Anda di halaman 1dari 59

Neurology

dr. Semuel A. Wagiu, SpS


Curriculum Vitae
 Pekerjaan:
 Dokter IDT Puskesmas Belang, Kab. Minahasa, 1994.
 Dokter Ka. Puskesmas Tolinggula, Kab Gorontalo, 1995-1998
 Staf di Bagian Saraf RSU Prof.dr. RD Kandou, Manado 2000-2002
 Dokter PNS RSUD dr. M. Haulussy Ambon, 1999 -.

 Pendidikan:
 Dokter Umum : FK Universitas Sam Ratulangi 1994
 Spesialis Saraf (SpS) : FK Universitas Indonesia 2008
 Magister Kedokteran (MKed) : FK Universitas Indonesia 2008
SARAF KRANIAL

• N I , II  bagian dari traktus


otak, not true nerves
• N XI (n.spinal asesorius) 
bagian dari segmen servikal
atas
• Lainnya  berhubungan
langsung dengan brain stem

Secara fungsional :
• N I, II, VIII : special sensory
• N III, IV, VI : gerakan mata
dan konstriksi pupil
• N XI, XII : motorik murni
• N. V, VII, IX, X : campuran
• Membawa serabut
parasimpatik : N III, IX, X
CRANIAL NERVES
NUCLEI
OF NERVUS CRANIALIS
N. OLFAKTORIUS (N. I)

FUNGSI : sensorik khusus menghidu


CARA PEMERIKSAAN
 Pastikan tdk ada sumbatan/kelainan setempat
 Menggunakan substansi familiar, nontoksik, & tidak
merangsang mukosa hidung: kopi, tembakau, jeruk
 Tes masing2 lubang hidung, mata tertutup
 Tanyakan apakah dapat mencium bau &
mengidentifikasi
N. OLFAKTORIUS (N. I)

KELAINAN:
 Anosmia: trauma, infeksi &
tumor lobus frontal
 Hiposmia/anosmia parsial
 Hiperosmia
 Parosmia: salah menghidu
 Kakosmia: persepsi bau
busuk
N. OPTIKUS (N.II)

FUNGSI : sensorik khusus melihat


YANG DIPERIKSA :
1. KETAJAMAN VISUAL
2. WARNA
3. PEMERIKSAAN FUNDUS
4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

- Pasien harus alert & kooperatif


- Pemeriksaan mata secara bergantian, salah satu
mata ditutup, kacamata dilepas
N. OPTIKUS (N.II)

KETAJAMAN PENGLIHATAN
 Snellen card jarak 6 meter (N : 6/6)
 Jaeger reading card jarak 35,5 cm
 Bedside test : baca buku, bandingkan dengan
pemeriksa (visus pemeriksa harus normal)
 1/60 : hanya dapat hitung jari
1/300 : hanya dapat melihat objek bergerak
1/ : hanya mampu membedakan terang-gelap
SNELLEN CHART
Visus turun  apakah kelainan okular?
Tes pinhole : hanya sinar sentral yg masuk
visus membaik  kelainan refraksi

PEMERIKSAAN WARNA :
Ishihara card test
N. OPTIKUS (N.II)

LAPANGAN PANDANG
 Tes konfrontasi : Pemeriksa (Pm) duduk berhadapan
dengan pasien (Ps) pada jarak ½ meter. Tutup mata
kanan Pm dan mata kiri Ps. Fiksasi mata Ps dengan
melihat hidung Pm. Periksa masing-masing mata.
Gunakan pin merah & putih.Tes melalui berbagai
median penglihatan dari arah luar ke dalam
(biasanya dalam 4 arah). Ps diminta
memberitahukan saat melihat gerakan objek
pertama kali.
 Kampimeter, Tangent screen
TES KONFRONTASI
PERIMETER, KAMPIMETER, TANGENT SCREEN

N : > luas pd kuadran inferior lat.


