Anda di halaman 1dari 17

BAB II

MASALAH NORMAL,
ABNORMAL, DAN PATOLOGI
Oleh: Roynald Oktavianus Simanullang
1125161229
TERDAPAT 2 PENDEKATAN DALAM MEMBUAT
PEDOMAN MENGENAI NORMALITAS

1. Pendekatan Kuantitatif
2. Pendekatan Kualitatif
PENDEKATAN KUANTITATIF

Didasarkan atas sering atau tidaknya sesuatu terjadi, yang diperkirakan secara subjektif
mengikuti pemikiran awam
• Misalnya: anggapan bahwa pria berambut gondrong adalah normal & biasa untuk masa kini
• Meskipun belum pernah dihitung kita memang banyak melihat. Anggapan tersebut
didasarkan atas perkiraan subjektif.
Perkiraan dengan penghitungan secara teliti dan menghasilkan angka-angka
• Misalnya: tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 1,50 meter, atau IQ rata-rata adalah 100
PENDEKATAN KUALITATIF

Pendekatan yang menegakkan pedoman-pedoman normatif yang tidak berdasarkan


perhitungan atau pemikiran awam, tetapi atas observasi empirik pada tipe-tipe
ideal
Patokan-patokan kualitatif, misalnya:
• sebaiknya wanita melahirkan anak pertama pada usia kurang dari 25 tahun
• sebaiknya pria menikah jika sudah punya penghasilan
Patokan-patokan tersebut terikat dan menggunakan kriteria penilaian kualitatif
atau tipe ideal yang memperhatikan keadaan sosial-budaya setempat.
NORMAL MENURUT STERN

4 Aspek yang perlu diperhatikan untuk menilai normal atau tidaknya seseorang:
1. Daya intergrasi
2. Ada atau tidaknya gejala gangguan
3. Kriteria psikoanalisis
4. Determinan sosio-kultural
1. DAYA INTEGRASI

• Fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasikan kegiatan ego ke dalam maupun ke


luar diri
• Semakin perilaku atau pemikiran terkoordinasi dan terintegrasi, maka semakin baik
2. ADA TIDAKNYA GEJALA GANGGUAN

• Pendekatan medis
• Pegangan yang paling jelas dalam mengevaluasi kesehatan jiwa secara kualitatif
Kesulitan:
• Pada kasus-kasus tertentu seperti ‘gangguan kepribadian’, gejalanya seringkali
tidak jelas dan subjek tidak punya keluhan
3. KRITERIA PSIKOANALISIS

2 hal yang menjadi patokan dari kesehatan jiwa:


• Tingkat kesadaran, semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, makin sehat jiwanya
• Jalannya perkembangan psikoseksual, erat hubungannya dengan perkembangan fisik dan
perkembangan libido

Saat seseorang bermimpi, melakukan kesalahan-kesalahan dalam bertindak atau bicara, atau lupa
hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya ia mengungkapkan tanpa sadar suatu hasrat
terpendam atau suatu perasaan tertekan.
PENDEKATAN PSIKOANALISIS (FREUD)
Kekuatan:
+ Cukup mendalami dan memerhatikan hal-hal khusus yang mungkin terjadi pada
diri seseorang
Kelemahan:
- Fungsi alam sadar terlalu diagungkan
- Kemungkinan-kemungkinan positif dalam alam tak sadar tidak terlalu diperhatikan
- Terjadinya penyederhanaan berlebihan dalam menerangkan segala sesuatu yang
terjadi di masa dewasa (kini) dengan mengembalikan ke masa perkembangan
psikoseksual (lalu).
4. DETERMINAN SOSIO-KULTURAL

Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam penilaian suatu gejala


sebagai normal atau tidak, misalnya:
• Gejala halusinasi diuraikan sebagai gejala patologis, padahal pada suku Indian
dianggap normal bahkan suci
• Histerical reaction dianggap sebagai gejala neurotik, pada suku Indian dianggap
sebagai kerasukan roh atau peristiwa yang suci
NORMAL MENURUT ULMANN DAN KRASNER

• Tingkah laku manusia harus dilihat dalam hubungannya dengan suatu prinsip,
dimana suatu tingkah laku merupakan hasil dari keadaan masa lalu dan masa kini
• Tingkah laku manusia tidak dapat dilihat secara dikotomis sebagai normal atau
abnormal
• Selain definisi statistik, medis, dan psikoanalitis serta sosiokultural terhadap
abnormalitas, ada pula definisi legal tentang abnormalitas
Seorang yang kompeten:
• Mempunyai kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan seperti menandatangani
kontrak, mengadopsi anak, memilih, dsb
• Seorang dengan IQ rendah, orang pikun atau anak dibawah umur tidaklah
kompeten
Dalam hal criminal responsibility:
• Hubungan antara penyakit dengan tanggung jawab atas perbuatan kriminal
• Seseorang yang bertindak kriminal dalam keadaan sadar dan memiliki IQ
normal, meskipun sakit flu, secara hukum dianggap bertanggung jawab
atas perbuatan kriminalnya
• Seseorang yang bertindak kriminal berada dalam serangan epilepsi, dalam
keadaan kesadaran menurun, tidak dapat bertanggung jawab atas
kejahatannya itu
Commitment:
• Mengacu pada penentuan kapan seseorang harus diamankan ke dalam rumah
sakit jiwa atau ke tempat perawatan khusus
• Seseorang yang membahayakan diri sendiri atau orang lain perlu dipisahkan dari
masyarakat
TINGKAH LAKU ABNORMAL

Ulmann:
“Jenis tingkah laku menyimpang, berbeda, tidak mengikuti aturan yang
berlaku, tidak pantas, mengganggu, dan tidak dapat dimengerti dengan
kriteria yang biasa di mana pelakunya memerlukan perhatian tenaga
profesional di bidang kesehatan jiwa seperti psikolog dan psikiater.”
NORMAL MENURUT GLADSTONE

7 Aspek tingkah laku penyesuaian diri: Masing-masing aspek di samping memiliki kriteria
• Ketegangan tingkah laku, Gladstone membaginya ke dalam 5
tingkatan:
• Suasana hati
1. Penyesuaian diri yang normal
• Pemikiran
2. Penyesuaian darurat
• Kegiatan (aktivitas)
3. Penyesuaian neurotik
• Organisasi diri
4. Kepribadian atau karakter neurotik
• Hubungan antar manusia
• Keadaan fisik
Sebagai contoh, dalam aspek ketegangan:
• Dikatakan penyesuaian normal bila ada penyebab yang jelas dan konkret, serta bila orang
tersebut dapat melakukan sesuatu untuk menguranginya
• Dikatakan penyesuaian darurat bila ketegangan tak dapat dikurangi dan agak mengganggu
pekerjaannya sehari-hari dan menunjukkan gejala-gejala yang jelas terlihat dari pernapasan,
berkeringat, dan lainnya
• Dikatakan penyesuaian neurotik bila ketegangan tak jelas lagi kaitannya dengan penyebabnya
dan kecemasan mengganggu pekerjaan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai