Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KEBERADAAN BIOTA AIR SEBAGAI BIO INDIKATOR KELESTARIAN

HUTAN MANGROVE SICANANG, BELAWAN

Meilinda Suriani Harefa1, S.Pd, M.Si, Christin F Zebua2, Gindo L Siringo-ringo3, Hamidah
C Kasih4, Putri Eka S Sidabutar5, Surya Syah Raihan6.
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Ekowisata Mangrove Sicanang merupakan ekowisata yang terletak di Kota Medan, Sumatera Utara,
Indonesia. Ekowisata Mangrove adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area mangrove yang masih
alami dan wisatawan tidak hanya datang untuk melakukan wisata saja, tetapi dengan tujuan pendidikan,
konservasi alam dan melestarikan kehidupan. Kawasan Kelurahan Belawan Sicanang tersebut memiliki
luas wilayah 1550 Ha dengan kawasan hutan mangrove yang tersisa
adalah 450 Ha dengan potensi yang baik, termasuk menjadi kawasan ekowisata. Ekowisata Mangrove
Sicanang telah ada sejak tahun 2013. Pada tahun 2015, masyarakat Kelurahan Belawan Sicanang
membuat kesepakatan dengan pemerintah untuk menetapkan 178,24 Ha sebagai Daerah Perlindungan
Mangrove Berbasis Masyarakat (DPM-BM). Pada tahun 2016 masyarakat membuat secara bertahap
konsep Ekowisata Mangrove sampai sekarang. Adapun metode penelitian ini adalah metode observasi
dengan pengumpulan data yaitu observasi (pengamatan) dan studi literature. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan biota air dalam kelestarian hutan mangrove di
Sicanang, Medan Belawan.

ABSTRACK

Sicanang Mangrove Ecotourism is an ecotourism located in Medan City, North Sumatra, Indonesia.
Mangrove ecotourism is a form of travel to unspoiled mangrove areas and tourists do not only come for
tourism, but with the aim of education, nature conservation and preserving life. The Belawan Sicanang
Village area has an area of 1550 Ha with the remaining mangrove forest area is 450 ha with good
potential, including being an ecotourism area. Ecotourism Sicanang Mangrove has been around since
2013. In 2015, the community of Belawan Sicanang Village made an agreement with the government to
designate 178.24 Ha as a Community-Based Mangrove Protection Area (DPM-BM). In 2016 the
community gradually developed the concept of Mangrove Ecotourism until now. The research method is
the observation method with data collection, namely observation (observation) and literature study. The
purpose of this study was to determine the existence of aquatic biota in the preservation of mangrove
forests in Sicanang, Medan Belawan

Kata Kunci: Mangrove Sicanang, Biota Air


BAB I mangrove diketahui memberi manfaat pada
masyarakat, baik secara langsung maupun
PENDAHULUAN tidak langsung. Secara langsung yaitu
sebagai sumber penghasil kayu bakar dan
1.1 Latar Belakang
arang, bahan bangunan, sebagai tanin untuk
Hutan mangrove sebagai salah satu pemanfaatan kulit, bahan pembuat obat-
ekosistem wilayah pesisir dan lautan yang obatan. Secara tidak langsung hutan
sangat potensial bagi kesejahteraan mangrove mempunyai fungsi fisik yaitu
masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial menjaga keseimbangan ekosistem perairan
dan lingkungan hidup, saat ini sudah pantai, melindungi pantai dan tebing sungai
semakin kritis ketersediaannya. Hutan dari pengikisan atau erosi, menahan dan
mangrove telah dirubah menjadi berbagai mengendapkan lumpur serta menyaring
kegiatan pembangunan seperti perluasan bahan tercemar. Fungsi lain adalah sebagai
areal pertanian, pengembangan budidaya penghasil bahan organik yang merupakan
pertambakan, pembangunan dermaga dan pakan makanan biota, tempat berlindung dan
lain sebagainya. Fungsi mangrove yang memijah berbagai jenis udang, ikan dan
terpenting adalah untuk perlindungan pantai, berbagai biota laut. Juga berbagai habitat
pelestarian siklus hidup biota perairan pantai satwa terbang, seperti burung-burung air,
(seperti ikan, udang dan kepiting kelelawar. Mangrove juga merupakan
menjadikan hutan mangrove tempat habitat bagi reptilia seperti buaya, biawak
berkembang biak dan tempat berlidung dari dan banyak jenis insekta. Sehingga perlu
mangsa), terumbu karang, rumput laut, serta dilakukan analisis terkait ekosistem biota air
mencegah intrusi air laut, (Sallatang dalam sebagai bioindikator pelestarian hutan
Golar, 2002). mangrove khusunya di Sicanang, Belawan.