Tgt dr bentuk wajah, orbita, posisi mata, lebar fissura palpebra
N. OPTIKUS (N.II)

PEMERIKSAAN FUNDUS
 Pemeriksaan dalam keadaan gelap
 Cari fokus untuk pemeriksaan yang sesuai. Jika
pasien/pemeriksa hipermetrop putar fokus ring
sesuai arah jarum jam. Bila miopia  putar
berlawanan arah jarum jam.
 Pasien diminta melihat ke depan pada jarak tertentu
dengan fiksasi mata pada benda di depan.
 Optalmoskop dipegang dengan tangan kanan, sudut
15 o dari garis fiksasi
N. OPTIKUS (N.II)

 Setelah terlihat red reflex (pupil berwarna pink),


dekatkan optalmoskop sampai 1-2 cm dari mata
pasien
 Dinilai optic disc (batas papil, warna, cuping),
pembuluh darah (perbandingan arteri/vena) dan
retina (perdarahan, eksudat)

KELAINAN:
Papil edema, Papil atrofi, Papilitis, Retrobulbar
neuritis
Retinopati hipertensif, Retinopati diabetikum
FUNDUSKOPI • Pem. di tpt gelap
• Sesuaikan fokus ring
• Lihat jauh ke depan  fiksasi mata
 jgn menggerakkan mata
• Pegang oftlms dg tgn ka.
• Lihat mata ka Ps pd jrk 30 cm dan
15° horisontal dr grs fiksasi
• Red reflex
Perhatikan : optic disc, pembuluh darah, retina
Papil edema

Retinopati hipertensif  narrowing artery &


arteriovenous nipping
Papil atrofi pd retinitis pigmentosa ( yellow-
white disc & attenuated retinal vessels)
N. III, IV, VI

FUNGSI :
1. Pergerakan bola mata
2. Posisi bola mata
3. Pupil & kelopak mata

N.III : m. levator palpebra,


rektus superior, rektus
inferior, rektus medialis,
oblik inferior, konstriktor
pupil, siliaris
N IV : m. oblik superior
N VI : m. rektus lateralis
N. III, IV, VI

PEMERIKSAAN :
1. POSISI KEPALA
 Kepala miring menjauhi arah lesi pada
lesi N. IV

2. POSISI BOLA MATA


 Normal : orto-tropia.
 AbN: eksotropia, endotropia, skew deviation,
deviation conjugee
N. III, IV, VI

3. KELOPAK MATA
 Ptosis
 Pseudoptosis : kelopak mata tampak turun
tetapi pasien secara volunter dapat mengangkat
dengan penuh  sindroma Horner

4. PUPIL
 Lihat bentuk, ukuran, isokor atau tidak
 Refleks cahaya langsung, konsensual,
akomodasi  konstriksi pupil
N. III, IV, VI

GERAKAN BOLA MATA


 Gerak pursuit
Pusat kontrol : lobus oksipital
Ps diminta mengikuti gerakan objek berjarak 50 cm
dari pusat gaze. Adakah diplopia, gerakan tertinggal.

 Gerak sakadik
Pusat kontrol : lobus frontal
Ps diminta melirik ke kiri-kanan, atas-bawah.
Apakah gerakan bersamaan.
N. III, IV, VI

 Konvergensi
 Vestibulo-ocular reflex/gerak vestibular posisional
(doll´s eye manuver)  untuk kelainan di
supranuklear/internuklear
 Cover-uncover test  menentukan strabismus laten
Ps diminta melihat ke depan, salah satu mata mis.
Mata kiri ditutup dengan cover, kemudian dengan
cepat dibuka dan cover dipindahkan ke mata kanan.
Bila ada strabismus laten mata akan tampak
gerakan koreksi saat cover dibuka
N. III, IV, VI

KELAINAN:
 Strabismus konvergen/divergence
 Skew deviation
 Diplopia
 Ptosis
 Gaze palsy
 Ophtalmoplegi perifer/sentral
Internuclear ophtalmoplegi (INO)
sindrom one-and-a-half
N. V (N. TRIGEMINALIS)

FUNGSI:
- MOTORIK : otot mengunyah, membuka-menutup
mulut, menggerakkan rahang
- SENSORIK: wajah

PEMERIKSAAN MOTORIK
 Inspeksi kening & pipi, adakah atrofi m. masseter &
temporalis
 Palpasi otot, pasien diminta merapatkan gigi sekuat
mungkin. Dinilai tonus & kontraksinya
N. V (N. TRIGEMINALIS)

