MADYA
NAMA KELOMPOK:
1.FADILLA ANISSA FITRI
2.MILLATUL HANIFAH
3.NURUL ARIFIN
4.RARA APRILLIA RAY
Masa dewasa madya yaitu masa usia di antara
40 sampai 60 tahun, ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental,
penurunan kekuatan fisik sering pula diikuti
dengan penurunan daya ingat
1. Usia madya merupakan periode yang sangat
ditakuti
2. Usia madya merupakan masa transisi
3. Usia madya adalah masa stres
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
5. Usia madya adalah usia canggung
6. Usia madya adalah masa berprestasi
7. Usia madya merupakan masa sepi
8. Usia madya mrupakan masa jenuh
9. Usia madya merupakan masa evaluasi
10.Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Tugas yang berkaitan dengan perubahan
fisik
Berat badan
Perubahan pada gigi
bertambah
Berkurangnya tinggi
Stres menjadi pemicu tubuh karena
timbulnya penyakit menyusutnya tulang dan
tubuh menjadi gemuk
Meningkatnya resiko
Kekebalan tubuh terkena penyakit seperti
menurun tekanan darah tinggi,
diabetes, obesitas
Terjadinya menopause, yaitu dimana masa
Wanita menstruasi berhenti, dan mereka tidak bisa memiliki
anak lagi
Sindrom menopause
Menstruasi Penampilan
Ketidaknyama Berat badan
berhenti kewanitaan
nan fisik bertambah
menurun
Sistem reproduksi
Penonjolan menurun dan Perubahan
berhenti kepribadian
Terjadinya klimakterik, yaitu transisi hidup dewasa madya
Pria dimana terjadi kemunduran dalam hal fertilisasi, terjadinya
penurunan secara bertahap pada daya seksual dan
reproduksi pria
Sindrom Klimakterik
Rusaknya Penampilan
Nafsu seksual Gelisah akan
fungsi organ kelelakian
menurun kepriaannya
seksual menurun
Menurunnya Perubahan
Ketidaknyama kekuatan dan daya
nan fisik kepribadian
tahan tubuh
Beberapa faktor penyesuaian terhadap pola keluarga:
Perubahan fisik
Hilangnya peran
sebagai orang tua
Kurangnya persiapan
Perasaan kegagalan
Kekecewaan terhadap
perkawinan
Merawat anggota keluarga
berusia lanjut
1. Penyesuaian terhadap perubahan peran
3. Penyesuaian seksual
Ada dua jenis penyesuaian baru terhadap pihak sanak saudara istri
atau suami yang harus dilakukan selama usia tengah baya, pertama
penyesuaian terhadap anak-anak mereka dan kedua penyesuaian
dalam merawat orang tua.
Relasi antargenerasi
Kerja kelompok
Peranan istri
Reloksasi
Kebanyakan dewasa Madya lebih tertarik pada kegiatan yang
berhubungan dengan keagamaan daripada yang mereka kerjakan
pada waktu masih muda.
Minat spiritualitas wanita lebih tinggi dari pada pria (Wink & Dillon,
2002)
Kebutuhan akan
keterarahan
Kebutuhan akan
penghayatan terhadap
efficacy
Kebutuhan akan nilai diri
(self-worth)
HASIL PENELITIAN:
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa proses
penyesuai diri perempuan lajang meliputi terjadinya
perubahan kondisi internal perempuan lajang sebagai
hasil dari tindakan tindakan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sedangkan proses penyesuaian sosial
perempuan lajang meliputi perubahan kondisi
perempuan lajang secara eksternal sebagai hasil dari
tindakan-tindakan yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyesuaian diri dan sosial tersebut yaitu dukungan
keluarga, keinginan menikah, serta pandangan bahwa
perempuan tidak harus menikah atau memiliki anak.
Hasil penelitian:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran resiliensi
pada wanita dewasa madya setelah kematian pasangan
hidup dari ketiga informan yaitu dengan menghindari
pandangan negatif, merawat anak, dan mencukupi
kebutuhan keluarga. Hal tersebut memicu informan agar
dapat bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah
dalam proses beradaptasi. Hubungan yang kurang harmonis
dengan keluarga suami, kehilangan peran suami dan ayah,
dan berperan ganda sebagai ibu dan ayah bagi anak
merupakan faktor resiko. Faktor protektif meliputi adanya
dukungan dari anak dan keluarga, dukungan dari teman,
jabatan karir yang meningkat, dan keaktifan di gereja dan
di masyarakat yang mampu meningkatkan adaptasi diri
informan dalam menjalankan kehidupannya setelah
kematian pasangan hidup.
Hasil penelitian:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adanya peran
komunikasi interpersonal dan ekspresi emosi terhadap kepuasan
perkawinan pada perempuan di usia dewasa madya dapat diterima.
Komunikasi interpersonal dan ekspresi emosi memberikan
sumbangan efektif sebesar 18% terhadap kepuasan perkawinan,
maka dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dan ekspresi
emosi menentukan 18% kepuasan perkawinan yang dimiliki oleh
perempuan di usia dewasa madya, sedangkan 82% dipengaruhi oleh
variabel atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
interpersonal dan ekspresi emosi secara bersama-sama berperan
terhadap kepuasan perkawinan hal ini dikarenakan komunikasi
berperan penting dalam segala aspek kehidupan perkawinan
Hasil penelitian:
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki
kepribadian hardiness dalam bekerja yang dikembangkan dengan cara
yang berbda tergantung dengan latar belakang ketunadaksaan sejak
lahir atau ketunadaksaan diperoleh ketika dewasa. Kepribadian
hardinesssubjek 1 yang mengalami ketunadaksaan karena kebakaran,
berkembang karena tanggung jawabnya terhadap keluarga. Keinginan
untuk hidup mandiri menjadikan subjek 2 memiliki kepribadian
hardiness. Rasa syukur dan dukungan dari orang-orang di sekitar
menjadikan subjek 3 dapat mengembangkan kepribadian hardiness.
Sumber buku:
Life Span Development (John W. Santrock)
Psikologi Perkembangan (Elizabeth B. Hurlock)
Psikologi Perkembangan (Yudrik Jahja)
Development through the lifespan (Laura E. Berk)
Sumber jurnal:
Primanita, Ni Made Diah dan Made Diah Lestari. 2018. “Proses
Peyesuaian Diri dan Sosial pada Perempuan Usia Dewasa
Madya yang Hidup Melajang”. Jurnal Psikologi Udayana.
5(1): 86-98.
Fernandez, Isanyora Mariana Fielda. 2018. “Resiliensi pada
Wanita Dewasa Madya Setelah Kematian Pasangan Hidup”.
Jurnal Experientia. 6(1): 27-38.
Paramita, Ni Kadek Pradnya dan Luh Made Karisma. 2018.
“Peran Komunikasi Interpersonal dan Ekspresi Emosi
Terhadap Kepuasan Perkawinan pada Perempuan di Usia
Dewasa Madya”. Jurnal Psikologi Udayana. 5(2): 241-253.
Abiyga, Muhammad Idham dan Dian Ratna Sawitri. 2017.
“Tabah di dalam Kekuranganku”. Jurnal Empati. 6(4): 25-32.