Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

BIMBINGAN DAN KONSELING


SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Komponen : Layanan Dasar


Bidang Layanan : Pribadi
Topik / Tema Layanan : Mengatasi Perasaan Malu/Shyness
Kelas / Semester : X / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

1. Tujuan Layanan
1. Peserta didik/konseli dapat memahami bahwa dirinya berada pada masa remaja
2. Peserta didik/konseli dapat memahami tentang perasaan malu/shyness
3. Peserta didik/konseli memahami faktor-faktor penyebab perasaan malu/shyness
4. peserta didik/konseli mengatasi perasaan malu/shyness
2. Metode, Alat dan Media
1. Metode : Diskusi
2. Alat / Media : HP, Papan Tulis, VIDEO/LINK YOUTUBE shyness
3. Langkah-langkah Kegiatan Layanan
1. Tahap Awal/Pendahuluan
1.1. Memberikan salam/sapaan dan menerima peserta didik dengan hangat
1.2. Membuka dan mengawali kegiatan dengan membaca do’a
1.3. Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, ice breaking)
2. Tahap Inti
2.1. Guru BK menyampaikan pengantar dan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling
2.2. Guru BK memberikan link youtobe kepada peserta didik dan berdiskusi mengenai video tersebut
2.3. Peserta didik memperhatikan penjelasan video serta materi yang diberikan mengenai mengatasi perasa
malu
2.4. Guru BK meminta peserta didik mengamati mengenai tampilan video mengatasi perasaan malu/shyness
2.5. Peserta didik mencari dan membuat slogan kata-kata motivasi dan inspirasi dalam mengatasi rasa malu
3. Tahap Penutup
3.1. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang terkait dengan materi layanan dan melakuk
refleksi
3.2. Guru BK mengajak peserta didik untuk selalu percaya diri untuk mengatasi rasa malu
3.4. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam
4. Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Memperhatikan proses layanan dengan refleksi hasil peserta didik
dan sikap atau antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan layanan.
2. Evaluasi Hasil : Peserta didik mengisi angket evaluasi setelah mengikuti layanan pribadi antara lain : suasa ya
dirasakan, pentingnya topik yang dibahas dan cara penyampaian (dilakukan menggunakan link google form)
Padalarang, Mei 2021
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru BK

Asri Rosmasari, S.P. Melania Febrianti, S.Pd


NIP . 3010020 NIM. 19010034
BAB I
PEMBAHASAN

A. Definisi Shyness
Perasaan malu (shyness) dapat dialami semua orang. Akan tetapi perasaan
malu (shyness) dapat menjadi suatu problem jika muncul secara menetap
dengan disertai kesepian, kecemasan, dan frustrasi (Scott dalam Dwi
Nurhayati Adhani, 2013). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
perasaan malu (shyness) dapat menimbulkan beberapa dampak yaitu
kurangnya self awareness, munculnya simptom depresi, bahkan minimnya
interaksi sosial yang dilakukan
Shyness atau rasa malu menurut Carducci & Golant (2009)
merupakan kondisi ketidak nyamanan seseorang sehingga akan munculnya
hambatan perilaku jika terdapat kehadiran orang lain di dekatnya. Orang
yang memiliki perilaku shyness dapat ditunjukkan dengan adanya sikap
diam, perasaan malu, muka menjadi merah, gagap, dan cemas. Menurut
Dingman & Bloom (2012) shyness dapat dideskripsikan sebagai rasa
cemas atau canggung saat seseorang berada di suatu situasi baru atau
didekati oleh orang lain yang tidak dikenal, dimana bentuk yang lebih kuat
dari shyness adalah social anxiety atau social phobia.
Perasaan malu (shyness) merupakan suatu konsep dari ketakutan
untuk menghadapi situasi yang baru atau kesadaran diri saat berada pada
lingkungan sosial yang mengandung penilaian dari peers (Rubin dalam
Dwi Nurhayati Adhani, 2013). Definisi lain dari perasaan malu (shyness)
merupakan suatu perasaan rasa ketakutan, ketegangan saat menghadapi
lingkungan sosial, dengan adanya perasaan untuk dievaluasi oleh
lingkungan sosial. Seseorang yang shyness merasa tegang, takut untuk
mengungkapkan ucapan atau ungkapan, keengganan untuk
mengekspresikan pendapat, dan merespon saat berinteraksi dengan
lingkungan sosial (Crozier dalam Dwi Nurhayati Adhani, 2013). Jones dan
Russel mengartikan shyness sebagai sekumpulan perasaan atau sikap
umum tetapi sering terjadi pada saat situasi sosial. Shyness ini menjadi
sumber kecemasan sosial yang menghambat individu untuk berhubungan
dengan orang lain atau hubungan sosial.
Dapat disimpulkan dari berbagai definisi diatas bahawa shyness
suatu bentuk kecemasan serta rasa malu yang berlebihan ketika
berinteraksi sosial atau bertemu dengan orang baru, perilaku shyness dapat
menghambat dan mengganggu kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain serta berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
sekitarnya.
Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memiliki gangguan shyness,
yaitu :
a. Kurang berani bicara dengan guru
b. Tidak mampu menatap mata orang lain ketika berbicara
c. Tidak bersedia untuk berdiri didepan kelas
d. Enggan bergabung dengan anak-anak lain
e. Lebih senang bermain sendiri
f. Tidak berani tampil dalam permainan
g. Membatasi diri dalam pergaulan
h. Anak tidak banyak bicara
i. Anak kurang terbuka

Setiap manusia memiliki rasa malu (shyness), baik pada anak-anak


maupun orang dewasa. Ridfah, Daud, & Murdiana mengemukakan bahwa
shyness yang dimiliki tiap individu berada dalam taraf kewajaran tertentu,
namun jika shyness berada dalam taraf berlebihan dapat menghambat
potensi diri yang ingin dikembangkan individu tersebut.
Individu yang mengalami shyness tinggi cenderung lebih memilih
berdiam diri saat berada dalam suatu kegiatan. Penelitian yang dilakukan
Coplan, Prakash, O'Neil, dan Armer menjelaskan bahwa pada dasarnya
individu yang mengalami shyness tinggi termotivasi untuk terlibat dalam
interaksi bersama teman sebayanya, tetapi terhalangi oleh kecemasan
ketika memulai interaksi. Individu kemudian cenderung menampilkan pola
perilaku sebagai penonton yang hanya melihat teman sebayanya
berinteraksi.
Menurut Henderzon dan Zimbardo karakteristik perasaan malu
(shyness) terdiri dari dari empat aspek yaitu: kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku. Aspek fisiologis: jantung berdetak kencang; mulut kering;
gemetar, dan berkeringat; Merasa pusing, berkunang-kunang, atau mual.
Aspek kognitif: khawatir; anggapan negatif pada diri sendiri orang lain
dan situasi, dan orang lain; ketakutan untuk dievaluasi negatif oleh orang
lain; dan takut dianggap bodoh oleh orang lain; menyalahkan diri sendiri,
dan biasanya setelah berinteraksi sosial; khawatir berlebihan dan
perfeksionis; keyakinan negatif akan diri (lemah) dan orang lain lebih
berpengaruh, terkadang keyakinannya tidak masuk akal, adanya
pandangan negatif, misalnya “Saya tidak menarik dan tidak layak
dicintai”. Aspek secara afektif : merasa selalu diperhatikan atau diamati,
malu; kesepian; kecemasan; sedih, sedangkan aspek perilaku (behaviour):
pendiam atau menjadi pasif

