Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biologi Indonesia 15(1): 123-130 (2019)

Biomasa Mangrove dan Biota Asosiasi di Kawasan Pesisir Kota Bontang


(Mangrove Biomass and Association Biota in Bontang City Coastal Zone)
Yonvitner1*), Yudi Wahyudin2), Mujio3), & Arif Trihandoyo2)
1)
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Institut Pertanian Bogor, dan Pusat
Studi Bencana IPB.
2)
Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
3)
Peneliti Pusat Penelitian Pengkajian Pengembangan Wilayah (P4W), Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
Email. yonvitr @yahoo.com

Memasukkan: Febr uar i 2019, Diterima: J uni 2019

ABSTRACT
Mangrove is an important buffer ecosystem in the coastal area which has a function as carbon absorption
through biomass growth. Others also as support any kind ecosystem particularly is fish's biodiversity. This
research that was conducted in Bontang coast found 4 species of mangrove that dominated by Rhizophora
apiculate that biomass production average 3714 kg/ha, Rhizophora mucronata 2415 kg/ha, Sonneratia 407 kg/
ha, and Bruguiera 251 kg/ha. Mangrove ecosystem support to biomass production of the shell, shrimp, mollusc
until 2408 kg/ha of total population found. The research found that have a similar trend of mangrove growth
and biomass related biota production. The message of this research is important of mangrove conservation to
support biota and another ecosystem in the coastal area.

Keywords: Mangr ove, Association, Bontang,

ABSTRAK
Mangrove merupakan salah satu ekosistem penyangga di kawasan pesisir yang berfungsi sebagai penyerap
karbon melalui pembentukan biomasa dan pendukung produktivitas perikanan. Penelitian yang dilakukan di
pesisir Kota Bontang ini diketahui 4 jenis mangrove dominan dengan kemampuan pembentukan biomasa
Rhizophora apiculate rata-rata 3714 kg/ha, R. mucronata 2415 kg/ha, Sonneratia 407 kg/ha, dan Bruquiera
251 kg/ha. Sementara itu kemampuan mendukung pembentukan biomass biota asosiasi seperti kerang, udang
dan moluska lainya mencapai 2408 kg/ha untuk semua populasi. Secara keseluruhan kemampuan tumbuh
mangrove relative lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan pertumbuhan biomass biota asosiasi. Untuk
penting untuk tetap melindungi mangrove agar fungsi sebagai pelindung dan penyangga bagi ekosistem
lainnya.

Kata Kunci: Mangr ove, Asosiasi, Bontang

PENDAHULUAN Brebas dan beberapa pulau kecil lainnya dengan


luasan mencapai 1069,44 ha. Keberadaan ekosistem
Daya dukung didefinisikan sebagai kemampuan mangrove mempunyai peran penting bagi kawasan
suatu kawasan untuk menjamin keberlangsungan dan ekosistem lainnya di lokasi tersebut. Fungsi
hidup semua sumberdaya yang ada di dalamnya. mangrove selain berfungsi langsung sebagai bahan
Sedangkan daya dukung pembentukan biomasa yaitu baku kayu, mangrove juga menopang hidupnya
kemampuan ekosistem menunjang bekerja suatu beberapa jenis biota perairan seperti ikan, kepiting,
sistem ekologi untuk dalam pembentukan biomasa burung, kekerangan dan lainnya.
ekosistem melalui proses rantai makanan dan Keberadaan mangrove sebagai daerah
pertumbuhan semua ekosistem di dalamnya. penyangga bagi biota lain di sekitarnya menjadi
Hubungan antara ekosistem ini sebagian besar salah satu indikator nilai dan manfaat ekonomi
dijelaskan dalam bentuk hubungan rantai makanan. mangrove dalam menunjang kelangsungan
Ekosistem mangrove di Kalimantan Timur perikanan (White et al. 2012). Nilai dan manfaat
mencapai luasan 883,379 Ha dimana sebagian tersebar ekonomi dapat ditentukan langsung maupun
di Bontang seperti di Bontang Kuala, Tanjung Limau, secara tidak langsung. Salah satu bagian penting

123
Yonvitner dkk.

adalah kemampuan mangrove dalam jenis biota, jumlah (ind), panjang (mm), bobot
mendukung pembentukan biomasa sumberdaya (gram). Analisis mangrove mencakup frekuensi
sekitarnya. Beberapa spesies yang banyak relatif, kelimpahan relatif, dominansi relatif
memiliki ketergantungan pada ekosistem mangrove untuk menentukan indek nilai penting (INP).
adalah ikan, krustase dan moluska. Sedangkaan analisis Indeks keanekaragaman
Keberadaan dan fungsi mangrove yaitu Shannon-Wienner diperoleh dengan parameter
meningkatkan kembali daya dukung kawasan kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing
pesisir terutama daerah mangrove terutama densitas -masing jenis pada suatu habitat (Krebs 1972).
(White 2012). Konservasi berbasis menjadi Sedangkan biomasa mangrove ditentukan
instrument penting untuk mengetahui keterkaitan dengan mempertimbangkan diameter batang
ekosistem dengan lingkungan. Dengan kemampuan dan tinggi pohon dengan pendekatan yang
daya dukung mangrove sebesar 1134 kg/ha/thn berbeda tiap jenis. Menurut Suzuki & Tagawa
(Aida 2015), maka akan menghasilan 1,1 ton (1983), hubungan antara diameter batang, dan
ikan per ha per tahun atau 79 ton sumberdaya tinggi pohon dievaluasi dengan model regresi
ikan sampai 2025 (asumsi linier dan akumulatif). allometrik untuk mendapatkan daya dukung
Rehabilitasi ekosistem mangrove seluas 1,82 juta pembentukan biomasa sebagai berikut
ha lahan mangrove kritis, estimasi potensi daya
dukung perikanan di pesisir yang dapat dipulihkan Biomasaa= b x (DBH2 x H)a.
mencapai 2,06 juta ton ikan.
Secara umum produktivitas kawasan dapat Untuk mengetahui total biomas mangrove dalam
dikalkulasi sebagai agregat dari produksi biomasa suatu unit analisis, maka hasil dari perhitungan tersebut
mangrove dan biota asosiasi lainnya. Kegiatan dikali dengan jumlah densitas (kerapatan pohon),
penelitian ini difokuskan untuk mengetahui maka persamaan diatas menjadi
kemampuan pembentukan biomasa mangrove
dan biomasa biota asosiasinya. Pada penelitian Y = b x (DBH2 x H)a x D
ini diasumsikan, bahwa keberadaaan ekosistem
mangrove sangat penting untuk mendukung Keterangan:
b =koefisien slope (Rhizopohora = 0,101; Bruquiera
keberadaan populasi lain seperti ikan, kekerangan
=0,150 lainnya =0,145); DBH = Diameter batang setinggi
dan biota laut lainya yang selanjutnya dapat dada (diametre at breat height) (cm); H = Tinggi pohon
digunakan dasar penilaian ekonomi mangrove (m) a = Koefisien (Rhizophora =0,931; Bruquiera =
(Barane & Hambrey 1998). 0,784 dan lainnya =0,827)
D = Densitas (pohon/ha).
BAHAN DAN CARA KERJA
Analisis biomas biota asosiasi dengan
Penelitian dilakukan di pesisir Bontang mempertimbangkan jumlah individu dan berat rata-
tepatnya di daerah di Tanjung Limau. Pengamatan rata pada luasan area pengamatan menurut Ricker
dilakukan pada 7 stasiun dengan 13 plot pengambilan (1989) sebagai berikut.
contoh. Setiap plot berukuran 10 x 10 m untuk B= N x ѿ
Keterangan :
pengamatan pohon, 5 x 5 meter pengamatan
B = biomasa yang dihitung (gr/m2 atau per ha); N
tegakan dan 1 x 1 pengamatan semai. Pengambilan =jumlah populasi (ind) dan ѿ= rata-rata berat dari
contoh biota moluska dilakukan pada area biota yang diamati (gram).
mangrove pada luasan 10 x 10, sedangkan
sumberdaya ikan dari alat tangkap yang dipasang
di sekitar mangrove dengan panjang jaring 12,5
meter. Lokasi penelitian seperti disajikan pada
Gambar 1 berikut.
Data yang dikumpulkan meliputi data-data
mangrove meliputi diameter batang (DBH dalam cm),
frekuensi, jumlah perluasan, dan jenis-jenis
mangrove. Data biota yang dikumpulkan meliputi Gambar 1. Lokasi penelitian di Pesisir Bontang

124
Biomasa Mangrove dan Biota Asosiasi di Kawasan Pesisir Kota Bontang

Selanjutnya analisis keterkaitan antara ekosistem Analisa dugaan potensi biomasa mangrove
mangrove dengan keberadaan biotas asosiasi dengan di lokasi penelitian antara 800 pohon/ha-2200
analisis multivariate dengan principal komponen pohon/ha. Total potensi biomasa antara 1533-
analysis (PCA). 4378 kg/ha (rata rata 2765 kg/ha). Potensi
dugaan biomasa terbesar dibagian utara atau
HASIL dekat dengan lokasi Tanjung Limau. Sesuai
dengan pola nilai penting, bahwa penyumbang
Mangrove biomas terbesar adalah dari jenis R. apiculata.
Selama pengamatan, jenis-jenis mangrove Dengan menggunkan pendekatan yang
yang ditemukan di pesisir Tanjung Limau dikembangkan Forest Wacth Indonesia (2009),
sampai Bontang Kuala adalah Rhizophora maka potensi carbon nya mencapai 1.382,85 kg/
mucronata, R. apiculata, Sonneratia alba dan ha. Nilai lebih tinggi dibandingan dengan nilai
Bruguiera sp. Jenis R. mucronata terlihat lebih yang ditemukan Castillo et al. (2018) yang
dominan dengan indek nilai penting 202, diikuti hanya 46,5 mg/ha.
oleh R. apiculata 79,4, kemudian Sonneratia sp
9,5 dan Bruguiera gymnorhiza 8,93. Mangrove Biota Asosiasi
dari jenis Rhizophora lebih dominan dari jenis Biota berasosiasi yang ditemukan langsung
lainya diduga karena daerah tersebut sangat pada ekosistem mangrove sangat banyak, baik
sesuai untuk perkembangan jenis tersebut. untuk menetap (sedentary), maupun hanya untuk
Sebaran hasil analisis indeks nilai penting mencari makan dan sementara (temporary).
disajikan pada Gambar 2. Beberapa jenis yang ditemukan adalah kelompok
Tingkat densitas mangrove mencapai 1680 moluska seperti tiram (Pinctada sp.),
pohon per ha dengan total potensi pohon Crasosstrea, Littorea, Tude, Siput gergaji dan
mencapai 6988,09 m2/ha. Dugaan potensi kayu kerang bulu dengan total biomasa yang
dari hutan bakau diperkirakan mencapai 3.232 dihasilan yaitu 2.742 gr/12,5m2. Beberapa hasil
ton/ha dari keseluruhan jenis mangrove. pengukuran yang terdiri dari parameter panjang
Ekosistem mangrove yang memiliki keragaman dan berat dari biota tersbeut disajikan pada
yang tinggi yaitu 0,83, keseragaman rendah Tabel 2 berikut.
0,33 dan dominansi 1,53 yang tergolong sedang. Ukuran panjang dan berat biota yang
Daya dukung pembentukan biomasa adalah ditemukan relative kecil dan merupakan ukuran
kemampuan kawasan ekosistem mangrove tangkap nelayan. Untuk kelompok sumberdaya
membentuk biomasa, baik itu biomasa kayu yang bersifat tidak menetap atau hanya menjadi
(dari pohon) mangrove, maupun biomasa biota mangrove sebagai habitat mencari makan yaitu
yang berasosiasi. Dengan asumsi bahwa biota dari kelompok Rajungan (Portunus pelagicus),
yang ada di kawasan tersebut hidup dengan Kepiting (Scylla serrata), ikan kurisi (Nepimterus)
memanfaatkan semua sumberdaya yang ada di dari analisis biomasa berdasarkan panjang alat
sekitar kawasan mangrove tersebut untuk tangkap, maka diperoleh jenis diperkirakan
tumbuh dan berkembang.
Daya dukung pembentukan biomasa di
kawasan dilihat dari biomasaa pembentukan
kayu mangrove, dan daya dukung terhadap
biota asosiasi. Pengamatan terhadap pohon
mangrove, diperoleh 3 jenis mangrove utama
yaitu Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata, Sonneratia, Bruquiera. 2 jenis
terakhir termasuk kelompok yang sangat sedikit
jumlahnya. Hasil analisa biomasa ekosistem
mangrove dari kawasan Tanjung Limau sampai
Bontang Kuala disajikan pada Tabel 1 sebagai Gambar 2. Indeks nilai penting mangr ove di Tj
berikut. Limau-Bontang Kuala.

125
Yonvitner dkk.

jumlah populasi biota yang ada di lokasi tersebut tidak menjadi sumber makanan bagi kelompok
begitu tinggi. Geist et al. (2012) factor microphytobenthos (Kon et al. 2010).
penyebab rendah ketika mangrove kualitasnya Selain biota asosiasi yang bersifat menetap,
kurang bagus dapat karena antropogenic factor. biomasa biota lain diantaranya adalah rajungan
Hasil dugaan perhitungan biomasa biota (Portunus pelagicus), kepiting (Scylla serrata),
moluska dari jenis yang diperoleh paling tinggi ikan gabus laut, ikan kapasan, ikan baronang,
dari kelompok Crassosetrea. Jenis yang ditemukan dan kepitinga lainnya. Pengamatan ini menggunakan
diantaranya adalah tiram (Pinctada sp.), crasostrea, metode jaring dengan melingkar di bagian luar
littorea, tude, siput, kerang bulan. Secara rmangrove. Asumsinya bahwa biota yang terjaring
keseluruhan dugaan biomasa populasi tersebut adalah biota memiliki interaksi dengan
mencapai (2742 gram/m2). Pengayaan organik mangrove, karena adanya proses tropik mulai
dari proses penguraian oleh detritus kemudian dari material lindungan dan bahan organik (Kon

Tabel 1. Biomassa mangr ove yang ter hitung selama penelitian

Tabel 2. Ukur an panjang dan ber at dan biomass biota disekitar mangr ove

126
Biomasa Mangrove dan Biota Asosiasi di Kawasan Pesisir Kota Bontang

et al. 2010). Biota tersebut seperti disajikan cm. Sejalan dengan hasil dari Ulfa et al. (2018) bahwa
pada Tabel 3. biomasa mangrove dipengaruhi oleh tinggi
Hasil tangkap terbesar adalah dari jenis batang dan yang dapat meningkatkan produktivitas.
ikan gabus dan mimi. Namun jumlah terbanyak Kemampuan pembentukan biomasa mencapai
yang ditemukan adalah kelompok rajungan. 2,306 ton per ha dapat terjadi sepanjang tahun.
Hasil ini juga menunjukan bahwa ada interaksi Sementara pada lokasi penelitian kemampuan
juga antara rajungan dengan ekosistem pembentukan biomasa mencapai 1123,7 ton/ha
mangrove. Walaupun jumlah ikan dan biota dan tergolong rendah atau lambat. Kemampuan
lainnya yang ditemukan tidak terlalu banyak, pembentukan biomasa akan meningkat apabila
namun tetap memiliki keterkaitan dengan kepadatan pohon lebih dari kondisi rata-rata dan
ekosistem mangrove seperti ukuran yang lebih kondisi pertumbuhan berjalan normal tanpa ada
besar jika dibandingkan dengan Cameroon gangguan dari masyarakat atau dari penyebab
coastline (Massou et al. 2018) namun diversitas lainnya.
nya tinggi. Keberadaan mangrove penting untuk
mendukung kelangsungan biodiversitas disekitarnya
PEMBAHASAN (Herera et al 2015) terhadap produktivitas.
Produktivitas di ekosistem mangrove dijelaskan
Daya dukung didifinisikan sebagai kemampuan dari sedian serasah daun, Benthos Cyanobateria,
kawasan mangrove untuk menopang tumbuhnya atau macrobentik seperti moluska (Barane &
berkembangnya spesies tersebut sehingga Humbrey 1998). Estimasi penelitian mangrove
membentuk biomasa mangrove yang dapat di Bontang dalam mendukung pembentukan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Daya dukung biomasa untuk moluska, krustase yang diestimasi
pembentukan biomasa diprediksi berdasarkan mencapai 2,347 kg.ha-1. Jumlah tersebut terdiri
kemampuan tumbuh biomasa berdasarkan dari
perkembangan diameter batang (DB) dan tinggi
pohon. Dengan menggunakan pendekatan tersebut
dan hasil prediksi polinomial regresi, diperoleh
hubungan seperti Gambar 3 dibawah ini.
Dari model diatas, kemudian diprediksi
kemampuan pembentukan biomasa relatif
lambat. Dari jumlah rata-rata pohon mencapai
973 pohon per ha, dengan laju pertumbuhan biomas
Gambar 3. Model hubungan pembentukan bio-
sebesar 0,22 gram/pertahun, maka pembentukan masa dengan diameter batang
biomasa mencapai optimum pada diameter 45

Tabel 3. J enis dan biomasa biota asosiasi (kelompok ikan)

127
Yonvitner dkk.

biomasa siput, mata bulan, crasostrea, kerang biomasa biota asosiasi disajikan pada Tabel 5.
bulu, tiram, littorea dan littorina. Secara Kelompok Brachyuran merupakan kelompok
keseluruhan daya dukung pembentukan biomasa yang paling banyak berasosiasi dengan mangrove
disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis PCA Sehingga biodiversitasnya juga tinggi (Ellison,
terlihat keterkaitan antara mangrove dengan 2008). Sebagai kelompok biota grazer feeder
keberadaan biota asosiasi. Secara umum biota dengan memanfaatkan daun mangrove, laju
yang memiliki keterkaitan beberapa biota
mangrove adalah kerang-kerangan, kapasan,
tude, littorea dan jenis moluska lainnya. Pola
sebaran dari scatter biota asosiasi dan mangrove
dapat dilihat pada Gambar 4.
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pembentukan
biomasa dari populasi biota sessile relatif tinggi
termasuk kelompok crasostrea namun tumbuh
lebih lambat dan mengkonsumsi partikulate
organic matter (POM) untuk pertumbuhanya
dari mangrove atau partikel lainnya (Vinagre et
al. 2019). Jenis kerang bulu dan tude termasuk
biota yang tumbuh dan berkembang dengan Gambar 4. Plot PCA keter kaitan biomass man-
cepat di sekitar lokasi mangrove. Laju pembentukan grove dengan biota lain

Tabel 4. Biomass biota sesille dar i kelompok moluska

Tabel 5. Laju per tumbuhan biomasss biota asosiasi

128
Biomasa Mangrove dan Biota Asosiasi di Kawasan Pesisir Kota Bontang

pembentuk biomasa rajungan dan Scylla lebih mangrove juga akan mamberikan dukungan
tinggi dari biota lainnya. Dibandingkan dengan terhadap keberlanjutan biota dan populasi
kelompok biota lainnya, pada ekosistem berasosiasi.
mangrove biota yang bersifat grazer feeder
mampu tumbuh dan berkembang lebih baik TERIMA KASIH
biomasanya. Ulfa et al. (2018) menunjukkan
adanya korelasi yang positif antara mud crab Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
diversity dengan tinggi mangrove. Artinya kepada PKSPL IPB yang telah memfasilitasi
pertumbuhan mangrove berpengaruh dalam terlaksananya penelitian ini.
meningkatkan keragaman kepiting bakau.
Dari kemampuan tumbuh dan pembentukan DAFTAR PUSTAKA
biomasa dari biota sessile dan biota ikan,
diperoleh total biomasa yang mampu di dukung Barane & J. Hambrey. 1998. Mangrove
oleh kawasan ekosistem mangrove per area Conservation and Coastal Management in
mencapai 45,958 kg/m2. Jumlah ini di Southeast Asia: What Impact on Fishery
dominansi oleh kelompok mimi, rajungan, ikan Resources?. Marine Pollution Bulletin
gabus, kerang Littorina dan tiram. Kon et al. 37:431-440
(2010) menunjukan adanya peningkatan hasil Castillo, JAA., AA. Apan, TN. Maraseni, & SG.
diversitas di mangrove dari proses peningkatan SalmoIII. 2018. Tree biomass quantity,
organic. Dari urairan diatas terlihat bahwa carbon stock and canopy correlates in
keberadaan biota asosiasi mangrove terkait mangrove forest and land uses that
dengan keberdaaan mangrove (Vo et al. 2012) replaced mangroves in Honda Bay,
yang perlu dinilai secara keseluruhan. Philippines. Regional Studies in Marine
Sebagai ekosistem yang memiliki fungsi Science. 24: 174-183.
melindungi bagi biota lain, peran mangrove Ellison, AM, 2008. Managing mangroves with
sangat penting untuk menjamin biodiversitas benthic biodiversity in mind: Moving
biota pesisir. Peningkatan kualitas mangrove beyond roving banditry. Journal of Sea
juga terlihat dari meningkatkan biodiversitas Research 59: 2–15.
dan biomasa mangrove. Biota pesisir yang FWI (Forest Watch Indonesia.) 2009. Penghitungan
mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, potensi carbon di kawasan hutan.
penting untuk dijaga kelestarianya. Sehingga Geist, SJ., I. Nordhaus, & S. Hinrichs. 2012.
upaya pengelolaan mangrove sesungguhnya Occurrence of species-rich crab fauna in
menjadi titik krusial bagi pengelolaan ekosistem a human-impacted mangrove forest
lainnya. Oleh sebab itu prinsip dan pendekatan questions the application of community
pengelolaan terpadu menjadi penting pada analysis as an environmental assessment
ekosistem mangrove bagi keberlanjutan dan tool. Estuarine Coastal and Shelf Science
kelangsungan hidup ekosistem. 96: 69-80.
Herrera, RD., FF. Verdugo, FF. Santiago, &
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI FG. Farías. 2015. Nutrient removal in a
closed silvofishery system using three
Secara umum potensi pohon mangrove mangrove species (Avicennia germinans,
yang tinggi juga menghasilkan biomasa Laguncularia racemosa, and Rhizophora
mangrove yang tinggi. Secara linier mangrove mangle). Marine Pollution Bulletin 91: 243–
yang baik akan mampu menunjang 248.
pertumbuhan biomasa berikut biota asosiasinya. Krebs, CJ. 1972. Ecology the experimental
Pada kondisi normal pada ekosistem mangrove analysis of distribution and abundance.
yang tidak mengalami tekanan, maka akan Harper and Row. New York Evanston
mampu menopang status kehidupan biota dan San Fransisco London
ekosistem lainnya. Untuk itu penting untuk Kon, K, H. Kurokura, & P. Tongnunui. 2010.
memastikan bahwa kesehatan ekosistem

129
Yonvitner dkk.

Effects of the physical structure of Aceh, Indonesia. Regional Studies in


mangrove vegetation on a benthic faunal Marine Science 24: 296–302
community. Journal of Experimental Vo QT, C. Kuenzer, QM. Vo, F. Moder, N.
Marine Biology and Ecology 383: 171–180. Oppelt. 2012. Review of valuation methods
Massou VMN, N. Din, M. Kenne, & AB. for mangrove ecosystem services. Ecological
Dongmo. 2018. Brachyuran crab diversity Indicators 23: 431–446.
and abundance patterns in the mangroves of Vinagre, C., C. Madeira, M. Dias, L. Narciso, &
Cameroon. Regional Studies in Marine V. Mendonça. 2019. Reliance of coastal
Science. 24: 324-335 intertidal food webs on river input – Current
Suzuki, E. & H, Tagawa 1983. Biomas of a and future perspectives. Ecological
mangrove forest and a sedge marsh on Indicators 101: 632–639..
ishigaki island, south Japan. Japan White, JW., LW. Botsford, A. Hastings, ML.
Journal Ecology. 33: 231-234. Baskett, DM. Kaplan, LAK. Barnett. 2012.
Ulfa, K. Ikejima, E. Poedjirahajoe, LRW. Faida, Transient responses of fished populations to
& MM. Harahap. 2018. Effects of marine reserve establishment. Conservation
mangrove rehabilitation on density of Letters 6: 180–191.
Scylla spp. (mud crabs) in Kuala Langsa,

130

Anda mungkin juga menyukai