Anda di halaman 1dari 18

EFEK STROOP

02/EXP/2015

Nama Peneliti : Nurul Fitria Majid

NIM : Q11114017

Inisial Subjek : MHK

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 20 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Tanggal Penelitian : 9 November 2015

Waktu Penelitian : 15.40-16.20 WITA

Tempat Penelitian : Ruang Kelas PB 145, Program Studi Psikologi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Hasanuddin

2.1 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan rangking yang di lihat dari perbedaan waktu saat

menyebutkan bentuk gambar yang tidak disertai kata dengan yang disertai kata?
2.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis

2.2.1 Kajian Pustaka

2.2.1.1 Efek Stroop

John Ridley Stroop adalah seorang ilmuwan yang melakukan penelitian efek

stroop pada tahun 1935. Dalam demonstrasi efek stroop yang diperhatikan ialah

reaksi dan waktu dimana nama warna tertentu seperti “merah” dicetak dengan

warna yang berbeda yang tidak melambangkan warna. Warna merah dicetak

dengan warna biru, warna biru dicetak dengan warna hijau, dan warna biru

dicetak dengan warna hijau. Perlakukan tersebut dilakukan untuk melihat apakah

terdapat pengaruh atau memberikan dampak diperlukannya waktu yang lebih lama

untuk menyebutkan warna (Maneen, 2010).

Terjadinya kesalahan dalam penyebutan atau berhasilnya pemberian efek

terhadap individu erat kaitannya dengan attention (Maneen, 2010). Penelitian

tentang efek stroop memberikan penjelasan bahwa terdapat perbedaan yang

relevan mengenai kecepatan mengolah informasi tentang penamaan warna pada

kata dan membaca kata. Rangsangan dalam efek stroop terbagi menjadi tiga yaitu

netral, kongruen, dan inkongruen. Untuk rangsangan yang netral yang ditampilkan

ialah hanya teks atau warna. Rangsangan kongruen yang ditampilkan ialah warna

dengan teks yang sama, artinya teks warna “merah” ditulis atau dicetak dengan

menggunakan tinta warna merah pula. Sedangkan untuk rangsangan inkongruen

yang ditampilkan ialah teks dan warna berbeda, teks warna “merah” akan ditulis

atau dicetak dengan menggunakan tinta biru atau warna lainnya yang berbeda

dengan teks (Maneen, 2010). Perlakuan yang diberikan menunjukkan jika


partisipan secara konsisten lebih cepat ketika diminta untuk membaca kata

dibandingkan menyebutkan nama warna (Cohen& McClelland, 1988).

Salah satu yang mempengaruhi cepat lambatnya individu dalam melakukan

penyebutan ialah kondisi emosi yang dialami. Salah satu temuan yang paling kuat

dan berpengaruh ialah penelitian kognitif yang menunjukkan tentang pengaruh

kecemasan. Ketika individu mengalami gangguan kecemasan, individu akan

cenderung lebih lambat untuk menyebutkan warna atau nama-nama ancaman yang

berhubungan dengan arti kata pada penelitian Stroop emosional (Lezak, 2004).

Efek stroop telah digunakan untuk mengetahui kemampuan psikologis individu.

Sejak penemuannya pada abad ke-20, efek stroop telah menjadi tes

neuropsikologi populer. Tes neuropsikologi dimaksudkan untuk mengukur

perhatian (attention), fleksibilitas kognitif, kecepatan pemrosesan, dan digunakan

sebagai alat dalam evaluasi fungsi eksekutif (Spreen, 2006).

2.2.1.2 Attention

Attention atau perhatian merupakan istilah yang diberikan terhadap proses

pemilihan stimulus input tertentu untuk dijadikan sebagai fokus pengalaman

seseorang (Morgan, 1979). Proses perhatian melibatkan pemusatan pikiran pada

satu objek tertentu dengan mengabaikan stimulus yang lain. Attention terjadi

karena kita tidak dapat memfokuskan diri pada semua stimulus yang diterima oleh

sensori, karena itu kita melakukan filter out dan block terhadap stimulus yang

tidak relevan (Morgan, 1979). Proses attention melibatkan proses seleksi terhadap

beberapa objek tertentu bersamaan dengan individu fokus pada satu stimulus dan

stimulus yang lain diabaikan (Suharnan, 2005).


Dalam model filtering atensi, segala informasi dan stimuli yang kita terima

akan disaring oleh kognisi, sehingga stimuli yang diterima akan menjadi lebih

sedikit. Stimuli yang masuk ialah stimuli yang menarik perhatian. Misalnya,

ketika kita mendengar percakapan, cenderung yang menarik perhatian ialah

percakapan yang terdengar lebih keras dibandingkan pengucapan kata yang lain

karena diberi pembeda, sehingga rangsangan yang diterima bersifat intens dan

fokus kita tertuju pada hanya suara keras tersebut (Morgan, 1986).

Setiap individu melakukan filtering yang berbeda. Hal ini berkaitan

dengan bagaimana kognisi individu melakukan blocking di saluran sensorik.

Beberapa ahli mengatakan jika filtering dan blocking diatur oleh otak. Semua

proses filtering dan blocking dimulai dari proses penginputan informasi di sensory

channels (Morgan, 1986). Teori pemrosesan informasi yang lain didasarkan pada

gagasan tentang processing capacity (Kahneman, dalam Morgan, 1986). Teori ini

berdasar dari asumsi jika individu memiliki kapasitas mental yang terbatas untuk

memproses informasi yang masuk. Dan karena itu kita tidak bisa menangani

smeua masukan sensorik sekaligus. Sebaliknya, kita harus mengalokasikan

sumberdaya terbatas pada processing capacity untuk memasukkan informasi

tertentu yang kita fokuskan. Berdasarkan teori ini, masukan stimulus yang

mengambil sebagaian besar processing capacity akan menjadi fokus atensi atau

perhatian seseorang (Morgan, 1986).

Teori processing capacity ini dianggap sebagai teori dasar mengenai

atensi. Attention akan mengalami perubahan jika terjadi perubahan pada

lingkungan, sehingga informasi atau stimulus yang telah ada akan digantikan oleh
stimulus input baru. Apa yang menjadi fokus kita bukan semata-mata senasi

sederhana. Dengan kata lain, stimulus yang kita terima dan menjadi fokus

perhatian kita memiliki karakteristik bentuk tersendiri dan bermakna (Morgan,

1986). Stimulus yang diterima oleh sensori kita memiliki makna tertentu dan

mengacu pada sifat fisik seperti warna, gerakan dan orientasi tertentu yang

mencolok (Goldstein, 2014).

Proses attention juga dapat dijelaskan dengan menggunakan switch model.

Pemrosesan seperti ini dapat dianalogikan seperti tomboil untuk menghidupkan

dan mematikan lampu listrik atau radio (on-off switch). Ini berarti bahwa

perhatian bertindak dan memproses secara langsung terhadap stimulus yang

diterima di sensory channels. Yang dimaksudkan berperan seperti tombol on-off

switch ialah ketika telah ada stimulus yang masuk, stimulus tambahan lainnya

akan dihalangi atau diterima. Berdasarkan model ini, dapat disimpulkan jika

individu hanya dapat memusatkan perhatian hanya pada satu stimulus saja, dan

bersamaan dengan itu stimulus yang lain akan diabaikan (Suharnan, 2005).

Selain switch model, atensi juga dapat dijelaskan dengan menggunakan

Attenuator Model. Model ini menunjukkan jika aktivitas perhatian beroperasi

lebih mneyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar-kecilnya volume.

Contohnya seperti alat pengukur volume pada pesawat radio, dapat disesuaikan

dengan signal yang masuk. Apabila perhatian dianalogikan seperti alat pengukur

volume tersebut, maka julah informasi yang berbeda-beda dapat melalui masing-

masing saluran dalam waktu yang bersamaan, lalu selanjutnya akan diseleksi yang

mana yang menjadi fokus perhatian seseorang (Suharnan, 2005).


Pada attention tejadi proses otomasititas dan terkendali. Otomasitisitas dalam

hal ini menunjukkan pada berkurangnya tuntutan suatu tugas atau pokok

pekerjaan terhadap penggunaan kapasitas pokok. Pengelolaan informasi yng

dilakukan secara otomatis akan menyisakan sumber-sumber energi yang dapat

digunakan untuk tugas-tugas yang lain. Sedangkan untuk proses terkendali

merupakan kebalikan dari proses otomasitisitas. Scheneider & Shiffrin (dalam

Morgan, 1989) menjelaskan jika terdapat dua pemrosesan yang relevan dengan

perhatian, keduanya ialah pemrosesan otomatisitas dan pemrosesan terkendali.

Pemrosesan otomatis bersifat pararel, artinya seseorang dapat menangani dua

objek atau lebih secara sekaligus. Sementara untuk pemrosesan terkendali bersifat

serial atau urut, sehingga hanya mampu menangani satu objek pada satu waktu,

setelah selesai pada objek tersebut, barulah individu dapat melanjutkan menangani

objek yang lain (Suharnan, 2005).

2.2.1.3 Atensi Terbagi dan Atensi Selektif

Attention atau perhatian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Atensi terbagi

(divided attetion) dan atensi selektif (selective attention). Atensi terbagi pada saat

individu dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau sumber informasi

yang saling berkompetisi untuk diterima, sehingga individu mengalami fokus

perhatian yang terbagi-bagi (Suharnan, 2005). Salah satu teknik dalam atensi

selektif ini dikenal teknik shadoing technique (Atkinson & Hilgard, 1987). Pada

shadowing technique, individu harus mendengarkan beberapa seri kata dan

mengulanginya setelah dibacakan. Hasilnya menunjukkan jika orang sedikit

menyebutkan kata tersebut pada pesan kedua. Moray (dalam Atkinson &
Hilgards, 1987) memberikan contoh jika dalam sebuah pesta, kemudian seseorang

menyebutkan nama kita, maka kita akan cenderung mencari-cari siapa yang

menyebutkan nama kita, meskipun pengucapan nama tersebut bukan ditujukan

secara khusus pada kita. Selain itu, Treisman (dalam Atkinson & Hilgards, 1987)

juga menemukan bahwa orang kadang-kadang mengikuti kalimat yang berarti dan

dapat mereka maknai untuk dibicarakan.

2.2.1.4 Jenis-jenis Atensi

a. Atensi Spontan

Atensi spontan diartikan sebagai atensi yang timbul dengan sendirinya, timbul

secara spontan. Ketika seseorang memiliki minat terhadap suatu hal atau kejadian,

maka kejadian tersebut akan memunculkan atensi yang spontan. (Walgito, 2010).

b. Atensi Tidak Spontan

Berbeda denga atensi spontan, atensi ini ditimbulkan dengan sengaja karena

seseorang memiliki kemauan untuk menimbulkan atensi tersebut. Atensi ini juga

muncul apabila seseorang tidak memiliki minat terhadap suatu hal atau kejadian

tertentu. (Walgito, 2010).

Terdapat pula pembagian atensi berdasarkan objek yang dapat dicakup

oleh atensi tersebut, yaitu (Walgito, 2010):

a. Atensi sempit yang merupakan atensi seseorang pada suatu waktu yang hanya

dapat memperhatikan objek secara terbatas.

b. Atensi yang luas merupakan jenis atensi dimana seseorang dapat

memperhatikan banyak objek secara sekaligus.


c. Atensi terpusat merupakan atensi yang timbul ketika seseorang pada waktu

tertentu memusatkan atensinya pada satu objek saja.

d. Atensi yang terbagi-bagi, merupakan atensi yang timbul jika seseorang pada

satu waktu bisa memperhatikan banyak hal di sekitarnya.

2.2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi

Dalam proses terjadinya atensi, tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi.

Setiap orang melakukan pemusatan perhatian secara berbeda-beda dan fokus yang

dilakukan juga memiliki porsi tertentu pada stimulus yang diterimanya (Sternberg,

2006). Adapun faktor-faktor yang menarik perhatian yaitu (Gilliand et al., 1995):

1. Objective Determinat of attention

Merupakan faktor objektif yang dapat menentukan perhatian seseorang,

meliputi: adanya stimulus yang kuat yang dapat menarik perhatian; adanya

stimulus yang kualitatif yang dapat menarik perhatian; adanya stimulus yang

berulang-ulang yang dapat menarik perhatian.

2. Subjective Determinat

Merupakan faktor subjektif yang dapat menentukan perhatian seseorang

meliputi: adanya stimulus yang pembawaannya mengandung daya tarik;

adanya arti atau maksud pada stimulus yang dapat menimbulkan daya tarik;

ketidakpastian menimbulkan daya tarik; emosi yang tetap (individu terbiasa)

dapat menentukan daya tarik.


Selain itu, Morgan (1979) juga mengemukakan faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam mengarahkan atensinya yaitu:

a. Faktor Eksternal

- Intensitas dan ukuran


Faktor intensitas dan ukuran dapat mempengaruhi individu ketika terlibat

dalam sebuah peristiwa yang baru dialami atau bersifat tidak familiar kemudian

diterima sebagai stimulus. Beberapa kasus menunjukkan jika kejadian atau

stimulus yang diterima oleh manusia lebih mencolok, seperti suara yang lebih

keras, pencahayaan yan lebih terang, dan objek yang lebih besar, akan menarik

fokus perhatian seseorang terhadap kejadian tersebut.

- Contrast dan Novelty


Ketika indvidu sedang membaca buku di salah satu ruangan, kemudia ada

individu lain yang memutar musik dan sangat keras, maka mungkin saja indvidu

yang sedang membaca buku tadi menghentikan aktivitas membacanya karena

merasa jika kehadiran musik mendominasi atau dalam hal ini diartikan sebagai

contrast dan juga termasuk dalam stimulus yang novelty (berkaitan dengan hal

yang dilakukan).

- Repetition
Faktor selanjutnya yaitu adanya pengulangan atau repetition. Misalnya,

seseorang dapat menitikberatkan fokusnya pada suatu stimulus yang dilakukan

atau terjadi secara berulang-ulang. Selain itu, repetititon juga meningkatkan fokus

pada seseorang, bukan hanya sekedar menarik perhatian. Contoh, ibu cenderung

memanggil anaknya berulang-ulang jika sang anak tidak menjawab. Peristiwa


dimana sang anak dapat menjawab panggilan ibunya dapat dijelaskan melalui

faktor ini. Panggilan yang pertama bisa saja disebabkan karena sang anak tidak

fokus pada suara (stimulus) sehingga ia abaikan, namun ketika dilakukan

berulang, maka atensi sang anak mulai dialihkan dan mendengar suara ibu.

- Movements
Movement mempengaruhi atensi seseorang dikarenakan indera kita dalam hal

ini mata sangat sensitif terhadap objek yang bergerak.

b. Faktor Internal
Jika pembahasan sebelumnya mengenai faktor eksternal atau faktor-faktor

yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan, maka faktor internal ini

merupakan faktor yang mempengaruhi atensi seseorang yang berasal dari individu

itu sendiri. Faktor tersebut antara lain:

- Motivasi dan kebutuhan

Motivasi dan kebutuhan mempengaruhi atensi dikarenakan kedua hal ini

mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan dan tindakan tersebut

mengarahkan individu pada satu fokus tertentu untuk dilakukan atau

dipuaskan terlebih dahulu, seperti dorongan rasa lapar dan kebutuhan untuk

makan.

- Prepatory set

Faktor yang menunjkkan kesiapan seseorag ketika menerima ataupun

menanggapi hanya pada satu stimulus saja. Contohnya, ketika seseorang

sedang dalam keadaan menunggu telepon, mengharapkan teleponnya

berbunyi dari orang yang penting akan lebih cepat memfokuskan dirinya
mendengar suara telepon berbunyi dibandingkan orang lain yang tidak

menganggap bahwa suara telepon atau orang yang akan menelpon adalah

orang yang penting.

- Ketertarikan

Faktor ini menunjukkan jika seseorang memiliki ketertarikan pada satu hal,

maka ia akan memfokuskan perhatiannya pada objek tersebut.

2.2.2 Hipotesis

Ada perbedaan rangking yang di lihat dari perbedaan waktu saat

menyebutkan bentuk gambar yang tidak disertai kata dengan yang disertai kata.

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan The

One Shot Case Study.

2.3.2 Sarana Penelitian

Sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komputer jinjing

2. Slide efek Stroop

3. Stopwatch
2.3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dijalankan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan segala sesuatunya termasuk sarana yang akan

digunakan.

2. Observer menempati tempat duduk yang telah disediakan.

3. Peneliti mempersilahkan subjek penelitian (OP) memasuki tempat penelitian.

4. OP duduk di depan komputer jinjing dengan jarak kurang lebih setengah

meter.

5. Peneliti memberikan instruksi awal berupa pengantar pada OP.

6. Peneliti memberikan instruksi penelitian sebagai berikut: “Nanti di hadapan

Saudara, akan kami tunjukkan serangkaian slide. Slide bagian pertama akan

berisi tentang sejumlah bentuk dan nama dari bentuk-bentuk tersebut, tugas

Saudara adalah menghapalkannya. Slide bagian kedua akan terdiri dari dua

buah slide, tugas saudara menyebutkan dengan secepat mungkin bentuk-

bentuk yang Saudara lihat secara berurutan dari samping kiri ke kanan dan

dari atas ke bawah dengan menggunakan suara yang dapat terdengar oleh

saya, Jika, Saudara merasa salah menyebutkan, silahkan segera memperbaiki

kesalahan Saudara sebelum menyebutkan bentuk selanjutnya. Apakah ada

pertanyaan? Bisa kita mulai?”

7. Peneliti memberikan instruksi akhir berupa penutup pada OP.

8. Peneliti mempersilahkan dan menemani OP keluar ruangan.

9. Peneliti masuk kembali ke dalam ruangan dan membenahi segala sesuatunya.


2.4 Hasil

2.4.1 Pencatatan Hasil

No Nama Pola I* Pola II*


1. FM 45 34.12
2. DT 53 46
3. MH 51.03 33.47
4. HSN 45 31.25
5. IA 21.59 35.43
Ket. * Waktu dalam detik.

2.4.2 Pengolahan Hasil

Data yang diperoleh dalam penelitian ini di analisis dengan uji Wilcoxon.

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Pola2 - Pola1 Negative Ranks 4 2,75 11,00

Positive Ranks 1b 4,00 4,00


c
Ties 0

Total 5

a. Pola2 < Pola1


b. Pola2 > Pola1
c. Pola2 = Pola1

Test Statisticsa

Pola2 - Pola1

Z -,944b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,345

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.


2.4.3 Observasi

2.4.3.1 Kondisi Fisik

1. Ruangan yang digunakan untuk eksperimen telah disiapkan sebelumnya,

sehingga posisi meja dosen dan bangku kuliah telah diatur sedemikian rupa,

dimana 3 bangku diatur untuk tempat dilakukannya eksperimen.

2. Pencahayaan di ruangan memadai karena pelaksanaan eksperimen sekitar

pukul 15.40 WITA

3. Beberapa kali terdengar suara pintu yang dibuka selama eksperimen

berlangsung.

2.4.3.2 Kondisi Psikologis

1. Ketika dijelaskan mengenai prosedur pelaksanaan eksperimen, subjek

penelitian mengangguk dan mengatakan jika ia mengerti apa yang

disamapikan.

2. Saat eksperimen berlangsung, tatapan mata subjek peneltian tidak terlepas dari

layar laptop.

3. Subjek penelitian mengungkapkan jika dirinya merasa tegang selama

mengerjakan soal yang diberikan.

4. Selama mengerjakan soal, subjek penelitian mengucapkan dengan jelas bentuk-

bentuk yang ditampilkan dengan tempo normal dan tidak terburu-buru.

5. Subjek penelitian tersenyum beberapa saat ketika menyadari jika jawaban yang

diucapkannya sudah tepat.


6. Subjek penelitian mengaku merasa terganggu ketika bagian terakhir menjawab

soal karena pintu ruangan yang dibuka saat itu.

2.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, diperoleh hasil dengan Asymp Sig. = 0,345;

nilai Sig, yang dihasilkan >0.05, artinya H0 diterima. Hal tersebut berarti tidak ada

perbedaan ketika seseorang diminta untuk menyebutkan nama yang disertai kata

dan tidak disertai kata-kata. Dengan kata lain, Ha ditolak.

Jika dikaitkan dengan teori, maka hasil yang diperoleh setelah uji Wilcoxon

tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan Cohen& McClelland (1988) yang

mengungkapkan jika partisipan secara konsisten lebih cepat ketika diminta untuk

membaca kata dibandingkan menyebutkan nama warna. Adanya perbedaan yang

ditemukan ini dapat disebabkan oleh pengaruh aspek psikologis partisipan yang

tidak melakukan prosedur tes dengan baik, sehingga terjadi banyak kesalahan dan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab.

2.6 Simpulan

Dalam penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

rangking yang dilihat dari perbedaan waktu ketika diberikan gambar tanpa kata

dan gambar dengan kata.

2.7 Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Membantu peserta didik dalam proses belajar di kelas untuk memfokuskan

perhatiannya pada materi yang disampaikan oleh pengajar. Karena atensi


merupakan proses pemusatan pemikiran pada satu stimulus dan disaat

bersamaan akan terjadi blocking stimulus yang lain. Proses ini dilakukan secara

sadar. (Suharnan, 2005).

2. Dalam kajian bidang klinis, atensi sering dikaitkan dengan mental dan

abnormalitas, seperti mendeteksi adanya gangguan pada neurologi atensi yaitu

ADHD (Solso, 2008).

3. Konsep atensi juga dapat membantu individu dalam memahami materi-materi

tertentu dengan cara memberikan perlakuan pada tulisan tertentu sehingga

mecolok dan membedakannya dengan tulisan yang lain sehingga perhatian kita

terpusat pada materi inti yang ingin dipahami (Morgan, 1986).

4. Atensi juga membantu para psikolog atau konselor untuk mengaplikasikan

konsep ini ketika menghadapi klien. Ketika psikolog memberikan atensi penuh

pada kliennya maka akan membantu proses konseling yang dilakukan dan

mendapatkan penanganan yang tepat (Solso, 2008).

5. Membantu profesi tertentu untuk menjalankan tugasnya seperti profesi pilot

untuk memfokuskan perhatiannya ketika sedang mengudara (Wuhr, 2007).


Makassar, 5 November 2015
Asisten Praktikum Asisten Praktikum

Hardianti Rafik Erni Damayanti


NIM Q11112272 NIM Q11113031

Peneliti

Nurul Fitria Majid


NIM Q11114017

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hildgard, E. R. (1987). Introduction to


Psychology. San Diego: Horcourt Brace Jovanovich Publisher.
Cohen, J., Dunbar, K., & McClelland, J. L. (1988). On the Control of Automatic
Processes. A Parallel Distributed Processing Model of The Stroop Effect , 1-
86.
Gilliand, A.R & Steven, S.M. (1935). General Psychology. Boston, New York
D.C. : Heath and Coporation

Goldstein, E.B. (2014). Sensation and Perception. USA: Wadsworth


Lezak, M. D. (2004). Neuropsychological assessment. Oxford university press.

Maanen, V. L., & Van Rijn, H. (2010). The locus of the Gratton effect in picture–
word interference. Topics in Cognitive Science, 2(1), 168-180.
Morgan, C. T. (1979). Introduction to Psychology Sixth Edition. Japan: Mc Graw
Hill.
Morgan, C. T. (1986). Psychology. Singapore: McGraw Hill.

Solso, Robert L. 2008. Psikologi Kognitif.Jakarta: Erlangga

Spreen, O & Strauss, E., Sherman, E. M.,. (2006). A compendium of


neuropsychological tests: Administration, norms, and commentary. Oxford
University Press, USA.
Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif Edisi Revisi. Surabaya: Srikandi
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi
Wuhr, Peter. (2007). Journal of General Psychology: A Stroop Effect for Spatial
Orientation. Erlangen University, Germany. 285–294

Anda mungkin juga menyukai