1)
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
2)
Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan
FPIK Universitas Borneo Tarakan (UBT) Kampus Pantai Amal Gedung E,
Jl. Amal Lama No. 1, Po. Box. 170 Tarakan KALTARA.
E-mail: yulma.yuki@gmail.com
ABSTRACT
Other than for recreation purpose, Mangrove forest in Conservation Area for Mangrove
and Bekantan also serve as basis for food chain where aquatic organism live. Mangrove
also has high productivity. Litter productivity from several mangrove species as follows,
1.12 g/m2/day for Sonneratia alba, 0,82 g/m2/day for Rhizophora apiculata, 0.64 g/m/day
for Bruguivera parviflora, and 0.52 g/m2/day for Avicennia alba. Litter decomposition rate
for several mangrove species as follows, 0.35 g/day for Sonneratia alba, 0.30 g/day for
Avicennia alba, 0.20 g/day for Bruguiera parviflora and the lowest one is 0.13 g/day for
Rhizophora apiculata.
faktor alam yaitu perilaku perimata atau kecilnya jumlah serasah yang dihasilkan,
bekantan (Nasalis larvatus) yang mencari semakin tipis penutupan tajuk maka semakin
makan pada jenis mangrove Sonneratia alba kurang produksi serasah yang dihasilkan
dan letak atau zonasi yang lebih dekat (Soerojo 1986).
dengan laut dan daerah yang lebih terbuka
sehingga jenis Sonneratia alba mendapat Dekomposisi serasah daun mangrove
pengaruh angin yang lebih besar. Hal ini Daun mangrove yang gugur akan
sesuai dengan pendapat Cuevas & Sajise mengalami penguraian dan terperangkap
(1978) dalam Khairijon (1990), terdapat disekitar ekosistem mangrove dan
hubungan positif antara kecepatan angin membutuhkan waktu yang lama untuk
dengan produksi serasah. Apabila kecepatan terdekomposisi. Lama waktu yang
angin semakin tinggi produksi serasah yang dibutuhkan dipengaruhi oleh berbagai faktor
didapatkan akan lebih besar pula. Sedangkan misalnya jenis mangrove yang memiliki
untuk jenis mangrove Avicennia alba bentuk dan struktur daun yang berbeda,
mendapatkan hasil produksi serasah paling kandungan nitrogen, jenis substrat serta
sedikit rata-rata 0.52 g/m²/hr dari jenis parameter kualitas air di perairan seperti
mangrove lainnya, disebabkan tingkat biologis, fisika, kimia (Handayani, 2004).
kerapatan Avicennia alba rendah dan umur Berat kering serasah daun mangrove
pohon yang lebih tua Soenardjo (1999) yang paling banyak pada hari ke 28 adalah
menyatakan bahwa semakin tua tumbuhan jenis Rhizophora apiculata sebesar 7,95 g
maka produksi serasahnya semakin dan paling sedikit adalah Sonneratia alba
menurun, begitu pula sebaliknya. sebesar 4,24 g. Bobot kering dari sisa
Produktivitas serasah di Kawasan serasah daun mangrove menjelaskan bahwa
Konservasi Mangrove dan Bekantan relatif proses dekomposisi pada jenis Rhizophora
berbeda bila dibandingkan dengan hasil lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis
pengukuran produktivitas mangrove serasah lainnya. Tingginya laju dekomposisi
dibeberapa hutan mangrove lainnya. serasah daun Sonneratia diduga berkaitan
Perbedaan jumlah serasah yang dihasilkan dengan kandungan fosfor yang tinggi
berbagai jenis mangrove disebabkan oleh dibandingkan Rhizophora karena serasah
faktor lingkungan dan kondisi iklim yaitu yang memiliki kandungan P yang tinggi
curah hujan dan suhu perairan serta cenderung disukai oleh mikroorganisme
perbedaan waktu pengambilan dan perairan (Choong et al 1992 dalam Pribadi
perbedaan letak atau zonasi mempengaruhi 1998). Bobot kering serasah daun mangrove
produksi serasah. Selain faktor tersebut selama 28 hari disajikan pada Gambar 3
kondisi mangrove, yaitu ketipisan tajuk dan berikut:
morfologi daun juga ikut menentukan besar
Rata – rata laju dekomposisi serasah daun karbon, nitrogen, fosfor, kalium dan
tertinggi terjadi pada hari ke 7 (pengambilan magnesium.
pertama) hal ini terjadi pada semua stasiun. Waktu yang diperlukan daun yang
Laju dekomposisi tertinggi terjadi pada gugur untuk kehilangan massanya dan
tahap awal hal ini diduga berhubungan erat melepaskan nutrisi pada serasah bervariasi
dengan kehilangan bahan-bahan organik tergantung pada jenis serasah dan
serasah yang larut akibat penguraian lingkungan tempat terjadinya pembusukan
dekomposer biasanya terjadi diwaktu awal (Salamanca et al., dalam Gufran, 2003).
setelah serasah gugur (Hodgkiss, 2004). Proses dekomposisi meningkat dengan
Laju dekomposisi yang tertinggi terjadi pada adanya interaksi antara substrat, biota dan
stasiun 2 yang terletak pada daerah sungai lingkungan. Dekomposisi serasah
dan paling lama mengalami perendaman berhubungan erat dengan faktor lingkungan
pada saat pasang serta menerima pasokan air dan kualitas serasah. Kualitas serasah
tawar sedangkan untuk daerah stasiun 1 menunjukkan bagaimana fungsi serasah
mengalami proses dekomposisi paling lama menguntungkan terhadap komunitas
karena waktu terkena pasang surut hanya mikroba sebagai sumber energi dan nutrisi
terjadi pada saat pasang tertinggi. (Murphy et al., 1998). Kecepatan
Dekomposisi serasah di KKMB tidak dekomposisi serasah di hutan mangrove
ada yang mengalami dekomposisi sempurna sangat tergantung pada oksigen. Serasah
(100%). Sejalan dengan Sediadi dan daun terdiri dari susunan struktur yang
Pamudji (1986) di Teluk Ambon mengalami mempunyai sifat fisik dan kimia yang
penghancuran serasah daun jenis avicennia berbeda, sehingga mempengaruhi laju
sempurna (100%) selama 182 hari dengan dekomposisi (Tian et al., 1997). Menurut
berat kering serasah yang berbeda (20 Seasted dalam Salamanca et al, (1998)
gram/kantong). Penelitian yang dilakukan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada
oleh Soerojo (1986) serasah daun jenis daun yang mempengaruhi laju dekomposisi
Rhizophora apiculata mengalami terdiri dari konsentrasi awal nutrien, sifat
penghancuran 100% selama 132 hari dengan dan struktur nutrien dan jenis nutrien.
jumlah berat kering serasah sebesar 20 Tingginya laju dekomposisi serasah
gram/kantong. Struktur serta kandungan di daerah perairan dibandingkan daerah
yang ada pada daun juga mempengaruhi laju daratan disebabkan karena selain adanya
dekomposisi yang memberikan sumbangan penguraian secara biologis, di daerah
unsur hara yang berperan dalam perairan proses dekomposisinya juga
pembentukan pertumbuhan dan dibantu oleh mekanisme fisik yakni
perkembangan di hutan mangrove. Arifin pergerakan arus pasang dan penggenangan
(2003), menyatakan bahwa unsur hara yang oleh air laut yang lebih lama. Mason (2004),
dikandung oleh daun-daun mangrove adalah menyatakan bahwa mekanisme hilangnya
bahan-bahan yang dapat larut dari serasah sebesar 0.52 g/m²/hr. Laju dekomposisi pada
yang disebabkan oleh hujan atau aliran air. beberapa jenis mangrove yang terdapat di
Selain itu penguraian serasah juga dapat Kawasan Konservasi Mangrove dan
disebabkan oleh pengikisan serasah oleh Bekantan menunjukkan hasil yang berbeda.
pergerakan gelombang. Kondisi substrat Laju dekomposisi tertinggi terdapat pada
perairan yang lebih lembab dibandingkan jenis Sonneratia alba sebesar 0,35g/hari,
daratan juga berperan dalam menguraian Avicennia alba sebesar 0,30g/hari,
serasah, nilai pH 7-8 menunjukan Bruguiera parviflora sebesar 0,20g/hari dan
lingkungan yang selalu basa dan lembab yang terendah jenis Rhizophora apiculata
nilai menyebabkan proses dekomposisi sebesar 0,13g/hari
serasah cepat.
Proses dekomposisi melalui DAFTAR PUSTAKA
beberapa tahapan dan juga didukung dengan
hadirnya mikroorganisme yang berperan Arifin A. 2003. Hutan Mangrove fungsi Dan
dalam perombakan beberapa zat yang Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
dikandung oleh serasah daun mangrove.
Unsur – unsur tersebut makin berkurang dan Ashton EC, Hogarth PJ, Ormond R. 1999.
akhirnya pada waktu tertentu akan habis dan Breakdown of mangrove leaf litter in
hanya tinggal bagian – bagian yang tidak a managed mangrove forest in
diperlukan dan merupakan bahan baku Pennisular Malaysia. J
humus (Hakim et al., 1986). Menyatakan Hydrobiologia. 413:77-88.
bahwa penambahan bahan organik kedalam
tanah yang akan meningkatkan jumlah dan Bengen DG. 2004. Sinopsis Teknik
aktivitas mikroorganisme tanah dan akan Pengambilan Contoh dan Analisis
kembali semula sejalan dengan Data Biofisik Sumberdaya Pesisir.
berkurangnya bahan organik tersebut. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir
Penguraian erat kaitannya dengan dan Laut IPB, Bogor.
kerapatan. Kerapatan pohon relatif tinggi
akan mengakibatkan cahaya yang masuk ke Boonruang P. 1984. The rate of degradation
lantai hutan relatif rendah sehingga proses of mangrove leaves, Rhizophora
penguraian akan berlangsung cepat. Selain apiculata BL and Avicennia marina
faktor kerapatan, faktor yang mempengaruhi (FORSK) VIERH at Phuket Island,
laju dekomposisi adalah faktor lingkungan Western Peninsula of Thailand. In
perairan (suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, Soepadmo, E., A.N. Rao and D.J.
kecerahan, oksigen terlarut (DO) dan faktor Macintosh. 1984. Proceeding of the
lingkungan substrat atau fraksi substrat dan asian symposium on mangrove
mikroorganisme substrat/decomposer) environment research and
(Soenarjo, 1999). management. University of Malaya
and UNESCO. Kuala Lumpur. Page
KESIMPULAN 200-208.