Anda di halaman 1dari 32

ALLPPT.

com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts

PLASENTA PREVIA
Pembimbing: dr. Komang, Sp. OG

030.14.191 TAZKIA SHAHNAZ ANDJANI


030.13.118 MARISA
030.15.009 AGRA AYU FIDELA
030.15.013 ALISYA NADHILAH CHAIRUL NOOR
030.15.152 PRINASTITI SETIAWATI
030.15.093 JESSICA RIAMA TOBING
030.15.026 ANISA LUJIANTI
030.15.129 NALENDRA DIWALA NARAYANA
ANATOMI
Click to add title

Plasenta Previa adalah plasenta yang


berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum.

Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi 4, Cet 5. Jakarta; PT. Bina Pustaka. 2016, h.495
EPIDEMIOLOGI

• Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30 tahun.

• Lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal

• Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya

• Beberapa RS Umum Pemerintah  insiden berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%

• Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % (mungkin disebabkan berkurangnya perempuan
hamil paritas tinggi)

• Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetric yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden
plasenta previa bisa lebih tinggi.

Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi 4, Cet 5. Jakarta; PT. Bina Pustaka. 2016, h.495
ETIOLOGI
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah
rahim belum diketahui dengan pasti.

Dapat secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua


didaerah segmen bawah rahim.

Teori lain  vaskularisasi desidua yang tidak memadai


mungkin sbg akibat dari proses radang atau atrofi

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2014.


FAKTOR RESIKO

1. Paritas tinggi

2. Usia lanjut

3. Cacat rahim (bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi)

4. Perokok

5. Plasenta yg terlalu besar pada kehamilan ganda

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2014.


KLASIFIKASI
PLASENTA PREVIA
KLASIFIKASI BROWNE
KLASIFIKASI
Grade 1
 Lateral placenta previa
Grade 2
•Plasenta previa totalis/komplit
 Marginal placenta previa
•Plasenta previa parsialis
Grade 3
•Plasenta previa marginalis
 Complete placenta previa
•Plasenta previa letak rendah
Grade 4
 Central placenta previa

Oyelese,Yinka & Sinulian,John. Placenta Previa, Placenta Accreta, and Vasa Previa. American College of Obstetrician. 2006;107(4)
Yeeles, H., & Jha, S. (n.d.). Antepartum haemorrhage. Antenatal Disorders for the MRCOG and Beyond, 13–26.
Oyelese,Yinka & Sinulian,John. Placenta Previa, Placenta Accreta, and Vasa Previa. American College of Obstetrician. 2006;107(4)
Yeeles, H., & Jha, S. (n.d.). Antepartum haemorrhage. Antenatal Disorders for the MRCOG and Beyond, 13–26.
MANIFESTASI KLINIS

• Perdarahan berwarna merah segar keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri
• Perdarahan terjadi berulang
• Perdarahan >>, mengalir
• Perdarahan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, dan tanpa trauma
• Pada:
– Plasenta previa totalis: perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
– Plasenta previa parsialis atau letak rendah: perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan (bisa sedikit/banyak)

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2014. Hal 495-8.
PATOFISIOLOGI
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS

• Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan


pemeriksaaan.

– Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu

atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless),

tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent), warna merah segar.

1. Chalik T. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam: Saifuddin A, Rachimhadhi T, dan Wiknjosastro, G. (Eds). Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008: 493-521.
2. Bakker R, Ramus RM. Placenta Previa. American College of Obstetricians and Gynecologists, American Medical Association. 2018 Available
from :
https://emedicine.medscape.com/article/262063-overview (Accessed at 15 Agustus 2020).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
– Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku
– Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis
Palpasi
– Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu
atas panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintuatas panggul.
– Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak
sungsang.
– Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
– Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel
PEMERIKSAAN FISIK

Lanjutan…

Auskultasi
 Denyut jantung janin biasanya normal

Pemeriksaan Inspekulo
– Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
– Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Letak Plasenta Tidak Langsung

– Pemeriksaan USG merupakan cara yang paling tepat untuk menegakkan


diagnosis definitif, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin.
– Pemeriksaan USG rutin pada kehamilan 18-20 minggu dengan plasenta letak-
rendah tidak dianjurkan, kecuali terjadi perdarahan berulang.
– Pemeriksaan USG rutin untuk kehamilan dengan plasenta previa
partialatau total dianjurkan setelah 32 minggu, walaupun saat itu tidak terjadi
perdarahan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Letak Plasenta Secara Langsung

•Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila wanita tersebut sudah
berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk pembe-dahan sectio caesarea segera,
karena pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat.
•Pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) dapat dilakukan bila semua syarat terpenuhi,
yaitu :
– Infus/ transfusi telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap
– Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 g) dan in partu, atau
– Janin telah meninggal atau terdapat anomali congenital mayor (misal ansefali)
– Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5
atau 3/5 pada palpasi luar)
TATALAKSANA
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013;96-7
Cunningham FG, Leveno KJ Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. William Obstetrics 25th edition. New York: McGraw-Hill Education;
2018:1883-7.
TATALAKSANA UMUM

Tidak dianjurkan melakukan


pemeriksaan dalam sebelum tersedia
untuk kesiapan SC

Pemeriksaan inspekulo  menetukan


sumber perdarahan

Perbaiki kekurangan cairan/darah →


infus cairan (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat)
TATALAKSANA PLASENTA PREVIA

Tatalaksana plasenta previa dibagi menjadi 2 


Terapi ekspetatif dan Terapi aktif

Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari 3 faktor 


umurkehamilan, maturitas janin, dan perdarahan yang
dialami

• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.


- Perdarahan banyak dan berlangsung → persiapkan
SC tanpa memperhitungkan usia kehamilan
- Jika perdarahan sedikit, berhenti, & janin hidup tetapi
prematur → pertimbangkan terapi ekspektatif
TERAPI EKSPEKTATIF

SYARAT
– Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
– Belum ada tanda inpartu
– Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
– Janin masih hidup dan kondisi janin baik
TATALAKSANA EKSPEKTATIF

• Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis


• Pemeriksaan USG  untuk mengkonfirmasi letak plasenta
• Lakukan pemberian tokolitik apabila terdapat kontraksi:
– MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atas
– Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IV dosis
tunggal
TERAPI EKSPEKTATIF

• Koreksi anemia → Ferrous sulfat atau ferrous fumarate 60 mg/hari PO


selama 6 bulan
• Pastikan tersedianya sarana transfusi.
• Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama → dapat rawat jalan dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi
perdarahan.
TERAPI AKTIF

• Rencanakan terminasi kehamilan jika:


o Usia kehamilan cukup bulan
o Janin mati / menderita anomali /
keadaan yang mengurangi kelang-
sungan hidupnya
o Pada perdarahan aktif & banyak,
segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
TERAPI AKTIF

• Pada dasarnya, persalinan semua pasien dengan plasenta previa harus


dilakukan dengan SC
• Jika plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, & presentasi kepala
→ dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban & persalinan pervaginam
masih dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan SC
• National Health Workshop (2011)  pasien dengan plasenta previa
paling baik dilakukan SC secara elektif pada usia kehamilan 36-37 minggu
• The Social for Maternal-Fetal Medicine (2017)  pada usia kehamilan
antara 34 dan 37 minggu
TERAPI AKTIF

Jika persalinan dengan SC & terjadi perdarahan dari tempat plasenta:


– Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
– Pasang infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit
– Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang
sesuai (eg, ligasi arteri dan histerektomi)
KRITERIA TATALAKSANA RAWAT JALAN
UNTUK PASIEN PLASENTA PREVIA

72 jam observasi di rumah sakit tanpa perdarahan vagina

Hematokrit serial 35%

Patuh untuk bed rest di rumah

Pasien dan keluarga paham tentang komplikasi yang dapat terjadi

Follow up setiap minggu sampai waktunya bersalin, termasuk


pemeriksaan Hb dan USG serial
KOMPLIKASI

Segmen dan segmen bawah


Anemia dan syok hipovelemik Plasenta inkreta atau perkreta Rahim robek dan perdarahan

Kehamilan prematur dan gawat


Kelainan letak anak Solusio plasenta
janin

Disseminated Intravascular
Kematian maternal
Coagulation (DIC) Infeksi sepsis
akibat perdarahan

Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91
PROGNOSIS

• Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan masa
lalu  Diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG serta ketersedian transfusi
darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten
• Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialissasi
program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa  Komplikasi
maternal dapat dihindarkan
• Namun nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran premature baik yang lahir
spontan maupun karena intervensi seksio sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuh-nya
bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif dilakukan
• Dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi.
Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu danperinatal jauh
menurun.

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
Rustam Mochtar, Dr, Prof, Snopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998 : 269-279.
Winkjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 362-76 ; 606-22.

Anda mungkin juga menyukai