Anda di halaman 1dari 14

KEANEKARAGAMAN PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN

BIOTA LAUT DI PANTAI TUGULUFA KOTA TIDORE KEPULAUAN


PROVINSI MALUKU UTARA
The Diversity of Seagrass Beds as a Fostering Area for Marine Biota on Tugulufa
Beach, Tidore City, Archipelago, North Maluku Province supervised

1
Saskia Drakel, 2 Ikbal Marus, 3 Yunita Ramili.
2
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan
3
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Email : saskiadrakel2308@gmail.com

ABSTRAK

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,


dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka
ragam biota laut seperti ikan, Krustasea, Moluska ( Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus
sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia
sp.) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001). Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore
Kota Tidore Kepulauan memeliki ekosistem lamun, hal ini terlihat dari hamparan
padang lamun yang luas. Namun sampai saat ini belum ada riset yang dilakukan untuk
mengkaji tentang Ekosistem Padang Lamun Sebagai Daerah Asuhan Biota Laut Di
Pantai Tugulufa baik aspek biologi maupun ekologinya. Metode analisis data meliputi :
kerapatan jenis, kerapatan relatif jenis, keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, dan
indeks dominansi. Komposisi jenis lamun terdapat 4 jenis yaitu Enhalus acoroides,
Thalassia hempirichi, Halodule uninervis, dan Holophila ovalis. perhitungan kerapatan
jenis pada stasiun 1 diperoleh data yaitu lamun jenis Enhalus acoroides memiliki
kerapatan yang paling tinggi dibandingkan dengan lamun jenis lain yaitu dengan nilai
kerapatan 0,0455 tegakan/m2. Indeks keanekaragaman jenis stasiun 1 (0,79),
keseragaman (0,6726), dominansi (0,577). Pada stasiun 2. Keanekaragaman (0,41),
keseragaman (0,58457), dominansi (0,759). Danstasiun 3. Keanekaragamn (0,40),
keseragaman (0,36776), dominansi (0,809). Hasil analisis keragamana jenis tergolong
rendah karena nilai keragaman jenis hanya bisa mencapai 0, dimana nilai H' <1.0 =
Menunjukkan keragaman yang rendah. Rendahnya nilai keragaman jenis di sebabkan
karena hasil koleksi spesiesdilokasi penelitian hanya sedikit.
Kata Kunci : Tidore, Lamun, Kondisi.
ABSTRAC
Seagrass beds are ecosystems with high organic productivity, with a fairly high
diversity of biota. In this ecosystem, a wide variety of marine biota live, such as fish,
crustaceans, molluscs (Pinna sp., Lambis sp., and Strombus sp.), echinoderms
(Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) and worms
(Polichaeta) (Bengen, 2001). The Indonesiana Village, Tidore District, Tidore City
Islands has a seagrass ecosystem, this can be seen from the vast expanse of seagrass
meadows. However, until now no research has been conducted to examine the Seagrass
Ecosystem as a Marine Biota Care Area on Tugulufa Beach, both in its biological and
ecological aspects. Methods of data analysis include: species density, relative density of
species, species diversity, uniformity index, and dominance index. There are 4 types of
seagrass species, namely Enhalus acoroides, Thalassia hempirichi, Halodule uninervis,
and Holophila ovalis. Calculation of the density of species at station 1 obtained data,
namely seagrass Enhalus acoroides has the highest density compared to other types of
seagrass, namely with a density value of 0.0455 shoots/m2. Type diversity index of
station 1 (0.79), uniformity (0.6726), dominance (0.577). At station 2. Diversity (0.41),
uniformity (0.58457), dominance (0.759). And station 3. Diversity (0.40), uniformity
(0.36776), dominance (0.809). The results of analysis of diversity data in the table
above illustrate that the value of species diversity is low because the value of species
diversity can only reach 0, where the value of H' <1.0 = Indicates low diversity. The
low value of species diversity is due to the fact that there are only a few species
collected at the research location.

