Anda di halaman 1dari 49

Penyakit Pada Tulang Belakang

dan Medulla Spinalis


Disusun Oleh: Mahendra Yudha Pratama
Pembimbing: dr. Desi Nuraini Justika, Sp.S
Pendahuluan
◦ cedera medula spinalis: Ketika gangguan sementara ataupun permanen terjadi akibat dari kerusakan pada medula
spinalis
Complete Spinal Transection
Definisi
◦ Complete Spinal Transection (Transeksi Medula Spinalis) merupakan kerusakan total medula spinalis akibat lesi
transversal yang menyebabkan hilangnya seluruh fungsi neurologis medula spinalis di bawah area yang terkena.
Etiologi
◦ Complete Spinal Transection/Transeksi Medula Spinalis (TMS) dapat disebabkan oleh:
◦ Kompresi Medula Spinalis
◦ Systemic degeneration
◦ Infeksi
◦ Autoimun
Patofisiologi
Klasifikasi
◦ TMS Cervival
◦ TMS Thorakal
◦ TMS Lumbal
◦ Sindrom epikonus
◦ Sindrom konus
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan penunjang
◦ Plain foto: Cervical, thoraks, abdomen/lumbal (AP/Lat) untuk melihat adanya fraktur vertebrae. Dapat
ditambah posisi Odontoid (open mouth), Swimmer’s view (untuk melihat C7 dan T1).
◦ Tanda degenerasi spina:
◦ Ruang intervertebral menyempit
◦ Foramina intervertebral menyempit
◦ Bentukan osteofit
◦ Pelebaran foramina

◦ Darah lengkap, urin lengkap


◦ Pungsi Lumbal  analisis CSF
◦ MRI Vertebral: merupakan definitive imaging technique
◦ Neurofisiologi: EMG (untuk memeriksa continuitas myelin dan akson)
◦ Tes perspirasi  menilai fungsi saraf otonom
Tatalaksana
◦ Pre-hospital: Imobilisasi, Penjagaan jala napas, control perdarahan dan syok, trsnsfer pasien ke RS yang memadai
◦ Hospital: Intensif dan operatif
◦ Rehabilitasi
Neurogenic Bladder
Definisi
◦ Kandung kemih neurogenik didefinisikan sebagai disfungsi kandung kemih karena kerusakan atau penyakit pada
sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer.
Klasifikasi
◦ 1. Spastic
- Disebabkan oleh lesi diatas pusat miksi di sacral.
- Hilangnya sensasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kehilangan kontrol motorik,
- Bladder bisa atropi, sehingga kapasitas bladder berkurang .

◦ 2. Flaccid
- Disebabkan oleh lesi diatas pusat miksi di sacral.
- Hilangnya sensasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kehilangan kontrol motorik,
- Bladder bisa atropi, sehingga kapasitas bladder berkurang .
Etiologi
Kelainan pada sistem saraf pusat :
◦ Alzheimer’s disease
◦ Meningomielocele
◦ Tumor otak atau medulla spinalis
◦ Multiple sclerosis
◦ Parkinson disease
◦ Cedera medulla spinalis
◦ Pemulihan stroke
Kelainan pada sistem saraf tepi :
◦ Neuropati alkoholik
◦ Diabetes neuropati
◦ Kerusakan saraf akibat operasi pelvis
◦ Kerusakan saraf dari herniasi diskus
◦ Defisiensi vitamin B12
Manifestasi klinis
Gejala-gejala disfungsi Neurogenik bladder terdiri dari:
◦ Urgensi
◦ Frekuensi
◦ Retensi
◦ inkontinens.
Tatalaksana
Dasar dari penatalaksanaan dari disfungsi bladder adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mengurangi gejala.
A. Penatalaksanaan gangguan pengosongan bladder dapat dilakukan dengan cara :
◦ Stimulasi kontraksi detrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal
◦ Kompresi eksternal dan penekanan abdomen, crede’s manoeuvre
◦ Clean intermittent self-catheterisation
◦ Indwelling urethral catheter
B. Penatalaksanaan hiperrefleksia detrusor
◦ Bladder training (bladder drill)
◦ Pengobatan oral, Propantheline, imipramine, oxybutynin
C. Penatalaksanaa operatif
Acute Medulla Compression
Definisi
◦ Kompresi medula akut adalah penekanan pada medula spinalis yang disebabkan oleh tumor, abses, trauma dan
penyakit tertentu yang dapat menekan medula spinalis dan mengganggu fungsi normalnya.
Etiologi
Terdapat banyak penyebab dari kompresi medulla spinalis. Pada beberapa kasus, kompresi bisa muncul tiba-tiba.
Penyebab kompresi medulla spinalis termasuk :
◦ Beberapa penyakit degeneratif, seperti arthritis.
◦ Ruptur diskus intervertebralis
◦ Trauma pada medulla spinalis atau daerah sekitarnya yang menyebabkan swelling
◦ Gangguan perdarahan ditambah dengan manipulasi chiropractic dapat menyebabkan gumpalan besar menekan
tulang belakang.
◦ Tumor dari kanker maupun bukan kanker dapat tumbuh di sekitar tulang belakang. Jika hal ini terjadi, tumor
dapat menekan medulla spinalis, menyebabkan kompresi.
Manifestasi klinis
◦ Nyeri punggung
◦ Kelemahan pada kaki
◦ Kelemahan sensoris
◦ Disfungsi anatomis, dengan tanda-tanda awal ialah hilangnya kontrol berkemih, urgensi.
Pemeriksaan penunjang
◦ Pemeriksaan foto polos vertebra harus dikerjakan dan dapat menunjukkan subluksasi atau kolaps vertebra, erosi
tulang sekunder terhadap tumor, atau kalsifikasi (meningioma)
Tatalaksana
Terapi farmakologik
◦ Glucocorticoid > mengurangi cedera dari cedera tulang belakang traumatik.
◦ Deksametason > mengurangi edema iskemik
◦ Kortikosteroid dosis tinggi lebih baik daripada dosis rendah dalam membalikkan edema dan meningkatkan
fungsi neurologis.
Terapi nonfarmakologis
◦ Terapi radiasi
◦ Laminektomi
Radicular syndrome
Definisi
◦ Sindrom radikular merupakan salah satu jenis penyakit yang termasuk dalam kelainan sistem saraf perifer yang
terjadi pada radiks spinalis yang menimbulkan gangguan berupa defisit sensorik, defisit motorik, defisit refleks,
kerusakan sensasi nyeri, tetapi tidak melibatkan adanya defisit otonom.
Etiologi dan klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya radikular sindrom diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu.
◦ Radikular sindrom akibat proses kompresif
◦ Radikular sindrom akibat proses inflamatori
◦ Radikular sindrom akibat proses degeneratif
Berdasarkan lokasinya:
◦ Sindrom radikular lumbal
◦ Sindrom radicular servikal
◦ Sindrom radicular torakal
Manifestasi klinis
Secara umum, manifestasi klinis sindrom radikular adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra hingga ke arah ekstremitas.
Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan,
atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi dermatom radiks yang
bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
5. Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.
Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen
◦ Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto roentgen
penderita sindrom radikular juga dapat ditemukan pada individu lain yang tidak memiliki keluhan apapun.3
b. MRI/CT Scan
◦ MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi kelainan diskus intervertebra
◦ CT Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra.
c. Myelografi
◦ Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama elemen osseus vertebra.
d. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)
◦ NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk menentukan keterlibatan saraf
e. Laboratorium
◦ Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid, fosfatase alkali/asam, kalsium.
◦ Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
Tatalaksana
◦ Farmakologi
Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:
Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)
Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)
Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)
Vit. B1, B6, B12
◦ Fisioterapi
Hernia Nucleus Pulpossus
Definisi
◦ HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus
hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix
spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
◦ Degenerasi diskus intervertebralis
◦ Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
◦ Trauma berat atau terjatuh
◦ Mengangkat atau menarik benda berat
Manifestasi klinis
◦ Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
◦ Nyeri punggung bawah.
◦ Nyeri daerah bokong.
◦ Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
◦ Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan
sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
◦ Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri
dan berjalan.
◦ Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
◦ Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
◦ Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
◦ Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.
Pemeriksaan Penunjang
◦ MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit
kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.
◦ Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan
degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
◦ EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
◦ Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP
Tatalaksana
◦ Terapi Konservatif
1. Tirah Baring
2. Medikamentosa: Analgetik, pelemas otot, opioid, kortikosteroid
3. Terapi fisik
◦ Operatif
1. Laminectomy
2. Discectomy
3. Mikrodiscectomy
Sindroma Kauda Equina
Definisi
◦ Sindrom kauda equina adalah pola karakteristik neuromuskular dan gejala urogenital yang dihasilkan dari
kompresi simultan dari akar saraf lumbosakral mutliple tingkat konus medularis. Gejala ini termasuk nyeri
punggung bawah, sciatica (unilateral atau, biasanya, bilateral), gangguan sensorik pelana, kandung kemih dan
disfungsi usus, dan variabel bermotor ekstremitas bawah dan gangguan sensorik.
Etiologi
◦ Trauma
◦ Herniasi diskus
◦ Spinal stenosis
◦ Tumor
◦ Inflamasi
◦ Kecelakaan tindakan medis
Manifestasi klinis
◦ Low back pain
◦ Unilateral atau bilateral sciatica
◦ Saddle dan perineum hypoesthesia atau anestesi
◦ Gangguan fungsi usus dan kandung kemih
◦ Defisit motorik dan sensorik ekstremitas bawah
◦ Berkurang atau tidak ada refleks ekstremitas bawah
Radik Defisit
Nyeri Defisit motorik Defisit refleks
saraf sensorik
Kelemahan quadrisep Penyusutan
L2 Paha medial anterior Paha atas ringan, fleksi panggul, ringan
adduksi paha suprapatella
Kelemahan quadrisep,
Patella atau
L3 Paha lateral anterior Paha bawah ekstensi lutut, adduksi
suprapatella
paha
Paha posterolateral,
L4 Kaki medial Ekstensi pedis dan lutut Patella
anterior tibia
Dorsofleksi dari pedis
L5 Dorsum pedis Dorsum pedis Hamstrings
dan tumit
Plantar fleksi dari pedis
S1-2 Lateral pedis Lateral pedis Achilles
dan tumit
Bulbocavernosus
S3-5 Perineum Saddle sfingter
; anal
Pemeriksaan penunjang
◦ CT-scan dengan atau tanpa kontras.
◦ MRI. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk seluruh pasien yang memiliki gejala urinari yang baru muncul
yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah dan ischialgia.
◦ Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia, kadar gula darah, sedimen,
sifilis dan lyme serologis. Pemeriksaan LCS harus dilakukan jika ada indikasi, berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan fisik yang ditemukan. Human leucocyt antigen (HLA)-B27 dapat diperiksa jika ankylosing spondilitis
atau berbagai spondyloarthropati seronegatif diyakinkan sebagai diagnosa banding.
◦ Pemeriksaan urodinamik sangat berguna untuk menilai derajat dan sebab dari disfungsi sfingter, sebaiknya
pantau pemulihan dari fungsi kandung kemih yang disebabkan oleh operasi dekompresi
Tatalaksana
Medikamentosa
◦ Agen vasodilator
◦ Agen anti inflamasi
Pembedahan
Myelopathy
Definisi
Myelopathy adalah nama kolektif untuk berbagai jenis masalah yang melibatkan sumsum tulang belakang. Ketika
myelopathy terjadi karena kecelakaan atau trauma, disebut cedera sumsum tulang belakang. Dalam kasus lain,
myelopathy terjadi sebagai akibat dari proses penyakit, peradangan, gangguan peredaran darah, atau masalah lain
yang berakhir mempengaruhi kolom tulang belakang.
Klasifikasi
Compressive Non-Compressive
Degeneratif Infeksi myelitis transversa
 Virus: zoster, ebstein barr, herpes simplex, cytomegalovirus, adenovirus, enterovirus,
Coxsackie B, type 6 herpes virus, HIV dan AIDS, HTLV I dan II.
 Bacterial: staphylococcus aureus, streptococci belum 1 ysng minggu
 Spirochetes: sphyilis dam penyakit limfa
 Jamur : Cryptococcus, aspergillus.
Acute disemintating encephalitis:
 Penyakit dimyelinating
 Multiple sclerosis
 Neuromyelitis optica
 Penyakit Eale
Vaskuler:
 Spinal areteri thrombosis
 Sistem saraf pusat vaskulitis (lupus, sjogrens dan sarcoidosis)
Trauma Substansi toxic dan materi psikal
 Lesi tulang  Lathyrism, arsenic, nitric-oxide
 Herniasi diskusi  Radiasi
 Epidural hermorrage  Luka elektrik
Infeksi (abses) Degeneratif
 Skelerosis primer lateral
 Paraparese spastik
 Ataksia spinocerebral
 Neuroregenarasi iron
 Ataksia friedriech’d defisiens
Tumor:  Metabolic
 Ekstradural: benign dan malignant  Defisiensi Vit B12
 Intradural: intra dan extramedullary  Defisiensi Vit E
 Kronik hepatiik atau penyakit ginjal
 Defisiensi hexosamidase
Vascular: malformasi arteri-vena Paraneoplastik
Syringomyelia
Manifestasi klinis
Tanda-tanda awal mielopati yaitu hilangnya bertahap keterampilan motorik halus dan kelambatan atau kekakuan
dalam berjalan. Orang dengan myelopathy dapat mengalami satu atau lebih gejala berikut:
◦ Rasa berat dikaki atau kelambatan atau kekakuan dalam berjalan
◦ Ketidakmampuan untuk berjalan dengan langkah cepat
◦ mengalami gangguan sensori, namun kecuali mielopati memburuk, jarang mencapai tingkat yang jelas
◦ Intermiten penembakan nyeri ke lengan dan kaki (seperti tersengat listrik), terutama ketika menekuk kepala
mereka ke depan (dikenal sebagai fenomena Lermitte).2
Pemeriksaan penunjang
◦ CT scan; otot polos dengan potongaan-potongan dapat menunjukan osteofit yang berada di dalam spinal colum
◦ MRI; dapat menunjukan jaringan lunak disekitar tulang (saraf, diskus) selain tulang
◦ EMG; mengevaluasi jalur motorik dari saraf
◦ SSEP (somatosensory evoked potential); mengukur kemampuan sensorik saraf. Dengan sebuah listrik, dilakukan
dengan merangsang lengan atau kaki dan kemudian membaca sinyal di otak.
◦ Pemeriksaan Laboratorium: Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat : kokain,
heroin ataupun pemeriksaan likuor serebrospinalis.
Tatalaksana
◦ Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan
motoris. Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki peluang 5% untuk kembali normal.
Non medikamentosa:
◦ Terapi konservatif
◦ Terapi fisik
◦ Kontrol nyeri: Istirahat, pengaturan posisi yang nyaman, kompres es, terapi panas ultrasound, traksi
◦ Blok saraf berupa injeksi steroid pada epidural

◦ Pembedahan
◦ Discectomy fusi
◦ Corpectomy dan strut graft

◦ Laminektomi: prosedur pembedahan untuk mengurangi tekanan pada sumsum tulang belakang karena stenosis tulang
belakang.
Tatalaksana
Medikamentosa
◦ metilprednisolon dosis tinggi merupakan satu-satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji
klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika.
◦ Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera medula spinalis.

Anda mungkin juga menyukai