Anda di halaman 1dari 16

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konservasi merupakan suatu upaya pelestarian lingkungan akan tetapi

tetap memperhatikan manfaat yang akan didapatkan dengan cara tetap

mempertahankan keberadaan setiap komponen-komponen lingkungan untuk

pemanfaatan dimasa yang akan datang. Konservasi juga bisa dikatakan sebagai

upaya untuk melestarikan alam. Konservasi jika dipandang dari segi ekonomi

berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan

dari segi ekologi mencoba mengalokasikan sumber daya untuk masa sekarang dan

masa yang akan datang, ekologi dilihat dari sudut pandang lingkungan yang

meliputi ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dimana tiga komponen

ini saling berkaitan dalam menyokong keberlangsungan kehidupan di laut.

Desa Tanjung Tiram adalah Desa yang terletak di Kecamatan Moramo

Utara, Kabupaten Konawe Selatan. Di desa ini dikenal dengan hasil laut yang

melimpah. Baik dalam kegiatan budidaya seaweed maupun penangkapan karena

memiliki tiga komponen ekosistem lamun, mangrove dan terumbu karang.

Desa ini juga di kenal dengan kegiatan pengelolaan pesisir dan laut.

Melalui kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan pesisir tersebut, akan

berdampak pada peningkatan hasil budidaya dan penangkapan ikan. Untuk itu

diperlukan bentuk pengelolaan seperti Daerah Perlindungan Laut yaitu penetapan

kawasan laut yang ditetapkan dan diatur sebagai daerah “larang ambil”, secara

permanen tertutup bagi berbagai aktivitas pemanfaatan yang bersifat


2

ekstraktif. Namun hal ini harus berdasarkan data konservasi yang mendukung

untuk penetapan Daerah Perlindungan Laut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlunya dilakukan praktek

lapang di Perairan Desa Tanjung Tiram agar dapat mengetahui betapa pentingnya

konservasi terhadap suatu ekosistem khususnya Daerah Perlindungan Laut di

Perairan Desa Tanjung Tiram.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktek lapang ini yaitu untuk mengetahui cara penentuan

Daerah Perlindungan Laut di Desa Tanjung Tiram berbasis data ekologi

mangrove, padang lamun, terumbu karang dan ikan.

Manfaat dari praktek lapang ini yaitu dapat mengetahui cara penentuan

Daerah Perlindungan Laut di Desa Tanjung Tiram berbasis data ekologi

mangrove, padang lamun, terumbu karang dan ikan.


3

II. PROFIL DESA

A. Letak Geografis

Perairan pantai Tanjung Tiram adalah suatu perairan yang terletak di Desa

Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, yang

berada di garis. 04⁰02’02.4’’LS-122⁰40’27.9’’BT Lokasi ini memiliki letak yang

strategis yaitu Sebelah Selatan perbatasan dengan perairan Teluk moramo, sebelah

Timur berbatasan dengan perairan Teluk Moramo, sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Waworaru perairan Teluk Kendari, sebelah Barat berbatasan dengan

hutan lindung.

Gambar 1. Gambaran umum lokasi Perairan Tanjung Tiram


(Sumber : Google Maps, 2018)

B. Kondisi Sosial

Desa Tanjung Tiram adalah Desa yang terletak di Kecamatan Moramo

Utara, Kabupaten Konawe Selatan. Di Tanjung Tiram ada sekitar dua ratus rumah

yang masih berdiri tegak di desa tersebut. Jumlah penghuninya paling tidak
4

mendekati delapan ratus warga, terdiri dari etnis Muna, Buton dan Tolaki yang

merupakan penduduk asli.kondisi masyarakat untuk tingkat lansia banyak yang

berpendidikan hanya tingkat SD dan SMP, berdasarkan pengamatan dilapangan di

desa ini memiliki banyak penduduk anak-anak yang dalam perkembangan aktif

namun belum memasuki bangku pendidikan formal seperti Taman Kanak-Kanak,

kebanyakan para orang tua didesa ini menyekolahkan anak mereka tanpa melalui

taman kanak-kanak dan langsung ke tingkat Sekolah Dasar, dan beberapa

masyarakat di desa ini ada yang sudah mengenyam pendidikan tinggi dan sedang

dalam pendidikan di perguruan tinggi negeri Universitas Halu Oleo.

C. Profesi Masyarakat

Masyarakat Desa Tanjung Tiram sebagian besar berprofesi sebagai

nelayan, baik nelayan penangkap maupun nelayan budidaya rumput laut. Kondisi

alam desa tersebut yang merupakan daerah pesisir yang menjadikan masyarakat

hanya menggantungkan perekonomian dari hasil laut. Namun pada saat musim

penangkapan mengalami penurunan hasil, masyarakat setempat biasanya

mengandalkan mata pencaharian sebagai pemukul batu untuk bahan bangunan

dan beternak sapi atau kambing. Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat

mengatakan bahwa masyarakat desa tanjung tiram sebagian besar sebagai seorang

petani dan nelayan, namun karena sekarang ini ada perusahaan yang beroperasi

maka sebagian orang sudah mulai bekarja sebagai buruh di perusahaan tersebut.

D. Budaya Masyarakat

Di Tanjung Tiram terdiri dari etnis Muna, Buton dan Tolaki yang

merupakan penduduk asli, dam mayoritas terdiri dari suku Muna. Kebiasaan dari
5

masyarakat Desa Tanjung Tiram Tiram khususnya masyarakat yang berprofesi

sebagai nelayan pada saat air surut masyarakat mencari kerang-kerangan di daerah

padang lamun yang biasa disebut sebagai “menyuluh”. Dari aktifitas ini dapat

merusak struktur padang lamun terlebih lagi pada saat nelayan mendaratkan kapal

ditepi pantai para nelayan sering kali merusak padang lamun.

E. Sarana dan Prasarana

Tanjung Tiram, sebuah desa yang terletak di Moramo Utara, kabupaten

Konawe Selatan yang merupakan kawasan pesisir yang belum mengalami

perkembangan yang berarti dari sarana dan prasarana. Akses jalan menuju tempat

ini belum tersentuh aspal. masih banyak warga Tanjung Tiram yang tingkat

kehidupannya tergolong prasejahtera. Dermaga pelabuhan yang terletak di bibir

pantai Tanjung Tiram perlahan mulai hancur.

Kehidupan warga Tanjung Tiram mulai tergerus. Pasar sebagai jantung

ekonomi desa yang telah dibangun tidak terurus. Fasilitas pendidikan dan

kesehatan belum ada dibangun di desa tersebut. Menurut tokoh masyarakat di

desa tersebut.

F. Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan perairan Desa Tanjung Tiram dewasa ini mengalami

penurunan. Beberapa kendala yang banyak dihadapi oleh masyarakat setempat

dalam kegiatan penangkapan yaitu lokasi penangkapan yang jauh dari wilayah

pesisir perairan. Kondisi perairan setempat untuk penangkapan kurang baik lagi

untuk kegiatan penangkapan disebabkan ikan-ikan karang yang menjadi target

penangkapan mulai berkurang. Selain itu, organisme-organisme yang berasosiasi


6

dengan mangove dan lamun juga mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh

degradasi ekosistem akibat ulah tangan manusia yang tidak memperhatikan aspek

kelestarian dalam memanfaatkan sumber daya perikanan di perairan tersebut.

Kebersihan desa Tanjung Tiram dari hasil pengamatan dilapangan terlihat

bahwa dalam pengelolaan limbah rumah tangga masyarakat di Desa Tanjung

Tiram cukup bersih dari sampah-sampah rumah tangga, karena sampah yang

dihasilkan dibakar langsung di tempat pembuangan sampah sehingga tidak

berceceran
7

III. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapang Konservasi Sumber Daya Perairan Pesisir dilaksanakan

pada hari Minggu,27 Mei 2018 pada pukul 16.00-Selesai bertempat di Desa

Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi

Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel. 1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya.


No. Alat dan bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Kamera - Dokumentasi
- Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan
- Buku Identifikasi - Alat bantu pengamatan
- Meteran Roll m Alat mengukur panjang daerah
pengamatan
- Tali rafia - Alat bantu transek
- Meteran pita cm Mengukur diameter pohon
- Transek kuadrat - Alat bantu tansek
- Alat skin dive - Alat dasar selam
- Sabak - Papan tulis bawah air
2. Bahan
- Ekisistem Mangrove - Objek pengamatan
- Ekosistem Lamun - Objek pengamatan
- EkosistemTerumbu - Objek pengamatan
karang
8

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktek lapang Konservasi Sumber Daya

Perairan Pesisir ini adalah sebagai berikut :

1. Mangrove

- Menentukan stasiun tempat pengambilan sampel.

- Membuat transek garis dengan ukuran 50 mdengan lima kali pengambilan data.

- Mengamati jenis-jenis Mangrove dan mengelompokkan kedalam kategori

pohon, anakan, dan semai.

- Mencatat hasil pengamatan.

2. Lamun

- Menentukan stasiun tempat pengambilan sampel.

- Membuat transek garis kuadrat ukuran 1x 1 m sejumlah sepuluh kali.

- Mengamati jenis-jenis lamun.

- Menghitung tegakan tiap perwakilan plot

- Mencatat hasil pengamatan.

3. Terumbu karang

- Menentukan stasiun tempat pengambilan sampel.

- Mengamati jenis tutupan dan presentase tutupan dengan metode Manta Tow

- Menulis hasil pengamatan pada sabak.


9

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada praktek lapang konservasi dan sumber

dara perairan pesisir yaitu sebagai berikut :

1. Mangrove dan Lamun

RDi = Kerapatan Relatif (%)

RDi = N
∑N x 100%

Ni = Jumlah Individu Jenis ke-i

∑n = Jumlah seluruh individu (ind)

RFi = Frekuensi jenis ke-i

Fi = Frekuensi jenis ke-i

∑F = Jumlah Frekuensi seluruh Jenis (ind)

Fi = Frekunsi jenis ke-i

Pi= Jumlah Petak contoh yang di buat

∑P= Jumlah total petak contoh yang di buat

RCi= Penutupan Relatif (%)

Ci = Luas area penutupan jenis

∑C= Luas total penutupan area seluruh jenis


10

2. Ikan

 E= H’
Hmaks

E= Indeks keseragaman

H’= Indeks Keanekaragaman

Hmaks= Log S

 H’ = -∑Pi Log pi

 Pi= ni
N
 C= ∑ (ni/N)2

C= Indeks Dominansi

3. Terumbu Karang

Li= Li x 100
L
Li= Panjang transek

L= Jumlah tutupan karang


11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Lamun

Hasil analisis untuk ekosistem lamun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Anlisis Lamun

NO Jenis Lamun Tegakan Presentase (%)


1 Thalassia hemprichi 14 3,48
2 Enhalus acoroides 69 17,16
3 Halodule pinifolia 319 79,35
Σ 402 100

2. Mangrove

Analisis untuk tiga jenis lamun dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel 3. Mangrove jenis Rhizophora apiculata

RCI (%) Di RDI(%) F RFI(%)


0,092 0,226 1,000 13,000 1,000

Tabel 4. Mangrove jenis Rhizophora mucronata


RCi(%) RDi(%) F RFi(%)
1 1 10 1

Tabel 5. Mangrove jenis Bruguiera


RCi (%) RDi (%) F Rfi%
0,097 0,050 1,000 0,077
12

3. Karang

Hasil pengamatan pada ekosistem karang dapat dilihat pada tabel 6


berikut.

Tabel 6. Hasil pengamatan karang


Jenis Karang Presentase(%)
Hard Coral 37%

5. Ikan

Hasil pengamatan ikan dapat di lihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil pengamatan ikan

H’ H max E C

2,414 1,146 2,106 0,102

B. Pembahasan

Penentuan kawasan konservasi di perairan Tanjung Tiram untuk

menetukan status keberlanjutanya perlu diketahui terlebih dahulu kondisi ekologi

kawasan tersebut, data ekologi yang perlu diketahui yaitu ekositem mangrove,

padang lamun dan terumbu karang. Data ekologi untuk padang lamun berdasarkan

pengamatan dilapangan diperoleh tiga jenis lamun diantarannya Thalassia

hemprichi, Enhalus acoroidesdan Halodule pinifolia dengan nilai prentase

masing-masing 3,48%, 17,16% dan 79,35% dari dari data yang diperoleh jika

dirujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004

tentang Kriteria Baku Mutu dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

kategori sedang 30-59,9% dan rusak ≤ 29,9%. Maka diketahui bahwa kondisi

padang lamun di perairan Tanjung Tiram yaitu tergolong sangat baik karena

diatas standar baku mutu lamun.


13

Data mangrove yang di peroleh di perairan Tanjung Tiram yaitu terdapat

tiga jenis mangrove yang didata diantaranya:Rhizophora apiculata, Rhizophora

mucronata, danBruguiera. Hasil analisis jenis mangroveR.apiculatauntuk RCi=

0,092%, RFi = 1,00% dan RCi= 1,00% untukR.Mucronata,dan RCi= 1% untuk

jenis R.apiculatabegitu pula dengan jenis mangrove yang ketiga Bruguiera nilai

RCi= 0,097% sangat rendah tidak mencukupi 1%.

Data ekologi untuk ekosistem terumbu karang di ketahui jeni karang yang

ada di perairan Desa Tanjung Tiram terdapat jenis Hard Coral dengan presentase

37% , berdasarkan kriteria baku kerusakan terumbu karang untuk kategori sedang

25-49,9%. Berdasarkan analisis data presentase tutupan karang yang berada di

perairan Tanjung Tiram untuk jenis karang yang memiliki presentase yang tinggi

Dari data ikan diperoleh keanekaragman H’= 2,414 yang tinggi karena

kategori untuk indeks keanekaragaman tinggi H’ >1 dari hasil ini dapat

diputuskan untuk penentuan DPL sangat perlu diadakan didaerah ini mengingat

tingginya keanekaragaman jenis ikan yang ada di tanjung tiram, namun

sebelumnya perlunya sosialisasi lebih dahulu kepada masyarakat sekitar tentang

pentingnya penetapan DPL karena hal ini diperlukan untuk keberlanjutan sumber

daya ikan yang ada di Tanjung Tiram.

Berdasarkan total data ekologi dengan mempertimbangan dari delapan

kriteria ekologi terdiri dari Keanekaragaman, alamiah, ketergantungan,

perwakilan, keunikan, integritas, produktivitas, dan kerentanan. Yang memenuhi

Kriteria ekologi berdasarkan data ekologi dan survey langsung di lapangan yang

memenuhi kriteria keanekaragaman dimana organisme ikan diperairan Tanjung

Tiram memiliki keanekaragaman yang tinggi dimana H’=4,21 untuk indeks


14

keanekaragaman ikan yang tinggi ini disebabkan dari tingginya produktivitas dari

tiga ekosistem yang ada di Tanjung Tiram sehingga mampu menghasilkan tempat

untuk organisme mencari makan, ataupun tempat untuk bernaung. Keterkaitan

ketiga ekosistem ini tidak bisa berdiri sendri antara ekosistem lamun, terumbu

karang ataupun Mangrove dimana apabila bahan-bahan organik atau anorganik

dari darat yang masuk keperairan dapat merusak salah satu ekosistem khususnya

terumbu karang karena sangat rentan terhadap bahan organik yang berlebih untuk

itu di perlukan padang lamun dan mangrove.

Berdasarkan hasil analisis data ekologi di perairan Desa Tanjung Tiram

dan dengan melihat kriteria ekologi dapat diputuskan bahwa perairan Tanjung

Tiram sangat perlu diadakan Daerah Perlindungan Laut mengingat perairan ini

memiliki status ekologi yang masih baik untuk tempat kehidupan biota laut yang

ada. Namun sebelumnya perlu ada tindakan sosialisasi pengenalan mengenai

pentingnya penetapan DPL di desa Tanjung Tiram, agar masyarakat sekitar juga

dapat menerima dan mendukung DPL didaerah tempat tinggal mereka untuk

keberlanjutan sumber daya pesisir di perairan Desa Tanjung Tiram.

Pemanfaatan yang terjadi hanya sebatas menguras sumberdaya tanpa

memperhatikan kapasitas keberlanjutannya (carrying capacity). Pola pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang berlangsung saat ini kurang optimal dan cenderung

menuju kearah yang tidak berkelanjutan (unsustainable). Padahal sebenarnya

pemanfaatan sumberdaya perikanan merupakan usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya perikanan disertai

dengan mempertahankan kelestariannya (Effendy, 2009).


15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis konservasi berbasis ekologi dapat diputuskan di daerah

tanjung titam perlunya diberlakukan DPL secara keseluruhan karena memiliki

status ekologi yang tinggi.

B.Saran

Sebaiknya untuk praktek selanjutnya analsis data dijelaskan terlebih dahulu

kaintanya dengan nilai untuk konservasi,


16

DAFTAR PUSTAKA

Effendy M.2009. Pendekatan Sistem Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Dan


Pemanfaatan Ruang Pesisir Dan Lautan. Jurnal Kelautan. Volume 2, No.2
ISSN : 1907-9931
Kepmen Lingkungan Hidup no. 200 Tahun 2004. Tentang Kriteria Baku
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun
Kepmen Lingkungan Hidup no. 200 Tahun 2004. Tentang Kriteria Baku
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
Kepmen Lingkungan Hidup no. 4 Tahun 2001. Tentang Kriteria Baku Kerusakan
Terumbu Karang

Anda mungkin juga menyukai