Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.1. April.

2015 ISSN : 2087-121X

PRODUKTIVITAS DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH MANGROVE


DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB)
KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA

1) Hardianto, 1) Karmila, 2) Yulma

1)
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
2)
Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan
FPIK Universitas Borneo Tarakan (UBT) Kampus Pantai Amal Gedung E,
Jl. Amal Lama No. 1, Po. Box. 170 Tarakan KALTARA.
E-mail: yulma.yuki@gmail.com

ABSTRACT

Other than for recreation purpose, Mangrove forest in Conservation Area for Mangrove
and Bekantan also serve as basis for food chain where aquatic organism live. Mangrove
also has high productivity. Litter productivity from several mangrove species as follows,
1.12 g/m2/day for Sonneratia alba, 0,82 g/m2/day for Rhizophora apiculata, 0.64 g/m/day
for Bruguivera parviflora, and 0.52 g/m2/day for Avicennia alba. Litter decomposition rate
for several mangrove species as follows, 0.35 g/day for Sonneratia alba, 0.30 g/day for
Avicennia alba, 0.20 g/day for Bruguiera parviflora and the lowest one is 0.13 g/day for
Rhizophora apiculata.

Key word : litter productivity, litter decomposition, KKMB, Tarakan city

PENDAHULUAN tinggi, walaupun hanya kurang lebih 10%


dari produksinya dapat langsung dimakan
Latar Belakang oleh herbivora. Sebagian besar dari produksi
Hutan mangrove sebagai ekosistem tersebut dimanfaatkan sebagai detritus atau
khas daerah pantai tropik, mempunyai bahan organik mati seperti daun – daun
fungsi strategis sebagai penyambung dan mangrove yang gugur sepanjang tahun, dan
penyeimbang ekosistem darat dan laut. melalui aktifitas mikroba dekomposer dan
Tumbuh-tumbuhan, hewan dan berbagai hewan –hewan pemakan detritus kemudian
nutrisi ditransfer ke arah darat atau laut diproses menjadi partikel – partikel halus
melalui mangrove. Secara ekologis (Odum dan Heald, 1975 dalam Mahmudi et
mangrove berperan sebagai daerah al, 2008). Selanjutnya detritus tersebut
pemijahan (spawning ground), daerah merupakan suatu fraksi penting dari rantai
asuhan (nursery ground) dan sebagai daerah makanan yang terdapat di ekosistem hutan
mencari makan (feeding ground) berbagai mangrove dan estuaria. Partikel – partikel
jenis ikan, kerang serta spesies lainnya organik tersebut menjadi tempat hidup bagi
(Bengen, 2004). Selain itu serasah mangrove bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya
berupa daun, ranting dan biomassa lainnya yang merupakan sumber makanan utama
yang jatuh menjadi sumber pakan biota bagi organisme omnivora seperti udang,
perairan serta bahan organik yang sangat kepiting dan sejumlah ikan. Daya dukung
menentukan produktivitas perikanan laut ekologi dari ekosistem hutan mangrove
(Mahmudi et al., 2008). tersebut tercipta melalui mekanisme transfer
Hutan mangrove mempunyai energi dan rantai makanan (Food chain)
produktifitas bahan organik yang sangat (Harahab, 2010).

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 43


Produktivitas Dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove… (Hardianto,dkk)

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bruguiera parviflora di Kawasan


Bekantan (KKMB) merupakan salah satu Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota
daerah yang dijadikan sebagai daerah Tarakan.
perlindungan terhadap habitat populasi dan
ekosistem yang ada didalamnya berdasarkan METODOLOGI PENELITIAN
aspek lestari dan menjadi daerah wisata
liburan. KKMB memiliki banyak ragam Waktu dan Tempat
jenis mangrove diantaranya Rhizophora sp, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Avicennia sp, Bruguiera sp dan sonneratia November sampai Desember 2014 di
sp. Kawasan Konservasi Mangrove dan
Bekantan (KKMB) Kota Tarakan
Tujuan Penelitian Kalimantan Utara (Gambar 1). Analisis data
Tujuan penelitian adalah untuk produktivitas dan laju dekomposisi serasah
mengetahui produktivitas dan laju mangrove dilakukan dilaboratorium Nutrisi
dekomposisi serasah Rhizophora apiculata, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UBT
Sonneratia alba, Avicennia alba, dan

