Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE

ARFAI, DISTRIK MANOKWARI SELATAN, KABUPATEN MANOKWARI

BAB I.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting dalam zona
pertumbuhan dan unik karena bersifat intertidal, dimana terjadi interaksi antara
perairan laut, payau, sungai dan terestrial atau daratan (Rahim dan Baderan 2014).
Menurut Saparianto (2007), hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang di antara
garis pasang surut, namun juga mampu dan tumbuh pada daerah pantai dengan
formasi karang, atau koral mati dengan jenis tanah aluvial. Hutan mangrove
terdistribusi dominan pada wilayah tropis dan sub tropis degan elevasi rendah dan
cenderung berlumpur (Arief 2003).
Hutan mangrove memiliki peran yang dominan dalam menjaga ekosistem
perairan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Secara ekologis, hutan mangrove
menyediakan siklus rantai makanan dan sumber pakan bagi organisme dan
mikroorganisme perairan di sekitarnya. Hutan mangrove juga mampu menjadi
keseimbangan lingkungan dengan kemampuan penyerapan (absorbtion) dan
penyimpanan (sequestration) karbon dari atmosfer dalam jumlah yang besar.
Kehadiran hutan mangrove mampu memberikan sumber mata pencaharian bagi
masyarakat di sekitar hutan, dan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan pendapatan
masyarakat, serta memberikan fungsi perlindungan karena mampu menahan abrasi
dan intrusi air laut.
Indonesia dengan luas hutan mangrove mencapai 3,3 juta hektar, menjadi ekosistem
perairan penting di Indonesia (Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, 2021), dimana ketergantungan kehidupan manusia menjadi cukup tinggi.
Tingginya ketergantungan pada hutan dan ekosistem mangrove karena menyediakan
banyak manfaat baik langsung maupun tidak langsung kepada manusia. Namun tidak
dapat dipungkiri juga bahwa dampak tingginya ketergantungan manusia pada hutan
mangrove membawa dampak negatif berupa berkurangnya potensi dan daya dukung
hutan mangrove serta menurunnya keseimbangan ekosistem pesisir yang berdampak
bukur bagi kehidupan manusia. Terdapat dua faktor pendorong kerusakan hutan
mangrove yakni faktor pendorong alami (natural-based factor) dan faktor pendorong
aktivitas manusia (antropogenic-based factor). Namun, secara umum dampak
aktivitas kegiatan manusia menjadi faktor pendorong utama kerusakan hutan dan
ekosistem mangrove di Indonesia (Sunarto dan Tanjdjung 2009; Ario dkk. 2015;
Konom dkk. 2021). Sehingga dengan demikian terdapat asumsi linear dimana
tingginya populasi manusia dan aktivitasnya dengan hutan dan ekosistem mangrove,
maka besar potensi terjadinya penurunan fungsi ekosistem dan degradasi hutan
mangrove.
Kabupaten Manokwari merupakan salah satu wilayah pesisir di provinsi Papua Barat
yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh laut dan ditumbuhi hutan mangrove.
Namun, disisi lain sebagian besar wilayah pesisir telah didiami penduduk dengan
berbagai aktivitasnya. Sebagian wilayah yang ditempati bahkan masuk kawasan hutan
mangrove yang secara ekologis memiliki fungsi dan peran penyeimbang ekosistem
pesisir dan penyangga daerah pesisir Kota Manokwari. Dengan tingginya tingkat
kerentanan terhadap kerusakan fungsi hutan dan ekosistem mangrove di Kota
Manokwari maka dipandang penting untuk dilakukan suatu studi ilmiah guna
mengidentifikasi faktor dan intensitas penyebab kerusakan hutan dan ekosistem
mangrove di wilayah Kota Manokwari.

Masalah
Kehadiran ekosistem mangrove menjadi zona penting di sekitar Kota
Manokwari mengingat sebagian besar wilayah Manokwari yang berdekatan dengan
wilayah laut dan pesisir. Selama ini, sebagian ekosistem mangrove berfungsi secara
ekologis dan ekonomis dalam mendukung kehidupan komunitas dan penduduk yang
bermukim di sekitar wilayah pesisir Kota Manokwari, secara khusus wilayah Arfai,
Distrik Manokwari Selatan. Namun dengan semakin meningkatnya populasi
penduduk dan kebutuhan lahan pemukiman, maka telah terjadi pemanfaatan kawasan
pesisir yang intensif, baik untuk kegiatan pembangunan pemukiman, kegiatan
perindustrian, kegiatan ekonomi, dan kegiatan lainnya yang secara langsung
berhubungan dengan ekosistem mangrove di pesisir wilayah Distrik Manokwari
Selatan. Dengan tingginya berbagai aktivitas antropogenik penduduk di wilayah
pesisir tersebut, maka tentu akan membawa dampak negatif menurunnya fungsi
ekosistem mangrove di sepanjang garis pantai dan mendegradasi fungsi ekosistem
mangrove sebagai kawasan penyangga penting terhadap gelombang air laut, intrusi
dan abrasi wilayah pesisir. Disamping itu, belum adanya peraturan pemerintah daerah
tentang pemanfaatan lahan pesisir di Kota Manokwari serta pengelolaan limbah
buangan yang baik juga turut menjadi faktor pendorong semakin terdegradasinya
ekosistem mangrove di wilayah pesisir Distrik Manokwari Selatan. Namun sejauh ini
belum terlihat dengan jelas faktor-faktor pendorong utama menurunnya fungsi
ekosistem mangrove dan seberapa intens kerusakan yang telah terjadi pada ekosistem
mangrove di sepanjang garis pantai Distrik Manokwari Selatan Kabupaten
Manokwari.

Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong kerusakan ekosistem mangrove di
wilayah pesisir Distrik Manokwari Selatan.
2. Intensitas dan laju kerusakan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Distrik
Manokwari Selatan.
3. Mengetahui pola mitigasi dan pengelolaan ekosistem mangrove di wilayah
pesisir Distrik Manokwari Selatan.
Manfaat
Diharapkan melalui penelitian ini, diperoleh informasi tentang:
1. Faktor-faktor pendorong laju intensitas kerusakan ekosistem mangrove di
wilayah pesisir Distrik Manokwari Selatan.
2. Mengetahui intensitas dan seberapa cepat laju kerusakan ekosistem mangrove
di wilayah pesisir Distrik Manokwari Selatan.
3. Mengetahui pola dan cara meminimalkan kerusakan ekosistem mangrove di
wilayah pesisir Distrik Manokwari Selatan.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

a. Hutan Mangrove/Ekosistem Mangrove


b. Sebaran Hutan Mangrove di Indonesia
c. Tingkat Pemanfaatan Hutan Mangrove
d. Ekosistem Pesisir
e. Interaksi dan Tingkat Ketergantungan Manusia Terhadap Hutan Mangrove
BAB III.
METODE PENELITIAN

a. Tempat dan Waktu


b. Alat dan Bahan
c. Prosedur Penelitian
d. Variabel Penelitian
e. Eknik Pengumpulan Data
f. Pengolahan & ANalisis Data
Referensi
Arief A. 2003. Hutan mangrove, fungsi dan manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
Ario R, Subardjo P, Handoyo G. 2015. Analisis kerusakan mangrove di pusat restorasi
dan pembelajaran mangrove (PRPM), Kota Pekalongan. Jurnal Kelautan Tropis,
18(2): 64-69.
Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2021. Kondisi mangrove di
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia. https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4284-kondisi-
mangrove-di-indonesia.
Konom NH, Cabuy RL, Wanma AO. 2019. Identifikasi kerusakan areal hutan
mangrove akibat aktivitas penduduk di daerah Airtiba Kabupaten Kaimana. Jurnal
Kehutanan Papuasia, 5(2): 153-163.
Rahim S, Baderan DWK. 2014. Hutan mangrove dan pemanfaatannya. Yogyakarta::
Deepublish.
Saparianto C. 2007. Pendayagunaan ekosistem mangrove. Semarang: Dahara Prize.
Sunarto MA, Tandjung D. 2009. Kerusakan ekosistem mangrove akibat konversi
lahan di Kampung Tobati dan Kampung Nafri, Jayapura. Majalah Geografi Indonesia,
23(3): 18-39.

Anda mungkin juga menyukai