Anda di halaman 1dari 9

Gangguan Disosiatif

Amnesia Disosiatif
• Hilangnya memori mengenai informasi pribadi yang penting setelah
kejadian yang penuh stres
• Selama periode amnesia, perilaku atau kemampuan individu mungkin
tidak berubah, kecuali bahwa hilangnya memori menyebabkan
beberapa disorientasi, tidak mengenali identitas (asal, teman, keluarga,
dan lainnya) 
• Biasanya berlangsung dalam periode waktu tertentu, bisa beberapa
jam sampai dengan beberapa tahun 
• Memori biasanya kembali muncul secara tiba-tiba juga, lengkap seperti
sebelumnya (hanya sedikit kemungkinan untuk kambuh) 
• Hilangnya memori tidak sama dengan yang disebabkan oleh kerusakan
otak atau karena ketergantungan obat.
Fugue Disosiatif
• Tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan
rumah, pekerjaan dan beraktivitas dengan menggunakan identitas
baru.
• Biasa terjadi setelah seseorang mengalami beberapa stres yang berat
• Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan
bahkan karakteristik kepribadian yang baru. Di kehidupan yang baru,
individu bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa
lalu
• Recovery biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang
terjadi selama fugue
Gangguan Depersonalisasi
• Persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah
secara menyedihkan dan mengganggu.
• Biasanya terjadi setelah mengalami stres berat
• Biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis
(dalam waktu yang lama).
• Individu merasa “tidak riil” dan merasa asing terhadap diri dan
sekelilingnya, cukup mengganggu fungsi dirinya. 
• Memori tidak berubah, tapi individu kehilangan rasa diri (sense of
self). 
• Gangguan ini menyebabkan stress dan menimbulkan hambatan dalam
berbagai fungsi kehidupan. 
Gangguan Identitas Disosiatif

Kriteria menurut DSM-IV-TR:


a. Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
b. Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku
secara berulang
c. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting
Perkembangan Gangguan Indentitas Disosiatif
(DID): 
• Adanya 2 atau lebih kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang
• Setiap kepribadian punya pola perilaku, hubungan dan memori masing-masing 
• Kepribadian yang asli dan pecahannya kadang dapat menyadari adanya periode
waktu yang hilang, adanya kepribadian yang lain
• Gap dalam memori mungkin terjadi jika salah satu kepribadian tidak memiliki
kontak dengan kepribadian yang lain. Artinya, kepribadian A tidak memiliki
memori mengenai kepribadian B.
• Tidak dapat disembuhkan seketika oleh obat-obatan karena keberadaan pribadi-
pribadi yang berbeda
• Menyebabkan gangguan pada hidup seseorang 
• Biasanya muncul di awal masa kanak-kanak (adanya trauma berat di masa
kanak-kanak), namun jarang didiagnosis hingga usia dewasa
• Gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.
Etiologi Gangguan Disosiatif
• DID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh
penyiksaan secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut
mengakibatkan disosiasi dan terbentuknya berbagai kepribadian lain
sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma (Gleaves, 1996).
• DID merupakan pelaksanaan peran sosial yang dipelajari. Berbagai
kepribadian yang muncul pada masa dewasa umumnya karena
berbagai sugesti yang diberikan terapis (Lilienfel dkk, 1999; Spanos,
1994). Dalam teori ini DID tidak dianggap sebagai penyimpangan
kesadaran.
Terapi
• Terapi psikoanalisis lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif
dibanding masalah-masalah psikologis lain.
• Tujuan untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari, dicapai
melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar
• Hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID
• Pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi
dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan
dialami oleh pasien
• Harapannya, orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari
masa kecilnya saat ini sudah tidak ada dan bahwa kehidupannya yang
sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian masa lalu tersebut
Prinsip yang disepakati secara luas dalam
penganganan DID
1. Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian.
2. Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa ia adalah
bagian dari satu orang dan kepribadian- kepribadian tersebut dimunculkan
oleh diri sendiri.
3. Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk
kenyamanan, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian
yang terpisah dan otonom.
4. Seluruh kepribadian harus diperlakukan dengan adil dan empati.
5. Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai
kepribadian.
6. Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa
kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.

Anda mungkin juga menyukai