengetahuan bagaimana berbuat suatu hubungan
pembelajaran antara stimulus dan respon.

Daftar Pustaka

Sternberg, R.J.(2008). Psikologi Kognitif edisi keempat. Yogyakarta : Pustaka


Belajar.
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. (2007). Psikologi Kognitif edisi
kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Fienberg, F & Silverman, G. (2006). Cognitive sains: an introduction to the study
of mind. United State of America: Hazelden.

Anda mungkin juga menyukai