hari
Saya akan memberi contoh kasus yang berhubungan dengan psikoanalisis di kehidupan
sehari-hari saya dirumah.
sekian contoh kasus yang dapat saya berikan , semoga dengan kasus ini teman-teman
dapat bisa mengontrol diri untuk membentuk pribadi yang sehat yah
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund
Freud. Psikoanalisis adalh sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat
manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari
tiga aliran utama psikologi. Yang kedua behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah
psikologi eksistensial – humanistik.
1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat
manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.
3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kepribadian dimasa dewasa.
Menurut pendangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem atau aspek,
yaitu: Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Super Ego (Das Ueber Ich).
Id (Das Es)
Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “ menutup mata “
terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek
kenyataan yang membangkitkan kecemasan. Kecemasan atas kematian orang yang
dicintai, misalnya sering dimanifestasikan oleh fakta penyangkalan terhadap kematian.
Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan
kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran, atau
bisa menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.
Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego
kepada orang lain. Seorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia
tidak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, proyeksi, seorang akan
mengutuk orang lain karena “kejahatannya†dan menyangkal memiliki dorongan
jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya
terdapat dorongan yang dianggap jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini.
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak
sadar. Jika perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang
menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan yang
bisa menimbulkan ancaman itu. Contohnya, seorang ibu yang memiliki perasaan menolak
terhadap anaknya, karena adanya perasaan berdosa, ia menampilkan tingkah laku yang
sangat berlawanan, yakni terlalu melindungi atau “terlalu mencintai†anaknya.
Orang yang menunjukkan sikap menyenangkan yang berlebihan atau terlalu baik boleh
jadi berusaha menutupi kebencian dan perasaan-perasaan negatifnya.
Fiksasi
Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-
tuntutannya tidak terlalu besar. Contohnya seorang anak yang takut sekolah
memperlihatkan tingkah laku infantil seperti menangis, mengisap ibu jari, bersembunyi,
dan menggantungkan diri pada guru. Atau, ketika adiknya lahir, seorang anak kembali
menunjukkan bentuk-bentuk tingkah laku yang kurang matang.
Rasionalisasi
Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial
lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Contohnya dorongan dorongan agresif
yang ada pada seseorang disalurkan ke dalam aktivitas bersaing di bidang olahraga
sehingga dia menemukan jalan bagi pengungkapan perasaan agresifnya, dan sebagai
tambahan dia bisa memperoleh imbalan apabila berprestasi dibidang olahraga itu.
Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal
atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau. Seseorang anak yang ingin
menendang orang tuanya kemudian menendang adiknya, atau jika adiknya tidak ada,
menendang kucing.
Tapi, Pertahanan yang pokok adalah represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan
regresi (Supratiknya, 1993: 86).
Tujuan-tujuan Terapeutik
Hubungan klien dengan analis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi
inti pendekatan psikoanalitik. Transferensi mendorong klien untuk mengalamakan pada
analis “urusan yang tak selesaiâ€, yang terdapat dalam hubungan klien di masa
lampau dengan orang yang berpengaruh. Proses pemberian treatment mencakup
rekonstruksi klien dan menghidupkan kembali pengalaman- pengalaman masa
lampaunya. Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konfik-konflik
masa dininya yang menyagkut cinta, seksual, kebencian, kecemasan, dan dendamnya,
membawa konflik-konflik itu ke saat sekarang, mengalaminya kembali, dan
menyangkutkannya pada analis.
Jika analis mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras yang berasal dari
konflik-konfliknya sendiri, maka akan terjadi kontratransferensi. Kontratransferensi ini
bisa terdiri dari perasaan tidak suka atau keterikatan dan keterlibatan yang berlebihan.
Kontratransferensi dapat mengganggu kemajuan terapi karena reaksi-reaksi dan masalah-
masalah klien. Analis diharapkan agar relatif objektif dalam menerima kemarahan, cinta,
bujukan, kritik, dan peraaan-perasaan lainnya yang kuat dari klien.sebagian besar
program latihan psikoanalitik mewajibkan calon analis untuk menjalani analis yang
intensif sebagai klien. Analis dianggap telah berkembang mencapai taraf dimana konflik-
konflik utamanya sendiri terselesaikan, dan karena dia mampu memisahkan kebutuhan-
kebutuhan dan masalah-masalahnya sendiri dari situasi terapi. Jika analis tidak mampu
mengatasi kontratransferensi, maka dianjurkan agar kembali menjalankan analis pribadi.
Lima teknik dasar terapi psikoanalitik adalah: asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi
atas resistensi, dan analisis atas transferensi.
1) Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman
masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di
masa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas
berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam
ketaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien
terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan
kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien,
membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang
mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.
2) Penafsiran
3) Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang
tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang
tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju
ketaksadaranâ€, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan,
dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu
mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang
merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima,
yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi is laten
mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas
analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-
simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta
klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna
menyingkap makna-makna yang terselubung.
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien
mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika
tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak
bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan
perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang
mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus
menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.
Contoh kasus :
Contoh kasus 1
klien pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci
pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan
membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan
katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan
kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju
boneka.
Ini merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk
memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.
Contoh kasus 2
Kasus yang kedua adalah tentang fobia. Semua penanganan psikoanalisis terhadap fobia
berupaya mengungkap konflik-konflik yang ditekan yang diasumsikan mendasari
ketakutan ekstrem dan karakteristik penghindaran dalam gangguan ini. Karena fobia
dianggap sebagai simtom dari konflik-konflik yang ada di baliknya, fobia biasanya tidak
secara langsung ditangani. Memang, upaya langsung untuk mengurangi penghindaran
fobik dikontraindikasikan karena fobia diasumsikan melindungi orang yang bersangkutan
dari berbagai konflik yang ditekan yang terlalu menyakitkan untuk dihadapi.
Contoh kasus 3
Saya memiliki teman dekat dimana dari kecil dia adalah anak yang penakut akan hal-hal
gaib. Sehingga, semasa kecil dia selalu takut untuk menonton film seram. Ditambah lagi
mendengar cerita seram dari orang-orang terdekatnya. Namun hal itu tetap dia lakukan.
Sampai-sampai dia pernah terbawa mimpi akibat menonton film seram yang
menyebabkan dia ngompol karena rasa takut yang dia rasakan. Disamping itu, dia juga
termasuk anak yang sangat aktif dalam melakukan suatu aktivitas. Setiap pulang sekolah
dia bermain bersama teman-teman. Namun, hal itu membuat ayahnya marah. Karena
setiap pulang sekolah dia suka bermain, yang seharusnya tidur siang. Sehingga keniginan
untuk bermain sering tertunda. Jika ayahnya tidak dirumah dia suka bermain. Begitu pula
sebaliknya, jika beliau ada dirumah pastinya dia tidak boleh keluar dan disuruh tidur
siang. Itu adalah kasus yang teman saya alami dari umur 6- 10 tahun. Sehingga, pada
tahun-tahun tersebut perkembangan kepribadian teman saya mengalami gangguan yang
menyebabkan dirinya berperilaku sama pada tahun sebelumnya (terjadi regresi).
pembahasan :
Kasus yang teman saya alami adalah mengompol sewaktu berusia 6-10 tahun akibat rasa
takut akan hal-hal gaib dan tertundanya melakukan aktivitas yang aktif seperti bermain
hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut saya hubungkan dengan teori psikanalisis oleh
Sigmund Freud khususnya mengenai analisis mimpi. Freuds bekerja sangat dipengaruhi
orang-orang ahli analisis mimpi. Bukunya The Interpretation of Dream (Die
Traumdeutung) pertama kali diterbitkan tahun 1899. Di sini, ia menjelaskan bahwa
mimpi sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.
Dia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi
pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari
sebelumnya. Sebagian besar mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan, keinginan
dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar kita. Bahkan mimpi negatif dapat
ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Hal ini terjadi
pada teman saya, karena setiap menonton dan mendengar hal-hal yang gaib membuat
dirinya ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan mengompol yang tidak dia harap
akan terjadi.
Definisi Mimpi Menurut Freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan
tidur. Baginya, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari
keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Jika Freud
seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis
yang salah, selip bicara (keprucut), maupun lelucon.
Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan
terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998)
bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan
menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang
diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mengungkapkan kekesalan,
keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi
sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi.
(tertundanya pemenuhan keinginan teman saya untuk bermain bersama teman-teman).
Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan
pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi
keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi
yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk
mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat,
ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang.
Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap, maka untuk
penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Contoh kasus 4
Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan skizofrenia paranoid dan diterapi
menggunakan pendekatan psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik asosiasi
bebas.
Pada sesi I ini terapis dan klien membangun komunikasi yang nyaman dan membangun
kepercayaan. Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang lebih besar,
terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji berbagai hubungan Interpersonalnya.
Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang
terlintas dalam pikirannya saat itu tanpa ada hal-hal yang disensor (moment catarsis).
Dan terapis membantu klien untuk menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan.
Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk bisa insigth. Setelah itu terus
menerus menginterpretasikan dan mengidentifikasikan masalah klien. Kemudian
berusaha mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari insigth.
Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini Klien diminta untuk
mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat ini
tanpa ada hal yang disensor (katarsis). Terapi membantu klien menganalisa mengenai hal-
hal yang dikatarsiskan, kemudian terapis membimbing klien untuk insight, dengan terus-
menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien dan mkemudian mengajak
klien merealisasikan hal yang didapatkan dari insight.
Sumber:
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Bandung: PT
Refika Aditama.
Selvera, Nidya Rizky. (2013). Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi untuk mengenali
gejala penderita skizofrenia paranoid. Jurnal Procedia Studi Kasus dan Intervensi
Psikologi Volume 1.
Suryabrata, S. (2005). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi
logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif
kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk
pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
Daftar isi
1 Periode sensorimotor
2 Tahapan praoperasional
3 Tahapan operasional konkrit
4 Tahapan operasional formal
5 Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
6 Proses perkembangan
7 Isu dalam perkembangan kognitif[1]
o 7.1 Tahapan perkembangan
o 7.2 Natur dan nurtur
o 7.3 Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
8 Sudut pandang lain
9 Referensi
10 Bacaan lebih lanjut
11 Referensi
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget
berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman
spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang
secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya
berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti
logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini
muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
Universal (tidak terkait budaya)
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.
Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label
"burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang
tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi
secara umum.
Tahapan perkembangan
Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat
empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir
telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa
kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun
terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan
dengan usia 15 tahun.
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan
perkembangan kognitif.
1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak
secara fisik dan mental proses
2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur
biologis yang teratur
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari
perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya
akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak.
Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky
menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-
tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
Referensi
Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and
individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth
Publishers.
Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford :
Blacwell publishing
Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic
Books.
Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques
Voneche Gruber, New York: Basic Books.
Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child
Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–
259.
Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
Seifer, Calvin "Educational Psychology"
Teori kognitif
1. 1. MAKSUD TEORI KOGNITIF IMPLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM
PEMBELAJARAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI
PEMBELAJARAN KOGNITIF
2. 2. TEORI BELAJAR KOGNITIF ? Proses internal manusia Interaksi Proses
mental Pengalaman dan Pengetahuan Berkesinambung an
3. 3. • • • Pendekatan kognitif menekankan pada proses mental. Informasi yang
diterima, diproses melalui pemilihan, perbandingan dan penyatuan dengan
informasi lain yang ada dalam ingatan. Penyatuan informasi ini kemudian akan
diubah dan disusun kembali. Otak kita akan memproses secara aktif informasi
yang diterima dan menukar informasi kepada bentuk atau kategori baru.
4. 4. Tahap Perkembangan dalam Teori Belajar Kognitif Enaktif Dalam tahap ini
pelajar akan memahami lingkungan sekitar melalui pengetahuan motorik.
Ikonik Dalam tahap ini pelajar memahami lingkungan sekitar melalui visualisasi
verbal/gambar-gambar Simbolik Dalam tahap ini pelajar memahami
lingkungan sekitar melalui simbol-simbol bahasa
5. 5. Teori Pembelajaran Pengolahan Informasi
6. 6. PRINSIP TEORI BELAJAR KOGNITIF Teori ini banyak digunakan dalam
dunia pendidikan Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan
memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logik
tertentu Penyusunan prosuder pengajaran harus dari sederhana ke kompleks
Proses pembelajaran dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan
hanya menghafal
7. 7. MENURUT PARA AHLI Teori GESTALT Max Wertheimer Konfigurasi,
Struktur, Pemetaan Insight/aha
8. 8. o Teori ini meletakkan konsep pada insight . o pengamatan atau pemahaman
mendadak dalam suatu situasi permasalahan (sering diungkapkan dengan
pernyataan “aha” ) . o teori gestalt berpendapat bahawa seseorang memperoleh
pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara
menyeluruh. o menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana
difahami. sehingga lebih mudah
9. 9. JOHN DEWEY Beliau mengemukakan bahawa pembelajaran bergantung pada
pengalaman dan minat pelajar sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya
saling berkaitan. Pelajar harus bersifat aktif dan berpusat pada pelajar Student
Centered Learning
10. 10. JEAN PIAGET Fikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau
skemata (jamak yang dikenali sebagai struktur kognitif. Dengan menggunakan
skema itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya sehingga
terben skema yang baru, iaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Cognitive-
Developmental Asimilasi Akomodasi Equilibrium Proses Pembelajaran
11. 11. JEROME BRUNNER Discovery Learning Teori ini menyatakan bahawa cara
terbaik bagi seseorang untuk mula belajar konsep dan prinsip dalam diri mereka
adalah dengan mengkonstruk konsep dan prinsip yang akan dipelajarinya.
12. 12. LEV VYGOTSKY SCAFFOLDING Proses pembelajaran bagi kanak-kanak
lebih baik dilakukan dengan berinteraksi dalam lingkungan sosialnya.
Pengetahuan dalam pembelajaran akan lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang. Pembelajaran berdasarkan scaffolding iaitu memberikan
strategi yang tepat untuk penyelesaian sesuatu masalah.
13. 13. 1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengemukakan idea. 2.
Memberi kesempatan kepada pelajar untuk berfikir tentang pengalamannya. 3.
Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mencuba perkara baru 4. Memberi
pengalaman yang berhubungan dengan tujuan pelajar 5. Mendorong pelajar untuk
memikirkan perubahan untuk mencapai matlamat mereka. 6. Mencipta
lingkungan yang kondusif.
14. 14. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI BELAJAR KOGNITIF a.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif Dapat meningkatkan kemampuan pelajar
untuk menyelesaikan masalah (problem solving) b. Dapat meningkatkan
motivasi Kekurangan Teori Belajar Kognitif Tidak dapat diukur melalui
seorang pelajar sahaja , maksudnya kemampuan pelajar harus diperhatikan secara
menyeluruh.