Hutan mangrove yang merupakan Kawasan Konservasi mempunyai


ekosistem peralihan antara darat dan laut, peran yang sangat besar terhadap
sudah sejak lama diketahui mempunyai perlindungan keanekaragaman hayati.
fungsi ganda dan merupakan mata rantai Kawasan konservasi juga merupakan
yang sangat penting dalam memelihara pilar dari hampir semua strategi konservasi
keseimbangan siklus biologi di suatu nasional dan internasional yang
perairan. Sudah lebih dari seabad hutan berfungsi sebagai peyedia jasa ekosistem,
melindungi spesies yang terancam semua pihak yang harus
dan mitigrasi perubahan iklim (Dudley,
diperhatikan
2008). Pengukuhan kawasan
1.3. Pembatasan Masalah
konservasi di Indonesia diatu oleh Undang-
Undang Rpublik Indonesia Nomor Untuk menghindari kesimpangsiuran
5 Tahun 1990 Pengukuhan kawasan
penelitian ini serta mengingat keterbatasan
konservasi di Indonesia merupakan upaya
dan kemampuan penulis, maka perlu adanya
konservasi sumber daya alam hayati yang
dilaksanakan melalui kegiatan pembatasan permasalahan untuk memberi
perlindungan sistem penyangga kehidupan,
arah pada pembahasan penelitian.
pengawetan keanekaragaman jenis
Pembatasan masalah merupakan sejumlah
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
dan peanfaatan secara lestari smber masalah yang merupakan pertanyaan
daya alam dan ekosistemnya
peneliti yang akan dicari jawabannya
1.2 Identifikasi Masalah melalui penelitian. Permasalahan peneliti
Berdasarkan latar belakang, penulis
dibatasi pada “Ekosistem Biota air dalam
dapat mengidentifikasi masalah dalam
kelestarian hutan hutan mangrove di
penelitian ini sebagai berikut:
Sicanang, Belawan”.
1. Hutan Mangrove menjadi tanggung
1.4. Rumusan Masalah
jawab dari semua pihak yang harus Berdasarkan judul penelitian,
dilestarikan dan dijaga. dihubungkan dengan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, dan batasan
2. Keberadaan biota air sebagai
masalah, maka penulis menetapkan rumusan
indicator kualitas kelestarian hutan masalah dalam penelitian ini adalah:
mangrove di Sicanang, Belawan. 1. Bagaimanakah Keberadaan Biota air

3. Upaya Konservasi mangrove dalam kelestarian hutan mangrove di

merupakan tanggung jawab dari Sicanang, Belawan ?


2. Bagaimanakah upaya konservasi hutan 2. Secara praktis, hasil penelitian ini

mangrove yang dilakukan di Sicanang, dapat dijadikan masukan bagi

Belawan? pihak-pihak yang terkait dengan

1.5 Tujuan Penelitian informasi tentang Pelestarian hutan

Berdasarkan pendapat di atas, mangrove

dengan memperhatikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, dan perumusan masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Keberadaan Biota air

dalam kelestarian hutan hutan

mangrove di Sicanang, Belawan

2. Mengetahui upaya konservasi hutan

mangrove yang dilakukan di

Sicanang, Belawan

1.6. Manfaat Pendidikan

Adapun manfaat dari penelitian ini

yaitu:

1. Secara akademis, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

sumbangan dalam pengembangan

lebih lanjut mengenai menjaga

kelestarian hutan mangrove


BAB II Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda,
dan Conocarpus (Bengen, 2000).
KAJIAN PUSTAKA
Ekosistem mangrove adalah suatu
2.1 Kajian Teori sistem di alam tempat berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan
2.1.1 Hutan Mangrove dan
timbal balik antara makhluk hidup dengan
Ekosistem Mangrove
lingkungannya dan diantara makhluk hidup
Hutan mangrove adalah hutan yang itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir,
terdapat di daerah pantai yang selalu atau terpengaruh pasang surut air laut, dan
secara teratur tergenang air laut dan didominasi oleh spesies pohon atau semak
terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi yang khas dan mampu tumbuh dalam
tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan perairan asin/payau (Santoso, 2000).
daerah pantai adalah daratan yang terletak di
Dalam suatu paparan mangrove di
bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS)
suatu daerah tidak harus terdapat semua
yang berbatasan dengan laut dan masih
jenis spesies mangrove (Hutching and
dipengaruhi oleh pasang surut, dengan
Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999).
kelerengan kurang dari 8% (Departemen
Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh
Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
beberapa faktor seperti kekeringan, energi
Menurut Nybakken (1992), hutan gelombang, kondisi pasang surut,
mangrove adalah sebutan umum yang sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik
digunakan untuk menggambarkan suatu (Jenning and Bird, 1967 dalam Idawaty,
varietas komunitas pantai tropik yang 1999). Sedangkan IUCN (1993),
didominasi oleh beberapa spesies pohon- menyebutkan bahwa komposisi spesies dan
pohon yang khas atau semak-semak yang karakteristik hutan mangrove tergantung
mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan
dalam perairan asin. Hutan mangrove pesisir, jarak antar pasang surut air laut,
meliputi pohon-pohon dan semak yang ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.
tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas
12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie,
Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera,
Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
2.1.2 Jenis-jenis Hutan Mangrove menstabilkan tanah habitatnya (Irwanto,
2006).
Didunia dikenal banyak jenis
mangrove yang berbeda-beda. Tercatat telah 2.1.3 Manfaat Hutan Mangrove
dikenali sebanyak sampai dengan 24 famili
Adapun yang menjadi Manfaat
dan antara 54 sampai dengan 75 spesies. (
Ekosistem Hutan Mangrove, secara ekologis
Tomlinson, 1986 dan 1995)
dan ekonomis. Fungsi ekologis dan
Asia merupakan daerah yang paling ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso
tinggi keanekaragaman dan jenis mangrove. dan H.W. Arifin, 1998) :
Di Thailand terdapat banyak 27 jenis
1. Fungsi ekologis :
mangrove, di Ceylon ada 32 dan terdapat
• Pelindung garis pantai dari abrasi
sebanyak 41 jenis di Filipina. Di Benua
• Mempercepat perluasan pantai
Amerika hanya memiliki sekitar 12 spesies
melalui pengendapan
mangrove, sedangkan di Indonesia
• Mencegah intrusi air laut ke
disebutkan sebanyak kurang dari 89 jenis
daratan
mangrove, atau paling tidak menurut FAO
• Tempat berpijah aneka biota laut
terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai
• Tempat berlindung dan
jenis mangrove tersebut, yang hidup
berkembangbiak berbagai jenis
didaerah pasang surut, tahan air garam dan
burung, mamalia, reptil, dan
berbuah vivipara terdapat sekitar 12 famili
serangga
(Irwanto, 2006).
• Sebagai pengatur iklim mikro.
Jenis mangrove yang banyak 2. Fungsi ekonomis :
ditemukan di Indonesia antara lain adalah • Penghasil keperluan rumah tangga
jenis api-api (Avicennia sp.), Bakau (kayu bakar, arang, bahan bangunan,
(Rhizophora sp), tanjang (Bruguiera sp). bahan makanan, obat-obatan),
Dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), • Penghasil keperluan industri (bahan
merupakan tumbuhan mengrove utama yang baku kertas, tekstil, kosmetik,
banyak dijumpai. Jenis0jenis mangrove penyamak kulit, pewarna)
tersebut adalah kelompok mangrove yang • Penghasil bibit ikan, nener udang,
mebangkap menahan endapan dan kepiting, kerang, madu, dan telur
burung
• Pariwisata, penelitian, dan Menurut Aflaha (2013) pelestarian
pendidikan. dapat dilakukan dengan bantuan orang-
orang yang mendukung dan berpartisipasi
i. Upaya Pelestarian Hutan dalam kegiatan. Merupakan
Mangrove tanggungjawab pemerintah, namun
Perlindungan hutan dijelaskan kesadaran atau peran partisipsai aktif
melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun masyarakat juga penting dalam pelestairan
1999 Tentang Kehutanan dan dibagi hutan, karena masyarakat sekitar hutan
berdasarkan fungsi kawasan yaitu kawasan berhubungan langsung dengan keberadaan
hutan lindung, hutan produksi dan hutan hutannya. Penanaman bibit tanaman
konservasi. Perlindungan hutan mangrove merupakan salah satu pelestarian
termasuk di dalamnya adalah perlindungan hutan yang dapat dilaukan. Kegiatan
ekosistem hutan mangrove. Menurut pembibitan dapat dilakukan dari berbagai
Setiawan dkk. (2017) bahwa perlindungan kalangan, instansi sekolahan,
dapat dilakukan dengan membut struktur masyarakat, pengelola, dan pengunjung
organisasi tugasnya untuk menghimbau hutan mangrove. Hal ini dapat
komunitas-komunitas yang ada untuk tidak menumbuhkan kepedulian terhadap hutan
merusak hutan mangrove dan untuk tidak mangrove. Penanaman ini bertujuan
memasuki kawasan hutan mangrove dengan pemanfaatan tanaman dapat dilakukan
tujuan merusak. karena regenerasi terus berlanjut.
Penanaman dapat dilakukan oleh semua
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
orang berbagai profesi. Menurut LaOde,
Indonesia No. 5 tahun 1990, upaya
2018 semakin tinggi tingkat pendidikan
konservasi adalah kegiatan mengelola dan
memiliki persepsi dan partisipasi paling
memanfaatkan sumber daya alam secara
banyak terhadap pelestarian hutan
bijak untuk memastikan keberadaannya saat
mangrove.
ini dan di masa depan. Tiga kegiatan
utama yang termasuk upaya konservasi Upaya menjaga kelestarian hutan
yaitu, perlindungan, pelestarian, dan mangrove dapat dilakukan melalui teknik
pemanfaatan sumber daya alam yang silvofishery dan pendekatan bottom up
berkelanjutan. dalam upaya rehabilitasi. Silvofishery
merupakan teknik pertambakan ikan dan
udang yang dikombinasikan dengan diantaranya
tanaman kehutanan dalam hal ini adalah ada lima bentuk utama, yaitu: (a) tambak
vegetasi hutan mangrove. Usaha ini tumpangsari, dengan mengkombinasikan
dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan tambak dengan penanaman mangrove; (b)
masyarakat sekitar hutan dan hutan rakyat, dengan pengelolaan yang
memelihara ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dengan siklus tebang 15-30
sehingga terjaga kelangsungan hidupnya. tahun atau tergantung dari tujuan
penanaman; (c) budaya memanfaatkan
Pendekatan secara buttom up
mangrove untuk mendapatkan hasil hutan
merupakan suatu teknik dalam rehabilitasi
selain kayu; dan (d) silvofishery (mina
hutan
hutan); dan (e) bentuk kombinasi
mangrove. Seyogyanya upaya pemulihan
pemanfaatan
hutan mangrove adalah atas biaya
mangrove yang simultan (Purnobasuki,
pemerintah, sedangkan perencanaan,
2012). Model silvofishery (mina hutan) ini
pelaksanaan, evaluasi keberhasilan dan
yang akan diterapkan di Desa Kramat
pemanfaatannya secara berkelanjutan
sebagai lokasi konservasi mangrove.
semuanya dipercayakan kepada masyarakat.
Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut Upaya yang dapat menolong ekosistem
dapat juga melibatkan Lembaga Swadaya Hutan Mangrove adalah sebagai berikut :
Masyarakat (LSM) bersama perangkat desa,
 Keterlibatan/partisipasi Masyarakat.
pemimpin masyarakat dan lain-lain.
Peran serta atau keterlibatan
Dengan demikian semua proses rehabilitasi
masyarakat dalam upaya
(reboisasi) hutan mangrove yang dimulai
pengembangan wilayah, khususnya
dari proses penanaman, perawatan,
rehabilitasi hutan mangrove sangan
penyulaman dilakukan oleh masyarakat
penting dan perlu
sehingga
dilakukan.Pemerintah baik pusat
masyarakat merasa memiliki dan akan selalu
maupun daerah harus memberikan
turut menjaga kelestarian hutan
kesempatan pada masyarakat untuk
mangrove (Rahmawaty, 2006).
ikut serta terlibat dalam pengelolaan
Ada banyak cara dalam dan pelestarian hutan mangrove.
memanfaatkan mangrove secara lestari, Selanjutnya masyarakat perlu
diberikan bimbingan dan penyuluhan nelayan, khususnya di bidang
tentang arti pentingnya hutan perikanan dan garam.
mangrove pada kehidupan ini  Supremasi Hukum Lingkungan yaitu
terutama kehidupan di masa yang Undang-undang no 32 Tahun 2009
akan datang. Masyarakat harus tahu tentang perlindungan dan
bahwa keberhasilan merehabilitasi pengelolaan lingkungan hidup.
hutan mangrove akan berdampak Setelah masyarakat dilibatkan dalam
pada adanya peningkatan pengelolaan, pengembangan hutan
pembangunan ekonomi- khususnya mangrove dan diberi penyuluhan
dalam bidang perikanan, atau wawasan mengenai arti
pertambakan, industri, pemukiman, pentingan lingkungan hutan
rekreasi dan lain-lain. Kayu mangrove, maka pemerintah harus
tumbuhan mangrove dapat menindaklanjuti dengan menegakkan
dimanfaatkan sebagai bahan hukum sesuai dengan ketetapan
bangunan dan kayu bakar, bahan undang-undang yang
tekstil dan penghasil tanin, bahan berlaku.Masyarakat baik perorangan
dasar kertas, keperluan rumah maupun berkelompok atau perseroan
tangga, obat dan minuman, dan harus ditindak tegas bilamana
masih banyak lagi lainnya. Hutan melakukan pelanggaran.Selama ini
mangrove juga berfungsi untuk yang terjadi adalah di samping
menopang kehidupan manusia, baik pemerintah kurang dalam
dari sudut ekologi, fisik, maupun memberikan bimbingan dan
sosial ekonomi misalnya untuk penyuluhan terhadap masyarakat,
menahan ombak, menahan intrusi air aspek penegakan hukum pun sangat
laut ke darat, dan sebagai habitat lemah.Apalagi jika yang melanggar
bagi biota laut tertentu untuk bertelur seorang pejabat atau pengusaha
dan pemijahannya.Hutan mangrove kaya.Sering kali si pelanggar dapat
dapat pula dikembangkan sebagai dengan mudah terbebas dari jeratan
wilayah baru dan untuk menambah hukum.
penghasilan petani tambak dan
Dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangannya, ada beberapa upaya
yang dilakukan dengan jauh, kita perlu mengetahui sifat-sifat dari
keterlibatan/partisipasi masyarakat yang biota tersebut. Menurut ROMIMOHTARTO
dilakukan secara swadaya, seperti: & JUWANA (1999) berdasarkan sifatnya,
biota laut dibagi menjadi 3 katagori, yaitu:
a) Perawatan dan perbaikan khususnya
Planktonik: yaitu biota yang melayang-
pada tracking di kawasan ekowisata
layang, mengapung dan berenang mengikuti
untuk kenyamanan pengunjung.
arus (karena tidak dapat melawan arus).
b) Membuat dan menambah spot-spot
photo, dan taman pada area kawasan Berdasarkan penelitian diketahui
ekowisata untuk menarik minat bahwa plankton, merupakan biota laut yang
wisatawan. memiliki keanekaragaman tinggi di laut.
c) Memberikan edukasi melalui sekolah Jenis plankton ini banyak dijumpai di kolom
alam untuk mengubah pola pikir permukaan air (mintakat pelagik).
masyarakat agar lebih peduli 1. Plankton terbagi 2 yaitu:
terhadap lingkungan serta mengelola
hasil mangrove untuk ekonomi  Fitoplankton (plankton tumbuhan):

produktif. algae biru, algae coklat, algae merah,

d) Melakukan penanaman dan dinoglagellata dan lain-lain.

penyisipan pada tumbuhan mangrove  Zooplankton (plankton hewan):

untuk melestarikan hutan mangrove lucifer, acetes (udang rebon),

tersebut. ostracoda, cladocera dan lain-lain.

e) Menjaga, mengawasi dan 2. Nektonik: biota yang berenang-


memelihara hutan mangrove dari renang (hanya terdiri dari hewan saja): ikan,
penebangan liar yang dapat merusak uburubur, sotong, cumi-cumi dan lain-lain.
ekosistem mangrove dan merugikan
3. Bentik: biota yang hidup di dasar
masyarakat.
atau dalam substrat, baik tumbuhan maupun
hewan. Terbagi dalam 3 macam.
2.1.5 Jenis-jenis Biota Laut
 Menempel: sponge, teritip,
Biota laut terbagi atas 2 kelompok
tiram dan lain-lain
yaitu: kelompok hewan dan kelompok
tumbuhan. Untuk mengenal biota laut lebih
 Merayap: kepiting, udang b. Krustasea
karang yang kecil-kecil dan
Kelompok hewan ini terdiri dari
lain-lain
udang dan kepiting umumnya hidup di
 Meliang: cacing, kerang dan
lubanglubang, celah-celah terumbu karang
lain-lain
atau di balik bongkahan batu dan karang.

Jadi pada dasarnya pembagian Aktivitas kelompok hewan ini dilakukan

biotabiota di laut bukan berdasarkan ukuran pada malam hari, misalnya waktu mencari

besar atau kecil, tetapi berdasarkan pada makan dan kegiatan lainnya, sedangkan

kebiasaan atau sifat hidupnya secara umum, siang hari dipergunakan untuk bersembunyi.

seperti gerakan berjalan, pola hidup dan Banyak macam sifat kehidupan dalam

sebaran menurut ekologi. Banyak biota laut kelompok hewan ini, diantaranya ada yang

yang di dalam siklus hidupnya mempunyai hidup bersimbiose dengan hewan-hewan

lebih dari satu sifat, yaitu sewaktu larva lain, misalnya dengan ikan, anemon, karang

hidup sebagai planktonik dan berubah sifat batu dan "sponge" (PRATIWI, 1993).

menjadi nektonik atau bentik saat juvenile c. Ekhinodermata


(juwana) ataupun saat dewasa (contohnya
Kelompok hewan ini biasanya
udang, kepiting , ikan dan lain-lain)
mempunyai permukaan kulit yang berduri.
(NYBAKKEN, 1993).
Duri-duri yang melekat di tubuhnya itu
2.1.6 Kelompok Biota Laut bermacam-macam ada yang tajam, kasar dan

a. Ikan atau hanya berupa tonjolan saja. Jenis yang

Ikan termasuk hewan yang memiliki termasuk kelompok ekhinodermata adalah

tulang belakang (vertebrata), berdarah bintang laut (Linckia laevigata), bulu babi

dingin dan mempunyai insang. Jenis hewan (Diadema setosum), timun laut atau tripang

ini merupakan penghuni laut yang paling (Holothuria nobilis), lili laut (Lamprometra

banyak yaitu sekitar 42,6% atau sekitar 5000 sp), bintang mengular (Ophiothrix fragilis),

jenis yang telah diidentifikasi, mempunyai mahkota seribu atau mahkota berduri

keanekaragaman jenis yang tinggi baik (Acanthaster planci) (Gambar 4 dan 5)

dalam bentuk, ukuran, warna dan sebagian (LILLEY, 1999)

besar hidup di daerah terumbu karang d. Koral


(TJAKRAWIDJAYA, 1999).
Koral atau yang lebih dikenal Beberapa kelompok tumbuhan laut
dengan sebutan karang batu termasuk diantaranya yaitu:
kelompok hewan, tetapi berbentuk bunga,
a. Algae (Rumput laut)
sehingga seringkali mengecoh, dengan
Algae termasuk kelompok
demikian sering dianggap kelompok
tumbuhan yang dapat digunakan
tumbuhan (Gambar 6). Bagian yang keras
sebagai bahan pangan, bahan obat-
sesungguhnya merupakan cangkang dari
obatan, bahan kimia industri dan
hewan karang batu, yang tersusun dari zat
juga sebagai bahan pupuk pertanian.
kapur CaCO3. Bagian tubuh yang lunak
Algae banyak dijumpai di daerah
disebut polip karang dan berbentuk seperti
terumbu karang dengan warna yang
tabung dengan tentakel yang berjumlah 6
bermacam-macam. Perbedaan warna
buah atau kelipatannya serta terletak di
tersebut disebabkan oleh kandungan
keliling mulut. Tentakel tesebut dapat ditarik
pigman (chlorophyl) yang terdapat
dan dijulurkan (LILLEY, 1999).
pada tumbuhan tersebut.
e. Moluska Berdasarkan warnanya maka
algae dapat dibagi dalam 3 kelompok
Moluska merupakan hewan yang
yaitu: " Chlorophyta yaitu algae yang
bertubuh lunak, ada yang bercangkang dan
mengandung pigmen berwarna hijau,
tidak bercangkang. Cangkangnya berfungsi
misalnya: Halimeda sp., Caulerpa sp.
untuk melindungi tubuhnya yang lunak.
dan Ulva sp. " Phaeophyta yaitu
Menurut MARWOTO & SINTHOSARI
algae yang mengandung pigmen
(1999)
berwarna coklat, misalnya: Padina
f. Sponge spp., Sargassum spp. " Rhodophyta

Sponges termasuk dalam kelompok yaitu algae yang mengandung

Porifera yaitu hewan yang mempunyai pigmen merah, misalnya: Gracilaria

tubuh berpori-pori atau saluran. Melalui spp., Eucheuma spp., Gelidium spp.

pori-pori dan saluran ini, air akan diserap dan Hypnea spp

oleh sel khusus yang disebut dengan "sel b. Lamun (Seagrass)

leher " (collar cell). Tumbuhan lamun termasuk


dalam golongan tumbuhan tingkat
2.1.7 Kelompok tumbuhan laut
tinggi, karena batang, daun, bunga
dan buahnya dapat diibedakan untuk bernafas atau untuk
dengan jelas. Juga merupakan mengambil kebutuhan oksigen
tumbuhan berbunga (Angiospermae), sebanyakbanyaknya, sehingga dapat
mempunyai daun, rimpang (rhizoma) bertahan hidup apabila terendam air.
dan akar, sehingga mirip dengan Bentuk daun biasanya tebal, untuk
rumput di darat. Kebanyakan lamun menampung air sebanyakbanyaknya,
hidup di perairan yang relatif tenang, sehingga dapat bertahan hidup di
bersubstrat pasir halus dan lumpur. lingkungan yang berkadar garam
Di perairan Indonesia hanya dikenal tinggi.
12 jenis, di antaranya adalah: Macam-macam jenis
Thalassia hemprichii, Halodule mangrove diantaranya Avecinnia
univervis, Thalassodendron ciliatum, spp., Bruguiera spp., Sonneratia spp.,
Cymodocea serrulata, Halophila Ceriops spp. dan Rhizophora spp.
ovalis, Enhalus acoroides, dan (ROMIMOHTARTO & YUWANA,
Syringodium isoetifolium 1999). Keistimewaan daerah
(ROMIMOHTARTO & YUWANA, mangrove adalah dapat menunjang
1999). produksi makanan laut dengan
c. Tumbuhan bakau (Mangrove) menyediakan zat hara ke goba atau
Tumbuhan Bakau danau di daerah pantai dan ke
(Mangrove) Tumbuhan berbunga perairan pantai di sekitarnya, serta
lainnya selain lamun adalah dapat menjadi daerah asuhan bagi
tumbuhan mangrove atau dikenal hewan-hewan terutama krustasea dan
juga dengan sebutan bakau. ikan. Secara fisik mangrove dapat
Tumbuhan ini dapat bertahan hidup bermanfaat sebagai penahan
pada perairan yang mempunyai gelombang laut, sehingga dapat
kadar garam yang tinggi dengan mempertahankan struktur darat yang
ketersediaan oksigen yang terbatas. terkait dengan lokasi tumbuhnya
Ciri khas tumbuhan ini yaitu: mangrove. Selain itu juga dapat
akarnya berupa akar nafas dan akar berfungsi sebagai penyaring
lutut yaitu akar yang muncul ke masuknya air laut ke darat.
permukaan tanah dan berfungsi
2.2 Penelitian Relevan memberikan informasi peranan
makrozoobentos (epifauna) sebagai
Paying Rianto, Weindri ( 2017).
bioindikator pencemaran di perairan Sungai
Dengan penelitian yang berjudul “
Tallo serta menjadi sumber pengetahuan
Keanekaragaman Makrozoobentos
baru dan diharapkan menumbuhkan
(Epifauna) Pada Ekosistem Mangrove Di
kesadaran akan kelestarian lingkungan.
Sempadan Sungai Tallo Kota Makassar”.
Dengan hasil penelitian menunjukan Setiawan,Rendi ( 2019). Dengan
Kawasan estuaria khususnya pada ekosistem judul penelitian “ Keanekaragaman Biota
mangrove sangat kompleks dengan Kepiting Di Kawasan Hutan Mangrove Di
kehidupan biota-biota yang hidup pada Dusun Labuan Tereng Desa Labuan Tereng
bagian dasar sedimen, di antaranya hewan Kecamatan Lembar”. Dengan hasil
bentik yang mempunyai sifat khas yang penelitian menunjukan terdapat 3 (tiga) jenis
dikenal sebagai komunitas dasar dengan spesies kepiting yang terdapat di kawasan
kondisi lingkungan hidup yang lebih hutan bakau ini dan jenis-jenis spesies
spesifik. Sempadan sungai meliputi kawasan kepiting yang dominan. Dalam penelitian ini
sepanjang kanan kiri sungai termasuk sungai indeks kenaekaragaman jenis pada stasiun I
buatan, yang mempunyai manfaat penting yaitu -1.0917834. Indeks keanekaragaman
untuk mempertahankan kelestarian fungsi jenis pada stasiun II -1.0887916. Indeks
sungai. Kekhawatiran pencemaran perairan kemerataan pada Stasiun I 0,720, indeks
pada Sungai Tallo diakibatkan berbagai kemerataan pada Stasiun II 0,971. Dan
aktivitas masyarakat, secara langsung indeks kemelimpahan adalah pada stasiun I
maupun tidak langsung mempengaruhi Metapograpsus sp Dan Parathelphusa
keadaan ekosistem mangrove di perairan convexa sama-sama berjumlah 31 ekor. Dan
Sungai Tallo yang dapat menyebabkan Kemelimpahan pada stasiun II adalah
kemunduran fungsi sempadan Sungai Tallo spesies Uca Forcipata berjumlah 31 ekor.
serta keberadaan epifauna pada sempadan Hasil penelitian yang ditemukan secara
Sungai Tallo. Berangkat dari permasalahan umum terdapat 5 jenis spesies, pertama
tersebut perlu dilakukan penelitian untuk menggunakan Transek yaitu jenis speseis
mengetahui keanekaragaman Scylla Olivacea dan jenis spesies Portunus
makrozoobentos (epifauna) di sempadan Plagicus kedua menggunakan 2 stasiun,
Sungai Tallo Kota Makassar sehingga dapat terdapat 10 plot dengan ukran 1x1 m2 .
Stasiun I di wilayah yang berlumpur dan yang khas dan mampu tumbuh dalam
Stasiun II wilayah yang berpasir kedua
perairan asin/payau (Santoso, 2000).
wilayah stasiun tersebut ditemukan jenis
spesies yaitu Portunidae, Uca forcipata, Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Metopograpsus sp dan spesies Parathelphusa
Bio Indikator Pelestarian Hutan
convexa. Pada staisun I spesies yang
Mangrove
terendah adalah Uca forcipata 24 ekor dan
Stasiun II adalah Metapograpsusu sp. Hal ini
yang menyebabkan kualitas yang tinggi dan
rendah adalah di karenakan faktor Pemanfataan Mangrove Ekosistem Biota Air
lingkungan dan substrat.