B. Penyebab Muncul Shyness


Shyness terjadi karena adanya ketidaknyamanan dan ketegangan perilaku
yang terjadi jika ada kehadiran orang baru didekatnya. Menurut Mccoy
(2013), penyebab dari terjadinya rasa malu (shyness), yaitu :
a. Novelty
Ini merupakan salah satu penyebab munculnya perasaan malu atau
shyness. Ketika berada di suatu tempat baru dengan orang-orang baru,
maka seseorang akan sangat berhati-hati dalam bertingkah laku.
Hampir seluruh individu pernah merasakan berada di lingkungan yang
baru dikenal. Bagi individu yang memiliki kesulitan berinteraksi
dengan orang lain maka akan merasa minder, cenderung menghindar,
dan berhati-hati dalam lingkungan sosial tersebut. Berbeda dengan
orang-orang yang mudah bersosialisasi dengan orang baru maka ia
akan merasa senang jika memiliki sahabat-sahabat baru atau saudara
baru yang akan melengkapi hidup mereka.
b. Formality
Dalam situasi yang formal, biasanya individu dituntut untuk dapat
mengikuti peraturan dan kondisi yang ada. Tempat-tempat formal
tersebut misalnya pada saat upacara adat, syukuran, urusan bisnis,
pernikahan, dan lain-lain.
c. Social Attention
Social attention terjadi ketika individu menjadi pusat perhatian
orangorang yang berada di lingkungannya maka individu tersebut akan
merasa tidak nyaman sehingga muncul perasaan malu yang berlebihan
pada individu tersebut. Selanjutnya ketika tidak ada satu orangpun
yang mau memperhatikannya. Individu yang tidak mendapatkan
perhatian sedikitpun maka ia akan merasa malu karena keberadaannya
diangga tidak berarti.
d. Breaches of Privacy
Perasaan malu terjadi ketika privasi individu diketahui orang lain.
Masingmasing individu memiliki hal-hal pribadi yang hanya ia sendiri
mengetahuinya, ketika sesuetu tersbeut diketahui orang lain maka akan
berdamak ada diri individu tersebut seperti menarik diri dari
lingkungan, cenderung menghidari orang lain, dan menutup diri dari
lingungan
Adapun faktor-faktor atau penyebab lainnya dari munculnya perasaan
mlu atau shyness, diantaranya :
a. Keadaan fisik atau kesulitan dalam berbicara
b. Kurang terampil berteman
c. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
d. Pola asuh yang mencela
e. Anak merasa tidak aman, tidak mempunyai keberanian untuk
mengekspresikan dirinya, halini dapat terjadi karena pengalaman yang
tidak menyenangkan
f. Sikap orang tua yang over protective atau terlalu melindungi
g. Sikap orang tua yang kurang perhatian
h. Anak terlalu banyak menerima hukuman dari orang tua atau
pendidikan
i. Faktor perlakuan yang salah, anak memang pemalu sejak dini.

C. Akibat Dari Shyness


Individu pemalu akan merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan ada dirinya sehingga cenderung kesulitan jika
berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Mangunhardjana (2005)
menyatakan bahwa individu pemalu cenderung menghindari kontak mata
jika berhadapan dengan lawan bicara, kurang aktif dalam suatu
pembicaraan, memilih untuk melakukan berbagai hal sendiri tanpa
meminta bantuan orang lain terutama orang yang tidak dikenalnya, sering
mengeluarkan keringat dingin, gemetaran, jantung berdetak kencang, pipi
memerah jika tampil muka umum.
Menurut (Nelson et, al 2008), kecemasan sosial sering terjadi pada
individu pemalu yang memungkinkan munculnya penghambatan, sikap
diam, dan penarikan terhadap lingkungan. Individu pemalu mengalami
tingkat kecemasan tinggi, terutama ketika berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini malu (Shyness) menyebabkan terhambatnya proses
pencapaian hubungan interpersonal yang sehat. Tingkat ini bervariasi dari
kecanggungan sosial ringan sampai benarbenar menghambat seperti fobia
sosial. Individu pemalu cenderung untuk fokus pada diri dan asyik dengan
pikiran sendiri. Orang yang pemalu dilaporkan secara sadar menolak
kesenangan, karena mereka percaya bahwa mereka menghilangkan diri
dari matriks sosial.
Menurut Crozier (2010), individu pemalu memiliki harga diri yang
rendah sebagai hasil dari pengalaman sosial negatif mereka dengan
individu lainnya. Individu pemalu akan merasa kurang percaya diri tentang
keterampilan sosial dan memiliki sedikit teman. Selanjutnya reaksi
emosional individu pemalu lebih negatif dan lebih intens daripada rekan-
rekan yang tidak pemalu. Berdasarkan hasil penelitian (Civitci, 2010)
menunjukkan bahwa individu pemalu memiliki pikiran negatif dan takut
terhadap penilaian negatif oleh orang lain. Gaya atribusi individu pemalu
telah ditemukan tumpang tindih dengan orang-orang yang mengalami
depresi.
Kusumasari & Hidayati (2015) menemukan individu pemalu
cenderung menggunakan tanggapan melindungi diri selama percakapan
dibandingkan individu yang tidak pemalu. Malu ditemukan berkaitan
dengan ketidaknyamanan dalam interaksi sosial yang dapat berkontribusi
untuk komunikasi yang buruk dengan orang lain. Selain itu, Stein (2002)
menyatakan individu pemalu lebih pasif jika berada dalam situasi sosial,
dan cenderung menarik diri dari lingkungan serta keseulitan mengontrol
perasaan cemasnya jika ingin bertemu dengan orang lain.

