Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018 ISBN: 978-602-60401-9-0

KEARIFAN LOKAL TERHADAP KONSERVASI LAHAN MANGROVE


DI GAMPONG LAM UJONG KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR

Ibrahim1) Nurul Akmal2) dan Sanusi M3)


1,2)
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
3)
MAN Indrapuri Aceh Besar
Email: himsufi@gmail.com

ABSTRAK

Lahan mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir dan lautan yang sangat potensial
bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.Saat ini kita
bisa melihat peran ekosistem lahan mangrove terhadap masyarakat yang diuntungkan oleh
keanekaragaman hayati yang ada di sekitarnya, contohnya keanekaragaman fauna yang melimpah
yang dapat menambah pendapatan masyarakat di sekitar lahan mangrove seperti ikan, udang,
kepiting kerang. Untuk menjaga ekosistem lahan mangrove perlu adanya strategi pelestarian lahan
mangrove yang digunakan adalah pelestarian dengan melibatkan masyarakat.Pelestarian lahan
mangrove adalah merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena
kegiatan tersebut sangat membutuhkan suatu sifat akomodatif terhadap segenap elemen yang
berada di sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam
konteks pengelolaan ekosistem lahan mangrove adalah pengelolaan berbasis masyarakat
(Community Based Management). Tujuan mendasar dari pengelolaan ekosistem mangrove adalah
untuk meningkatkan konservasi, rehabilitasi dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem mangrove.
Masyarakat gampong Lam Ujong memiliki kebiasaan upacara adat seperti makan bersama ketika
kegiatan penanaman bibit mangrove secara bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat
gampong, namun dalam perjalanannya kearifan lokal ini berangsur pudar, dan penyebabnya belum
diketahui.Mangrove dalam kebiasaan masyarakat desa dinamakan Bak Bangka atau Bak Jampee.

Kata Kunci: Kearifan lokal, Masyarakat pesisir, Lahan manggrove

PENDAHULUAN
kibat dari bencana Tsunami yang sebelum terjadinya tsunami pada 2004 silam
menimpa Aceh pada tanggal 26 sangatlah berkembang pesat. Dikarenakan
Desember 2004 lalu telah merusak ekosistem mangrove menjadi sangat penting
sebagian besar tanaman mangrove (bakau) yang karena sangat potensial dalam menunjang
berada di kawasan pesisir Aceh, untuk itu kehidupan mansyarakat baik dari segi ekonomi,
dibutuhkan kesadaran dan kepedulian dari sosial dan lingkungan hidup. Data awal dari
semua pihak melakukan penanaman kembali pihak Wetslands Internasiomal Indonesia
tanaman yang sangat bermanfaat bagi Programme (WIIP, 2006) Luas lahan mangrove
pengurangan resiko bencana yang sewaktu- di Aceh adalah sekitar 53.512 ha( termasuk
waktu dapat mengancam keselamatan hasilk konversi mangrove menjadi tambak
masyarakat. Dengan adanya pohon bakau seluas 27.592 ha. Hingga kini data mengenai
disekitar pinggiran pantai dapat mengurangi luas kerusakan lahan tambak di Aceh akibat
hantaman gelombang besar tidak hanya tsunami Tsunami sangat bervariasi diantaranya BRR
namun juga air laut pasang. (2005) menyatakan luasan tambak yang rusak
Peran tanaman mangrove merupakan akibat Tsunami adalah 20.000 ha. sedangkan
ekosistem utama pendukung kehidupan di data DKP (2005) menyatakan sekitar 14.523 ha
wilayah pesisir. Keberadaan hutan mangrove

