Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME
PEMBIMBING:
dr. Nur Hidayah, Sp.A

Enrico Esbianto Syahputra


11 2018 047
PENDAHULUAN
 Respiratory Distress Syndrome (RDS)/Hyaline Membrane Disease
(HMD)
 Surfaktan mulai diproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34
minggu
 RDS didapatkan sekitar 5-10% pada bayi kurang bulan, 50% pada
bayi dengan berat 500-1500 gram.
 Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih ↑ dari pada kulit hitam
& lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dari pada perempuan
 Pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi
darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit
diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan
antepartum
DEFINISI
 RDS adalah gangguan napas pada bayi baru lahir yang terjadi
segera atau beberapa saat setelah lahir dan menetap atau
menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan

ETIOLOGI
 kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah
kolaps paru
PATOFISIOLOGI

 4 stadium perkembangan paru

Pseudoglandular (5-17 minggu) Terjadi perkembangan percabangan bronkhius dan tubulus asiner

Kanalikuler (16-26 minggu)Terjadi proliferasi kapiler dan penipisan mesenkhim

Diferensiasi pneumosit alveollar tipe II sekitar 20 minggu

Sakuler (24-38 minggu)Terjadi perkembangan dan ekspansi rongga udaraAwal pembentukan septum alveolar

Alveolar (36 minggu – lebih 2 tahun setelah lahir) Penipisan septum alveolar dan pembentukan kapiler baru
alveoli masih
kecil
sehingga
kesulitan
Faktor-faktor yang memudahkan berkembang

terjadinya RDS pada bayi prematur


pengemban
gan kurang
sempurna
karena
dinding
thorax masih
lemah

produksi
surfaktan
kurang
sempurna
Takipnea

Sianosis Grunting

MANIFESTASI
KLINIK

Retraksi
Pernafasan
intercostal
cuping
dan
hidung
subcostal
Tabel 1. Klasifikasi gangguan napas
Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan Klasifikasi
napas
>60 kali/menit Dengan Sianosis sentral DAN tarikan Gangguan napas
dinding dada atau merintih saat berat
ekspirasi
Atau > 90 kali/menit Dengan Sianosis sentral ATAU tarikan
dinding dada ATAU merintih
saat ekspirasi
Atau < 30 kali/menit Dengan atau Gejala lain dari gangguan
Tanpa napas
60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada ATAU Gangguan napas
tetapi merintih saat ekspirasi sedang
Tanpa Sianosis sentral
Atau > 90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau
merintih saat ekspirasi atau
sianosis sentral
60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau Gangguan napas
merintih saat ekspirasi atau ringan
sianosis sentral
60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan jantung
tetapi kongenital
Tanpa Tarikan dinding dada atau
merintih
Tabel 2. Evaluasi gawat napas dengan skor Downes
Pemeriksaan Skor
0 1 2
Frekuensi napas < 60/menit 60-80/menit >80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan O2 walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara
ringan udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan tanpa alat bantu
stetoskop
Evaluasi
Total Diagnosis
1-3 Sesak napas ringan
4-5 Sesak napas sedang
≥6 Sesak napas berat
FAKTOR RESIKO

Bayi dari ibu


Bayi kurang Kegawatan
diabetes
bulan (BKB) neonatal
mellitus

Bayi lahir Bayi yang lahir dari ibu


Bayi dengan kulit
yang menderita
dengan operasi demam, ketuban berwarna seperti
sesar pecah dini mekonium
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 24 jam pertama kehidupan

 Gejala (Sesak napas, grunting/merintih, retraksi dinding dada, sianosis)


 APGAR score
 Tanda prematuritas
 hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru-paru
 klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya bayi,adanya
infeksi dan derajat dari pirau PDA
Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks Derajat 2 (ringan-sedang): 1 + air bronchogram.
Gambaran air bronchogram (gambaran bronko
yang seharusnya terisi udara) yang menonjol
Derajat 1 (ringan): kadang normal atau
gambaran retikulogranuler, homogen,tidak menunjukkan bronkiolus yang menutup latar
ada air bronchogram belakang alveoli yang kolaps
Foto toraks
Derajat 3 (sedang-berat) : 2 +
batas jantung-paru kabur Derajat 4 (berat): 3 + white lung
Laboratorium

 Darah : Hb, Ht, dan gambaran darah tepi tidak menunjukkan tanda
infeksi.
 Analisis gas biasanya memberikan hasil : hipoksemia, asidemia
yang berupa asidosis metabolik, respiratorik atau kombinasi, dan
saturasi oksigen yang tidak normal
 Elektrolit : kenaikan kadar serum bikarbonat, kadar glukosa darah,
hypokalemia, hipokalsemia dan hipofosfatemia
DIAGNOSIS BANDING

 Obstruksi saluran napas atas


 Kelainan sistem respirasi
 Respiratory distress syndrome =
 Sepsis penyakit membrane hialin
 Transient tachypnea of the
 Sistem kardiovaskular newborn
 Metabolic  Pneumonia
 Sindrom aspirasi mekonium
 Sistem hemopoetik  Persistent pulmonary hypertension
 Sistem susunan saraf pusat in newborn = PPHN
 Pneumotraks, atelectasis,
perdarahan paru, efusi pleura,
palsi nervus frenikus
 Malformasi kongenital
Transient tachypnea of the newborn

 suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau
cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir akibat
gangguan penyerapan cairan di alveoli dan hilang dengan sendirinya
dalam waktu 3-5 hari.
 Faktor resiko terjadinya TTN yaitu bayi yang dilahirkan secara operasi
Caesar, makrosomia, bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
penyakit asma, diabetes mellitus dan pengaruh sedasi
TATALAKSANA
Gangguan Napas Ringan
 Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam.
 Berikan ASI bila bayi mampu mengisap.
 Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas
antara 30 – 60 kali/menit.
 Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap
antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan.
TATALAKSANA

Gangguan Napas Sedang


 Memberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih
sesak dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup
 Bayi jangan diberikan minum (di puasakan).
 Berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis
TATALAKSANA

Gangguan Napas Berat :


 Siapkan rujukan ke RS Rujukan
 Stabilisasi sebelum merujuk
 Rujukan disertai petugas yg mahir resusitasi
 Perhatikan Jalan napas dan Oksigenasi selama transportasi
TERAPI
1. Ventilasi
 Ventilasi Mekanik
 CPAP awal dipasang pada tekanan sekitar 5-7 cm
H2O melalui prong nasal, pipa nasofaringeal atau
pipa endotrakheal.
 CPAP diberikan pada tekanan 6-10 cm H2O
melalui nasal prongs
 Ventilator konvensional
a. Peak Inspiratory Pressure (PIP)
b. Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
c. Frekuensi
d. Kecepatan Aliran
CPAP
 Suatu alat yang digunakan untuk memberikan tekanan positif kepada bayi
baru lahir yang masih dapat bernapas spontan melalui nasal prong
 Mempertahankan functional residual capacity(FRC) dan meningkatkan
oksigenasi
 Dapat memberikan O2 aliran bebas 21%-100%
Komponen CPAP

1. Sebuah sirkuit untuk aliran terus menerus gas


yang kemudian dihisap oleh bayi
 Sumber O2 dan udara bertekanan
menghasilkan gas yang dihisap
 Sebuah pencampur O2 memungkinkan gas
FiO2 yang sesuai diberikan
 Sebuah flow meter mengontrol kecepatan
aliran terus menerus dari gas yang dihisap
(biasanya dipertahankan pada kecepatan 5-7
L/menit)
 Sebuah humidifier menghangatkan dan
melembabkan gas yang dihisap
Komponen CPAP

2. Sebuah alat untuk menghubungkan sirkuit ke saluran napas neonates

 Untuk tujuan dalam prosedur ini, nasal prong merupakan metode yang
lebih disukai untuk penerapan CPAP

3. Sebuah alat untuk menghasilkan tekanan positif pada sirkuit

 Tekanan positif dalam sirkuit dapat dicapai dengan perendaman selang


ekspirasi distal dalam larutan asam asetat 0,25% sampai kedalam yang
diharapkan (5cm) atau katup CPAP
 Indikasi penggunaan endotracheal tube antara lain:
1.Penghisapan mekonium dari trakea
2.Saat ventilasi menggunakan sungkup sudah tidak efektif
3.Koordinasi dengan kompresi dada
4.Penggunaan Epinefrin
5.Keadaan resusitasi khusus (seperti hernia diafragma kongenital)
T-piece resuscitator (neopuff)

 alat yang dapat mengatur aliran udara serta juga


dapat membatasi tekanan yang diberikan. Tekanan
inflasi yang diinginkan dan waktu inspirasi lebih stabil
dengan alat ini
 bekerja hanya bila dialiri gas yang berasal dari sumber
bertekanan ke dalamnya. Gas mengalir langsung, baik
ke lingkungan sekitar maupun ke bayi, dengan cara
menutup atau membuka lubang pada pipa T dengan
jari atau ibu jari.
 2. Sirkulasi
 Auskultasi suara jantung, ukur tekanan darah, palpasi denyut nadi dan periksa
hematokrit1
 3. Koreksi asidosis metabolik
 Asidosis metabolik berat (pH < 7.2) dengan kadar bikarbonat serum (< 15-16
mEq/L)atau defisit basa menunjukkan beratnya penyakit. Penyebab harus
segera ditentukan danditangani.
 4. Jaga kehangatan suhu bayi sekitar 36,5°C – 36,8°C (suhu aksiler) untuk
mencegah vasokonstriksi perifer
 5. Langkah selanjutnya untuk mencari penyebab distres respirasi
 6. Terapi pemberian surfaktan
Dosis surfaktan yang direkomendasikan untuk terapi
• Galfactant
Dosis awal : 3 ml/kgBB
Dosis tambahan : dapat diulang sampai 3 kali pemberian
dengan interval tiap 12 jam
• Beractant
secara
Dosis awal : 4 ml/kgBB
intratrakeal
Dosis tambahan : dapat diulang setelah 6 jam sampai
melalui
total 4 dosis dalam 48 jam
selang
• Colfosceril
endotrakeal
Dosis awal : 5 ml/kgBB diberikan dalam 4 menit
(ETT)
Dosis tambahan : dapat diulang setelah 12 dan 24 jam
• Porcine
Dosis awal : 2,5 ml/kgBB
Dosis tambahan : dosis 1,25 ml/kgBB dapat diberikan tiap
12 jam

 7. Bila tidak tersedia fasilitas NICU segera rujuk ke rumah sakit yang tersedia
NICU Pemantauan
KOMPLIKASI

 Patent Ductus Arteriosus


 Hemorrhagic Pulmonary Edema
 Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)
 Infeksi
 Perdarahan intracranial dan leukomalasia periventrikuler
PROGNOSIS

 Sangat bergantung pada berat badan lahir dan usia gestasi


 Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan
dengan keadaan hipoksemi yang lama.
PENCEGAHAN

 Perhatian langsung harus diberikan untuk mengantisipasi dan


mengurangi komplikasi dan juga harus diupayakan strategi
pencegahan persalinan kurang bulan semaksimal mungkin
 Pemberian terapi steroid antenatal harus diberikan kepada ibu
yang terancam persalinan kurang bulan
 Melakukan resusitasi dengan baik dan benar

Anda mungkin juga menyukai