Anda di halaman 1dari 60

Palpebra

Palpebra terdiri dari palpebra superior (kelopak mata atas) dan palpebra
inferior (kelopak mata bawah).

1. Kulit
2. Jaringan ikat yang longgar
3. Musculus orbicularis oculi
4. Cilia
5. Pinggir kelopak mata
6. Muara dari kelenjar
Meiboom
7. Conjunctiva tarsalis
8. Tarsus
9. Kelenjar meiboom
10. Musculus Muller
11. Musculus levator palpebrae
12. Septum orbita
13. Lemak orbita
Kulit

Kulit tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang halus
dengan otot-otot yang ada di bawahnya, sehingga kulit mudah
digerakkan. Adanya jaringan ikat ini menyebabkan palpebra mudah
bengkak kerena edema atau pendarahan.
Di dalam kulit palpebra terdapat kelenjar-kelenjar keringat yakni
kelenjar Zeis dan Moll.
Otot-otot

1. Musculus Orbicularis Oculi yang berjalan sirkuler mengelilingi


celah mata (fissura palpebrae)  di innervasi oleh Nervus VII
( Nervus facialis), gunanya untuk menutup mata.

2. Musculus Riolani, suatu otot kecil di pinggir palpebra,


gunanya untuk membantu Musculus Orbicularis Oculi.
Otot-otot
3. Musculus Levator Palpebrae (superior), hanya ada di
palpebra superior. Di innervasi oleh N III (Nervus
Oculomotorius). Fascianya melekat pada bagian atas tarsus
dan kulit.

4. Musculus Mulleri, terletak di bawah tendon dari Musculus


Levator Palpebrae. Innervasi oleh syaraf simpatis.

Musculus Levator Palpebrae dan Musculus Mulleri gunanya


untuk mengangkat palpebra superior ke atas.
Tarsus

Tarsus terdiri dari jaringan yang rapat dengan sedikit jaringan elastis.
Gunanya untuk memberi bentuk pada palpebra. Tarsus superior lebih
besar daripada tarsus inferior, dan di dalamnya terdapat glandula
Meiboom  20 buah yang berjalan sejajar dan vertikal. Muara kelenjar-
kelenjar ini berada di margo palpebrae (pinggir palpebra).
Septum orbita

Di sebelah posterior dari musculus orbicularis oculi terdapat fascia


yang membatasi palpebra dengan orbita, sehingga radang palpebra
tidak masuk ke orbitae.

Margo palpebrae superior dan inferior bertemu di lateral dan medial. Di


temporal pertemuannya berupa segitiga runcing yang disebut canthus
externus atau canthus lateralis. Di nasal, pertemuannya disebut canthus
internus ( =canthus medialis) dan berbentuk agak bulat. Disana terlihat
ada lipatan merah (plica semilunaris) dan disudut ada tonjolan yang
disebut caruncle.
Septum orbita

Di sebelah posterior dari musculus orbicularis oculi terdapat fascia


yang membatasi palpebra dengan orbita, sehingga radang palpebra
tidak masuk ke orbitae.

Di dekat canthus internus terdapat tonjolan yang disebut papilla


lacrimalis, dan di tengah-tengahnya terdapat lubang (=punctum
lacrimalis). Ini merupakan bagian dari sistem lacrimalis.
Di bagian depan margo palpebra terdapat bulu mata (= cilia) 2-3 baris
berupa rambut-rambut yang pendek, tebal dan melengkung keluar.
Pembuluh darah

Pembuluh-pembuluh darah berasal dari arteria ophthalmica dan


arteria facialis yang cabang-cabangnya menuju ke kulit, ke ujung
palpebra dan ke conjunctiva. Arteri-arteri ini diikuti vena-vena yang
kemudian menjadi vena facialis, vena ophthalmica, dan masuk ke
dalam sinus cavernosus di rongga tengkorak. Maka apabila terjadi
radang di palpebra, harus diobati dengan baik agar tidak menjalar ke
sinus cavernosus.
Kelainan-kelainan palpebra

1. Kelainan congenital

2. Radang

3. Kelainan kedudukan palpebra

4. Kelainan karena kelumpuhan nervus

5. Tumor palpebra

6. Trauma palpebra
Kelainan congenital

1. Coloboma palpebrae. Ini adalah keadaan dimana sebagian


palpebra tidak ada. Biasanya ada di antara ⅓ tengah dan ⅓
nasal.

Kalau lekukannya lebar, maka sebagian mata selalu ter-exposed


sehingga cornea menjadi kering dan dapat terjadi radang cornea. Ini
hanya dapat diatasi dengan transplantasi (operasi plastik).
Kelainan congenital

2. Epicanthus
Terdiri dari lipatan kulit yang tegak lurus, dimulai dari pangkal
hidung menuju ke canthus internus dan menutupi sebagian canthus
inernus. Sebenarnyanya ini sama dengan “mata sipit” yang
merupakan karakteristik dari suku bangsa Mongolia.
Seiring pertumbuhan tubuh, lipatan ini dapat menghilang. Kalau
keadaan ini parah disertai jarak yang lebar antara kedua mata,
dapat terjadi keadaan seolah-olah ada strabismus convergens. Ini
disebut pseudo strabismus
Kelainan congenital

2. Epicanthus
Terdiri dari lipatan kulit yang tegak lurus, dimulai dari pangkal
hidung menuju ke canthus internus dan menutupi sebagian canthus
inernus. Sebenarnyanya ini sama dengan “mata sipit” yang
merupakan karakteristik dari suku bangsa Mongolia.
Seiring pertumbuhan tubuh, lipatan ini dapat menghilang. Kalau
keadaan ini parah disertai jarak yang lebar antara kedua mata,
dapat terjadi keadaan seolah-olah ada strabismus convergens. Ini
disebut pseudo strabismus
Radang

1. Blepharitis = radang kronis dari margo palpebrae, terdiri dari 2 jenis :


a. Blephraitis squamosa (= seborrhoica)
Gejala-gejala :
- Margo palpebrae merah, bengkak dan terasa gatal.
- Di pangkal ciliae tampak serbuk putih seperti tepung,
yakni squamae.
- Tidak ada destruksi folikel rambut sehingga walaupun
ciliae rontok, dapat tumbuh kembali. Kadang-kadang
tumbuhnya ke arah dalam, disebut trichiasis.

Penyebabnya adalah :
Ptyrosporum ovale.
Radang

1. Blepharitis = radang kronis dari margo palpebrae, terdiri dari 2 jenis :

b. Blepharitis ulcerosa (= ulcerativa).


Gejala-gejala : - Margo palpebrae merah dan bengkak.
- Di pangkal rambut mula-mula ada crusta.
Bila crusta lepas, tampak ulcera kecil-
kecil
- Ciliae rontok, tetapi karena ada destruksi
folikel rambut, maka ciliae tak dapat
tumbuh kembali, terjadi madarosis.
Penyebabnya adalah :
Staphylococcus aureus.
Terapi : Margo palpebrae harus sering
dibersihkan, agar squamae dan crusta
lepas, lalu diberi salep antibiotik.
Radang

2. Hordeolum = infeksi akut dari kelenjar-kelenjar di palpebra,


disebabkan oleh staphylococcus atau streptococcus.
Radang

2. Hordeolum = infeksi akut dari kelenjar-kelenjar di palpebra,


disebabkan oleh staphylococcus atau streptococcus.

a. Bila mengenai glandula Zeis dan Moll, disebut hordeolum


externum.
Gejala-gejala : - Palpebra bengkak (edema), merah,
sakit dan ada tonjolan. Puncak tonjolan
berwarna kuning dan tampak dari luar;
puncak ini berisi nanah dan kadang-
kadang pecah sendiri

Incisi dilakukan dari luar. Arah incisi harus


mengikuti jalannya serabut-serabut kulit, yaitu arah
horizontal. Sesudah diberi bius lokal dengan
injeksi, dilakukan incisi horizontal dan isi
dikeluarkan sampai bersih.
Radang

2. Hordeolum = infeksi akut dari kelenjar-kelenjar di palpebra,


disebabkan oleh staphylococcus atau streptococcus.
b. Bila mengenai glandula Meiboom disebut hordeolum internum.
Gejala-gejala : - Palpebra edema, merah dan sakit.
- Ada tonjolan di luar dan juga di dalam.
- Tonjolan di dalam puncaknya berwarna
kuning berisi nanah.
Terapi : Diberi salep antibiotik dulu. Bila tidak
berhasil, dilakukan incisi.
Radang

2. Hordeolum = infeksi akut dari kelenjar-kelenjar di palpebra,


disebabkan oleh staphylococcus atau streptococcus.

Incisi dilakukan di sebelah dalam, dan arahnya


vertikal sesuai dengan arah glandula Meiboom.
Sesudah diberi bius lokal, palpebra dibalik dan
dilakukan incisi vertikal. Lalu isi dikeluarkan
sampai bersih
Radang

3. Chalazion = Pembengkakan glandula Meiboom akibat sumbatan


dari muaranya.

Gejala-gejala : - Tidak ada tanda radang pada palpebra


seperti edema, merah maupun rasa sakit.
Tampak ada tonjolan di palpebra, yang
keras, melekat pada tarsus tapi lepas dari
kulit.
- Apabila palpebra dibalik, tampak ada bercak
merah dan menonjol.
Terapi : Incisi dari dalam.
Radang

4. Herpes zoster ophthalmicus.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Zoster, dan dapat


mengenai bagian tubuh yang mana saja. Tetapi ciri khasnya
adalah: terjadi kelainan kulit yang bersifat unilateral (hanya
sebelah bagian). Pada mata, penyakit ini disebut Zoster
Ophthalmicus. Virus ini menyerang ganglion Gasseri, yaitu tempat
permulaannya Nervus Trigeminus (= N V), yakni nervus untuk
sensibilitas.
Radang

4. Herpes zoster ophthalmicus.

Penyakit ini diawali dengan sebelah wajah dan kulit kepala terasa
sakit sekali, dan warnanya menjadi merah. Lalu di atas kulit
yang merah itu timbul gelembung-gelembung vesicula(/e).
Beberapa hari kemudian cairannya berubah menjadi keruh
(nanah) dan disebut pustula(/e). Pustula mengering menjadi
crusta. Crusta lepas dan terjadi cicatrix di kulit yang berwarna
hitam.
Radang

4. Herpes zoster ophthalmicus.

N V terdiri dari 3 cabang, yakni N V1, N V2 dan N V3. Bila yang


terkena NV1 dan N V2, di mata terlihat conjunctiva bulbi merah.
Tetapi bila N V3 juga terkena, maka akan terlihat 1) proses di
puncak hidung, dan 2) proses di cornea. Hubungan antara proses
di puncak hidung-cornea disebut Hutchinson’s Sign. Di cornea
sensibilitasnya berkurang dan terjadi anaesthesia. Tetapi secara
spontan cornea terasa sakit. Jadi keadaan ini disebut anaesthesia
dolorosa. Anaesthesia ini berbahaya karena cornea jadi mudah
mendapat trauma dan dapat terjadi radang cornea (keratitis).
Radang

4. Herpes zoster ophthalmicus.

Terapi : 1. Salep mata Zovirax atau Poviral.


2. Tablet Acyclovir 4 X 2 tab/hari
3. Kulit dapat diberi salep kulit Acyclovir.
Kelainan kedudukan palpebra

1. Trichiasis = cilia arahnya kedalam (= inversi) dengan akibat


bahwa cornea selalu terkena rangsangan mekanis. Akibatnya
cornea luka, lalu dapat terjadi infeksi  radang cornea  cacat
di cornea, bahkan kebutaan.

Causa : 1. Blepharitis
2. Trachoma
3. Trauma yang mengenai margo palpebrae.

Terapi : 1. Epilasi = pencabutan bulu mata dengan


forceps cilia. Dapat diulang 2-3 kali
2. Apabila tumbuhnya kedalam lagi, dapat
dilakukan elektro-koagulasi. Folikel rambut dibakar.
3. Operasi.
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Entropion senilis
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Dapat disertai trichiasis, dapat


juga tanpa trichiasis. Tetapi
dalam kedua hal ini, bulu mata
mengenai cornea, sehingga
cornea luka dan dapat terjadi
infeksi, dan akhirnya terjadi
radang cornea dengan segala
akibatnya.
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Ada 2 jenis entropion :

1. Entropion akibat cicatrix (cicatricial entropion).


Ini biasanya di cts dan disebabkan oleh trachoma. Jadi
entropion ini adalah entropion palpebra superior.
2. Entropion akibat spasme dari musculus orbicularis oculi
(spastic entropion).
Ini biasanya terjadi pada orang lanjut usia, sehingga juga
disebut entropion senilis dan mengenai palpebra inferior.
Spasme terjadi karena relaksasi dari kulit palpebra dan letak
bola mata yang lebih dalam akibat berkurangnya jaringan
lemak.
Operasi pada entropion palpebra superior dilakukan dengan
tarsotomi dari Wheeler yang dimodifikasi oleh Dr. Sie Boen
Lian (Semarang).
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Prinsip tarsotomi

1. Tarsus yang melengkung dipotong sehingga terpisah menjadi


tarsus bagian proximal dan bagian destal.
2. Bagian destal diselipkan di sebelah dalam dari bagian proximal,
agar bagian proximal tidak dapat melengkung ke dalam lagi.
3. Dibuat jahitan yang dibuka setelah 1 minggu.
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Operasi entropion palpebra inferior (= operasi Wheeler)

1. Dibuat sayatan pada kulit palpebra inferior pada jarak 4-6


mm dari margo palpebra, dan sejajar dengan margo palpebra.
Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Operasi entropion palpebra inferior (= operasi Wheeler)

2. Kulit dilepaskan dari dasarnya, sehingga tampak musculus


orbicularis oculi. Musculus ini dilepaskan dari dasarnya, dan
bagian tengahnya dipotong sepanjang 4-6 mm.

Kulit dibuka, tampak musculus orbicularis oculi


Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Operasi entropion palpebra inferior (= operasi Wheeler)

2. Kulit dilepaskan dari dasarnya, sehingga tampak musculus


orbicularis oculi. Musculus ini dilepaskan dari dasarnya, dan
bagian tengahnya dipotong sepanjang 4-6 mm.

Musculus bagian tengah dipotong


Kelainan kedudukan palpebra

2. Entropion = pinggir kelopak mata melengkung kedalam

Operasi entropion palpebra inferior (= operasi Wheeler)

2. Kulit dilepaskan dari dasarnya, sehingga tampak musculus


orbicularis oculi. Musculus ini dilepaskan dari dasarnya, dan
bagian tengahnya dipotong sepanjang 4-6 mm.

3. Sisa musculus orbicularis oculi disisipkan ke bawah.

4. Kulit dijahit kembali


Kelainan kedudukan palpebra

3. Ectropion = Margo palpebrae melipat keluar


= eversio margo palpebrae

Akibatnya :

1. Punctum lacrimalis menghadap keluar = eversio punctum


lacrimalis. Air mata tidak dapat masuk ke dalam punctum
lacrimalis, sehingga air mata keluar terus. Ini disebut
epiphora. Lama-kelamaan kulit pipi menjadi luka karena
selalu dihapus.
Kelainan kedudukan palpebra

3. Ectropion = Margo palpebrae melipat keluar


= eversio margo palpebrae

Akibatnya :

2. Conjunctiva tarsalis selalu ter-expose, sehingga menjadi tebal dan


hiperemis.
3. Bila ectropion hebat, maka palpebra tak dapat menutup dengan
sempurna (lagophthalmos).
Kelainan kedudukan palpebra

3. Ectropion = Margo palpebrae melipat keluar


= eversio margo palpebrae

Penyebabnya :
Paling sering akibat cicatrix di kulit. Misalnya trauma di pipi,
menyebabkan palpebra inferior
Kelainan kedudukan palpebra

3. Ectropion = Margo palpebrae melipat keluar


= eversio margo palpebrae

Terapi :
Operasi plastik, yakni cicatrix di eksisi dan diganti dengan
“skin-graft”

Cicatrix di kulit palpebra superior menyebabkan ectropion palpebra


superior.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

1. Lagophthalmos

Lagophthalmos adalah keadaan dimana kelopak mata tidak


dapat menutup dengan sempurna. Menutup mata adalah fungsi
dari musculus orbicularis oculi, dan musculus ini di inervasi oleh
nervus facialis ( N VII).
Akibat dari lagophthalmos adalah bahwa sebagian bola mata
selalu ter-expose terhadap dunia luar, sehingga cornea menjadi
kering dan mudah terkena trauma. Apabila terjadi luka di cornea,
maka kuman dapat masuk ke cornea dan terjadi radang cornea
yang dapat menyebabkan cacat (= cicatrix di cornea), bahkan
kebutaan.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

1. Lagophthalmos

Penyebabnya :

1. Facialis parese. Ini adalah yang paling sering terjadi.


Pasien datang dengan wajah mencong dan mengeluh
mengenai :

a. Epiphora (= air mata meleleh). Ini disebabkan


karena punctum lacrimalis menghadap keluar
(eversio punctum lacrimalis).
b. Bila makan, makanan berkumpul di sudut
mulut yang parese.
c. Bila disuruh bersiul, pasien tidak dapat
melakukannya karena mulutnya tak dapat
dibulatkan. (= test bersiul).
d. Bila disuruh menutup mata, matanya tak
dapat menutup dengan sempurna.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

1. Lagophthalmos

Penyebabnya :

2. Ectropion yang hebat

3. Bola mata menonjol (Protrusio bulbi).


Ini dapat disebabkan oleh :

• Tumor mata
• Proses di belakang bola mata (= proses retro bulber),
seperti radang, perdarahan, dll.
• Exophthalmus goiter yakni Morbus Basedowi,
dimana ada pembesaran glandula thyroidea disertai
meningkatnya metabolisme basal.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

1. Lagophthalmos

Terapi

1. Causal (= menurut penyebabnya).

2. Untuk melindungi cornea dapat dilakukan


pembedahan sementara, yakni tarsorafi
medialis. Disini margo palpebra superior dan
inferior dijahit untuk sementara di bagian
tengah.
Tetes atau salep mata dapat diberikan dari
pinggir mata. Bila keadaan sudah tenang
jahitan dapat dibuka kembali.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis

Pada keadaan ini, palpebra superior turun (jatuh) dan tak dapat
diangkat lagi, sehingga celah mata menjadi sempit. Ada
bermacam-macam derajat ptosis. Bila hebat dan palpebra
superior menutupi pupil, maka pasien akan mencoba menaikkan
palpebra dengan memaksa musculus occipito frontalis
berkontraksi, sehingga alisnya terangkat.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis

Bila ptosisnya lebih hebat lagi, pasien akan menjatuhkan


kepalanya ke belakang dan mengangkat dagunya.
Ini adalah tanda karakteristik untuk ptosis. Juga akan tampak
kerutan di dahi akibat kontraksi musculus occipito frontalis, dan
pada pelpebra akan terlihat garis lipatan kulit yang berbentuk
seperti huruf ‘S’.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis
Causa

1. Congenital. Biasanya bilateral. Dapat disebabkan oleh


gangguan pembentukan musculus levator palpebra atau
kelainan dari nervus oculomotorius ( N III).
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis
Causa
2. Akwisita, biasanya unilateral.
Causa :
2.1 Parese N III yang menginervasi musculus levator
palpebrae, sedangkan musculus ini gunanya untuk
mengangkat palpebra superior ke atas.
Karena N III juga menginervasi otot-otot penggerak
bola mata, maka sering tampak strabismus divergens.
Disini bola mata mengarah keluar karena musculus
rectus lateralis di inervasi oleh N VI yang tidak
lumpuh.

ptosis + strabismus divergens


Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis
Causa
2. Akwisita, biasanya unilateral.
Causa :

2.2 Awal dari myasthenia gravis, yakni suatu penyakit


melumpuhnya otot-otot secara progresif. Ini biasanya
dimulai di palpebra superior. Pasien mengeluh
palpebra superior terasa berat dan sulit diangkat.
Biasanya mulai unilateral untuk kemudian menjadi
bilateral. Mulanya hanya terasa diwaktu malam karena
lelah, dan besoknya sembuh. Tetapi lama-kelamaan
menetap.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis
Causa
2. Akwisita, biasanya unilateral.
Causa :

2.3 Syndroma Horner, terdiri dari :

• Ptosis karena parese syaraf sympatis yang


menginervasi musculus Mulleri.
• Miosis ( pupil mengecil).
• Enophthalmus (bola mata letaknya dalam).
• Anhidrosis

Gejala-gejala ini unilateral, dan disebabkan oleh


Lues yang mengenai tulang punggung di C8 TH1.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis

Ptosis harus dibedakan dari pseudoptosis, yakni keadaan


dimana palpebra superior turun bukan karena parese musculus
levator atau N III, melainkan oleh fakor-faktor mekanis.
Causa

1. Bertambah beratnya palpebra superior, misalnya pada :


- tumor palpebra
- trachoma
- blepharitis
2. Tidak adanya tahanan dari bola mata, misalnya pada :
- Phthisis bulbi, yaitu bola mata mengecil dan bagian-
bagiannya tidak dapat dikenali lagi.
- Anophthalmos, yaitu tidak adanya bola mata. Ini bisa
congenital atau sesudah operasi pengangkatan bola
mata.
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis

Terapi

Causal, misalnya :
- Lues dengan obat-obat anti luetica.
- Myasthenia gravis dengan prostigmine.
- Anophthalmos dengan pemberian mata palsu ( prothese,
prothesis).
Kelainan karena kelumpuhan nervus

2. Ptosis
Tindakan operatif
Dilakukan apabila ptosis disebabkan oleh kelemahan musculus levator
palpebrae. Dapat dilakukan reseksi (pemotongan) dari sebagian otot
tsb.
Pada ptosis congenital yang unilateral, bayi tidak akan mencoba
membuka mata yang ptosis, karena dapat melihat dengan mata yang
sehat. Maka mata yang ptosis tidak digunakan untuk melihat , dan bila
ini dibiarkan saja dapat terjadi amblyopia ex anopsia , yaitu visus
buruk karena mata tidak digunakan untuk melihat. Maka pada ptosis
congenital unilateral, operasi harus cepat dilakukan yakni sebelum
pasien berumur 1 tahun.
Bila bilateral, dapat terjadi perubahan bentuk muka karena dahi selalu
dikerutkan dan kepala menengadah untuk dapat melihat dengan jelas.
Pada keadaan ini, operasi dapat dilakukan pada saat pasien berusia
3-5 tahun.
Tumor palpebra

Terdiri dari :

1. Tumor jinak (benigne)


• Xanthelasma.
• Molluscum contagnisum
• Papilloma
• Milium

2. Tumor ganas (maligne)


• Basal cell carcinoma (basalioma)
• Squamous cell carcinoma
Tumor palpebra

1. Tumor jinak (benigne)

Xanthelasma

Disini terdapat tonjolan tipis di kulit palpebra berwarna


kuning-oranye dengan bentuk bermacam-macam dan sering
multipel. Biasanya dijumpai pada orang berusia lanjut,
kebanyakan wanita.

Terapi :
Bila mengganggu dari sudut kosmetika, dapat dilakukan eksisi.
Tumor palpebra

1. Tumor jinak (benigne)

Molluscum contagnisum

Berupa tonjolan bening, dapat mencapai sebesar kacang, di


tengahnya ada lekukan (= delle). Sering multipel dan
disebabkan virus.

Terapi :
Insisi dan isinya dikeluarakan. Lalu diberi AgNO3.
Tumor palpebra

1. Tumor jinak (benigne)

Papilloma
Tumor yang bertangkai, antara lain Verruca (kutil)
Terapi :
Eksisi

Milium
Tumor kecil sebesar kepala jarum berawarna kekuningan.
Terjadi akibat retensi kelenjar talk
Terapi :
Insisi dan isinya dikeluarkan
Tumor palpebra

2. Tumor ganas (maligne)

Basal cell carcinoma (basalioma).


Biasanya pada orang berusia lanjut dengan tempat predileksi
di palpebra inferior bagian nasal. Dimulai dengan tonjolan kecil
ditutupi crusta (keropeng), setelah crusta lepas, terjadi ulcus
yang mempunyai indurasi pada dindingnya, atau pinggir ulcus
undermined (menggaung). Ulcus ini menjalar dengan lambat
tetapi semakin meluas dan mendalam.
Tumor palpebra

2. Tumor ganas (maligne)

Squamous cell carcinoma


Pertumbuhannya sangat cepat, disertai pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening

Terapi :
Eksisi seluas-luasnya, lalu disusul dengan penyinaran.
Trauma palpebra

1. Perdarahan di bawah kulit palpebra = black eye = ecchymosis =


haematome.

Ini terjadi pada trauma tumpul. Akibat perdarahan, palpebra


menjadi bengkak dan berwarna merah. Beberapa hari kemudian
warnanya menjadi kebiruan. Karena di bawah kulit palpebra,
jaringannya ikatnya halus, maka perdarahan dapat menjalar ke
jaringan muka lain. Juga dapat menjalar melalui pangkal hidung
ke palpebra mata yang lain. Sehingga kedua palpebra berwarna
biru seperti kaca mata, disebut bril haematome.
Dapat juga menjalar ke belakang (retrobulber) sehingga bola
mata menonjol (exophthalmus).
Trauma palpebra

1. Perdarahan di bawah kulit palpebra = black eye = ecchymosis =


haematome.

Bila haematome ini terjadinya segera sesudah trauma, berarti


traumanya hebat dan harus dilakukan pemeriksaan yang
seksama dari bagian mata lainnya. Sebaiknya juga dibuat foto
rontgen tengkorak.
Bila haematome terjadi 24 jam sesudah trauma, berarti letak
kelainan agak jauh, dan kemungkinan adanya fractura basis
cranii. Bila timbulnya 3-4 hari sesudah trauma, berarti letak
kelainannya lebih jauh.
Trauma palpebra

1. Perdarahan di bawah kulit palpebra = black eye = ecchymosis =


haematome.
Terapi :
Mula-mula dapat diberi kompres dingin agar perdarahan
berhenti. Lalu 24 jam kemudian diberi kompres hangat untuk
mempercepat resorpsi. Juga diberi obat-obat koagulan..

2. Emphysema palpebrae.
Yaitu adanya udara di dalam jaringan palpebra yang
longgar. Palpebra bengkak, dan pada perabaan terdengar
suara krepitasi. Ini disebabkan adanya fraktura di dinding
orbita, sehingga terjadi hubungan langsung antara
ruang orbita dengan rongga hidung atau dengan sinus-sinus
di sekeliling orbita.

Terapi :
Mata dibalut dengan kuat agar udara keluar.
Dianjurkan jangan bersin atau membuang ingus.
3. Luka tusukan/ luka sayat (vulnus scissum)
Ini disebabkan luka dengan benda tajam. Setelah luka dibersihkan
harus segera dijahit dengan posisi yang sempurna agar tidak terjadi
ectropion, entropion ataupun lagophthalmos.
4. Luka memar (vulnus laceratum).
Ini disebabkan oleh benda tumpul. Pinggir lukanya tidak rata. Bila
edemanya hebat, jangan langsung dijahit. Harus dibersihkan lebih
dahulu lalu diberi kompres basah dan steril. Kemudian diberikan
obat-obat antibiotika oral. Bila pembengkakan sudah agak berkurang,
baru dijahit. Jangan terlalu banyak membuang jaringan bila tidak
perlu. Bila lukanya lebar, dapat ditutup dengan skin-graft.
5. Luka bakar.
Disebabkan oleh api atau zat kimia. Luka harus segera dicuci
sebanyak-banyaknya, lalu diberi salep antibiotika.
Per oral diberi antibiotika dan analgesika.

6. Gigitan serangga, misalnya nyamuk, tawon, dll.


Di kulit akan timbul edema, hiperemia dan rasa gatal.
Terapi :
Diberi salep antibiotika + kortikosteroid

Anda mungkin juga menyukai