Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PSIKOLOGI KONSELING INTERPRETING AND INFORMING SKILLS

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Konseling

Dosen pengampu :

Tantri, S.Psi.,M.Si.

Oleh:

1. Fitri Nur R (2018410027)


2. Yusrina (2018410021)
3. Rahmiati (2018410028)

FAKULTAS PSIKOLOGI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAPATA AL-


JAWAMI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
umatnya.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas kelompok Psikologi konseling. Dalam
penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah
berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai
dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya khususnya kepada Ibu dosen selaku Dosen. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat kami butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan
datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-
teman maupun pihak lain yang berkepentingan.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hidup ini setiap orang mau tidak mau akan menemukan permasalahan baik dengan
dirinya sendiri ataupun dengan lingkungan. Setiap permasalahan mempunyai pemecahan
masalahnya atau solusi penanganannya yang berbeda-beda. Mungkin kita pernah mendengar
istilah konseling, konseling ini merupakan salah satu cara untuk kita mendapatkan sebuah solusi
dari permasalahan yang kita hadapi, yaitu permasalahan yang meliputi aspek psikis seseorang.

Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu yaitu dengan adanya
interaksi antara helper dan helpee dalam suatu kondisi yang membuat helpee terbantu dalam
mencapai perubahan dan belajar membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas
keputusan yang telah diambilnya.

Adapun tujuan dari sebuah konseling itu sendiri adalah untuk membantu helpee dalam
memecahkan permasalahannya denga keputusan yang diambil sendiri, untuk mengerti diri
sendiri, mengeksplorasi diri sendiri dan lain sebagainya. Dalam sebuah konseling juga
diharapkan helpee dapat merubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu, konseling juga bertujuan membantu
individu untuk menginterpretasi permasalahan yang dihadapi helpee dengan informasi yang akan
diberikan helper agar tercapainya sebuah tujuan utama sebuah konseling, yaitu sebuah solusi dari
permasalahan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan interpreting skills ?


2. Bagaimana penjelasan informing skills ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang interpreting skills.


2. Untuk mengetahui penjelasan tentang informing skills.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interpreting
Interpreting atau interpretasi atau menafsirkan dalam sebuah konseling merupakan proses
aktif helper untuk menjelaskan arti dari sebuah permasalahan helpee sehingga helpee dapat
memandang permasalahannya dengan sudut pandang yang berbeda. Interpretasi juga dapat
diartikan sebagai usaha yang dilakukan helper dalam menanamkan makna kepada helpee.
Interpretasi berarti menunjukan kepada helpee melalui hipotesis mengenai hubungan dan makna
perilaku helpee.
Menurut Mulawarman dan Suripyo (2006 : 41) interpretasi adalah keterampilan atau
teknik yang digunakan oleh helper dimana berarti atau karena tingkah laku helpee ditafsirkan
atau diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada helpee. Jadi, interpretasi dapat
diartikan sebagai suatu keterampilan atau teknik helper dalam menafsirkan atau memahami
dengan mengkomunikasikan makna pesan-pesan helpee.
1. Tujuan Interpreting

Tujuan utama dari interpretasi adalah membantu helpee untuk menafsirkan sebuah
peristiwa dalam kehidupannya atau menafsirkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh
helpee. Adapun tujuan lainnya adalah :

1) Mengembangkan hubungan menyehatkan melalui dorongan pengungkapan diri helpee,


peningkatan kredibilitas helper, dan pengkomunikasian sikap-sikap menyehatkan kepada
helpee.
2) Agar helper mampu mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman helpee secara ilmiah
(berlandaskan teori).
3) Agar para helper mampu menyusun kalimat-kalimat ulasan atau tafsirannya yang ilmiah
sehingga membangkitkan minat helpee untuk membuat alternative lain yang lebih
objektif.
4) Membantu helpee lebih memahami diri sendiri bila mana helpee lebih bersedia
mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka.
5) Mengidentifikasi hubungan antara pernyataan helpee dengan perilakunya.
6) Untuk memeriksa perilaku helpee dari berbagai sudut pandangan.
7) Untuk membantu helpee memahami masalah atau perilakunya.
8) Memotivasi helpee menggantikan pemikiran merusak diri atau tingkah laku tidak efektif.

Interpretasi lebih tepat digunakan pada psikoterapi formal dari pada proses helping
sederhana, karena para terapis diharuskan untuk berfikir diagnostic. Helpee kemungkinan besar
terpengaruh oleh firasat-firasat setiap saat mengenai “apa yang sedang terjadi?” dan “penjelasan
logika seperti apa yang harus dijabarkan mengenai perilaku helpee-nya?”. Helper tidak akan
mengemukakan pendapatnya, karena dengan melayani (dalam hal ini mendengarkan penjelasan)
helpee membantu helper memahami permasalahan yang sedang terjadi. Kebanyakan helper
merasa bahwa pikiran-pikiran seperti ini menghalangi proses konseling, karena helper akan
keasyikan dengan melakukan memikirkan atau menginterpretasikan terlebih dahulu mengenai
helpee, dibandingkan memahami helpee.

Menafsirkan sama dengan merefleksikan, akan tetapi menafsirkan bermakna lebih luas
yaitu menafsirkan helper ke pesan dasar helpee. Jika interpretasi masuk akal terhadap helpee itu
akan mempercepat proses konseling. Akan tetapi jika interpretasinya tidak bermakna, coba lagi.
Helper harus menyadari apa yang ditafsirkan itu akurat, karena mungkin perlu beberapa waktu
untuk menafsirkannya. Menafsirkan berarti helper memimpin helpee untuk mencari pemahaman
tentang perasaan mereka dan persepsi yang lebih luas.

2. Metode-Metode Interpretasi
1) Refleksi
Teknik-teknik relasi diletakan pada refleksi perasaan-perasaan. Helper tidak melenceng
terlalu jauh dari pernyataan verbal yang secara eksplisit telah dikeluarkan helpee dan helper
menyeleksi apa yang helpee refleksikan.
2) Klarifikasi
Klarifikasi merupakan suatu teknik yang dilakukan hampir bersamaan setelah refleksi.
Mengklarifikasikan yang terimplisit dengan apa yang dikatakan helpee. Oleh karena itu
klarifikasi merupakan refleksi hubungan yang telah tersugesti atau percaya secara penuh
dalam perasaan atau ide-idenya yang dibawanya keluar melalui respon-respon yang
ditampakan.
3) Konfrontasi
Disini, helper mengarahkan perhatian pada ide dan perasaan helpee yang secara implisit
tidak disadari helpee atau dimana dia menolak untuk mengakuinya. Dalam pengguanaan
teknik ini, helper mengkonfrontasikan helpee dengan kata-katanya sendiri, hubungan
dengan masa lalu dan sekarang, menggarisbawahi kesamaan-kesamaan, perbedaan-
perbedaan dan ketidak sesuain perilaku dimana mereka tidak menyadari pada waktu itu.

Helper memperkenalkan konsep-konsep baru, relasi dan asosiasi yang berakar pada
pengalaman helpee tetapi dipertimbangkan untuk menumbuhkan kesadrannya. Berikut contoh
tahap metode interpretasi :

Helpee : “kemaren malam saya benar-benar sangat terganggu oleh mimpi basah yang telah
saya lakukan dengan anak perempuan yang berusia 7 tahun yang kelihatannya mirip dengan
adik perempuan saya dan kadang mirip dengan anak perempuan saya yang masih kecil”

 Refleksi : “kamu benar-benar terganggu dengan mimpi seperti itu”


 Klarifikasi : “rupanya kamu memiliki pengalaman yang mensugesti dorongan-dorongan
erotis kepada anak perempuanmu atau adik perempuanmu.”
 Konfrontasi : “kamu kelihatannya mempunyai dorongan-dorongan erotis yang sama,
baik dengan anak perempuanmu sebagaimana yang telah kamu ceritakan dan dengan
adik perempuanmu”
 Interpretasi : “ kamu menjadi lebih bebas untuk mengakui dorongan masa lalu dan masa
sekarang terhadap orang-orang yang kamu cintai, meskipun kadang hal tersebut
mengganggu dalam mengekspresikan perasaan-perasaan yang dilarang keras dalam
masyarakat kita”
3. Interpretasi Fantasi dan Metaphor

Terdapat beberapa cara dalam memperkenalkan interpretasi, salah satunya adalah dengan
meletakannya dalam bentuk fantasi (lamunan) bahkan dengan menggunakan metode bahasa
gambar atau metafora. Contohnya seperti, “saya punya fantasi tentang apa yang baru saja anda
katakan. Saya membayangkan anda berjalan menyusuri jalan setapak di hutan, datang ke
persimpangan jalan, dan tidak dapat memutuskan mana yang akan dipilih. Anda tanpa sadar
melempar koin dan berlari dengan riang ke jalan yang dipilih oleh koin. Bagaimana hal ini cocok
?”. Jika fantasi itu dekat dengan kesadaran helpee, hal itu akan meningkatkan cara-cara baru
untuk memahami diri mereka sendiri.

Kadang-kadang berguna hanya untuk memberikan reaksi seseorang dalam bentuk


metafora, seperti “ sebagian besar waktu saya menganggap anda sebagai boneka beruang besar
lembut yang tetap diposisi apa pun dimana ia ditempatkan”. Metafora berguna untuk membantu
helpee dalam menghadapi situasi yang sulit yang sedang dihadapinya. Keahlian kedua dalam
menggunakan metafora adalah mengamati kata-kata dan tindakan khusus yang digunakan oleh
helper untuk menggambarkan pengalaman mereka. Helper cenderung menggunakan gambar
tertentu secara konsisten. Beberapa gambaran itu bersifat visual, pendengaran, kinestetik dan lain
sebagainya. Inti dari membantu adalah mendengarkan metafora sensorik yang digunakan oleh
orang tersebut dan kemudian mencocokan bahasa helper dengan mode sensorik dominan dari
helpee. Misalnya, jika helper menggunakan kata kerja dan gambar terutama visual, seperti cerah,
bersinar, melihat dan menggambar. Maka, helper mencoba menggunakan modalitas ini dalam
tanggapannya sendiri. Tujuannya adalah untuk masuk ke dalam pengalaman helpee untuk
mempromosikan pemahaman diri mereka dan untuk menempatkan helpee pada posisi yang lebih
besar pengaruhnya.

4. Tingkatan Interpretasi

Solusi untuk sebgaian besar maslah psikologis adalah memahami makna atau inti dari
masalah tersebut. Menafsirkan, menjelaskan atau menyarankan cara untuk menafsirkan makna
solusi masalah. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa jika maknanya lebih jelas orang
tersebut akan lebih mampu bekerja melalui masalah pribadi saat ini dan masa depan. Adapun
pedoman untuk menafsirkan makna dari sebuah permasalahan adalah :

1) Cari pesan dasar (inti) dari permasalahan helpee


2) Mengutip ini dari mereka
3) Tambahkan pemahaman helper tentang makna pesan mereka dalam hal teori helper atau
penjelasan umum helper tentang motif, pertahanan, kebutuhan dan style.
4) Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sesuai dengan keadaamn helpee
5) Kenalkan helpee dengan ide-ide helper dengan pernyataan dengan mengindikasikan helper
untuk menawarkan idee tentative tentang apa arti kata atau perilaku mereka.
6) Dapatkan reaksi orang yang membantu untuk interpretasi anda
7) Ajarkan helpee untuk melakukan interpretasi sendiri. Perlu diingat, bahwa seorang helper
tidak dapat memberikan wawasan kepada orang lain.

Perspektif utama bagi helpee untuk mendapatkan kenyamanan melalui penafsiran adalah
memperluas persepsi makna perilaku mereka dan cara-cara berbeda dalam memandang masalah
mereka dan kemungkinan mendaptkannya solusi. Secara umum, helpee dapat mengharapkan
pemahaman yang lebih dalam tentang permasalahan mereka sebagai hasil dari perspektif yang
ditambahkan helper. Apabila helper mendapat respon “ tiba-tiba saya sadari” menandakan
penafsiran helper terhadap masalah helpee telah berhasil. Menafsirkan juga memiliki efek
keterlibatan emosional dari helpee sehingga mereka akan lebih bertanggung jawab atas
penafsiran mereka sendiri.

B. Informing Skills (keterampilan penyampaian)

Penginformasian termasuk ke dalam mengidentifikasi berbagai fakta sederhana yang


dimiliki helper yang terkadang sangat membantu. Beberapa jenis informing adalah seperti
informasi dari alat tes, yang membutuhkan keahlian khusus untuk perencanaan dan pembuatan
keputusan yang berlandaskan pada buku pedoman umum. Informasi selanjutnya adalah,
menginformasikan tentang minat dan bakat dan kepribadian yang mungkin terpecahkan dari
sugesti.

Helpee mengharapkan semacam pernyataan ahli dalam bentuk nasihat yang baik tentang
apa yang harus dilakukan. Seorang helper juga sering menganggap fungsi meraka yaitu
memberikan nasihat akal sehat. Dalam sebuah studi mengatakan tentang apa yang disebut
dengan “penasihat prima”. Penelitian ini mengungkapkan bahwa setiap organisasi menunjuk
salah satu anggotanya secara informal untuk menjadi pemberi saran. Fungsinya yaitu untuk
menjadi ahli perilaku dalam berorganisasi dan data yang didapatkan dari hasil konsultasi saja
dengan helper yang tidak jelas. Helper seperti itu menunjukan bahwa helper mempunyai karakter
seneng beribacara dengan orang-orang, menghargai dihormati dan kepercayaan diri dilingkungan
orang-orang yang percaya diri.

Saran yang diberikan ditawarkan dengan cara yang tidak mewajibkan helpee untuk
mengikuti atau mencari pertemuan berikutnya untuk lebih lanjut. Kontribusi utama dalam
pemberian saran adalah untuk memfokuskan masalah, mengklarifikasi proses pengambilan
keputusan dan mendapatkan solusi. Nasihat paling tepat adalah ketika dalam keadaan krisis
dimana beberapa harus bekerjasama untuk mempersiapkan helpee untuk penyesuaian besar
dalam kehidupannya. Contohnya seperti perceraian, keluar dari penjara dan lain sebagainya.
Biasanya orang akan menolak saran apabila dalam bentuk seperti ini “ ayah tahu yang terbaik”
atau saran yang langsung marah dengan persuasi yang kuat. Biasanya orang yang memberi saran
memiliki minat yang kuat kepada orang yang mengikuti saran itu, dan sikap persuasive mereka
sering menimbulkan permusuhan terhadap orang yang ditolong.

Batasan utama pemberian saran adalah bahwa helpee biasanya tidak mengikuti sarannya.
Mereka sering terlihat meminta atau memohon sebuah nasihat, tetapi mereka sering bertanya
terhadap diri sendiri dengan pertanyaan retoris, seperti “apa yang harus saya lakukan?” mungkin
mereka mengungkapkan perasaan tergantung dan tahu apa yang harus dilakukan. Apabila helper
jatuh ke dalam jebakan ini, mereka dengan adil menimbulkan kemarahan dan penghinaan dari
orang yang ditolong.

Strategi yang lebih produktif, terutama jika ada waktu, adalah menangani perasaan yang
terlibat lebih dahulu tugas utamanya adalah untuk membedakan antara permintaan informasi
atau saran yang jujur dan langsung dengan ekspresi perasaan ragu-ragu atau tergantung. Ketika
ragu, akan lebih produktif untuk mencoba pendekatan yang mencerminkan perasaan yang
dianggap pertama, dan kemudian berurusan dengan permintaan sendiri.

Batasan lain dalam memberi saran adalah bahwa hal itu memperkuat ketergantungan pada para
ahli yang mengalihkan tanggung jawab kepada helpee atas solusinya. Seringkali, helper juga
menggunakan pendekatan, seperti “jika aku jadi kamu” memproyeksikan kebutuhan mereka
sendiri. Pengalaman dalam bentuk kelompok membantu menunjukan bahwa partisipan mulai
memberikan nasihat, karena secara tidak sadar mereka menganggap masalah orang lain sebagai
masalah mereka. Batasan lain yang lebih jauh adalah bahwa orang yang ditolong (helpee) dapat
mengambil nasihat helper kemudian itu tidak sah.

1. Pedoman Keterampilan Informing


1) Diinforasikan, atau ketahui sumber informasi di bidang keahlian advestised anda.
2) Jangan menggunakan instrument tes pendidikan atau psikologis tanpa pelatihan
menyeluruh tentang penggunaan dan batasannya.
3) Jangan menggunakan saran kecuali itu dalam bentuk saran yang tentative berdasarkan
keahlian solid.

Anda mungkin juga menyukai