D. Macam-Macam Shyness
Menurut Buss terdapat dua tipe pemalu (shyness), yaitu (Schmidt dalam
Dwi Nurhayati Adhani, 2013):
a. Fearfull shyness yang disebabkan oleh situasi yang baru, situasi yang
menurut individu mengganggu, adanya evaluasi dari orang lain, dan
berbicara dengan orang yang banyak di depan. Situasi baru
dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Situasi yang baru;
2. Bertemu dengan seseorang yang baru
3. Bertemu dengan lebih dari satu orang baru, misalnya berinteraksi
dengan orang baru, datang ke acara informal, bergabung dengan
suatu kelas yang baru.
Berbicara dengan orang banyak dikategorikaan menjadi dua, yaitu:
1. Membuat presentasi di depan banyak orang atau depan umum.
2. Berbicara di depan umum, dan menjelaskan tentang poin
permasalahan di depan banyak orang atau umum. Semua kategori
tersebut melibatkan evaluasi dari orang lain.
b. Self Conscious shyness disebabkan oleh menjadi pusat perhatian orang
lain, menjadi orang yang berbeda diantara orang lain, berinteraksi
dengan figure otoritas atau seseorang yang mempunyai status,
menghadiri situasi formal, dan menjadi fokus perhatian apa yang
dipikirkan dan diperhatikan orang lain.

E. Solusi Mengatasi Shyness


Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nufandi dalam Husen
bahwa modal utama dalam mengatasi shyness yaitu memiliki kepercayaan
yang kuat terhadap diri sendiri. Keyakinan terhadap diri sendiri
bergantung pada seberapa kuat perasaan individu tentang kelebihan yang
dimiliki individu tersebut. Salah satu alasan peserta menganggap materi
konsep diri merupakan materi yang perlu dikembangkan dan dianggap
penting, karena individu dapat membangun konsep diri positif dan segala
hal yang dilakukan akan berjalan dengan baik tanpa ada keraguan dan
perasaan takut atau kurang percaya diri.
Adapun hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak
mengatasi rasa malu (shyness), yaitu:
a. Orang tua tidak mengolok-olok sifat pemalu anak atau
memperbincangkan sifat pemalunya di depan anak tersebut,
b. Mengetahui kesukaan dan potensi anak, lalu mendorongnya
untuk berani melakukan hal-hal tertentu,
c. Secara rutin orang tua mengajak anak untuk berkunjung ke
rumah teman, tetangga atau kerabat dan bermain
d. Lakukan role-playing bersama anak
e. Jadilah contoh untuk anak.
Selain dari orang tua ada juga cara guru bimbingan dan konseling
mengatasi anak pemalu dengan melakukan bimbingan dan membantu anak
pemalu yang kesulitan dalam melaksanakan kegiatan, mengajak dan
membiasakan anak pemalu tampil di depan kelas, memberikan nasehat-
nasehat, menjadi tauladan yang baik, memotivasi anak pemalu dengan cara
memberikan reward (tersenyum, mengacungkan jempol, berkata “hebat,
hebat, keren, oke, anak pintar". Selain itu, guru melakukan komunikasi
dengan orang tua dan keluarga anak pemalu untuk mendapatkan informasi
dan mengetahui perkembangan perilaku anak pemalu di rumah. Guru juga
berdiskusi dengan teman sejawat untuk mengatasi anak pemalu. Peranan
guru memberikan bimbingan, motivasi secara terus-menerus. Melakukan
pendekatan dengan cara komunikasi sebagai cara agar anak dapat
merasakan kehangatan sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman
pada diri anak dan rasa percaya kepada guru. Melakukan komunikasi
dengan orang tua anak untuk mengetahui perilaku anak di rumah, sehingga
guru dapat merencanakan bimbingan yang tepat untuk anak dan tentunya
didukung oleh orang tua.
Adapun teknik yang dapat dilakukan konselor atau guru bimbingan
dan konseling disekolah untuk membantu anak mengatasi rasa malu
(shyness) adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok
menggunakan teknik role playing.
Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah siswa
secara bersama-sama membahas pokok persoalan tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta
untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika
kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan
pengembangan kemampuan sosial. Bimbingan kelompok menurut Gazda
(dalam Prayitno 2009:309) adalah kegiatan informasi kepada sekelompok
siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang
tepat. Juntika (2009:23) aktivitas bimbingan kelompok diarahkan untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman
lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Dalam bidang pendidikan (termasuk bimbingan dan konseling),
role playing merupakan teknik dimana individu (siswa) memerankan
situasi yang imajinatif (dan parallel dengan kehidupan nyata) dengan
tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri,
meningkatkan keterampilan-keterampilan (termasuk keterampilan problem
solving), menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain
bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus
berperilaku. Santrock (1995:272) menyatakan definisi role playing sebagai
berikut : Bermain peran (role playing) ialah suatu kegiatan yang
menyenangkan. secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperolah kesenangan, Role
playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang
dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok.
Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan peserta didik
mampu mengatasi frustasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi
untuk menganalisis konflik-konflik dan cara mereka mengatasinya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran
(role playing), konselor sangat memegang peranan penting dan dapat
menentukan masalah, topik untuk siswa dapat membawakan situasi role
playing yang disesuaikan dari hasil need assesment siswa sehingga dapat
disusun skenario bermain peran, setelah itu baru dapat mendiskusikan
hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman yang dirasakan oleh siswa
setelah melakukan role playing. Teknik role playing ini sangat efektif
untuk memfasilitasi siswa dalam mempelajari perilaku sosial dan nilai-
nilai. Agar dapat menjadi teknik yang benar-benar efektif,
Tujuan dari teknik Role playing adalah (1) Menyenangkan dan
dapat menimbulkan motivasi bagi pembelajaran, (2) Semakin banyak
kesempatan pembelajaran untuk mengungkapkan diri, (3) Memberikan
kesempatan yang lebih luas untuk berbicara, dan (4) Dapat memberikan
kesenangan kepada siswa karena role playing pada dasarnya permainan.
Dengan bermain siswa menjadi senang karena bermain adalah dunia
siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, N. A., Adhani, D. N., & Hasiana, I. (2014). Perasaan Malu (Shyness)
pada Mahasiswa Baru di Program Studi Psikologi Universitas Trunojoyo
Madura. Personifikasi, 5(1), 43-63.
Hidayati, D. S. (2016). Shyness dan Loneliness. In Seminar Asean 2nd
Psychology and Humanity (pp. 102-107).
Sunanjar, E. M. (2018). HUBUNGAN ANTARA LONELINESS DAN
SHYNESS DENGAN PROBLEMATIC SMARTPHONE USE
MELALUI PERSEPSI DIRI SEBAGAI MEDIATOR (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Rosyidah, R. (2010). Studi kasus kecenderungan pemalu (shyness) pada remaja
awal di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik (Doctoral
dissertation, IAIN Sunan Ampel Surabaya).
Husen, M., Widyastuti, W., & Anwar, H. (2020). PELATIHAN KOMUNIKASI
EFEKTIF UNTUK MENGURANGI SHYNESS PADA MAHASISWA
BARU PENDATANG DI MAKASSAR. Jurnal Psikologi TALENTA,
2(2), 15.
Muhammad, Y., Murdiana, S., & Ridfah, A. (2019). TRAIT KEPRIBADIAN
BIG FIVE DAN SHYNESS PADA MAHASISWA BARU. Jurnal
Psikologi Klinis Indonesia, 4(2), 83-83.
Trijayanti, S. (2016). PERANAN ORANG TUA DALAM MENGATASI SIFAT
PEMALU PADA ANAK. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Prodi Pendidikan PG PAUD.
Herlina, U. (2016). Teknik Role Playing dalam Konseling Kelompok. Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 94-107.
Novikasari, M. Peranan Guru dalam Mengatasi Anak Pemalu di Raudhatul Athfal
Dharma Wanita Kementerian Agama. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 4(5).
Ritonga, A. A. (2014). PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK ROLE PLATING TERHADAP PENGURANGAN RASA
MALU SISWA DI SMA NEGERI 1 AIR PUTIH TAHUN AJARAN
2013/2014 (Doctoral dissertation, UNIMED).
Mengatasi
Perasaan Malu

ASPEK PERKEMBANGAN
Kematangan pikiran, perasaan
KOMPETENSI
Mengekspresikn perasaan atas pertimbangan dasar kontekstual
BIDANG BIMBINGAN
Pribadi-Sosial
INDIKATOR
Mampu mengatasi dan mengendalikan perasan malu
TUJUAN
Peserta didik mampu mengatasi dan mengendalikan perasaan malu dengan baik
NILAI-NILAI KARAKTER
Mandiri, demokratis, bersahabat/komunikatif, peduli social, tanggung jawab
LEMBAR KERJA SISWA

(LKS)

LANGKAH 1

Apa yang kamu ketahui tentang mengatasi perasaan malu atau shyness ?

Apa yang kamu lakukan jika kamu mengalami perasaan malu atau shyness ?

Apa yang
seharusnya
kamu lakukan
jika mengalami
perasaan malu
atau shyness ?
LANGKAH 2

Semua orang pastinya pernah mengalami gangguan atau perasaan malu ketika
berada dalam situasi baru, tempat baru, atau ketika disekolah diharuskan oleh guru
maju misalkan untuk membacakan puisi, ada kalanya terdapat pemikiran seperti
tidak lagi bisa mengendalikan perasaan malu yang kita rasakan sehingga pikiran
kita menjadi cemas, bingung bahkan sampai berkeringat dingin.

Pada situasi seperti itu pastinya bahwa kendali atas perasaan itu selalu ada di
tangan kita sendiri karena kita sendirilah yang tau dan merasakan bagaimana
perasaan malu itu terjadi.

Coba tuliskan situasi-situasi ketika kamu sulit mengendalikan perasaan malu yang
pernah kamu alami dalamkotak dibawah !
LANGKAH 3

Perasaan malu atau gangguan shyness itu timbul dikarenakenan beberapa faktor.
Faktor yang timbul bisa berasal dari internal atau eksternal. Coba pikirkan faktor
munculnya perasan malu yang dialami, kemudian tuliskan faktor-faktor penyebab
timbulnya perasaan malu itu !

INTERNAL

EKSTERNAL
LANGKAH 4

Setelah kamu mengelompokkan faktor eksternal dan internal yang


melatarbelakangi munculnya perasaan malu, coba tuliskan yang bisa kamu
lakukan untuk meminimalisir agar dapat mengendalikan perasaan malu dan
mengatasinya !
LANGKAH 5

Setelah kamu menuliskan apa yang akan kamu lakukan untuk meminimalisir agar
tidak munculnya perasaan malu dan menuliskan apa yang seharusnya kamu
lakukan ketika ngalami perasaan malu, mulai kapan anda akan melakukannya ?

LANGKAH 6

Dari level 1 s.d. 5, seberapa yakin kamu mampu mengendalikan dan mengatasi
perasaan malu ? Lingkarilah gambar dibawah gambar dibawah ini !

Level 1 tidak yakin Level 2 Kurang yakin

Level 3 Ragu Level 4 yakin Level 5 sangat yakin

Anda mungkin juga menyukai