144
Kearifan Lokal terhadap Konservasi Lahan ...

tambak yang rusak akibat Tsunami data daari ekologi/ekosistem yang harus dihadapi orang-
tahun 2005 s/d 2007. orang yang memahami dan melaksanakan
Efek dari kerusakan hutan mangrove yang kearifan itu. Kearifan lokal di suatu masyarakat
di timbulkan oleh Tsunami cukup berdampak biasanya dijaga oleh seorang tetua adat atau
besar bagi kehidupan masyarakat. Untuk itu tokoh masyarakat, cara menjaga kearifan lokal
perlu dilakukan rehabilitasi untuk mengurangi itu bisa diajarkan kepada generasi muda yang
dampak yang negative bagi kehidupan ada. Cara mengajarkannya bisa secara
masyarakat. Dalam era pasca Tsunami , sekitar terprogram atau tertulis dan juga kegiatan
27.000 ha kawasan mangrove yang rusak telah insidental dalam suatu masyarakat. Dengan cara
direhabilitasi dengan tanaman mangrove menjaga dan meregenerasikan kearifan lokal
(umumnya jenis Rhizopora) oleh berbagai yang ada di masyarakat setempat diharapkan
lembaga, teruama oleh dinas kehutanan melalui kearifan ini tidak akan pudar atau hilang, tetapi
proyek BRR melalui SATKER (Satuan Kerja) terus hidup di tengah masyarakat dan terus
pesisir, WIIP melalui proyek Green coast serta digunakan untuk sebuah lingkungan hidup yang
Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh (DKP). seimbang sesuai dengan budaya masyarakat
Serta dibantu oleh pihak pemerintah dan donor setempat.
nasional maupun internasional. Rehabilitasi ini
dilakukan bersama-sama masyarakat yang Lahan Mangrove
berada di daerah pesisir Baitussalam, Lam Nga, Keberadaan lahan mangrove adalah suatu
Gampong Neuhueun dan Lam Ujong sebagai lingkungan yang mempunyai ciri khusus karena
wilayah binaan (Ibrahim, 2017). lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air
Upaya pelestarikan lingkungan hidup ini yang dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi
merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda ketinggian permukaan air karena adanya pasang
lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab surut air laut (Aaron, 2007). Hutan mangrove
pemerintah atau pemimpin negara saja, dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal
melainkan tanggung jawab setiap insan di woodland, vloedbos dan hutan payau yang kaya
bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang dengan flora air yang berguna untuk masyarakat
harus melakukan usaha untuk menyelamatkan Namun dalan amatan Kusmana, (2005) hutan
lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun di daerah pasang surut (terutama di pantai yang
usaha yang kita lakukan sangat besar terlindung, laguna, muara sungai) yang
manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak tergenang waktu air laut pasang dan bebas dari
huni bagi generasi anak cucu kita kelak. genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap
Kearifan Lokal di Kawasan Pesisir Gampong garam. Adapun lahan mangrove merupakan
Lam Ujong suatu sistem yang terdiri atas organisme yang
Dalam pandangan Ataupah (2004), berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam
mengatakan bahwa kerarifan lokal bersifat suatu habitat mangrove.
histories tetapi positip. Nilai-nilai diambil oleh
leluhur dan kemudian diwariskan secara lisan Strategi Konservasi Lahan Mangrove
kepada generasi berikutnya lalu oleh ahli Seperti yang termaktub dalam Undang-
warisnya tidak menerimanya secara pasif dapat Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
menambah atau mengurangi dan diolah lingkungan hidup, konservasi sumberdaya alam
sehingga apa yang disebut kearifan itu berlaku adalah pengelolaan sumberdaya alam tidak
secara situasional dan tidak dapat dilepaskandari terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya
sistem lingkungan hidup atau sistem secara bijaksana dan sumberdaya alam

145
Ibrahim dkk.

terbaharui seperti halnya hutan untuk menjamin Metode pengumpulan data memakai
kesinambungan ketersediaanya dengan tetap Instrument penelitian berupa : Observasi adalah
memilihara dan meningkatkan kualitasnya. pengamatan secara langsung kelokasi untuk
Pegertian konservasi banyak dikaitkan mengamati dan mencatat data yang dibutuhkan
dengan sumberdaya alam yang terdapat dalam ke dalam lembar observasi. Pengamatan ini
lingkungan hidup.Padahal konservasi pada akan dilakukan sebelum penyebaran angket dan
dasarnya tidak dapat dipisahkan antara peneliti akan mengamati daerah Hutan
sumberdaya alam dan lingkungannya. Jadi dapat Mangrove yang mengalami kerusakan. Angket
disimpulkan bahwa konservasi adalah suatu merupakan daftar pertanyaan yang diberikan
tindakan untuk mencegah pengurasan kepada orang lain dengan tujuan responden
sumberdaya alam dengan cara pengambilan dapat memberikan respons sesuai dengan
yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka permintaan pengguna. Angket yang di berikan
panjang sumberdaya alam tetap tersedia. kepada responden berupa angket tertutup
Konservasi dapat juga diartikan menjaga dengan 2 (dua) pilihan jawaban.
kelestarian terhadap alam demi kelangsungan
hidup manusia. Metode Pengolahan Data
Namun pendapat dari Dahuri (2001) Data yang diperoleh diolah dengan
menjelaskan bahwa pengelolaan berbasis menggunakan teknik analisa statistik sederhana
masyarakat mengandung arti keterlibatan dengan menggunakan persentase dari semua
langsung masyarakat dalam mengelola alternative jawaban pada setiap pertanyaan.
sumberdaya alam di suatu kawasan.Tujuan Arikunto (1998) hasil pengumpulan di
mendasar dari pengelolaan ekosistem mangrove tabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi
adalah untuk meningkatkan konservasi, dengan rumus :
rehabilitasi dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem mangrove yang mampu memberikan P = Persentase
sumber pencaharian warga sekitarnya f = Frekuensi
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005). N = Total
100 = Bilangan tetap.
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Lam Konservasi Perlindungan Lahan Mangrove
Ujong Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Masyarakat Gampong Lam Ujong
Besar pada tanggal 17-27 April 2018. melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
kerusakan lahan mangrove, upaya-upaya telah
Populasi dan Sampel mereka lakukan untuk kelangsungan hutan
Adapun yang menjadi populasi dalam mangrove, dalam menjalankan aktivitas
penelitian ini adalah seluruh masyarakat konservasi ini bukanlah tidak mengalami
Gampong Lam Ujong Kecamatan Baitussalam benturan terkait perlindungan lahan mangrove
Aceh Besar dengan jumlah 685 kepala sendiri.
keluarga.Karena populasinya terdiri atas 485 Keberadaan peraturan memberikan
kepala keluarga dengan jumlah penduduk maka perlindungan yang berarti bagi kelangsungan
yang diambil sampel dalam penelitian ini adalah lahan mangrove tersebut, melihat lahan
kepala keluarga sebanyak 15% atau 30 kepala mangrove yang ada di Gampong Lam Ujong
keluarga. Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar,
peneliti mencoba menguraikan beberapa
Metode Pengumpulan data informasi, yang tentunya berdasarkan

146
Kearifan Lokal terhadap Konservasi Lahan ...

keterangan-keterangan yang didapat dari tokoh atau hukum yang terkait dengan pengelolaan
masyarakat serta masyarakat Gampong Lam lahan mangrove.
c. Adanya ide, gagasan, dan kehendak
stakeholder yang disampaikan kepada
pemerintah daerah agar kearifan lokal
diperkuat dengan hukum positif baik berupa
peraturan desa maupun peraturan daerah.
d. Melakukan upacara adat atau ritual yang
terkait dengan pengelolaan lahan mangrove.
e. Menyampaikan cerita-cerita rakyat terkait
kearifan lokal pengelolaan lahan mangrove.
Secara umum, manfaat dari keberadan
Ujong yang terlibat langsung dalam pelestarian hutan mangrove untuk kehidupan masyarakat
hutan mangrove. gampong Lam Ujong dapat di identifikasi dalam
Gambar 1. Grafik Hasil Penelitian tentang beberapa aspek, yakni sebagi berikut :
Konservasi Perlindungan Lahan a. Manfaat ekologis yang terdiri atas berbagai
Mangrove fungsi lindungan baik bagi lingkungan
ekosistem daratan dan lautan maupun habitat
Penguatan Kemandirian Berbasis Kearifan berbagai jenis fauna.
Lokal b. Sebagi protector atau pelindung
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan laut pemukimandari abrasi atau erosi,gelombang
kearifan lokal merupakan suatu kegiatan atau atau angin kencang, dengan sitem perakaran
aktifitas stakeholder dalam memanfaatkan yang kokoh. Ekosistem hutan
segala yang ada dipesisir dan laut khususnya mangrovemempunyai kemampuan meredam
mangrove, dengan cara-cara ramah lingkungan gelombang, menahanlumpur dan melindungi
untuk kesejahtraan hidup manusia. Aspek pantai dari abrasi, gelombang pasang atau
kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya taufan.
pesisir dan laut tersebut termanifestasikan pada c. Pencegahan dan pengendalian intrusi air ke
kegiatan atau aktifitas yang ramah lingkungan wilayah daratan serta pengendalian dampak
karena kearifan lokal itu sendiri merupakan pencemaran laut.
berbagai gagasan berupa pengetahuan dan
pemahaman masyarakat setempat terkait Kearifan Lokal yang Mengedepankan Adat
hubungan manusia dan alam. Istiadat, Budaya, serta Syariat
Kearifan lokal juga menyangkut Gampong Lam ujong adalah gampong
keyakinan, budaya, adat kebiasaan dan etika yang terletak di bahagian timur Aceh. Gampong
yang baik tentang manusia dan alam, berikut ini Lam Ujong termasuk daerah yang berat
upaya dan langkah-langkah yang dilakukan kerusakannya pada saat tsunami 2004 lalu, saat
sebagai bentuk penguatan dalam mewujudkan ini gampong ini telah bangkit untuk menata
kearifan lokal agar menjadi dasar pijakan dalam kembali sebagian kerusakan yang diakibat
pengelolaan lahan mangrove yang benar.: bencana tersebut, termasuk pengelolaan lahan
a. Meningkatkan kepatuhan dan ketaatan mangrove yang mencapai sekitar 35 Ha. Adalah
stakeholder terhadap berbagai tradisi, Bapak azhar yang selama ini memberikan
budaya, dan/atau hukum adat yang terkait perlindungan kepada tanaman yang memiliki
dengan pengelolaan lahan mangrove. akar kuat ini, lahir dan besar digampong Lam
b. Meningkatkan keikutsertaan stakeholder ujong dan menetap hingga sekarang dengan kata
dalam setiap kegiatan budaya, tradisi, dan lain Asoe Lhok (sebutan penduduk asli dalam

147
Ibrahim dkk.

bahasa Aceh) membuat pria yang berkulit hitam Masyarakat gampong lam Ujong saat ini
ini selalu menghabiskan waktunya dalam masih mengadakan upacara adat yang disebut
melestarikan mangrove, kegiatan-kegiatan Kanduri Laot, istilah ini adalah bahasa aceh
beliau tidak akan berjalan mulus tentunya tanpa untuk acara makan bersama, upacara ini
ada dukungan dari pihak pemerintah desa biasanya dilakukan oleh para masyarakat secara
khusus nya Keuchik (sebutan kepala Desa dalam bersama-sama untuk berterimakasih kepada
bahasa aceh). sang pencipta, upacara ini biasanya dilakukan
pada setiap penanaman bibit mangrove.
Pendanaan kegiatan ini bersumber dari
masyarakat serta dibantu oleh pendanaan yang
diberikan oleh WWF, namun saat ini kegiatan
upacara adat ini telah lama tidak dikerjakan lagi,
dikarena pendanaan yang kurang dari lembaga
pendana mangrove serta masyarakat juga
kurang mengambil andil dalam kegiatan ini.

Gambar 2. Skema Pengembangan Kearifan (2) Sebutan Lain Bagi Tumbuhan Mangrove
Lokal di Gampong Lam Ujong. Mangrove biasa juga dalam bahasa
Indonesia disebut bakau, tanaman yang
Pak Ramli begitu sapaan sehari-hari untuk memiliki akar yang kuat ini juga memiliki nama
panggilan Keuchik gampong lam ujong, pria lain di tengah-tengah masyarakat gampong
yang bernama lengkap Ramli yunus ini Lam-Ujong, Bak-Bangka, begitu masyarakat
senantiasa memberikan dukungan untuk para gampong lam Ujong memberikan nama lain
penggiat penjaga mangrove hingga untuk Tumbuhan mangrove, sebutan ini
terbentuknya kelompok untuk menjaga serta sebenarnya memiliki arti yaitu Bak = pohon
memelihara lahan mangrove, dalam perjalannya serta Bangka = Bakau, jika disempurnakan
kelompok penjaga mangrove ini tidak memiliki adalah pohon bakau, istilah bak Bangka sendiri
landasan hukum yang kuat sehingga belum hamper dipakai di seluruh kabupaten kota di
mampu dikatakan sebagai lembaga, namun Provinsi Aceh. Kearifan lokal yang satu ini
demikian para penggiat ini tidak terlalu masih mendapatkan tempat di hati masyarakat
mengkhwatirnya masalah tersebut, dikarenakan Aceh, mungkin akan dikaitkan oleh para leluhur
dari para tokoh masyarakat selalu membantu terdahulu dalam menciptakan bahasa ini.
mereka dalam menyelesaikan masalah.
Menggali lebih dalam untuk mencari (3) Aturan Tidak Tertulis
informasi dari masyarakat gampong lam ujong, Aturan tidak tertulis yang dimiliki oleh
peneliti mendapat beberapa informasi tentang gampong lam ujong untuk saat ini mendapat
kearifan lokal yang dalam pelaksanaanya respon yang baik, dimana para masyarakat
terkadang sudah jarang dilakukan bahkan punah sangat memegang aturan ini walaupun hanya
ditelan era globalisasi saat ini, namun sebatas lisan, tidak terkecuali para pemilik
keterangan-keterangan yang kami dapat cukup lahan, dimana kita ketahui hamper sebahagian
membantu dalam penyelesaian penelitian ini besar lahan mangrove berdiri dilahan
,berikut kearifan-kearifan lokal yang telah masyarakat, sejalan dengan hal tersebut saat ini
dirangkum, yakni antara lain : pihak tokoh masyarakat khususnya keuchik
masih tetap memegang aturan ini, adapun
(1) Adat Istiadat, Budaya aturan-aturan yang berkembang ditengah-tengah

148
Kearifan Lokal terhadap Konservasi Lahan ...

masyarakat gampong alam Ujong seperti : boleh kearifan lokal yang ada di gampong Lam ujong
mengambil dahan atau ranting yang jatuh atau Kecamatan Baitussalam kabupaten Aceh Besar,
rusak yang digunakan sebagai kayu bakar, yakni sebagai berikut :
melarang penebangan pohon mangrove. 1. Masyarakat gampong Lam Ujong memiliki
kebiasaan upacara adat seperti makan
(4) Hukuman atau Sanksi Adat bersama ketika kegiatan penanaman bibit
Kendati aturan yang mengatur lahan mangrove secara bersama-sama oleh seluruh
mangrove saat ini hanya berorientasi sebatas lapisan masyarakat gampong, namun dalam
secara lisan atau tidak tertulis, namun perjalanannya kearifan lokal ini berangsur
implementasi yang berkembang dimasyarakat pudar, dan penyebabnya belum diketahui.
tetap mengedepankan hukum adat, atau para 2. Mangrove dalam kebiasaan masyarakat
masyarakat acaeh menyebutnya dengan kata “ gampong lam ujong juga disebut “ bak
Resam ”, kata ini mngandung istilah hukuman Bangka atau bak Jampee“.
adat bagi orang Aceh. 3. Aturan seperti dilarang menebang pohon
Ketika oknum atau masyarakat setempat mangrove serta mengambil dahan pohon
melanggar aturan yang telah disepakati oleh mangrove apabila sudak dikatakan rusah atau
segenap tokoh masyarakat yang berhubungan terjatuh sebenarnya telah berjalan sampai saat
dengan perlindungan lahan mangrove, maka ini, namun aturan ini hanya berbentuk
disepakati akan dilaksanakan peradilan adat larangan secara lisan dan tidak tertulis.
yang di ketuai lang oleh keushik selaku 4. Sejalan dengan hal diatas walaupun aturan
pimpinan tertinggi di gampong lam Ujong, tidak tertulis, namun pihak tokoh masyarakat
adapun pelaku pelanggar terbukti membuat tetap member sanksi bagi para pelanggar
kesalahan maka akan di beri sanksi. aturan tersebut, mealui hukum Adat
Pelaksanaan sanksi adat akan segera
dilakukan setelah putusan disampaikan keuchik, SARAN
terutama terhadap sanksi yang berupa nasehat, Berdasarkan kesimpulan dari hasil
peringatan dan permintaan maaf. Untuk sanksi penelitian, maka penulis mengemukakan
ganti rugi pelaksanaan putusannya lebih longgar beberapa saran yaitu:
yaitu tergantung kepada kemampuan ekonomi 1. Diharapkan kepada pemerintah agar
pelanggar untuk menyediakan ganti rugi melakukan berbagai upaya untuk
tersebut. meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya
hutan mangrove.
KESIMPULAN 2. Diharapkan kepada pemerintah dan
Upaya-upaya terus dilakukan hingga saat masyarakat dapat bekerja sama untuk
ini oleh Penggiat penjaga serta pelindung lahan melakukan pelestarian hutan mangrove.
mangrove yang ada di gampong lam ujong, Semua itu menjadi tanggung jawab kita
kearifan lokal turut serta menjadi pedoman bersama. Setiap orang harus melakukan
dalam setiap kegiatan yang berkenaan tentang usaha untuk menyelamatkan lingkungan
konservasi mangrove. Namun hambatan selalu hidup di sekitar kita sesuai dengan
ada ketika apa yang telah ditetapkan tidak kapasitasnya masing-masing.
sepaham dengan apa yang terjadi dilapangan.
Setelah mencari informasi serta
menuangkannya dalam ulasan penelitian,
menurut hemat pemikiran peneliti dapat
menyimpulkan beberapa keterangan seputar
konservasi lahan mangrove yang berbasis

149
Ibrahim dkk.

DAFTAR PUSTAKA
Aaron, M.E. 2007. Managing Mangroves With Fachrul, M.F. 1994. Metode Sampling
Benthic Biodiversity In Mind: Moving Bioekologi.Jakarta: Bumi Aksara
Beyond Roving Banditry. Journal of sea ___________.2007. Metode Samping
reseach 59 (2008) 2-15. Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Irwanto. 2008. Konservasi Hutan Mangrove dan
dan Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Manfaatnya. (Online),
Rineka Cipta. (http://www.irwantoshut.com/penelitian/h
Asriyana., Yuliana. 2012. Produktivitas utan mangrove/, diakses 20 September
Perairan. Bumi Aksara: Jakarta. 2017).
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Ibrahim dan Muhiddin, 2017. Peran Habitat air
Departemen Kelautan dan Perikanan.2004. Payau dalam Budi daya Kerapu pada
Ekologi dan Potensi Sumberdaya Masyarakat Pesisir. Jurnal Saint dan
Perikanan. Lembata: NTT. Sanitasi, 7 (3) 201-213.
Bina Pesisir.2003. Pedoman Pengelolaan Kimball, J. W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi
Ekosistem Mangrove. Bumi Aksara: Kelima. Erlangga: Jakarta.
Jakarta. Kusmana, C. 2002. Ekologi Mangrove. Fakultas
Campbell. M. 2000. Biologi Jilid 3 Edisi kelima. Kehutanan – IPB Bogor.
Jakarta: Erlangga. LPP Mangrove. 2008. Ekosistem Mangrove di
Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Indonesia. (online),
Perekonomian Indonesia melalui Sektor (http://www.imred.org, diakses 14 April
Perikanan dan Kelautan.Jakarta: LISPI. 2011).
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Margaret, ET. 2004. Kajian Peran Masyarakat
Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya dalam Upaya Pemulihan Mangrove di
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Kawasan Pertambakan Wilayah Pesisir di
Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. Desa Dororejo Kecamatan Tayu
Daniela, E. M, Petrovici, M, Pirvu, R. L. 2012. Kabupaten Pati.Tesis. Universitas
The Studi Of Water Quality Using Benthic Diponegoro Semarang, (online),
Makroinvertebrates As Bioindikator In (http://www.wikipedia.co.id., diakses 1
The Catchment Areas Of The Rivers Jiu, Mei 2016).
Olt and Ialonita. Journal. Romania. Moesa, S. 2001. Penuntun Praktikum Ekologi.
David, R. A. Emma, L. J, Alistair, G. B. 2008. Banda Aceh: Universitas Syiah kuala.
Contamination Of Marine Biogenic Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia
Habitats and Effects Upon Associated Indonesia: Jakarta.
Epifauna. Journal. Sydney, Australia. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta:
Dietriech Bengen. G. 2001. Pengenalan dan Djambatan.
Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL
– IPB, Bogor.

150

Anda mungkin juga menyukai