PLASENTA PREVIA
Pembimbing: dr. Komang, Sp. OG
Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi 4, Cet 5. Jakarta; PT. Bina Pustaka. 2016, h.495
EPIDEMIOLOGI
• Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30 tahun.
• Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % (mungkin disebabkan berkurangnya perempuan
hamil paritas tinggi)
• Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetric yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden
plasenta previa bisa lebih tinggi.
Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Edisi 4, Cet 5. Jakarta; PT. Bina Pustaka. 2016, h.495
ETIOLOGI
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah
rahim belum diketahui dengan pasti.
1. Paritas tinggi
2. Usia lanjut
4. Perokok
Oyelese,Yinka & Sinulian,John. Placenta Previa, Placenta Accreta, and Vasa Previa. American College of Obstetrician. 2006;107(4)
Yeeles, H., & Jha, S. (n.d.). Antepartum haemorrhage. Antenatal Disorders for the MRCOG and Beyond, 13–26.
Oyelese,Yinka & Sinulian,John. Placenta Previa, Placenta Accreta, and Vasa Previa. American College of Obstetrician. 2006;107(4)
Yeeles, H., & Jha, S. (n.d.). Antepartum haemorrhage. Antenatal Disorders for the MRCOG and Beyond, 13–26.
MANIFESTASI KLINIS
• Perdarahan berwarna merah segar keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri
• Perdarahan terjadi berulang
• Perdarahan >>, mengalir
• Perdarahan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, dan tanpa trauma
• Pada:
– Plasenta previa totalis: perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
– Plasenta previa parsialis atau letak rendah: perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan (bisa sedikit/banyak)
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2014. Hal 495-8.
PATOFISIOLOGI
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
atau pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless),
1. Chalik T. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam: Saifuddin A, Rachimhadhi T, dan Wiknjosastro, G. (Eds). Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008: 493-521.
2. Bakker R, Ramus RM. Placenta Previa. American College of Obstetricians and Gynecologists, American Medical Association. 2018 Available
from :
https://emedicine.medscape.com/article/262063-overview (Accessed at 15 Agustus 2020).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
– Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku
– Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis
Palpasi
– Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu
atas panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintuatas panggul.
– Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak
sungsang.
– Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
– Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel
PEMERIKSAAN FISIK
Lanjutan…
Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya normal
Pemeriksaan Inspekulo
– Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
– Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
•Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila wanita tersebut sudah
berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk pembe-dahan sectio caesarea segera,
karena pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan hebat.
•Pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) dapat dilakukan bila semua syarat terpenuhi,
yaitu :
– Infus/ transfusi telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap
– Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 g) dan in partu, atau
– Janin telah meninggal atau terdapat anomali congenital mayor (misal ansefali)
– Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5
atau 3/5 pada palpasi luar)
TATALAKSANA
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013;96-7
Cunningham FG, Leveno KJ Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. William Obstetrics 25th edition. New York: McGraw-Hill Education;
2018:1883-7.
TATALAKSANA UMUM
SYARAT
– Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
– Belum ada tanda inpartu
– Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
– Janin masih hidup dan kondisi janin baik
TATALAKSANA EKSPEKTATIF
Disseminated Intravascular
Kematian maternal
Coagulation (DIC) Infeksi sepsis
akibat perdarahan
Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91
PROGNOSIS
• Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan masa
lalu Diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG serta ketersedian transfusi
darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten
• Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialissasi
program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa Komplikasi
maternal dapat dihindarkan
• Namun nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran premature baik yang lahir
spontan maupun karena intervensi seksio sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuh-nya
bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif dilakukan
• Dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi.
Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu danperinatal jauh
menurun.
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
Rustam Mochtar, Dr, Prof, Snopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998 : 269-279.
Winkjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 362-76 ; 606-22.