 Pasien diminta menggigit tongue depressor. Bila ada


paralisis otot, pemeriksa dapat dengan mudah
menariknya pada sisi yg lemah.
 Pasien diminta membuka mulut, dilihat apakah ada
deviasi rahang terhadap garis tengah (patokan:gigi
insicivus atas & bawah). Paralisis m.pterygoideus
lateralis menyebabkan deviasi rahang ke sisi lesi.
 Pasien diminta menggerakkan rahang dari satu sisi
ke sisi lain melawan tahanan.
N. V (N. TRIGEMINALIS)

PEMERIKSAAN SENSORIK
 Dilakukan dengan
menggunakan berbagai
modalitas,
dibandingkan kiri &
kanan sesuai dengan
distribusi daerah
V1,2,3
N. V (N. TRIGEMINALIS)

PEMERIKSAAN REFLEKS
 Refleks masseter/mandibular/jaw : Ps mulut sedikit
membuka, rahang relaks. Pm meletakkan jari
telunjuk pada dagu kemudian diketuk dengan
hammer. N : kontraksi ringan.Bila meningkat : lesi
supranuklear
 Refleks kornea
Sentuhan ringan langsung ke kornea menggunakan
ujung kapas, ps diminta melirik ke arah berlawanan
sisi yg akan diperiksa  menghindari blink refleks
Positif bila terdapat kedipan palpebra
N. V

KELAINAN :
 Unilateral facial loss sensation
 Loss sensation divisi V1/V2/V3
 Trigeminal neuralgia
 Sindrom Wallenberg
N. VII (N. FACIALIS)

FUNGSI :
- Somatomotorik : otot2 wajah, m.platisma, stilohioid,
digastrikus posterior, stapedius telinga tengah
- Viseromotorik : glandula, mukosa faring, palatum,
sinus, rongga hidung, sinus paranasal, glandula
submaksilaris, sublingual & lakrimalis
- Viserosensorik : pengecapan 2/3 anterior
- Somatosensorik : overlapping dengan daerah yg
dipersarafi N.V,IX,X,C2-3
N. VII
N. VII (N. FACIALIS)

1 . MOTORIK
- Muka simetris/tidak, kerutan dahi, plika
nasolabialis, sudut mulut, fisura palpebra
- gerakan spontan saat tersenyum & mengedipkan
mata
- Ps diminta memejamkan mata, Pm berusaha
mengangkat kelopak mata ps.
- Ps diminta menyeringai, mencucurkan bibir,
menggembubgkan pipi
N. VII (N. FACIALIS)
PARESIS N.VII SENTRAL PARESIS N.VII PERIFER
N. VII (N. FACIALIS)

2. Viseromotorik
- Tes Schimer : membandingkan sekresi kelenjar
lakrimal dengan kertas saring
- Refleks salivary : meletakkan substansi yang
merangsang di bawah lidah spt.lemon, lidah
dinaikkan & dilihat aliran saliva dari duktus

maksilaris
N. VII (N. FACIALIS)

3. Sensorik pengecapan
- 4 macam rasa : manis, asin ,asam,pahit (gula,
garam, asam asetat, kuinin)
- Lidah dijulurkan keluar, menggunakan cotton
applicator substansi ditaruh pada 2/3 anterior
lidah
bergantian.
- Diantara tes mulut dibersihkan dengan air
- Rasa pahit paling akhir karena meninggalkan rasa
yang lebih lama.
N. VII (N. FACIALIS)

REFLEKS
- Chovstek sign : ketokan ringan 2 cm di depan
tragus.
- Refleks orbikularis oris : ketokan diatas bibir
atas
- Refleks nasomental : ketokan pada mentalis
- Snout refleks
N.VIII (N. VESTIBULO-KOKHLEARIS)

FUNGSI :
N. Kokhlearis  pendengaran
N. Vestibularis  keseimbangan, koordinasi

1. PENDENGARAN
- Tes secara kasar dulu dengan meminta ps
mendengarkan bisikan dari jarak tertentu atau
gosokan ibu jari dan telunjuk
- Garputala 128, 256, 512 Hz
N.VIII

Tes Rinne:
membandingkan
konduksi tulang &
udara
+ konduksi udara >
tulang
- konduksi udara <
tulang

Tes Weber : lateralisasi


suara ke arah telinga
yang lebih keras
N.VIII

Penilaian :
Tuli perseptif: Rinne +,
lateralisasi ke telinga
sehat

Tuli konduktif: Rinne –


lateralisasi ke telinga sakit
N.VIII
2. KESEIMBANGAN, KOORDINASI, ORIENTASI
- Gait
- Nistagmus : berhub.dengan vertigo, horisontal, unidirectional,
posisional
- Hallpike manuver
- Tes kalori
Air dingin 30°C : nistagmus fase cepat menjauhi stimulus
panas 44°C : fase cepat ke arah stimulasi
- Fukuda stepping test
- Romberg test
- Tes tandem
N. IX, X

1. FUNGSI MOTORIK
- Kualitas suara : disfonia, afonia
- Gangguan menelan : disfagia
- Ps diminta buka mulut, lihat palatum molle,
faring,
arkus faring dan uvula : simetris atau tidak. Ps
diminta bilang “aa..” adakah gerakan yang
tertinggal

2. FUNGSI VISEROMOTORIK
mengatur kelenjar untuk salivasi
N. IX, X

3. FUNGSI SENSORIK
- Sulit diperiksa karena persarafan overlapping

4. FUNGSI VISEROSENSORIK
1/3 posterior lidah, sulit dilakukan

5. REFLEKS
- Refleks faring (gag reflex)
Perangsangan dinding faring atau tonsil atau lidah
belakang dengan tongue spatel. Positif : kontraksi,
elevasi otot faring, retraksi lidah, muntah
N. IX, X

- Refleks palatal/uvular
stimulasi lateral & inferior uvula atau palatum
molle
dengan tongue spatel. Positif : elevasi palatum
molle dan retraksi uvula
- Refleks sinus karotis
tekan sinus karotis pada percabangan a. karotis
komunis akan timbul bradikardi, penurunan TD
dan curah jantung serta vasodilatasi perifer
N. IX, X

- Refleks nasal/sneeze
Perangsangan mukosa hidung dengan sentuhan
kapas menimbulkan bersin
- Refleks batuk
Stimulasi faring, laring, trakea, percabangan
bronkus menimbulkan batuk
- Refleks okulokardiak
bila mata ditekan, terjadi penurunan detak
jantung
N. IX, X
N. XI (N.AKSESORIUS)

FUNGSI: pergerakan rotasi leher, memiringkan kepala,


pergerakan mengangkat bahu

OTOT STERNOLEIDOMASTOIDEUS
- Inspeksi adanya atrofi
- Periksa kekuatan otot kedua sisi. Ps diminta
menoleh ke kanan/kiri, ditahan dengan tangan kita
pada dagu ps.
- Ps diminta memfleksikan kepala dengan tangan
kita
menahan pada dahi
N. XI (N.AKSESORIUS)

OTOT TRAPEZIUS
- Inspeksi adanya atrofi, winging scapula, posisi bahu
simetris/tidak
- Palpasi
- Tangan pm pada bahu ps, ps diminta mengangkat
kedua bahu. Bandingkan kekuatan kiri & kanan
- Bila kelumpuhan bilateral, kepala cenderung jatuh
ke depan, ps tidak dapat mengangkat dagu, bahu
jatuh (drooping sagging appearance)
N. XI (N.AKSESORIUS)
N. XII (N. HIPOGLOSUS)

FUNGSI : pergerakan & artikulasi lidah

 Ps diminta membuka lidah. Inspeksi lidah dalam


keadaan istirahat dalam mulut : atrofi, deviasi,
fasikulasi
 Ps diminta menjulurkan lidah, jika ada kelumpuhan
akan berdeviasi ke arah yang lumpuh
 Menilai kekuatan lidah dengan menekankan lidah
pada pipi, kita tekan dengan jari dari arah luar
N. XII (N. HIPOGLOSUS)

Anda mungkin juga menyukai