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Bahan dan Alat 2. Analisis Vegetasi Mangrove


Bahan yang digunakan selama Pengambilan sampel untuk vegetasi
penelitian antara lain jaring penampung mangrove dilakukan dengan
serasah (litter trap), kantong serasah (litter menggunakan metoda plot transek garis
bag), tali, daun Rhizophora apiculata, dari arah perairan ke arah darat di daerah
Avicennia alba, Sonneratia alba dan intertidal (Bengen 2004). Jarak antar
Bruguiera parviflora. Sedangkan alat yang transek garis sekitar 100 meter, sedangkan
digunakan adalah oven dan timbangan panjang transek dari pinggir perairan
digital. kearah darat bergantung kepada ketebalan
mangrove pada tiap-tiap stasiun. Transek
Prosedur Penelitian garis berada pada posisi dari arah perairan
1. Penentuan Lokasi kearah darat dan terdiri atas petak-petak
Jumlah stasiun yang diamati di Kawasan contoh (plot) berbentuk bujur sangkar
Konservasi Mangrove dan Bekantan dengan ukuran 10 x 10 m2 untuk pohon; 5
(KKMB) terdiri dari 2 stasiun dan masing- x 5 m2 untuk anakan dan 1 x 1 m2 untuk
masing stasiun terdiri dari 2 sub stasiun. semai.

44 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015


Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.1. April. 2015 ISSN : 2087-121X

3. Pengambilan Sampel Guguran Serasah Analisis Laju Dekomposisi Serasah


(Litter-fall) Laju dekomposisi serasah dihitung
Litter-trap berupa jaring penampung dengan menggunakan persamaan sebagai
berukuran 2 x 2 m2, yang terbuat dari berikut:
nylon dengan ukuran mata jaring (mesh W0  Wt
size) sekitar 1 mm dan bagian bawahnya R
T
diberi pemberat. Pengukuran
produktivitas serasah dilakukan Keterangan:
bersamaan dengan mulai dilakukannya R = Laju dekomposisi (g/hari)
penelitian laju dekomposisi selama 1 T = Waktu pengamatan (hari)
bulan dengan selang waktu pengambilan W0 = Berat kering sampel serasah awal (g)
selama 7 hari (4 kali pengambilan). Wt = Berat kering sampel serasah setelah
waktu pengamatan ke-t (g)
4. Pengukuran Laju Dekomposisi Serasah
Daun Persentase penguraian serasah
Pengukuran laju dekomposisi serasah diperoleh dengan menggunakan rumus
dilakukan secara eksperimental di (Boonruang 1984) sebagai berikut:
lapangan, yakni dengan meletakkan
serasah daun yang telah dikeringkan W0  Wt
sebanyak 10 g ke dalam kantong serasah Y  100 0 0
(Litter-bag) berukuran 30 x 30 cm2 yang W0
terbuat dari nylon dengan mesh size 1 mm Keterangan:
(Pribadi 1998; Ashton et al. 1999). Litter- Y = Persentase serasah daun yang
bag diambil setiap 7 hari sekali selama 1 mengalami dekomposisi
bulan (4 kali pengambilan). W0 = Berat kering sampel serasah awal (g)
Wt = Berat kering sampel serasah setelah
Analisis Data waktu pengamatan ke-t (g)
Analisis Vegetasi Mangrove
Analisis data vegetasi mangrove HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi Kerapatan Jenis (K) dimana K
adalah jumlah individu jenis i dalam suatu Karakteristik Fisika-kimia Perairan
area (Bengen, 2004). Pengukuran parameter Fisika-kimia
perairan dilakukan pada setiap stasiun
Ni dengan 3 kali ulangan. Parameter Fisika-
K
A kimia yang diukur adalah suhu, salinitas,
DO, pH, kecepatan arus, dan kecerahan.
Dimana: K adalah kerapatan jenis i, Parameter-parameter tersebut diduga
sedangkan n adalah jumlah total individu berpengaruh besar terhadap penyebaran
dari jenis i dan A adalah luas total area mangrove, produktivitas, dan laju
pengambilan contoh (luas total petak dekomposisi serasah. Nilai rata-rata
contoh/plot). parameter fisika-kimia perairan di KKMB
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter fisika-kimia perairan KKMB


Parameter Stasiun I Stasiun II
Suhu (ͦ C) 30 31
Salinitas (ͦ / ͚) 29 30
DO (mg/l) 0.31 0.60
Kecepatan arus (m/s) 0.02 0.03
pH 7 7
Kecerahan (m) 0.33 0.44

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 45


Produktivitas Dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove… (Hardianto,dkk)

Vegetasi Mangrove di KKMB penelitian diperoleh hasil bahwa stasiun 2


Vegetasi mangrove berpengaruh merupakan daerah yang memiliki jumlah
besar terhadap penyebaran mangrove dan tegakan pohon paling banyak seperti yang
produktivitas serasah, pada perhitungan disajikan pada Tabel 2.
tegakan mangrove pada 2 stasiun lokasi

Tabel 2. Jumlah tegakan tumbuhan mangrove


Jumlah tegakan
Stasiun Jenis mangrove
Pohon Anakan
Avicennia alba 3 2
Brugueira parviflora 8 6
Stasiun I
Rhizophora apiculata 7 9
Sonneratia alba 7 7
Total tegakan 25 24
Avicennia alba 7 8
Brugueira parviflora 11 5
Stasiun II
Rhizophora apiculata 10 6
Sonneratia alba 8 4
Total tegakan 36 23

Jenis mangrove yang paling banyak Produksi Serasah Mangrove di KKMB


ditemukan di KKMB adalah Brugueira Berdasarkan hasil pengamatan
parviflora. Hal ini terlihat dalam jumlah produktivitas serasah mangrove selama 1
tegakan vegetasi mangrove, jumlah tegakan bulan di tiap stasiun pengamatan
Brugueira parviflora pada tingkat pohon menunjukkan produksi serasah yang
ditemukan di stasiun II adalah sebanyak 11 berbeda dengan penyumbang serasah
tegakan, yang paling sedikit adalah berasal dari daun dan ranting. Produktivitas
Avicennia alba dengan 3 tegakan pada serasah terbesar berasal dari jenis mangrove
stasiun I. Lokasi yang paling tinggi tegakan Sonneratia alba sebesar 1.12 g/m²/hr,
vegetasi pohon mangrove yaitu stasiun II kemudian Rhizophora apiculata sebesar
sebesar 36 dan stasiun I sebesar 25 tegakan. 0.82 g/m²/hr, Brugueira parviflora sebesar
0.64 g/m²/hr dan Avicennia alba sebesar
0.52 g/m²/hr. Perbandingan Produksi
Serasah Mangrove di KKMB disajikan
dalam Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Perbandingan produksi serasah mangrove di KKMB

Penyumbang serasah terbesar di Bekantan (KKMB) adalah Sonneratia alba


Kawasan Konsevasi Mangrove dan sebanyak 1.12 g/m²/hr diduga erat kaitannya

46 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015


Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.1. April. 2015 ISSN : 2087-121X

faktor alam yaitu perilaku perimata atau kecilnya jumlah serasah yang dihasilkan,
bekantan (Nasalis larvatus) yang mencari semakin tipis penutupan tajuk maka semakin
makan pada jenis mangrove Sonneratia alba kurang produksi serasah yang dihasilkan
dan letak atau zonasi yang lebih dekat (Soerojo 1986).
dengan laut dan daerah yang lebih terbuka
sehingga jenis Sonneratia alba mendapat Dekomposisi serasah daun mangrove
pengaruh angin yang lebih besar. Hal ini Daun mangrove yang gugur akan
sesuai dengan pendapat Cuevas & Sajise mengalami penguraian dan terperangkap
(1978) dalam Khairijon (1990), terdapat disekitar ekosistem mangrove dan
hubungan positif antara kecepatan angin membutuhkan waktu yang lama untuk
dengan produksi serasah. Apabila kecepatan terdekomposisi. Lama waktu yang
angin semakin tinggi produksi serasah yang dibutuhkan dipengaruhi oleh berbagai faktor
didapatkan akan lebih besar pula. Sedangkan misalnya jenis mangrove yang memiliki
untuk jenis mangrove Avicennia alba bentuk dan struktur daun yang berbeda,
mendapatkan hasil produksi serasah paling kandungan nitrogen, jenis substrat serta
sedikit rata-rata 0.52 g/m²/hr dari jenis parameter kualitas air di perairan seperti
mangrove lainnya, disebabkan tingkat biologis, fisika, kimia (Handayani, 2004).
kerapatan Avicennia alba rendah dan umur Berat kering serasah daun mangrove
pohon yang lebih tua Soenardjo (1999) yang paling banyak pada hari ke 28 adalah
menyatakan bahwa semakin tua tumbuhan jenis Rhizophora apiculata sebesar 7,95 g
maka produksi serasahnya semakin dan paling sedikit adalah Sonneratia alba
menurun, begitu pula sebaliknya. sebesar 4,24 g. Bobot kering dari sisa
Produktivitas serasah di Kawasan serasah daun mangrove menjelaskan bahwa
Konservasi Mangrove dan Bekantan relatif proses dekomposisi pada jenis Rhizophora
berbeda bila dibandingkan dengan hasil lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis
pengukuran produktivitas mangrove serasah lainnya. Tingginya laju dekomposisi
dibeberapa hutan mangrove lainnya. serasah daun Sonneratia diduga berkaitan
Perbedaan jumlah serasah yang dihasilkan dengan kandungan fosfor yang tinggi
berbagai jenis mangrove disebabkan oleh dibandingkan Rhizophora karena serasah
faktor lingkungan dan kondisi iklim yaitu yang memiliki kandungan P yang tinggi
curah hujan dan suhu perairan serta cenderung disukai oleh mikroorganisme
perbedaan waktu pengambilan dan perairan (Choong et al 1992 dalam Pribadi
perbedaan letak atau zonasi mempengaruhi 1998). Bobot kering serasah daun mangrove
produksi serasah. Selain faktor tersebut selama 28 hari disajikan pada Gambar 3
kondisi mangrove, yaitu ketipisan tajuk dan berikut:
morfologi daun juga ikut menentukan besar

Gambar 3. Bobot kering sisa serasah daun mangrove

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 47


Produktivitas Dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove… (Hardianto,dkk)

Rata – rata laju dekomposisi serasah


daun mangrove secara berkala disajikan
pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Rata – rata laju dekomposisi serasah daun mangrove


Hari ke– Hari ke – Hari ke– Hari ke– Rata – rata
Jenis
7 14 21 28 Gram/hari
Rhizophora
0,15 0,13 0,11 0,11 0,13
apiculata
Bruguiera parviflora 0,34 0,31 0,28 0,26 0,20
Avicennia alba 0,44 0,36 0,32 0,29 0,30
Sonneratia alba 0,28 0,21 0,17 0,15 0,35

Rata – rata laju dekomposisi serasah daun karbon, nitrogen, fosfor, kalium dan
tertinggi terjadi pada hari ke 7 (pengambilan magnesium.
pertama) hal ini terjadi pada semua stasiun. Waktu yang diperlukan daun yang
Laju dekomposisi tertinggi terjadi pada gugur untuk kehilangan massanya dan
tahap awal hal ini diduga berhubungan erat melepaskan nutrisi pada serasah bervariasi
dengan kehilangan bahan-bahan organik tergantung pada jenis serasah dan
serasah yang larut akibat penguraian lingkungan tempat terjadinya pembusukan
dekomposer biasanya terjadi diwaktu awal (Salamanca et al., dalam Gufran, 2003).
setelah serasah gugur (Hodgkiss, 2004). Proses dekomposisi meningkat dengan
Laju dekomposisi yang tertinggi terjadi pada adanya interaksi antara substrat, biota dan
stasiun 2 yang terletak pada daerah sungai lingkungan. Dekomposisi serasah
dan paling lama mengalami perendaman berhubungan erat dengan faktor lingkungan
pada saat pasang serta menerima pasokan air dan kualitas serasah. Kualitas serasah
tawar sedangkan untuk daerah stasiun 1 menunjukkan bagaimana fungsi serasah
mengalami proses dekomposisi paling lama menguntungkan terhadap komunitas
karena waktu terkena pasang surut hanya mikroba sebagai sumber energi dan nutrisi
terjadi pada saat pasang tertinggi. (Murphy et al., 1998). Kecepatan
Dekomposisi serasah di KKMB tidak dekomposisi serasah di hutan mangrove
ada yang mengalami dekomposisi sempurna sangat tergantung pada oksigen. Serasah
(100%). Sejalan dengan Sediadi dan daun terdiri dari susunan struktur yang
Pamudji (1986) di Teluk Ambon mengalami mempunyai sifat fisik dan kimia yang
penghancuran serasah daun jenis avicennia berbeda, sehingga mempengaruhi laju
sempurna (100%) selama 182 hari dengan dekomposisi (Tian et al., 1997). Menurut
berat kering serasah yang berbeda (20 Seasted dalam Salamanca et al, (1998)
gram/kantong). Penelitian yang dilakukan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada
oleh Soerojo (1986) serasah daun jenis daun yang mempengaruhi laju dekomposisi
Rhizophora apiculata mengalami terdiri dari konsentrasi awal nutrien, sifat
penghancuran 100% selama 132 hari dengan dan struktur nutrien dan jenis nutrien.
jumlah berat kering serasah sebesar 20 Tingginya laju dekomposisi serasah
gram/kantong. Struktur serta kandungan di daerah perairan dibandingkan daerah
yang ada pada daun juga mempengaruhi laju daratan disebabkan karena selain adanya
dekomposisi yang memberikan sumbangan penguraian secara biologis, di daerah
unsur hara yang berperan dalam perairan proses dekomposisinya juga
pembentukan pertumbuhan dan dibantu oleh mekanisme fisik yakni
perkembangan di hutan mangrove. Arifin pergerakan arus pasang dan penggenangan
(2003), menyatakan bahwa unsur hara yang oleh air laut yang lebih lama. Mason (2004),
dikandung oleh daun-daun mangrove adalah menyatakan bahwa mekanisme hilangnya

48 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015


Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.1. April. 2015 ISSN : 2087-121X

bahan-bahan yang dapat larut dari serasah sebesar 0.52 g/m²/hr. Laju dekomposisi pada
yang disebabkan oleh hujan atau aliran air. beberapa jenis mangrove yang terdapat di
Selain itu penguraian serasah juga dapat Kawasan Konservasi Mangrove dan
disebabkan oleh pengikisan serasah oleh Bekantan menunjukkan hasil yang berbeda.
pergerakan gelombang. Kondisi substrat Laju dekomposisi tertinggi terdapat pada
perairan yang lebih lembab dibandingkan jenis Sonneratia alba sebesar 0,35g/hari,
daratan juga berperan dalam menguraian Avicennia alba sebesar 0,30g/hari,
serasah, nilai pH 7-8 menunjukan Bruguiera parviflora sebesar 0,20g/hari dan
lingkungan yang selalu basa dan lembab yang terendah jenis Rhizophora apiculata
nilai menyebabkan proses dekomposisi sebesar 0,13g/hari
serasah cepat.
Proses dekomposisi melalui DAFTAR PUSTAKA
beberapa tahapan dan juga didukung dengan
hadirnya mikroorganisme yang berperan Arifin A. 2003. Hutan Mangrove fungsi Dan
dalam perombakan beberapa zat yang Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
dikandung oleh serasah daun mangrove.
Unsur – unsur tersebut makin berkurang dan Ashton EC, Hogarth PJ, Ormond R. 1999.
akhirnya pada waktu tertentu akan habis dan Breakdown of mangrove leaf litter in
hanya tinggal bagian – bagian yang tidak a managed mangrove forest in
diperlukan dan merupakan bahan baku Pennisular Malaysia. J
humus (Hakim et al., 1986). Menyatakan Hydrobiologia. 413:77-88.
bahwa penambahan bahan organik kedalam
tanah yang akan meningkatkan jumlah dan Bengen DG. 2004. Sinopsis Teknik
aktivitas mikroorganisme tanah dan akan Pengambilan Contoh dan Analisis
kembali semula sejalan dengan Data Biofisik Sumberdaya Pesisir.
berkurangnya bahan organik tersebut. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir
Penguraian erat kaitannya dengan dan Laut IPB, Bogor.
kerapatan. Kerapatan pohon relatif tinggi
akan mengakibatkan cahaya yang masuk ke Boonruang P. 1984. The rate of degradation
lantai hutan relatif rendah sehingga proses of mangrove leaves, Rhizophora
penguraian akan berlangsung cepat. Selain apiculata BL and Avicennia marina
faktor kerapatan, faktor yang mempengaruhi (FORSK) VIERH at Phuket Island,
laju dekomposisi adalah faktor lingkungan Western Peninsula of Thailand. In
perairan (suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, Soepadmo, E., A.N. Rao and D.J.
kecerahan, oksigen terlarut (DO) dan faktor Macintosh. 1984. Proceeding of the
lingkungan substrat atau fraksi substrat dan asian symposium on mangrove
mikroorganisme substrat/decomposer) environment research and
(Soenarjo, 1999). management. University of Malaya
and UNESCO. Kuala Lumpur. Page
KESIMPULAN 200-208.

Kawasan Konservasi Mangrove dan Gufran A. 2003. Laju Penghacuran Serasah


Bekantan (KKMB) memiliki Produksi Daun Beberapa Jenis Mangrove Di
serasah yang banyak adalah daun, ranting, Hutan Mangrove Rembang. Fakultas
dan bunga/buah serta mempunyai pola matemetika dan ilmu pengetahuan
guguran yang berbeda. Produktivitas serasah alam. Universitas Diponegoro.
terbesar dari jenis mangrove Sonneratia alba Semarang.
sebesar 1.12 g/m²/hr, Rhizophora apiculata
sebesar 0.82 g/m²/hr, Brugueira parviflora Handayani T. 2004. Laju dekomposisi
sebesar 0.64 g/m²/hr dan Avicennia alba serasah mangrove Rhizophora

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 49


Produktivitas Dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove… (Hardianto,dkk)

mucronata Lamk di Pulau Untung Decomposition Along an


Jawa, Kepulauan Seribu, Jakarta. Elevantional Gradient. Arizona State
[skripsi]. Bogor: IPB. University. USA.

Harahab N. 2010. Penilaian Ekonomi Pribadi R. 1998. The Ecology of Mangrove


Ekosistem Hutan Mangrove dan Vegetation in Bintuni Bay, Irian
Aplikasinya Dalam Perencanaan Jaya, Indonesia. [tesis]. Scotland:
Wilayah Pesisir. Yogyakarta. University of Stirling.

Hakim, N; M. Y. Nyakpa; A. M. Lubis; S. Salamanca, E.F., Nobuhiro, K. Shiego. And


G. Nugroho; M. A. Diha; G.B Hong; Yasuhide, N. 1998. Nutrien
dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Dynamics and Lignocellulose
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Degradation in Decomposing
Lampung. Quercus serrata Leaf Litter.
University of Shimane, Japan.
Hodgkiss IJ, Leung HC. 2004. Cellulose
Assosiated with Mangrove Leaf Sediadi A, Pramudji. 1986. Penelitian
Decomposition. Botanica Marina kecepatan gugur mangrove dan
(29): 467-469. penguraiannya dalam hutan bakau di
Teluk Ambon. In Soerianegara I,
Khairijon. 1990. Produksi dan laju Adisoemarto S, Soemodihardjo S,
dekomposisi serasah di hutan bakau Hardjowigeno S, Sudomo M,
hasil reboisasi yang berbeda kelas Ongkosongo OSR. Prosiding
umurnya. In Soemodihardjo S, Seminar III Ekosistem Mangrove.
Hardjowigeno S, Sudomo M, Panitia Program MAB Indonesia-
Ongkosongo OSR, Naamin N. LIPI. Hal 115-120.
Prosiding Seminar III Ekosistem
Mangrove. Panitia Program MAB Soenardjo N. 1999. Produksi dan laju
Indonesia-LIPI. Hal 145-154. dekomposisi serasah mangrove dan
hubungannya dengan struktur
Mahmudi M, Soewardi K, Kusmana C, komunitas mangrove di Kaliuntu
Hardjomidjojo H, Damar A. 2008. Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Laju dekomposisi serasah mangrove [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
dan kontribusinya terhadap nutrien di IPB.
hutan mangrove reboisasi. J
Penelitian Perikanan. II (1):19-25. Soerojo. 1986. Struktur dan gugur serasah
hutan mangrove di Kembang
Mason C.F. 2004. Decomposition. Sties in Kuning, Cilacap. In Soerianegara I,
Biology no. 74. The Edward Arnold Adisoemarto S, Soemodihardjo S,
(publ) Ltd. Southmpton. London. 86- Hardjowigeno S, Sudomo M,
90. Ongkosongo OSR. Prosiding
Seminar III Ekosistem Mangrove.
Murphy, K.L. Jeffrey, M.K. Carolecoe. Panitia Program MAB Indonesia-
Klopatek. 1998. The Effects of Litter LIPI. Hal 110-114.
Quality And climate On

50 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai