Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI KONGNITIF

SENSASI PERSEPSI ATENSI DAN PENGENALAN OBJEK


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kongnitif
Dosen pengampu :
Jazzy Rolanda, S.Psi., M.Psi

Oleh:

Kelompok I

1. Adam Naufal (2018410002)


2. Firman Budiman (2018410029)
3. Saepul Alam (2018410033)

FAKULTAS PSIKOLOGI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAPATA AL-JAWAMI
2019
Daftar Isi

PSIKOLOGI KONGNITIF............................................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. SENSASI ............................................................................................................................... 4
B. PERSEPSI ............................................................................................................................. 4
C. ATENSI ................................................................................................................................. 5
D. PENGENALAN OBJEK ..................................................................................................... 7
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam psikologi kognitif, pemrosesan informasi mengacu pada dunia fisik


(eksternal) sekaligus dunia mental (internal). Penghubung realitas eksternal dunia mental
berpusat pada sistem sensorik, yaitu sensasi dan persepsi. Sensasi (sensation) mengacu
pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Sedangkan persepsi (perseption)
melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterprestasian terhadap informasi sensorik.
Tetapi pada dasarnya, sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli, persepsi
mengacu pada interprestasi hal-hal yang diindera. Selain sensasi dan persepsi, individu
juga mengenal tentang atensi (perhatian). Atensi adalah pemusatan pikiran, dalam bentuk
yang jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran.
Pemusatan kesdaran adalah intisari atensi. Atensi mengimplikasikan adanya pengabaian
objek-objek lain agar sanggup menangani objek-objek tertentu secara afektif. Secara
umum atensi adalah upaya pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau
peristiwa-peristiwa mental. Penelitian terhadap atensi mencangkup lima aspek utama, yaitu
kapasitas pemrosesan dan atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi,
kesadaran, dan neurosains kognitif. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
Sensasi, Persepsi dan Atensi dan Pengenalan Objek.
BAB II

PEMBAHASAN
A. SENSASI

Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai indra individu. Sensasi


berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal.
Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat
indera.”
Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan
sangat penting. Individu mengenal lima alat indera atau pancaindera. Individu
mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber
informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari
dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya,
telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya,
system peredaran darah). Gerakan tubuh individu sendiri diindera oleh propriseptor
(misalnya, organ vestibular).

B. PERSEPSI

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-


hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi
adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor
personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni
perhatian.
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh
otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat di kategorikan menjadi:
1. Factor fungsional
Factor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati),
pelayanan dan pengalaman masa lalu seorang individu.
2. Factor structural
Factor-faktor structural berarti bahwa factor-faktor tersebut timbul atau
dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari
system syaraf individu.
3. Factor situasional
Factor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal, petunjuk proksemik,
petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralingiustik adalah beberapa dari
factor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4. Faktor personal
Factor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-
turut: emosi, impresi dan konteks.
Emosi akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah
informasi pada suatu saat, karena sebagian energy dan perhatiannya adalah
emosi tersebut. Seorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan
pacar dan mengalami kemacetan mungkin akan mempersepsikan lelucon
temannya sebagai penghinaan.
Impresi. Stimulus yang salient/menonjol akan lebih dahulu mempengaruhi
persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna yang kontras, atau suara yang
keras akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi focus
dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan
berpenampilan menarik akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan
persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.
Konteks, walaupun factor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang
penting. Malah mungkin yang paling penting . konteks bisa secara sosial,
budaya atau lingkungan fisik. Konteks memberikan background yang sangat
menentukan bagaimana figure dipandang. fokus pada figure yang sama, tetapi
dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.

C. ATENSI
Atensi adalah cara-cara aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas
dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indra, memori yang tersimpan,
dan oleh proses-proses kognitif individu yang lain.
Atensi mencakup proses-proses sadar maupun bawah sadar → proses sadar
relatif lebih mudah dipelajari, sementara proses bawah sadar lebih sulit karena tidak
disadari oleh individu. individu lebih mudah mengingat informasi yang
mendapatkan atensi ketimbang informasi yang diabaikan. Contohnya, individu
mampu mengingat informasi yang individu lihat di tv saat individu menyimak
dengan seksama (memberi antensi), sementara saat individu melakukan kegiatan
lain sembari menonton tv, atensi individu teralih dan individu tidak mampu
mengingat informasi yang terdapat di tv.
Kesadaran mencakup perasaan tentang apa yang disadari maupun isinya,
yang darinya bisa individu gunakan untuk memfokuskan atensi. Oleh karena itulah
atensi dan kesadaran membentuk dua sistem operasi yang kesannya tumpang
tindih. Dahulu psikolog yakin atensi sama dengan kesadaran, namun sekarang
mereka menemukan bahwa sejumlah pemrosesan atensi yang aktif terhadap
pemrosesan indrawi, informasi yang diingat-ingat dan informasi kognitif, bisa
berjalan diluar kesadaran individu. Contoh: pada saat ini anda dapat menyetir
sambil secara sadar melakukan aktivitas yang lain, misal mengobrol, meskipun hal
ini tidak dapat dilakukan jika anda tidak sadar sepenuhnya.
Namun demikian, keuntungan yang diperoleh dari atensi akan semakin
besar bila individu menjadikan proses-prosesnya disadari. Atensi yang disadari
mengandung 3 tujuan bagi kognisi, yaitu:

1. Atensi membantu pemonitoran interaksi-interaksi individu dengan lingkungan.


Melalui pemonitoran individu mempertahankan kesadaran tentang seberapa
baiknya individu beradaptasi dengan lingkungan individu. Contoh, saat individu
berada dalam kelas, individu memiliki kemampuan untuk bertahan duduk dan
berperilaku berbeda seperti saat individu sedang di tengah pesta. Hal itu terjadi
karena individu memberi atensi pada situasi dan interaksi individu di tengah
lingkungan.
2. Atensi membantu individu mengaitkan masa lalu (memori) dan masa kini
(pencerapan), memberikan individu pemahaman tentang kontinuitas pengalaman.
Contoh, saat menonton serial sinetron di tv, seseorang mampu mengaitkan cerita
dari episode baru yang sedang ia tonton dengan episode sebelumnya karena ia
memberi atensi terhadap sinetron tersebut.
3. Atensi membantu individu mengntrol dan merencanakan tindakan-tindakan ke
depan. Individu dapat melakukannya berdasarkan informasi yang individu peroleh
dari pemonitoran dan pengaitan memori masa lalu dan pencerapan masa kini.

D. PENGENALAN OBJEK

Kemampuan mengenali jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu


karakteristik mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan
kemampuan kognitif yang pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak
usaha. Adanya pengenalan pola (pattern recognition) melibatkan sebuah interaksi
rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan
pengenalan terhadap pola tersebut.
1. Teori Perseptual
Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori
utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif
(constructive perception) menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi
dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori.
Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap
dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar (unconscious
interference), yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk
menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua, persepsi langsung (direct
perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara
langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi
namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.

2. Pengenalan pola visual


Masing – masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama
lain, sedangkan perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka
organsiasional. Seorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat
interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal –
sinyal informasi. Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan
heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya
bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan individu melihat yang
sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi menggambarkan cara pikiran
mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran
dalam pengenalan objek adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (ilusory
contour). Dalam kontur ilusoris ini terdapatinhibisi lateral (lateral
inhibition) yakni tendensi dari elemen – elemen neural yang saling berdekatan
dalam retina untuk merintangi sel - sel di sekelilingnya, sehingga memperkuat
kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt mengajukan argumen bahwa manusia
membentuk ilusi – ilusi subjektif karena adanya figur sederhana dan familiar dalam
wujud yang baik di sebuah lingkungan. Gagasan ini dikenal sebagai
hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt.

3. Teori Gestalt
Organisasi pola (pattern organization) bagi psikolog Gestalt melibatkan
kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui
gabungan seluruh sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923)
diorganisasikan secara natural. Hukum – hukum Gestalt meliputi :
a.Hukum keterdekatan (law of promiximity)
b.Hukum kesamaan (law of similarity)
c.Hukum penutupan (law of closure)
d.Hukum simetri (law of symetry)
e.Hukum kontinuitas (law of continuity)
f.Hukum nasib bersama (law of common fate)
Asumsi yang dikemukakan oleh Kohler, awalnya, bahwa pengorganisasian spontan
terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun
demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut.
Studi terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif
telah memperluas bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog
kognitif modern berkonsentrasi pada struktur – struktur dan proses – proses internal
yang berhubungan dengan pengenalan pola yang rumit, alih – alih menekankan
pada karakteristik dari stimuli sederhana.

4. Pemrosesan Bottom – Up Vs Pemrosesan Top – Down


Terdapat dua pola dalam mengenali suatu pola. Teori
pertama, pemrosesan bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang
mengatakan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian –
bagian spesifik suatu pola sebagai landasannya. Teori kedua, pemrosesan top –
down (top – down processing)mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan
diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian
pola tersebut.
Pemrosesan top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti
menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan
berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.

5. Pencocokan template
Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali pola dan objek
disebut teoripencocokan template (template maching). Teori pencocokan
template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak melakukan
pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentu internal yang tersimpan
dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori pencocokan template
akan menghadapi kesulitan.

6. Analisis fitur
Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana individu menyaring
informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (feature analysis). Teori ini
mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat
tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke
retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih sederhana.Dua aliran utama penelitian –
neurologis dan behavioral – telah mendukung hipotesis analisis – fitural.
7. Pencocokan prototype
Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk template yang spesifik atau
bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola yang harus diidentifikasi,
individu akan menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah
teori pengenalan pola, pencocokan template memiliki kegunaan dalam program –
program komputer, namun dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak
dapat menjelaskan pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan
ekonomis.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Manusia adalah satu kesatuan dari makhluk hidup yang dapat memproses
sebuah objek secara mendetail, mulai dari sensasi sebagai tahap stimuli, persepsi
sebagai gambaran dari pengalaman mengenai sebuah objek, atensi yang mana dapat
memperhatikan objek, juga pengenalan objek sebagai gabungan dari tahap-tahap
sebelumnya, sehingga mengetahui bahwa objek tersebut memang benar sebagai hasil
dari pemrosesan dari setiap tahap - tahapan tadi. Kajian tentang kognitif manusia
masih luas, hingga sekarang masih banyak peneliti-peneliti yang konsisten terhadap
penelitiannya. Maka dari itu sebagai manusia, alangkah baiknya bilamana manusia
memelihara apa yang telah dberi dan berusaha melampaui apa yang telah didapat.

Anda mungkin juga menyukai