I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cukup yang dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya
akan nutrien karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan
salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma,
daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas (kepel, 2011).
khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi
oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang
surutair laut Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal
woodland, vloedbos dan hutan payau yang terletak di perbatasan antara darat dan
laut, tepatnya di daerah pantai dan disekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh
Hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang
waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
2
merupakan suatu sistem yang terdiri atas organism yang berinteraksi dengan
komunitas mangrove dan lamun, dan organisme apa saja yang berasosiasi pada
ekosistem mangrove dan lamun maka dilakukanlah praktek biologi laut tentang
Adapun tujuan dari praktek biologi laut ini adalah untuk mengetahui
berapa jenis mangrove dan lamun serta organisme apa saja yang berasosiasi
didalamnya.
secara langsung di lapangan yang berkaitan dengan kondisi ekosistem lamun dan
A. Ekosistem Mangrove
1. Mangrove
dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan laut,
Mangrove hidup di daerah tropik dan subtropik, terutama pada garis lintang 25
tumbuh di sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan
memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob. Istilah
beradaptasi dengan baik pada ekosistem hutan tropis dan subtropis pasang-surut,
meliputi pantai dangkal, muara sungai, delta, rawa belakang dan laguna
tegakan vegetasi mangrove meliputi 14 jenis pada strata semai, 16 jenis strata
pancang dan 19 jenis untuk strata pohon. Sementara itu, 12 jenis dijumpai pada
mangrove tersebut adalah berupa pohon, hanya jenis P. tectorius dan Pandanus
teridentifikasi 7 spesies dari 4 famili yaitu Avicennia marina dan Avicennia alba
transek di dapati 7 jenis mangrove yang ada di lokasi penelitian. Jenis mangrove
yang mempuyai nilai penting (NP) tertinggi adalah Avicennia marina dengan nilai
adalah untuk menahan laju abrasi pantai dan menunjang produktivitas hayati.
sedikit begitu juga dengan mangrove yang ditanam. Lahan mangrove banyak
bukan saja dalam rangka mitigasi bencana tsunami, namun juga sebagai penahan
badai dan adaptasi kawasan pesisir terhadap kenaikan permukaan laut sebagai
pertumbuhan anakan yang bebas dari gangguan biota penempel merupakan faktor
terlindung, di sekitar genangan air payau di pesisir pantai dan banyak juga
2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Class : Magnoliophyta
Order : Myrtales
Family : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Species : Sonneratia alba
Kingdom : Plantae
Class : Magnoliopsida
Order : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora sp.
Biota yang dominan pada mangrove daerah Ambon adalah yang berasal dari
kelompok moluska dan krustasea. Dari kelompok moluska, ditemukan empat jenis
nucleus dan satu jenis bivalvia (Saccostrea cucullata). Sedangkan dari kelompok
dengan 9 suku. Yang terdapat jenis krustasea yang non ekonomi sebanyak 38 jenis
eydouri dan Uca coarctata coarctata. Sedangkan krustasea yang ekonomi penting
7
terdiri dari 2 jenis, yaitu: Varuna yui dan Scylla olivacea. Selain itu, dari 38 jenis
yang non ekonomi penting ditemukan 2 jenis kepiting baru yaitu: Metaplax sp.
2009).
ini dari faktor alam dan hewan predator. Hal ini membuat ekosistem mangrove
sering digunakan sebagai tempat memijah dan mengasuh bagi berbagai organisme
dan terendah pada pemetaan 3 yaitu 9 ind/m 2.Kelimpahan spesies Pelecyphoda yang
tertinggi yaitu Telina radiata sebesar 8.33 ind/m 2 dan terendah yaitu Lithopaga nigra
sebesar 5.33 ind/m2.Nilai koefisien korelasi adalah 0,716 yang berarti hubungan
kerapatan mangrove dengan kelimpahan Pelecypoda adalah sangat lemah positif yang
famili. Kelompok fauna ikan ditemukan ikan bedul (A. caninus) mempunyai
kelimpahan dan biomassa sebanyak 975 ind sebesar 18.299,56 gr, sedangkan
kelompok fauna non ikan ditemukan udang werus (Metapenaeus sp.) mempunyai
kelimpahan sebanyak 1.936 ind dan rajungan (P. pelagicus) mempunyai biomassa
(Rustrianto, 2015).
8
B. Ekosistem Lamun
1. Lamun
Lamun merupakan salah satu ekosistem penting di perairan pesisir dan laut
dangkal karena mempunyai banyak peran, baik secara ekologis maupun secara
berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah.
Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di
barat dan utara, sedangkan pada sisi timur sebaran lamun sangat terbatas (Supriadi
dkk, 2012).
yang tersebar hamper setiap kawasan adalah Enhalus acoroides dan Thalassia
memiliki fungsi sebagai produsen primer, pendaur zat hara, stabilisator dasar
Lamun tumbuh subur terutama pada daerah terbuka pasang surut dan
perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang
mati dengan kedalaman 4 meter. Padang lamun terbentuk di dasar laut yang masih
yang sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh dalam kedalaman 8
15 meter. Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan sering
membentuk padang yang lebat dan luas diperairan tropis (Damayanti dkk, 2013).
2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Class : Angiosssspermae
Ordo : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Species : Thalassia Hemprichii
mendominasi tegakan padang lamun di Bandengan dan Pulau Panjang berasal dari
semua jenis lamun adalah 53, terdiri dari 11 isolat didapatkan dari E. acoroides,
10 isolat dari H.ovalis, 9 isolat dari C. rotundata, 7 isolat dari H.uninervis, 7 isolat
dari T. hemprichii, dan 9 isolat dari S.isoetifolium. Morfologi sel bakteri yang
berasosiasi dengan lamun yaitu bentuk kIokus, koma, spiral dan batang, dan hasil
pada musim pancaroba yaitu jenis Makrozoobentos dari genus Holothuria dengan
Ikan yang tertangkap pada daerah lamun dari tiga stasiun di Perairan
Teluk Bakau selama penelitian berjumlah 439 individu yang meliputi 22 spesies
dari 16 famili. Lethrinus lentjan adalah spesies yang umum ditemukan dengan
stasiun berjumlah 42 jenis yang terdiri dari 39 jenis Gastropoda dan 9 jenis
Bivalvia. Moluska dengan INP tertinggi pada kedua stasiun adalah Circe sp. Circe
sp. pada Teluk Gilimanuk, Bali Barat menjadi key species dalam ekosistem
11
1. Manfaat Mangrove
kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar, arang, dan beberapa jenis pohon
mangrove mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai
bahan untuk perumahan dan kontruksi kayu, daunnya dapat digunakan sebagai
makanan hewan ternak serta buahnya sebagian ada yang dapat dimakan
(Supriharyono, 2000).
secara langsung berupa kayu, buah dan daun bakau masing-masing sebanyak
67%, 20% dan 13% responden. Potensi manfaat langsung hutan mangrove
tersebut adalah sebagai kayu bakar dari jenis Rhizophora sp. umur pohon 5-10
tahun, sebagai kayu bahan bangunan dari jenis Rhizophora sp. umur pohon 10-15
tahun dan 15-20 tahun, buah bakau sebagai penghasil sumber benih diperoleh dari
jenis Rhizophora sp. umur pohon 10 tahun dan daun bakau sebagai penghasil
pakan ternak, dipungut dari jenis Rhizophora sp. umur pohon 5-10 tahun
tempat menangkap ikan, kepiting, kerang, bahan kayu bakar, tempat penelitian
kondisi ekonomi mereka (ketidak mampuan membeli minyak tanah), serta akses
untuk mengambil kayu bakar dari hutan mangrove sangat mudah (dekat dengan
pemukiman) dibandingkan dengan mengambil kayu bakar di hutan yang jauh dari
penangkapan langsung, sumber kayu bakar dan arang, sumber kayu bangunan,
sumber bahan pangan, pakan ternak, bahan obat, bahan baku industri, serta
2006).
2. Manfaat Lamun
dan pulau-pulau kecil yang memegang peranan penting dalam melindungi garis
pantai serta daratan pulau kecil. Daun-daun yang lebat dapat memperlambat serta
mengurangi arus dan gelombang air laut, sehingga perairan disekitarnya menjadi
tenang, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga
dkk, 2011).
tanaman obat yang dikembangkan sekarang ini lebih murah dan mempunyai efek
samping yang relative sedikit dibanding obat-obat sintesis yang beredar saat ini
untuk pertahanan diri dari lingkungan yaitu lamun maupun dari serangan
organisme lain termasuk organisme penempel/epifit pada batang dan daun lamun,
Salah satu tumbuhan air yang mempunyai manfaat penting yang dapat
Praktek lapang biologi laut dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Mei
2016, pukul 08.0011.00 WITA, bertempat di Desa Bungkutoko, Kec. Abeli, Kota
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum biologi laut dapat
Tabel 1. Alat Dan Bahan yang digunakan pada Praktikum Biologi Laut pada
Lamun dan Mangrove Beserta Kegunaannya.
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Meteran jahit Cm Mengukur diameter pohon
mangrove
- Tali Rafia - Membuat transek garis (line
transek)
- Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan
- Kamera - Dokumentasi
- Kertas label - Memberi label pada organisme
yang diidentifikasi
- Kertas sampel Menyimpan organisme yang
diidentifikasi
2. Bahan
- Mangrove - Objek Pengamatan
- Lamun - Objek pengamatan
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktek lapang biologi laut pada ekosistem
yang berasosiasi. .
- Mencatat hasil pengamatan.
berasosiasi.
- Memasukan sampel kedalam kertas sampel.
- Melakukan identifikasi organisme yang diambil.
- Mencatat hasil pengamatan.
15
2. berikut.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Praktek Lapang Biologi Laut Pada Ekosistem
Mangrove.
Plot 1.
Diameter Organisme
No. Jenis Mangrove Batang Kategori Yang
(cm) Berasosiasi
1. Sonneratia alba 24,4 Pohon Burungo
(T. telescopium)
2. Sonneratia alba 14,9 Pohon Teritip
(L. scabra)
3. Rhizopora sp. 5,09 Anakan Kepiting bakau
(S. serrata)
4. Sonneratia alba 22,25 Pohon Kelomang
(C. ambonensis)
5. Sonneratia alba 15,9 Pohon
Plot 2.
Diameter Organisme
No. Jenis Mangrove Batang Kategori Yang
16
(Cm) Berasosiasi
Tabel 3. Hasil Pengamatan Praktek Lapang Biologi Laut Pada Ekosistem Lamun.
Tipe Organisme
No Transek Jenis Lamun Jumlah Substrat Yang
. Berasosiasi
1. Plot I. Thalassia 20 Berpasir Burungo (T.
hemprichii, telescopium)
Plot II. Thalassia 10 Lumpur Bintang laut
hemprichii, (P.nodosus)
Plot III. Thalassia Lumpur
hemprichii,
Tipe Organisme
No Transek Jenis Lamun Jumlah Substrat Yang
. Berasosiasi
2. Plot I. Thalassia 12 Berpasir Kerang
hemprichii,
Plot II. Thalassia 15 Berpasir Burungo (T.
hemprichii, telescopium)
17
Tipe Organisme
No. Transek Jenis Lamun Jumlah Substrat Yang
Berasosiasi
3. Plot I. Thalassia 19 Berpasir Teripang (H.
hemprichii, scabra)
Plot II. Thalassia 17 Berpasir Bintang laut
hemprichii, (P.nodosus
Plot III. Thalassia 11 Berpasir Burungo (T.
hemprichii, telescopium)
Tipe Organisme
No. Transek Jenis Lamun Jumlah Substrat Yang
Berasosiasi
4. Plot I. Thalassia 30 Berpasir Bintang laut
hemprichii, (T.
telescopium)
Plot II. Thalassia 15 Berpasir Burungo (T.
hemprichii, telescopium)
Plot III. Thalassia 12 Berpasir Burungo (T.
hemprichii, telescopium)
B. Pembahasan
1. Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas substrat berpasir atau
berlumpur , berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik dimana daerah ini terdapat
organisme yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
18
peryataan Irwanto, (2006) hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh
yang tergenang waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut
mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme yang berinteraksi
yang berbeda untuk mengukur tegakan pohon mangrove, tinggi pohon yang
dimaksud, yaitu anakan semai dan tegakan pohon serta diameter pohon. Jenis
dengan stasiun yang berbeda yaitu jenis Sonneratia alba dan Rhizopora sp.
Dimana jenis mangrove yang mendominasi perairan ini adalah jenis Sonneratia
alba. Walaupun Jenis Sonneratia alba yang lebih banyak mendominasi perairan
yang ada dalam transek tersebut dari pada Rhizopora sp. tetapi kedua jenis ini
substrat di perairan Bungkuto. Hal ini sesuai dengan peryataan Fachrul, (2007)
berukuran (10 m x 10 m). Untuk setiap tipe strata tegakan variabel yang diukur
meliputi luas hutan, luas strata umur, jumlah pohon pada setiap strata, diameter
dan daun. Selain itu jenis lain yang di temukan berasosiasi pada mangrove, yaitu
jenis kepiting bakau (scilla serrata). Organisme ini ditemukan pada akar
m x 1 m pada 2 kali perlakuan pada stasiun yang berbeda adalah jenis Teritip (L.
scabra) yang menempel pada daun dan anakan mangrove. Walaupun akar dan
pohon mangrove. Batang, akar, anakan dan daun ini merupakan habitatnya bagi
jenis organisme tersebut untuk mencari makan berproduksi atau yang lainnya
pertumbuhan mangrove, . Hal ini sesuai dengan pernyataan Tapilatu dan Pelasula,
(2012) ekosistem mangrove memiliki banyak fungsi, baik secara ekologis maupun
ekonomis. Salah satu fungsi ekologisnya yaitu merupakan habitat dan mencari
makan dari berbagai jenis biota laut, termasuk biota penempel. Biota penempel
yang terdapat pada berbagai bagian (daun, rizosfer dan anakan) dari vegetasi
fotosintesis dan penghambat pertukaran gas pada anakan dan tumbuhan dewasa.
20
2. Ekosistem Lamun
akar, daun, batang, bunga, buah dan biji serta dapat melakukan proses fotosintesis
dan lamun memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap salinitas. Tumbuhan ini
perairan yang bersalinitas tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepel dkk,
salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma,
daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
yang berbeda adalah jenis Thalassia hemprichii pada substrat berpasir dan
Damayanti dkk, (2013) beberapa jenis substrat yang mampu ditumbuhi Lamun
adalah substrat pasir, kerikil, dan patahan karang mati dalam kedalaman sampai 4
meter. Padang lamun yang terdapat di kawasan ini merupakan ekosistem yang
luas dengan berbagai biota yang hidup didalamnya. Salah satunya biota yang
echinodermata salah satunya jenis teripang dan bintang laut. Hal ini
hewan dari filum Echinodermata yang banyak tersebar di beberapa perairan laut,
terumbu karang, selain teripang 0rganisme yang ditemukan adalah bintang laut
V. PENUTUP
A. Simpulan
Rizopora sp. dan organisme yang berasosiasi pada ekosistem mangrove dengan
metode 1 m x 1 m yaitu jenis Burungo (T. telescopium), Teritip (L. scabra), dan
B. Saran
pelaksanaannya agar tepat waktu seperti yang telah ditetapkan sehingga praktek
DAFTAR PUSTAKA
Afianti R., N., Rustam A., Kepel T., L., Sudirman N., Astrid M., Daulat A.,
Dwiyanti D., S., Puspitaningsih Y., Mangindaan P. dan Hutahaean A.
2013. Karbon Stok Dan Struktur Komunitas Mangrove Sebagai Blue
Carbon Di Tanjung Lesung, Banten. Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia. Hal 1-14
23
Aldi R., R., Jaya H., E. dan Yudistira A. 2012. Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid
Dalam Daun Lamun (Syringodium Isoetifolium). FMIPA UNSRAT
Manado. Hal 1-5
Marhaeni B, Radjasa OK, Bengen DG, Kaswadji RF. 2010. Screening of bacterial
symbionts of seagrass Enhalus sp. against biofilm-forming bacteria.
Journal of Coastal Development 13(2):126-132.
Marhayana S., Niartiningsih A.dan Idrus R. 2012. Manfaat Ekonomi Ekosistem
Mangrove Di Taman Wisata Perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor,
24
Saprudin dan Halidah 2012. Potensi Dan Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan
Mangrove di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Balai Penelitian
Kehutanan Manado. Hal 1-7
Sari S., Pratomo A. dan Yandri F. 2013. Hubungan Kerapatan Mangrove Terhadap
Kelimpahan Pelecypoda Di Pesisir Kota Rebah Kota Tanjung pinang.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Hal 1-12
25
Setiawan F., Harahap S., A., Andriani Y., dan Hutahaean A., A. 2012. Deteksi
Perubahan Padang Lamun Menggunakan Penginderaan Jauh dan
Kaitannya Dengan Kemampuan Menyimpan Karbon di Perairan Teluk
Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 (3). Hal. 1-13
Subur R., Yulianda F., Budi S., S. dan Fahrudin A. 2011. Kapasitas Adaptif
Ekosistem Lamun (Seagrass) Di Gugus Pulau Guraici Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Jurnal Agribisnis. Vol. 12 (3).
Hal 1-12
Supriadi, Kaswadji R., F., Bengen D., G dan Malikusworo Hutomo M. 2012.
Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan
Karakteristik Habitat. Maspari Journal Vol. 4 (2). Hal. 1-11
Tristanto R., Arsita M., P., Situmorang A., P. dan Suryanti, 2014. Optimalisasi
Pemanfaatan Daun Lamun Thalassia Hemprichii Sebagai Sumber
Antioksidan Alami. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 10 (1). Hal 1-5