Keywords: Tidore, Seagrass, Conditions


PENDAHULUAN secara musiman dan tahunan (Mellors
Padang lamun merupakan et al., 1993). Aktivitas manusia yang
ekosistem perairan dangkal yang dapat merusak ekosistem padang
kompleks, memiliki produktivitas lamun diantaranya adalah pengerukan
hayati yang tinggi. Oleh karenaitu dan penimbunan atau reklamasi di
padang lamun merupakan sumberdaya wilayah pesisir sehingga
laut yang penting baik secara ekologis menenggelamkan ekosistem tersebut.
maupun secara ekonomis (Rasheed et Adanya dermaga dan tempat
al., 1994 dalam Jalaluddin dkk., 2020 pendaratan kapal atau perahu,
pensggunaan jaring pantai
Dalam suatu perairan, lamun (beachseine) yang ditarik melalui
mempunyai manfaat baik ditinjau dari ekosistem padang lamun, perburuan
segi ekonomi maupun ekologi. Secara ikan duyung (dugong), adanya limbah
ekonomi lamun dapat dimanfaatkan pertanian dan pertambakan juga ikut
sebagai bahan pangan, pakan ternak, berperan dalam merusak ekosistem
bahan baku kertas, bahan kerajinan, padang lamun. (Fortes, 1990).
pupuk dan bahan obat-obatan. Adapun
secara ekologi, lamun memainkan Mengingat besarnya peranan
peranan penting di perairan laut ekosistem padang lamun bagi
dangkal, sebagai habitat biota lainnya kehidupan biota laut dan banyaknya
seperti ikan, produsen primer, ancaman-ancaman dari ber bagai
melindungi dasar perairan dari erosi aktivitas manusia, industri, dan
(Fachrul, 2008).Padang lamun daerah pembangunan terhadap rusaknya dan
tropis merupakan subjek dari menurunnya peranan ekologis dari
perubahan temporal yang bervariasi ekosistem padang lamun tersebut,
maka usaha perlindungan dan peles Penelitian ini dilaksanakan pada
tariannya melalui program manajemen bulan Oktober 2022 di perairan
dan konservasi padang lamun menjadi Kelurahan Tugulufa. Tidore Kepulauan.
sesuatu yang harus dilakukan. Untuk
keperluan manajemen dan konservasi
diperlukan pemahaman yang baik
mengenai ekologi mereka menyangkut
sebaran jenis, kerapatan, persen
penutupan dan jenis-jenis yang
berassosiasi dengan padang lamun
(Fortes,1990).

Kelurahan Indonesiana
Kecamatan Tidore Kota Tidore
Kepulauan memeliki ekosistem lamun, Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
hal ini terlihat dari hamparan padang
lamun yang luas. Namun sampai saat Alat dan Bahan
ini belum ada riset yang dilakukan
Bahan dan alat yang digunakan dalam
untuk mengkaji tentang Ekosistem
penelitian ini meliputi : GPS, meteran rol,
Padang Lamun Sebagai Daerah
kamera underwater, refratometer,
Asuhan Biota Laut Di Pantai Tugulufa
termometer, ph air, kuadran, dan alat
baik aspek biologi maupun
tulis.
ekologinya.Dengan demikian maka
data tentang karakteristik bioekologi Prosedur Penelitian.
lamun belum diketahui, baik dalam
konteks berapa jenis lamun yang 1. Tahap Persiapan
tumbuh diperairan tersebut dan berapa Ada beberapa tahapan sebelum
banyak biota asosiasi yang pengambilan data penelitian yaitu sebagai
memanfaatkan lamun sebagai habitat berikut:
dan tempat untuk tumbuh
besar.Dengan demikian maka - survei lokasi pengambilan data
penelitian Kondisi Dan Potensi penelitian.
Ekosistem Padang Lamun Sebagai - Mempersiapkan alat dan bahan
Daerah Asuhan Biota Laut Di Pantai sebelum melakukan tahapan
Tugulufa Tidore Kepulauan sangat pengambilan data penelitian.
penting. 2. Teknik Pengambilan Data.

METODOLOGI PENELITIAN Langka-langka pengambilan data adalah :

Waktu dan Tempat


1. Metode yang di gunakan dalam 3. Data Prameter Lingkungan.
penelitian ini adalah metode transek Pengambilan data parameter Lingkungan
garis. seperti Salinitas, Suhu dan pH di
2. Menarik garis transek dari garis panti lakukan dengan cara sebagai berikut:
kearah laut dengan jarak transek yaitu
50 meter. Pengukuran suhu, suhu yang di
3. Sampel di ambil pada 3 stasiun, ukur adalah suhu permukaan dengan
setiap stasiun memiliki 3 transek, dan menggunakan termometer. Pengukuran
jarak antar transek yaitu 25 meter dan suhu dilakukan ulangan sebanyak 3x
jarak antara stasiun 100 m pada setiap Transect. Pengukuran
4. Pada setiap transek di pasang salinitas dilakukan dengan
kuadran ukuran 50x50cm dengan jarak menggunakan handrefraktometer.
antar kuadran 5 meter. Langkah awal dengan mengoleskan
5. Melakukan Pengamatan Jenis lamun aquades pada kaca hand refraktometer
yang terdapat pada kuadran untuk membersihkan dan membuat
pengamatan kemudian dihitung jumlah angka standar nol, kemudian air laut di
tegakan lamun. ambil dengan menggunakan pipet dan
6. Pengamatan Biota laut dilakukan diteteskan pada kaca obyek, dan untuk
dengan metode Jelajah pada setiap memperjelas angka yang ditunjuk,
transek, kemudian difoto diarahkan pengamatan pada sumber
menggunakan camera underwater. cahaya. Sedang pengukuran pH
7. Pengukuran parameter lingkungan perairan dengan menggunakan pH
meliputi suhu, salinitas, dan pH meter, dimana pengambian sampel
perairan pada setiap transek. dengan cara mencelupkan alat sensor
8. Titik koordinat pengambilan sampel ke dalam air dan dibaca pada layar
dilakukan dengan menggunakan digital
Global Positioning System (GPS). Pengukuran pH dilakukan
dengan menggunakan alat pH Air
( ATC ) langkah awal alat pH air di
celupkan pada perairan setiap Transect
di celupkan selama 2 menit sampai
angka pada alat berhenti kemudian
nilai yang didapatkan di catat sebagai
nilai pH air pada setiap transect.

3.5. Pengolahan Data


Setelah data didapatkan,
selanjutnya dihitung dengan
Gambar 2.Ilustrasi Pengambilan Data di menggunakan Ms. Excel. Data yang
Stasiun Penelitian dihitung yaitu, kerapatan lamun, indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, Keanekaragaman jenis lamun dihitung
dan indeks dominansi Selanjutnya dibuat menggunakan indeks keanekaragaman
tabel dan dilakukan penyusunan laporan Shannon-Weaner (Odum, 1996) :
penelitian.
1. Kerapatan Lamun H' = −∑ pi ln pi
1) Kerapatan Jenis
Keterangan :
Kerapatan jenis merupakan H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-
perbandingan antara jumlah total Weaner
individu dengan unit area yang diukur. Pi = 𝑛𝑖/𝑁 (peluang spesies i dari total
Kerapatan jenis lamun dapat dihitung individu)
dengan persamaan (Tuwo, 2011) : Indeks keanekaragaman ditentukan
¿ dengan kriteria (Bower, Zar and von
KJi = A
Ende, 1977 dalam Bahtiar et al., 2009),
Keterangan: H’<1 = Keanekaragaman rendah;
KJi= Kerapatan lamun jenis ke-I 1<H’<3 = Keanekaragaman sedang;
( tegakan / m2) H’>3 = Keanekaragaman tinggi.
ni = Jumlah total individu dari
jenis ke-i (tegakan) 3. Indeks Keseragaman
A = Luas area total pengambilan sampel
(m2). Indeks keseragaman lamun dapat dihitung
2) Kerapatan Relatif Jenis. dengan rumus (Odum, 1996) :
Kerapatan relatif merupakan H'
e=
perbandingan antara jumlah individu jenis Hmax
dan jumlah total individu seluruh jenis. Keterangan:
Kerapatan relatif lamun dapat dihitung e =indeks Keseragaman;
dengan persamaan (Tuwo, 2011) : H' = Indeks keanekaragamanH max =
Log2 (S) S = Jumlah spesies
KR= ¿ x 100 %
Nilai indeks keseragaman berkisar antara
∑n 0 – 1, dengan kategori,
e< 0.4 = Keseragaman kecil;
Keterangan: 0,4< e < 0.6 = Keseragaman sedang;
Di = Kerapatan relatif (%) e> 0,6 = Keseragaman besar (Suryanti
Ni = Jumlah individu jenis ke-i etal., 2014)
(ind/m2)
Ʃn = Jumlah individu seluruh jenis 3. Indeks Dominansi
(ind/m2) Rumus indeks dominansi Simpson, 1949
dalam Odum, 1996 dihitung dengan
2. Indeks Keanekaragaman Shannon- rumus dihitung dengan rumus :
Wiener C=∑ ¿ 2
( )
N
Keterangan :
C = adalah indeks dominansi Simpson; kualitas parameter lingkungan dapat di
ni = Jumlah individu spesies-i lihat pada (Tabel 1)
N = Jumlah individu seluruh spesies
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Kategori indeks dominansi lamun dibagi No Parameter
atas 3, yaitu
1 pH Air (pH) 7,8 7,8 7,8
0,00< C ≤ 0,50 termasuk kedalam 0
3 Suhu ( C) 29 29 28
kategori rendah;
4 Salinitas ( %0) 30 29 31
0,50< C ≤ 0,75 termasuk kedalam
kategori sedang,
Parameter lingkungan Salinitas
0,75< C ≤ 1,00 termasuk kedalam
perairan berkisar antara 29%0 – 31%0.
kategori tinggi (Setyobudiandy, 2009
Menurut Poedjirahajoe, (2006).
dalam Harpiansyah et al., 2014).
Salinitas tertinggi berada padastasiun
3.6. Analisis Kondisi III dengan snilai 31%0 dan salinitas
terendah terdapat pada stasiun II
Untuk mengetahui kondisi dengan nilai 29%0 dengan nilai rata-
padang lamun di pantai tugulufa pada rata salinitas yaitu 30%0. Kisaran
penelitian ini, adalah dengan mengacu salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan
pada peraturan mentri LH No 200 lamun adalah 10 – 40%0, dengan nilai
Tahun 2004 tentang kriteria baku optimum untuk lamun dapat tumbuh
kerusakan padang lamun. dengan baik adalah 35%0 (Wirawan,
2014).
KONDISI PENUTUPAN %
Suhu tertinggi didapat pada
Baik Kaya/Sehat ≥ 60 stasiun I dan II yaitu dengan nilai
29⁰C, sedangkan suhu pada stasiun III
Rusak Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 – 59,9
memiliki nilai kecil yaitu
Miskin ≤ 29,9 28⁰C.Kisaran tersebut masih dalam
kategori baik untuk pertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN lamun. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sakaruddin (2011), yaitu
Parameter Lingkungan lamundapat tumbuh pada kisaran 5 –
35 ⁰C dan tumbuh dengan baik pada
Kondisi kualitas lingkungan
kisaran suhu 25 –30 ⁰C, sedangkan
seperti pH air dapat mempengaruhi
pada suhu di atas 45 ⁰C lamun akan
kehidupan lamun baik secara langsung
mengalami stres dan dapat mengalami
maupun tidak langsung. Sejumlah
kematian. pH air berkisar antara 7-8
parameter lingkungan menggambarkan
pH. Tingkat nilai pH pada perairan
kualitas perairan yang dapat
pantai Tugulufa netral hal ini mudah
mendukung keberadaan lamun.Data
diserap oleh tanaman nutrisi
(Setyawan, 2002).
Kondisi Padang Lamun

Komposisi jenis lamun yang dijumpai


dilokasi penelitian dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Jenis-jenis lamun yang


ditemukan
Jenis Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
No T1 T2 T 3 T1 T2 T3 T1 T2 T3
Enhalus acoroides          Gambar 3.Kerapatan Stasiun 1, 2 dan
Thalassia hemprichii    - - - - -  Stasiun 3.
-
Halodule uninervis  - - - - - - - (Data Primer Penelitian 2022)
Halophila ovalisss - - -     -

Keterangan = √ = ada Berdasarkan hasil perhitungan


- = tidak ada kerapatan jenis pada stasiun 1
Tabel 4 di atas menunjukan bahwa diperoleh data yaitu lamun jenis
pada stasiun 1, 2 dan 3 pada keempat Enhalus acoroides memiliki kerapatan
spesies lamun memiliki spesies lamun yang paling tinggi dibandingkan
yang dominan sama dan merupakan dengan lamun jenis lain yaitu dengan
tipe campuran atau berasosiasi dari nilai kerapatan 60,6 tegakan/m2.di
beberapa spesies yaitu asosiasi empat satsiun 1, Halodule uninervis dengan
spesies Enhalus acoroides, Thalassia nilai kerapatan paling rendah
hemprichii, Halodule uninervis dibandingkan dengan jens lain yaitu
danHalophila ovalis, pada masing- dengan nilai kerapatan 2,8 tegakan/m2.
masing transeks. Pada stasiun 2 nilai kerapatan tertinngi
jenis Enhalus acoroides yaitu 19,3
Kerapatan Jenis Lamun
nilai terendah jenis halophila ovalis
Kerapatan dari suatu jenis dengan nilai 1,73. Pada stasiun 3 nilai
merupakan nilai yang menunjukkan tertinggi Enhalus acoroides yaitu 42,9
jumlah atau banyaknya individu nilai terendah pda jenis Halophilla
suatu jenis per satuan luas. Makin ovalis dengan nilai 2,93. Rendahnya
besar kerapatan suatu jenis, makin nilai kerapatan di beberapa spesies
banyak individu jenis tersebut per pada penelitian ini di pengaruhi oleh
satuan luas (Irwanto, 2006). Hasil perairan yang terekspos ketika
yang diperoleh dapat di lihat sebagai surutnya air laut, dimana dalam
Pada Gambar 3. kondisi ini jenis lamun Halodule
uninervis dan halophila ovalis ,akan
sulit untuk tumbuh dan berkembang.
Selain kondisi perairan yang sering
terekspos, jenis substrat dasar perairan
juga mempengaruhi keberadaan jenis
lamun ini. Menurut Kiswara(1997)
jenis lamun halophila ovalis dapat Indeks Keanekaragaman,
tumbuh subur pada perairan yang Keseragaman, dan Dominansi Jenis
selalu tergenang oleh air, dan sulit Lamun
tumbuh di daerah yang dangkal.
Berdasarkan hasil pengamatan Hasil perhitungan indeks
diketahui bahwa lamun yang tumbuh keanekaragaman, keseragaman, serta
pada daerah yang berada jauh dari garis dominansi lamun di perairan
pantai memiliki kerapatan yang lebih Tugulufa.ssKota Tidore Kepulauan
tinggi dibandingkan dengan lamun yang dapat dilihat pada (Tabel 3).
tumbuh di perairan yang dekat dengan Table 3. Indeks
garis pantai di perairan Tugulufa. Hal ini Keanekaragaman, Keseragaman dan
diduga disebabkan oleh aktifitas Dominasi
Nilai
masyarakat yang bisa mempengaruhi
No Indeks Stasiun Stasiun Stasiun Kondisi
kondisi padang lamun. Diperairan
1 2 3
Tugulufa pemerintah daerah melakukan
1 Keanekaragaman 0,79 0,41 0.40 Rendah
pembangunan yang mengarah ke laut.
2 Keseragaman 0,6726 0,58457 0,36776 Rendah
Yaitu reklamasi untuk memperbesar
0,577 0,759 0,809
taman wisata. Hal ini mampu 3 Dominansi Tinggi

mempengaruhi pada kehidupan dan Sumber : Data Primer Pensselitian


ekosistem lamun dan biota yang (2022).
berasosiasi di padang lamun. Di
karenakan substrat akan menutup padang a. Indeks keanekaragamn
lamun yang akhirnya ekosistem akan Berdasarkan hasil perhitungan
mengalami kematian yang tinggi. didapatkan nilai indeks
Enhalusa acoroides merupakan keanekaragaman lamun di perairan
lamun yan di temukan banyak tumbuh Tugulufa yaitu nilai keanekaragaman
pada perairan yang dekat dari garis ST1 0.79, ST2 0.41 dan ST3 0.40.
pantai. Menurut Romimoh tarto dan yang tergolong dalam keanekaragaman
Juwana (2001) dalam Suryanti et al., Rendah yaitu H’<1.
(2014). Enhalus Acoroides memiliki Menurut Odum (1996).
strategi adaptasi yang baik terhadap Keanekaragaman mempunyai nilai
lingkungan dimana tumbuhan tersebut tertinggi jika semua individu berasal
memiliki prakaran serabut yang mampu dari spesies yang berbeda-beda,
berkoloni lebih lebat di habitat dangkal sebaliknya nilai terkecil diperoleh jika
dibandingkan dengan lamun jenis individu berasal dari spesies yang
lainnya. Menurut Fauziyah (2014) dalam sama. Sedangnya nilai indeks
Ruswahyuniet al. (2013). keanekaragaman lamun di perairan
Tugulufa disebabkan oleh jenis lamun
yang ditemukan di perairan Tugulufa
hanya 4 jenis. Tinggi rendahnya nilai
indeks keanekaragaman jenis dapat kategori sedang di perairan Tugulufa
disebabkan oleh berbagai faktor antara menunjukan bahwa tidak ada jenis
lain jumlah jenis atau individu yang lamun yang mendominansi dan
didapat, adanya beberapa jenis yang perbedaan jumlah jenis yang tidak
ditemukan dalam jumlah yang lebih terlalu tinggi ST1 0.6276, ST2
melimpah daripada jenis lainnya, 0.58457 dan ST3 0.36776. yang
kondisi homogenitas substrat, kondisi tergolong dalam keseragaman sedang
dari ekosietem lamun sebagai habitat yaitu 0,4<1 e <0,6.
dari fauna perairan (Yanu, 2011 c. Dominansi
dalamSuryanti et al., 2014). Hasil perhitungan didapatkan nilai
Secara kekseluruhan nilai indeks dominasi lamun di perairan
keanekaragaman tergolong rendah, Tugulufa yaitu nilai dominasi ST1 0.577,
meskipun stasiun terdapat pada pantai ST2 0.759 dan ST3 0.809. tergolong
yang tidak memiliki pemukiman akan dalam dominasi tinggi yaitu 0,75 < C ≤
tetapi banyak aktivitas masyarakat di 1,00. Di mana semakin kecil nilai indeks
ekosistem lamun seperti wisata mandi dominansi maka menunjukkan bahwa
air laut damencari gastropoda dan tidak ada spesies yang mendominasi
mencari ikan. Hal ini di sebabakan sebaliknya semakin besar dominansi
banyak masyarakat berjalan di atas maka menunjukan ada spesies tertentu
lamun sehingga akan berdampak pada (Odum, 1993).
ekosistem lamun dan kerusakan Dilihat dari jenis lamun di
karang. ketiga stasiun.Spesies lamun Enhalus
b. Keseragaman acoroides.Mempunyai nilai indeks
hasil perhitungan didapatkan dominansi tinggi di bandingkan
nilai indeks keseragaman lamun di dengan jenis lainnya, kemudian pada
perairan Tugulufa yaitu nilai spesies Thalassia Hemprichii yang
keseragaman ST1 0.6726, ST2 memiliki nilai dominansi
0.58457 dan ST3 0.36776. yang rendah.Keadaan ini dipengaruhi oleh
tergolong dalam keseragaman rendah kecepatan arus yang berbeda pada
yaitu 0,4<1 e <0,6. Menurut ketiga stasiun, Fauziyah (2004).
Ruswahyuni (2008) dalamSuryantiet
al., (2014), apabila semakin kecil 4.5 Jenis jenis Ikan yang teradapat di
indeks keseragaman maka semakin vegetasi Padang lamun
besar perbedaan jumlah antara spesies Padang lamun memilki
(adanya dominansi) dan semakin besar berbagai peranan dalam kehidupan
indeks keseragaman maka semakin ikan dimana padang lamun dapat
kecil perbedaan jumlah antara spesies dijadikan daerah asuhan (nursery
sehingga kecenderungan dominasi oleh ground), sebagai tempat mencari
jenis tertentu tidak ada. Nilai indeks makan (feeding ground), dan daerah
keseragaman yang tergolong dalam untuk mencari perlindungan. Untuk
spesies lamunnya sendiri dapat
merupakan makanan langsung bagi
ikan. Peranan lamun adalah sebagai
daerah asuhan, dimana sebagian besar
ikan penghuni padang lamun adalah
ikan-ikan juvenil apabila telah dewasa
akan menghabiskan hidupnya pada
tempat lain, hasil perhitungan indeks
ekologi jenis ikan di padang laun
kelurahan Tugulufa dapat dilihat pada
Gambar 4. Struktur Komunitas.
table;6 Keseragaman, Keanekaragaman dan
Dominansi.
Tabel 4. Komposisi Jenis Ikan
Stasiun 1 ( Sumber : Data Primer Penelitian 2022).
No Jenis Famili Keseragaman Keanekaragaan Dominasi

1 Tetraodontidae Tetraodontidae 0,185 0,30 0,028 a. Stasiun 1


2 Amphiprioninae Pomacentridae 0,227 0,37 0,111 Secara umum nilai komunitas ikan
acreichthys
3 tomentosus Monacanthidae 0 0,00 0,000
didapatkan h asil nilai indeks
4 Parablennius Blenniidae 0,227 0,37 0,111 keanekaragaman (Hꞌ) pada stasiun 1
5 pentapodus sp Nemipteridae 0,185 0,30sss 0,028
sebesar 1,33 nilai E 0,826. Nilai C 0,278
Jumlah 0,826 1,33 0,278
Hꞌ yang di dapatkan berada dalam rentang
Stasiun 2
nilai 1< Hꞌdan termasuk dalam kategori
1 Tetraodontidae Tetraodontidae 0,161 0,26 0,016
2 Amphiprioninae Pomacentridae 0,215 0,35 0,063 rendah.
acreichthys b. Stasiun 2
3 tomentosus Monacanthidae 0 0,00 0,000
4 Parablennius Blenniidae 0,161 0,26 0,016
Secara umum nilai komunitas ikan
5 pentapodus sp Nemipteridae 0,228 0,37 0,141 didapatkan hasil nilai indeks
Jumlah 0,766 1,23 0,234
keanekaragaman (Hꞌ) pada stasiun 2
Stasiun 3
1 Tetraodontidae Tetraodontidae 0,151 0,24 0,012
sebesar 1,23 nilai E 0,766. Nilai C 0,234
2 Amphiprioninae Pomacentridae 0 0,00 0,000 Hꞌ yang di dapatkan berada dalam rentang
acreichthys
nilai 1< Hꞌdan termasuk dalam kategori
3 tomentosus Monacanthidae 0 0,00 0,000
4 Parablennius Blenniidae 0 0,00 0,000 rendah.
5 pentapodus sp Nemipteridae 0,167 0,27 0,444 c. Stasiun 3
Jumlah 0,319 0,51 0,457
Secara umum nilai komunitas ikan
didapatkan hasil nilai indeks
Nilai struktur komunitas ikan
keanekaragaman (Hꞌ) pada stasiun 3
berdasarkan indeks keanekaragaman
sebesar 0,51 nilai E 0,319. Nilai C 0,457
(Hꞌ), indeks keseragaman (E), dan
Hꞌ yang di dapatkan berada dalam rentang
indeks dominasi (C) dari masing-
nilai 1> Hꞌdan termasuk dalam kategori
masing stasiun penelitian dapat dilihat
rendah.
lebih jelas pada (Gambar 4)
Tinggi rendahnya indeks
keanekaragaman di pengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jumlah individu masing-masing jenis atau
jenis yang tertangkap, kondisi genera. Keanekaragaman (H’)
ekosistem sebagai habitat suatu mempunyai nilai terbesar jika semua
perairan dan adanya jenis yang lebih individu berasal dari genus atau spesies
melimpah dibanding laiinya (Triadiza, yang berbeda-beda, sedangkan nilai
2013). terkecil jika semua individu berasal dari
satu genus atau satu spesies saja
4.6. Jenis Fauna Lain Yang Ditemukan
Di Lokasi Penelitian Indeks dominansi (C)
digunakan untuk mengetahui sejauh
Ada beberapa jenis fauna yang mana suatu Kelompok biota
berasosiasi di padang lamun, pada mendominansi kelompok lain.
stasiun 1 terdapat 2 Bintang Laut Dominansi yang cukup besar akan
(Protoreaster Nodosus), pada stasiun 2 mengarah pada komunitas yang labil
dan 3 terdapat jenis (Ciliopagurus maupun tertekan, Indeks dominansi
Strigatus ) atau biasa di sebut umang- berkisar antara 0 sampai 1,dimana
umang, dan pada stasiun 3 terdapat 6 semakin kecil nilai indeks dominansi
Bulu Babi (Diadema savignyi) yang maka menunjukan bahwa tidak ada
ditemukan selama penelitian spesies yang mendominsi sebaliknya
semakin besar dominansi maka
Tabel 5. Nilai (Hꞌ), (E), dan (C) menunjukkan ada spesies tertentu
(Odum, 1993). Hasil penelitian pada
No Nama Ilmiah Keanekaragaman Keseragaman Dominasi
1 Ciliopagurus Strigatus 0,95 0,86 0,44
lokasi menunjukan bahwa spesies
2 Protoreaster Nodosus 0,62 0,57 0,4 fauna yang di temukan pada lokasi
3 Diadema savignyi 0,30 0,27 0,36 penelitian sangat rendah dengan nilai
Jumlah 1,88 1,71 1,2 mulai, 0.86 sampai 0.27.

Hasil analisis data keragaman pada tabel PENUTUP


di atas menggambarkan bahwa nilai
keragamana jenis tergolong rendah Simpulan
karena nilai keragaman jenis hanya bisa Berdasarkan hasil penelitian, dapat
mencapai 0, dimana nilai H' <1.0 = disimpulkan sebagai berikut:
Menunjukkan keragaman yang rendah.
Rendahnya nilai keragaman jenis di 1. Komposisi jenis lamun terdapat 4
sebabkan karena hasil koleksi spesies Enhalus acoroides, Thalassia
spesiesdilokasi penelitian hanya hemprichii, Halodule uninervis
sedikit.Odum (1993) mengatakan bahwa danHalophila ovalis.
semakin besar nilai suatu 2. Berdasarkan hasil perhitungan
keanekaragaman berarti semakin banyak kerapatan jenis pada stasiun 1
Jenis yang didapatkan dan nilai ini sangat diperoleh data yaitu lamun jenis
bergantung kepada nilai total dari Enhalus acoroides yaitu dengan nilai
kerapatan 0,0455 tegakan/m2.di satsiun P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,
1, Halodule uninervis dengan nilai Budidaya, Oseanografi, Geologi dan
kerapatan paling rendah dibandingkan Perairan. Penelitian Biologi Laut,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
dengan jens lain yaitu dengan nilai
Oseanologi-LIPI, Jakarta: 11-6.
kerapatan 0.0021 tegakan/m2. Pada Bahtiar, Sembiring, a,. Damar, A.,
stasiun 2 nilai kerapatan tertinngi jenis Hariyadi,S., Kusman, C., Yulianda, F.,
Enhalus acoroides yaitu 0,0145 nilai Sulistiono, Setyobudiandi, I. 2009.
terendah jenis halophila ovalis dengan Sampling dan Analisis Data Perikanan
nilai 0,0013. Pada stasiun 3 nilai dan Kelautan.IPB.FPIK. Bogor.
tertinggi Enhalus acoroides yaitu Begen, D.G. (2001). Ekosistem dan
Sumber Daya Alam Pesisir dan
0,0322 nilai terendah pada jenis
Laut.Institut Pertanian Bogor.66 hal.
Halophilla ovalis dengan nilai Coles, R. G. L, W. J. Long, R. A.
0,0022.perhitungan kerapatan jenis Watsom, and K. J. Derbyshire. 1993.
pada stasiun 1 diperoleh data yaitu Distribution of Seagrass and Their
lamun jenis Enhalus acoroides Fish and Penaeid Prawn Communities
memiliki kerapatan yang paling tinggi in Cairns Harbour a Tropical Estuaria,
dibandingkan dengan lamun jenis lain Northern Queensland, Australia. In
Tropical Seagrass Ecosyestems;
yaitu dengan nilai kerapatan 0,0455
Structure and Dynamics in the Indo-
tegakan/m2. Indeks keanekaragaman West Pacific. Australian Journal and
jenis stasiun 1 (0,79), keseragaman Freshwater Research, 44: 193210.
(0,6726), dominansi (0,577). Pada Fauziyah, IM. 2004. Struktur Komunitas
stasiun 2. Keanekaragaman (0,41), Padang Lamun di Pantai Batu Jimbar
keseragaman (0,58457), dominansi Sanur. Skripsi.Fakultas Perikanan dan
(0,759). Dan stasiun 3. Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Fortes, M. 1990. Seagrasses: a resource
Keanekaragamn (0,40), keseragaman unknown in the ASEAN region.
(0,36776), dominansi (0,809). Manila: Association of Southeast
Asian Nations/United States Coastal
5.2. Saran Resources Management Project
Education Series 6.
Perlu dilakukan penelitian Harpiansyah.Pratomo.a., Yandri.F. 2014.
mengenai kondisi padang lamun sebagai Struktur Komunitas Padang Lamun di
daerah asuhan bergagai jenis biota laut di Perairan Desa Pengudang Kabupaten
perairan pantai Tugulufa, mengingat Bintang. Universitas Maritim Raja Ali
masih sedikitnya informasi. Dimana Haji.
informasi tersebut bermanfaat bagi Irwanto.2006. Keanekaragaman Fauna
Pada Habitat Mangrove.Yogyakarta.
masyarakat.
Jalaluddin, M. Octaviayani, I, N. Putri, A.
DAFTAR PUSTAKA Aldiansyah. 2020. Padang Lamun
Sebagai Ekosistem Penunjang
Azkab, M.H. 1988. Pertumbuhan dan Kehidupan Biota Laut di Pulau
Produksi Lamun, Enhalus acoroides di Pramuka, Kepulauan Seribu,
Rataan Terumbu di Pari Pulau Seribu.
Indonesia. Jurnal Geografi Gea, 20 (1) Kependudukan Indonesia. 10(2) 109-
45-53. 124.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Rahmawati, S. dan A. Rasyidin. 2012.
Hidup. Kriteria Baku. 2004. Komunitas lamun di Perairan Ternate,
Kerusakan dan pedoman penentuan Tidore dan sekitarnya. Dalam Giyanto
Status Padang Lamun. Keputusan (ed) Ekosistem pesisir Ternate, Tidore
Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Sekitarnya, Provinsi Maluku
200 Tahun 2004. Utara. Pusat Penelitian dan
Kuriandewa T.E. 2009.Tinjauan tentang Oseanografi LIPI. Jakarta. Hlm.:84-90
Lamun di Indonesia Lokakarya Rawung, S. Ferdinand, F. T. Rondonuwu,
Nasional I Pengelolaan Ekonomi A. 2018. Inventarisasi Lamun Di
Lamun. Jakarta. LIPI. Perairan Marine Field Station Fakultas
Mellors, J. E., H. Marsh, and R. G. Coles. Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unsrat
1993. Instra annual Change in Kecamatan Likupang Timur
Seagrass Standing Crop, Green Island, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Northern Queensland. In Tropical Ilmiah Platax 6:(2) 38-45.
Seagrass Ecosystem; Structure and Romimohtarto, K. & S. Juwana. 2001.
Dynamics in the Indo-West Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan
Pacific.Australian Journal of Marine Tentang Biota Laut. Penerbit
and Freshwater Reserch, 44: 33-42. Djambatan. Jakarta.
Nainggolan, P. 2011. Distribusi spasial Ruswahyuni, Widyorini.N, Assy.D 3013.
dan pengelolaan lamun (seagrass) Di Hubungan Kelimpahan Meiofauna
Teluk Bakau, Kepulauan Riau. pada Kerapatan Lamun yang
[Skripsi], IPB: Bogor. Berbedadai Pulau Panjang
Nontji. A. 2009. Rehabilitasi Ekosistem Jepara.Journal of Management of
Lamun dalam Pengelolaan Aquatic Resources. Vol.2 No.2 Hal :
sumberdaya Pesisir.Lokakarya 226-232
Nasional I Penelolaan ekosistem Sakaruddin M.I. 2011.Komposisi jenis,
Lamun. Jakarta. kerapatan, persen penutupan dan luas
Nurzahraeni.2014. Keragaman Jenis dan penutupan lamun di Perairan Pulau
Kondisi Padang Lamun di Perairan Panjang tahun 1990-2012 [skripsi].
Pulau Panjang Kepulauan Derawan Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Kalimantan Timur. Skripsi Universitas Setyawan, A.D. 2002. Ekosistem
Hasanuddin. Makassar. Mangrove sebagai Kawasan Peralihan
Odum P.E. 1996. Dasar-Dasar Kawasan Perairan Tawar. Dan
Ekologi.Gadjah Mada University Perairan Laut. Enivoro 2 (1): 25-40.
Press. Yogyakarta Sjafrie, N. D. M., Hernawan, U.E.,
Odum, 1993.Dasar-dasar Prayudha, B., Supriyadi, I.H., Iswari,
Ekologi.Diterjemahkan oleh T M.Y., Rahmat, Anggraini, K.,
Samingan. Pers Universitas Gajha Rahmawati, S., dan Suyarso. 2018.
Mada. Yogyakarta.572 hal. Status Padang Lamun Indonesia 2018
Rachmawati, L. 2015. Memahami Ver. 02. COREMAP – CTI. Lembaga
Adaptasi Penduduk Terhadap Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Perubahan Iklim Untuk Pemenuhan Suryanti., Ain, C., Tishmawati, C.N.
Kebutuhan Air Bersih Di Pulau-Pulau 2014. Hubungan Kerapatan Lamun
Kecil Belitung Dan Bintan. Jurnal (Seagrass) Dengan Kelimpahan
Syngnathidae di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu.Dipoegoro Journal
of Maquares Vol. 3 (1) : Hal 88-94.
Tuwo. A. 2011. Pengelolaan Ekowisata
Pesisir dan Laut.Brilian Internasional.
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai