Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

1.1. Latar Belakang


Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dengan nilai
ekologis dan ekonomis yang tinggi. Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu daerah
yang produktifitasnya tinggi karena ada serasah dan terjadi dekomposisi serasah sehingga
terdapat detritus. Hutan mangrove memberikan kontribusi besar terhadap detritus organik
yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota yang hidup. Hutan mangrove juga
hutan yang tumbuh di daerah air payau dan di pengaruhi oleh pasang surutnya air laut
dengan keadaan tanah yang anaerobik, dimana banyak terjadi di daerah-daerah pantai yang
di penuhi lumpur dan banyaknya akumulasi bahan organik. Definisi Mangrove merupakan
suatu bentuk vegetasi hutan yang tumbuh dan terletak diantara garis pasang surut sehingga
hutan mangrove dapat disebut juga hutan pasang (Majid et al., 2016).
Di Indonesia hutan mangrove ini berjumlah sekitar 8,6 juta hektar. Lokasi hutan
mangrove tersebut juga ada yang terdapat pada kawasan hutan yang berkisar 3,8 juta ha dan
telah terdeteksi mengalami kerusakan sekitar 1,7 ha (44,73%). Jumlah yang berada pada
luar kawasan hutan berkisar 4,8 juta ha dan juga mengalami kerusakan sejumlah 4,2 juta ha
(87,50 %). Pada kurun waktu antara tahun 1982-1993 terjadi pengurangan hutan mangrove
seluas 513.670 ha atau 46.697 ha per tahunnya (Pramudji, 2001).
Hutan mangrove terbesar di Sumatera Selatan terdapat di daerah Sembilang yang juga
merupakan wilayah konservasi dan Kawasan Pulau Payung digunakan sebagai zona
pemanfaatan hutan mangrove. Desa Sungsang berada di muara Sungai Musi yang
menghadap Selat Bangka atau Laut Cina Selatan. Posisi geografis Desa Sungsang terletak
pada 1°3732.12 - 3°0915.03 LS dan 104° 02 21.79 - 105°33 38.5 BT. Pulau payung
merupakan sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah sungai musi secara administratif
berada di Kecamatan Sungsang Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Secara
Geografis Pulau Payung terletak pada koordinat 2° 22’ 51” Lintang Selatan dan 104° 55’
16” Bujur Timur. Asia Afriyani1*) , Fauziyah Fauziyah 2 , Mazidah Mazidah 1 , Ratih Wijayanti1
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015
(Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 6, No.2:113-119 Oktober 2017 Keanekaragaman
Vegetasi Hutan Mangrove di Pulau Payung Sungsang Banyuasin Sumatera Selatan 2 Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya
Pulau Payung merupakan pulau dataran rendah dengan substrat berlumpur yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga pulau ini masih tergolong alami karena
kurang cocok untuk dijadikan tempat tinggal manusia baik secara letak maupun kondisi
alam. Vegetasi yang mendominasi pulau payung berupa hutan mangrove karena letaknya
yang berada di muara Sungai Musi yaitu pertemuan air tawar dan air laut sehingga salinitas
di sekitarnya sudah cukup tinggi atau tergolong ekosistem esturia atau perairan payau
(Gustaman dan Isnaini, 2012)
Luas hutan mangrove di Indonesia terus berkurang dengan cepat karena tingginya tingkat
aktifitas manusia di wilayah pesisir dan konversi lahan mangrove untuk kepentingan lain.
Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1982 sekitar 4.251.100 Ha sedangkan pada
tahun 1996 luasnya mengalami penurunan menjadi 3.533.600 Ha (Kitamura et al., 1997).
Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada lumpur aluvial di daerah pantai
dan muara sungai, yang eksistensinya selalu dipengaruhi oleh air pasang-surut, dan terdiri
dari jenis Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria,
Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa
BAB 2

2.1. Avicennia marina


Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang masuk kedalam kategori
mangrove mayor. Status tersebut menyebabkan Avicennia marina hampir selalu ditemukan
pada setiap ekosistem mangrove. Masyarakat mengenal Avicennia marina sebagai api-api
putih. Kerabat lain Avicennia marina yang biasa dijumpai hidup bersama adalah
Avicennia alba atau api-api hitam, Avicennia officinalis atau api-api daun lebar serta
Avicennia rumhiana yang mulai jarang ditemukan. Sejauh ini diketahui sekitar delapan
spesies yang menyebar di dua kawasan perairan utama di wilayah tropis, yakni di Dunia
Lama (Afro-Asia dan Australasia) dan Dunia Baru (Pasifik Timur dan Karibia). Akan tetapi
khusus di Indonesia hanya umum dijumpai empat jenis. Kebanyakan jenisnya merupakan
jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang
tumbang atau rusak dapat segera tumbuh kembali, sehingga mempercepat pemulihan
tegakan yang rusak. Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk
menangkap dan menahan lumpur serta berbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan
perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput
dan teritip (Halidah, 2014).

2.2. Avicennia marina


Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang masuk kedalam kategori
mangrove mayor. Status tersebut menyebabkan Avicennia marina hampir selalu ditemukan
pada setiap ekosistem mangrove. Masyarakat mengenal Avicennia marina sebagai api-api
putih. Kerabat lain Avicennia marina yang biasa dijumpai hidup bersama adalah
Avicennia alba atau api-api hitam, Avicennia officinalis atau api-api daun lebar serta
Avicennia rumhiana yang mulai jarang ditemukan. Sejauh ini diketahui sekitar delapan
spesies yang menyebar di dua kawasan perairan utama di wilayah tropis, yakni di Dunia
Lama (Afro-Asia dan Australasia) dan Dunia Baru (Pasifik Timur dan Karibia). Akan tetapi
khusus di Indonesia hanya umum dijumpai empat jenis. Kebanyakan jenisnya merupakan
jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang
tumbang atau rusak dapat segera tumbuh kembali, sehingga mempercepat pemulihan
tegakan yang rusak. Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk
menangkap dan menahan lumpur serta berbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan
perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput
dan teritip (Halidah, 2014).

Halidah.2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya Manfaat.
Teknis EBONI. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. 11(1): 37-44.

Majid I, Mimien H, Fachrur R, Istamar S. 2016. Konservasi Hutan Mangrove Di Pesisir


Pantai Kota Ternate Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah. Jurnal Bioedukasi.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya. Xxvi(4), Hal. 13–23.

Gustaman G Dan Dan Isnaini F. 2012. Efektifitas Perbedaan Warna Cahaya Lampu
Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap Di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. Maspari
Journal.

Anda mungkin juga menyukai