Teori behaviorisme
1. 1. TEORI BEHAVIORISME(IVAN PAVLOV,WATSONS, B.F SKINNER,
THORDIKE)NAMA AHLI KUMPULAN :1) MUHAMMAD SHADZWAN BIN
MOHD ADNAN2) CHING HUEY YI3) NOR SHAHIDA BINTI SARONI
2. 2. JENIS TEORI BEHAVIORISMEPELAZIMAN KLASIK PELAZIMAN
OPERANIVAN PAVLOV THORNDIKE WATSON SKINNER
3. 3. No Tokoh Pandangan Eksperimen1. Ivan Petrovich Pavlov, dengan teori
“Classical Conditioning”. Teori ini Eksperimennya adalah seekor Pavlov
mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi melalui gerakan- anjing dan manusia.
Dalam (1849-1936) gerakan refleks bersyarat, atau dapat dikatakan bahawa
refleks eksperimen tersebut dia bersyarat itu sebenarnya adalah merupakan suatu
reaksi menyimpulkan bahawa setiap sebagai hasil belajar. individu boleh berubah
tergantung stimulus yang diberikan.2. Edward Lee Thorndike, yang terkenal
dengan teori “Connectionisme” yang Eksperimennya adalah seekor Thorndike
menyatakan bahawa: belajar merupakan proses pembentukan kucing. Melalui
eksperimen (1874-1949) hubungan-hubungan antara stimulus dan respons. Teori
ini juga tersebut dia menghasilan teori sering disebut sebagai” Trial” dan “Error
Learning”. “ trial dan error”.3. Burrhus Frederic Belajar adalah suatu proses yang
memerlukan adanya suatu Eksperimennya adalah seekor Skinner reward
(penghargaan) dan reinforcement (peneguhan). Kerana tikus dan burung merpati.
Dari (1904-1990) melalui proses itulah perilaku individu dikendalikan menurut
hasil tersebut dia menjelaskan apa yang diinginkan. Skinner berpendapat bahawa
dalam bahawa unsur terpenting belajar yang paling penting adalah adanya
reinforcement atau dalam belajar adalah penguatan. Dan teori ini biasa disebut
sebagai teori “operant penguatan dan penguatan conditioning” . boleh bersifat
positif atau negatif.
4. 4. 1) KLASIK IVAN PAVLOV HUKUM proses asas pembelajaran ialah
pembentukan perkaitanRangsangan Gerak Balas Agen persekitaran Tingkah laku
yang timbul yang timbulkan akibat rangsangan Gerak balas
5. 5. Sebelum Proses pelaziman Selepas pelaziman pelaziman Rangsangan tak
Eksperimen : Rangsangan tak terlazimterlazim (Makanan) 1.Bunyi loceng
(makanan) 2.Tunggu sementara Gerak balas tak 3.Diberikan makanan terlazim
4.Proses berulang-ulang Gerak balas tak terlazim (perembesan) (perembesan)
TETAPI DANRangsangan neutral Rangsangan Terlazim (bunyi loceng) (bunyi
loceng) Tiada gerak balas Gerak balas terlazim(tiada perembesan) (perembesan)
6. 6. PERALATAN EKSPERIMENT PAVLOV anjing melihat bekas dengan
makanan anjing mengeluarkan air liurKesimpulan :anjing tersebut telah belajar
mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makananyang akan diberikan
kelak.Hipotesis :sesuatu organisme boleh diajar bertindak dengan pemberian
sesuaturangsangan.
7. 7. KESIMPULAN KAJIAN PAVLOVTINGKAHLAKU KESIMPULAN
Penguasaan atau bagaimana organismaPENGUASAAN mempelajari sesuatu
gerak balas atau respon baru (Acquisition) berlaku berperingkat-peringkat. Lebih
kerap organisma itu mencuba, lebih kukuh penguasaan
berkenaan.GENERALISASI Sesuatu organisma itu dapat membuat
generalisasi(Generalisation) dan akan diikuti dengan gerak balas Organisma dapat
membezakan antara rangsangan DISKRIMINASI yang dikemukakan dan
memilih untuk bergerak(Discrimination) balas kepada sesuatu rangsangan tetapi
tidak kepada rangsangan yang lainPENGHAPUSAN Sekiranya sesuatu
rangsangan terlazim tidak (Extinction) diikuti dengan rangsangan tak terlazim,
lama kelamaan organism itu tidak akan bergerak balas
8. 8. 2) KLASIK WATSONPrinsip kekerapan Prinsip Pembelajaran yang
dikemukakan oleh WatsonPrinsip tempoh kebaruan HUKUM
9. 9. Teori pelaziman Klasik Watson Mengikut Watson, tingkahlaku manusia ialah
sesuatu refleks terlazim. Watson berpendapat, gerakan refleks yang mudah
berlaku secara semulajadi dan tidak perlu dipelajari. Manusia mempelajari gerak
balas untuk menyesuaikan diri mereka dalam situasi- situasi baru.
10. 10. PERALATAN EKSPERIMENT WATSONTikus putih Tidak takut Bunyi yang
kuatTikus putih dilazimkan TakutTikus putih Takut
11. 11. Bagi Watson, emosi manusia boleh dilazimkan.
12. 12. 3) OPERAN THORNDIKE HUKUMTiga hukum Thorndike iaitu : 1) Hukum
Kesediaan (HK), 2) Hukum Latihan (HL) 3) Hukum Kesan (HK)
13. 13. HUKUM PEMBELAJARAN THORNDIKE HUKUM KESEDIAAN
HUKUM LATIHAN HUKUM KESAN Kesediaan dari segi Latihan yang
diulang- Kesan yang psikomotor, efektif, ulang untuk tingkatkan
menyeronokkankognitif sebelum boleh kemahiran meningkatkan pertalian belajar
antara ransangan dan gerak balas.
14. 14. PERALATAN EKSPERIMENT THORNDIKE Makanan di kucing cuba
Pelbagai strategi **terpijakluar sangkar keluar selak pintuKkesimpulan : Kucing
tersebut akan melakukan kaedah cuba jaya sekiranya ia dikurung semula ke dalam
Dapat keluar sangkar itu
15. 15. Hukum pembelajaran Mengikut Thorndike Hukum Kesediaan Hukum latihan
Hukum kesan ( low of readiness ) ( low of exercise ) ( low of effect )•Persiapan
individu •Semakin banyak latihan •Rangsangan dan gerakuntuk memulakan yang
dijalankan, semakin balas bertambah kukuhsesuatu aktiviti kukuh ikatan (asosiasi
jika individu mendapatpembelajaran. gerak balas) dengan kesan yang
memuaskan•Menekankan ganjaran rangsangan yang selepas gerak balashanya
berkesan jika berkenaan. dihasilkan.pelajar ada
kesangupanmenerimanya•Kesediaan dari segikognitif, psikomotor,efektif
16. 16. 4) OPERAN SKINNER HUKUM SKINNER Perlakuan harusdiperhatikan
dalam jangka masa yang panjang dan Kajian : Skinner membentuk perlakuan Box
yang kompleks daripada perlakuan yang mudah.
17. 17. Tingkah Laku Kesan/Akibat Tingkahlaku Masa Hadapan Pelajar Guru
kemukakan Pelajar kemukakan lebih banyak memujisoalan dengan soalan yang
baik. pelajar baik
18. 18. Kesan/Akibat Tingkah laku MasaTingkah Laku Hadapan Pelajar tidak Guru
menegur menyiapkan pelajar Pelajar akan menyiapkan tugasan tugasan tepat yang
seterusnya tepatpada waktunya pada waktunya
B. Tokoh-tokoh Behaviorisme
Tokoh aliran behaviorisme diantaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov, Thorndike,
Waston, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
1. Ivan Petrovich Pavlov
Ivan Petrovich Pavlo atau lebih dikenal dengan nama singkat Pavlov, adalah seorang
lulusan sekolah kependetaan dan melanjutkan belajar ilmu kedokteran di Militery
Medical Acadeny, St. Petersburg. Pada tahun 1879, ia mendapatkan gelar ahli ilmu
pengetahuan alam.[5]
Akhir tahun 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia, mempelopori munculnya proses
kondisioning responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik (clasical
conditionig), karena itu disebut kondisioning Ivan Pavlov. Dari penelitian bersama
kolegnya, Ivan Pavlov mendapat Nobel.
Ivan Pavlov melakukan eksperimen terhadap anjing, Pavlov melihat selama
penelitian ada perubahan dalam waktu dan rata-rata keluarnya air liur pada anjing
(salivation). Pavlov mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar,
anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan
rangsangan pada anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Walau pun
tanpa latihan atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengeluarkan air liur jika
dihadapkan pada daging. Dalm percobaan ini, daging disebut dengan stimulus yang tidak
dikondisikan (unconditionied stimulus). Dan karena salvia itu terjadi secara otomatis
pada saat daging diletakkan di dekat anjing tanpa latihan atau pengkondisian, maka
keluarnya salvia pada anjing tersebut dinamakan sebagai respon yang tidak dikondisikan
(unresponse conditioning).
Kalau daging dapat menimbulkan salvia pada anjing tanpa latihan atau pengalaman
sebelumnya, maka stimulus lain, seperti bel, tidak dapat menghasilkan selvia. Karena
stimulus tersebut tidak menghasilkan respon, maka stimulus (bel) tersebut disebut dengan
stimulus netral (neutral stimulus). Menurut eksperimen Palvo, jika stimulus netral (bel)
dipasngkan dengan daging dan dilakukan secara berulang, maka stimulus netral akan
berubah menjadi stimulus yang dikondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki
kekuatan yang sama untuk mengarahkan respon anjing seperti ketika ia melihat daging.
Oleh karena itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing akan mengeluarkan
selvia. Proses ini dinamakan classical conditioning.[6]
Bila ditelusuri, Pavlov yang pada saat ini meneliti anjingnya sendiri, melihat bahwa
bubuk daging membuat seekor anjing mengeluarkan air liur. Maka yang dilakukan pavlvo
adalah sebelum memberikan bubuk daging itu ada membunyikan bel terlebih dahulu.
Setelah dilakukan beberapa kali pengulangan, maka anjing itu akan mengeluarkan air
liurnya setelah mendengar bel berbunyi, meski tidak diberikan daging lagi.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Pavlov, dapat disimpulkan bahwa:
- Anjing belajar dari kebiasaan.
- Dengan pengulangan bunyi bel sehingga mengeluarkan air liur.
- Bunyi bel merupakan stimulus yang akhirnya akan menghasilkan respon bersyarat.
- Bunyi bel yang pada mulanya netral tetapi setelah disertai mediasi berupa bubuk daging,
lama-kelamaan berubah menjadi daya yang mampu membangkitkan respon.
Berdasarkan hasil eksperimen itu Pavlov menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya
juga dapat diterapkan pada manusia untuk belajar. Impilkasi hasil eksperimen tersebut
pada belajar manusia adalah:[7]
- Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara selektif.
- Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
- Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-respon.
- Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
- Adanya clasical conditioning.
Eksperimen Pavlov tersebut kemudian dikembangkan oleh pengikutnya yaitu BF.
Skinner (1933) dan hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior Organism. Prinsip-
prinsip kondisioning klasik ini dapat diterapkan di dalam kelas. Woolfolk dalam
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar,
misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompitisi antar kelompok individu.
Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang baca
yang nyaman dan enak serta menarik dan lain sebagainya.
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan
atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain
cara memahami materi pelajaran, membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan
jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat
menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi
sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,
meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi
tingkatannya atau perguruan tiggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes akademik
lainnya yang pernah mereka lakukan.
2. Edward LeeThorndike
Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku binatang
sebelum tertarik pada psikologi manusia.[8] dan pertama kali mengadakan eksperimen
hubungan stimulus dan respon dengan hewan kucing melalui prosedur yang sistematis.
Ekseperimennya yaitu:
a. Kucing yang lapar dimasukkan ke dalam kotak kerangkeng (puzzle box) yang dilengkapi
pembuka bila disentuh.
b. Di luar diletakkan daging. Kucing dalam kerangkang bergerak kesana kemari mencari
jalan keluar, tetapi gagal. Kucing terus melakukan usaha dan gagal, keadaan ini
berlangsung terus-menerus.
c. Tak lama kemudian kucing tanpa sengaja menekan tombol sehingga tanpa sengaja pintu
kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat memakan daging di depannya.
Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang dan pola gerakan kucing sama saja
namun makin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan usahanya makin sedikit
dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan tingkah lakunya. Dan
akhirnya kucing dimasukkan dalam box terus dpat menyentuh tombol pembuka (sekali
usaha, sekali terbuka), hingga pintu terbuka.
Thorndike menyatakan bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang
ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi
setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari eksperimen
ini Thorndike telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika sebuah tindakan
diikuti oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan, maka kemungkinan
tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat. Sebaliknya jika sebuah
tindakan diikuti oleh perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan itu menurun atau
tidak dilakukan sama sekali. Dengan kata lain, konsekuen-konsekuen dari prilaku
sesorang akan memainkan peran penting bagi terjadinya prilaku-prilaku yang akan
datang.[9]
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka
menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat brwujud
kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau yang tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. [10]
BAB III
PENUTUP
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun
dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-
faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori
belajar yang dikemukakan Skiner.
Karakteristik teori behaviorisme terhadap pembelajaran bahasa diantaranya adalah:
penyajian materi lebih banyak dengan hiwar, lebih banyak melakukan peniruan dan
menghafal idiom-idiom, menyajikan satu kalimat dalam satu situasi, tidak menyajikan
strukstur nahwu secara terpisah, dan lebih baik dengan sistem deduktif, lebih menitik
beratkan pada ujaran, lebih banyak menggunakan bahasa dalam komunikasi dan banyak
menggunakan lab bahasa, memberikan reward bagi respon positif, mensuport untuk
berbahasa, perhatian lebih pada bahasa bukan isi bahasa.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan proses
pembelajaran bahasa adalah lingkungan (bi'ah, environment), tak terkecuali lingkungan
berbahasa. Dan tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab , tidak lain adalah (1) untuk
membiasakan dan membiasakan dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif,
melalui praktik percakapan (muhadatsah), diskusi (munaqasyah), seminar (nadwah),
ceramah dan berekspresi melalui tulisan (ta'bir tahriry); (2) memberikan penguatan
(reinforcement) pemerolehan bahasa yang sudah dipelajari di kelas; dan (3)
menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu anatara teori dan
praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.
2.1 Pengenalan
Mengikut pandangan ahli psikologi humanis, fitrah manusia pada dasarnya adalah mulia
dan baik. Setiap individu akan berkembang secara semulajadi sekiranya persekitaran
mereka adalah sesuai. Oleh itu, guru harus mengikut keperluan pelajar, membantu
mereka mempelajari ilmu pengetahuan yang mereka suka dan dianggap bermakna.
Prinsip tersebut dapat dikuatkan lagi dengan setiap individu bertindak atas persekitaran
masing-masing dan bebas untuk membuat pilihan dan keputusan dalam usaha
membentuk dunia peribadi dan pembelajaran.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses
belajar dianggap berhasil jika murid memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Dalam proses belajar setap murid harus berusaha agar lambat laun mereka mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Lima objektif asas pendidikan daripada
pandangan humanistik (Gagne dan Berliner, 1991) ialah :
i. Memupuk pembelajaran arah kendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
i. Pelajar akan mudah belajar perkara yang ingin dipelajari dan perkara yang ingin
diketahui oleh mereka.
ii. Mengetahui cara belajar adalah lebih penting daripada memiliki banyak pengetahuan.
iii. Penilaian kendiri hasil kerja pelajar merupakan penilaian yang lebih bermakna, namun
pelajar perli mencapai tahap pencapaian yang ditetapkan.
v. Pelajar belajar lebih baik dalam persekitaran yang tidak mengancam seperti selamat
secara fizikal, emosional, psikologikal serta nyaman.
Menurut Choong Lean Keow, Carl Rogers menyatakan bahawa beliau percaya bahawa
setiap individu mempunyai keinginan semulajadi untuk belajar. Dengan kata lain setiap
individu mempunyai kecenderungan dan hasrat sendiri untuk mencapai kesempurnaan
dirinya.Mereka masing-masing mempunyai keinginan yang akan mendorong mereka ke
arah mencapai kesempurnaan dan kecemerlangan diri. Oleh itu, pengalaman yang dialami
dan ilmu pengetahuan yang diperolehi daripada persekitaran mereka akan membolehkan
individu masing-masing membentuk konsep kendiri, sama ada positif ataupun negatif
adalah bergantung kepada ciri unsur pengaruh persekitaran tersebut.
Rogers juga menyatakan bahawa pembelajaran yang bersifat signifikan hanya akan
berlaku sekiranya kandungan matapelajaran adalah sesuai dan dapat menarik minat
peribadi murid untuk mempelajarinya. Oleh itu, pembelajaran yang menarik minat
mereka akan lebih mudah diterima apabila ancaman luaran berada pada tahap minimum.
Maka pembelajaran yang berlaku adalah atas usaha murid itu sendiri adalah lebih kekal
dan bermakna. Selain itu, beliau telah mengkategorikan pembelajaran kepada dua jenis
iaitu:
a) Pembelajaran kognitif yang tidak berguna ilmu pengetahuan yang diperolehi oleh
individu tidak digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan seharian
Menurut Mok Soon Sang pula, Abraham Harold Maslow telah mengemukakan Hirarki
Keperluan Maslow. Beliau berpendapat bahawa seseorang individu akan memenuhi
keperluan asas terlebih dahulu sebelum memenuhi keperluan sekunder. Mengikut
Maslow, kehendak manusia terbahagi lima mengikut keutamaan iaitu keperluan asas
fisiologi, keselamatan, penghargaan dan kasih sayang, penghormatan kendiri seterusnya
keperluan sempurna kendiri.
Terdapat beberapa tokoh terkenal yang mempelolpori teori humanisme ini.Antara tokoh-
tokon humanistik termasuklah Carl Rogers, Abraham Maslow, John Holt, Malcolm
Knowles dan lain-lain. Tetapi di antara tokoh-tokoh tersebut, dua orang tokoh utama bagi
pendekatan humanisme iaitu Carl Rogers dan Abraham Maslow. Di sini akan
dibincangkan dengan lebih lanjut berkaitan dua tokoh utama ini.
Nama sebenarnya ialah Carl Ransom Rogers, telah dilahirkan pada 8 Januari 1902 di Oak
Park, Illinois. Carl Rogers dilahirkan dalam sebuah keluarga yang kuat disiplin,
berpegang kuat pada agama dan bermoral tinggi. Carl Rogers adalah satu – satunya pakar
yang amat mementingkan manusia sebagai manusia, dan menyangkal keras pandangan
yang melihat manusia sebagai objek yang boleh dimanipulasi sama ada dari dalam atau
luar. Beliau juga mementingkan perkembangan manusia yang positif dan melihat semua
manusia sebagai entiti – entiti yang baik dan mulia. Semua tingkah laku mereka didorong
oleh pencapaian kesempurnaan kendiri.
Menurut Rogers, manusia mempunyai naluri untuk belajar.Hal ini terbukti dengan
tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
persekitarannya. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan persepsi dasar
pendidikan humanistik. Di antara ciri-ciri Teori Pembelajaran Carl Rogers ialah:
• Setiap individu membentuk konsep kendiri yg unik melalui sistem nilai dan
kepercayaan yg berbeza dgn org lain.
• Tingkah laku yg ditunjukkan adalah selaras dengan konsep kendiri dan keupayaannya.
ii. Pembelajaran hanya boleh berlaku jika bahan pelajaran adalah bermakna serta seiras
dengan objektif pelajaran pelajar
iii. Keberkesanan pembelajaran hanya dapat dicapai dibawah situasi pendidikan yang
kurang berancam
Maslow melihat individu sebagai sesuatu yang berintergrasi dan penyusuan keseluruhan.
Contohnya, seorang insan yang lapar, ianya bukan sebahagian daripada diri individu
tersebut, sebaliknya keseluruhan diri individu menunjukkan rasa lapar. Teori Maslow ini
ada berkaitan dengan personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan
dengan motivasi. Beliau menekankan keseluruhan diri individu bergerak, bukan hanya
sebahagian daripada individu.
Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku
luaran yan diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus
bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat. Matlamat ini dianggap sebagai keperluan yang
perlu dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya, persekitaran dan
perbezaan generasi.
Personaliti yang dibincangkan oleh Maslow lebih kepada keperluan individu. Maslow
sering mengaitkan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari
keperluan yang diperolehi oleh setiap individu. Maslow berpendapat sebilangan
keperluan dalaman yang menggerak serta mengarahkan perlakuan yang dipamerkan oleh
individu. Keperluan yang ditunjukkan oleh Maslow boleh dilihat dalam bentuk hieraki.
Menurut beliau keperluan di tahap yang paling bawah/keperluan fisiologi harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum seseorang individu memikirkan tahap kedua. Dengan kata lain
keperluan di peringkat kedua tidak akan wujud jika keperluan diperingkat pertama tidak
mencapai tahap kesempurnaan.
Maslow memecahkan tahap keperluan manusia kepada 5 tahap iaitu keperlian fisiologi,
keselamatan, kasih sayang, penghargaan kendiri, dan kesempuurnaan kendiri. Keperluan
manusia yang paling asas adalah untuk hidup. Manusia perlukan udara, air, makanan dan
tempat tinggal bagi memenuhkan kehendak pertama dan utama ini. Pada masa ini,
keperluan lain tidak sama sekali menjadi tumpuan selagi kehendak asas ini dipenuhi.
Setelah keperluan ini dicapai, manusia akan mencari keselamatan hidup, kestabilan kerja,
jagaan masyarakat, undang – undang serta membebaskan diri daripada ancaman luaran
mahupun dalaman. Tahap keselamatan ini amat diperlukan bagi menjamin kesejahteraan
hidup.
Dalam memenuhkan keperluan kasih sayang pula, manusia perlukan hubungan dengan
insan lain. Kita semua pada asasnya ialah haiwan yang bersosial, iaitu kita perlukan kasih
sayang daripada orang lain. Oleh itu manusia ini sememangnya tidak boleh wujud
bersendirian.
Tahap seterusnya adalah kehendak untuk penghargaan kendiri. Kita mahu berkuasa,
sekurang – kurangnya ke atas diri kita sendiri. Pada masa yang sama, kita juga perlukan
kekuatan, kebolehan, kepakaran serta kebebasan. Seterusnya manusia ingin dihormati,
disanjungi dan kehendak status dalam hidup. Akhir sekali usaha manusia yang teragung
adalah untuk mencapai kesempurnaan kendiri. Semua tahap kehendak sebelum ini perlu
dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang itu inginkan kesempurnaan kendiri.
Imlplikasi Teori Pembelajaran Humanistik ialah dapat membentuk suasana bilik darjah
yang kondusif dengan menjalankan aktiviti-aktiviti pengajaran dan pembelajaran agar
mereka merasa seronok, gembira dan harmonis dan selamat untuk melibatkan diri dalam
aktiviti tersebut. Selain daripada itu, guru dapat memupuk nilai penghargaan kendiri di
kalangan pelajar serta memberi motivasi dan peneguhan yang sesuai supaya mereka
sentiasa bersungguh-sungguh dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran.
Guru perlu merancang aktiviti pengajaran mengikut kebolehan pelajar dengan tujuan
meningkatkan keyakinan mereka, dan seterusnya meningkatkan peluang memenuhi
keperluan penyuburan mereka iaitu kesempurnaan kendiri, memperoleh ilmu
pengetahuan, menikmati dan menghasilkan karya atau ciptaan estetik yang bermutu
tinggi. Nilai motivasi diri murid juga perlu dipupuk melalui bimbingan supaya pelajar
memahami diri, menerima diri, melibatkan diri secara aktif dalam aktiviti sosial, dan
seterusnya menentukan aktualisasi kendiri, iaitu arah hidup dan masa depan sendiri
mengikut perkembangan potensinya yang tertinggi.
2.6 Implikasi Teori Humanisme Ke Atas Proses Pengajaran dan Pembelajaran Murid
Berkeperluan Khas
Bagi murid bermasalah pengihatan, berikan gambaran yang jelas tentang bilik darjah dan
sekolah. Guru hendaklah membawa kanak-kanak tersebut berjalan di persekitaran
sekolah dan terangkan kepadanya apa yang dilihat. Semasa memandu arah, benarkan
pelajar tersebut memegang anda. Gunakan tulisan yang kasar-kasar apabila menulis di
papan tulis dan menggalakkan juga supaya kanak-kanak lain melakukan perkara yang
sama. Kanak-kanak yang menghadapi masalah penglihatan banyak belajar melalui deria
sentuh, dengar dan hidu. Malah ada di antara mereka menjilat objek / benda yang baru
baginya. Biarkanlah kanak-kanak itu menggunakan caranya untuk belajar tetapi guru
perlulah mengawasinya.