2.3 Kerangka berpikir


Analisis Keberadaan Biota Air Sebagai Bio Indikator
Kerangka berpikir ini digambarkan Kelestarian Hutan Mangrove Sicanang, Belawan

menggunakan skema secara sistematik.


Sumber : Diolah oleh Peneliti
Selaras dengan judul penelitian yang

diambil, yaitu “Analisis Ekosistem Biota Air

Sebagai Bio Indikator Pelestarian Hutan

Mangrove Sicanang, Belawan”

Ekosistem mangrove adalah suatu 15ustak

di alam tempat berlangsungnya kehidupan

yang mencerminkan hubungan timbal balik

antara makhluk hidup dengan

lingkungannya dan diantara makhluk hidup

itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir,

terpengaruh pasang surut air laut, dan

didominasi oleh spesies pohon atau semak


BAB III penelitian serta menganalisis kebenaran
berdasarkan data yang diperoleh.
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1 Jenis penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat
Berdasarkan pendekatan dan jenis dimana peneliti melakukan penelitian
data yang digunakan, penelitian ini termasuk terutama dalam menangkap data baik yang
ke dalam penelitian kualitatif sehingga akan merupakan fenomena atau peristiswa yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata- terjadi di objek yang diteliti dalam rangka
kata. Data yang dianalisis di dalamnya untuk mendapatkan data-data penelitian
berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka- yang akurat dan sesuai dengan kenyataan
angka seperti halnya pada penelitian yang dilihat, menentukan jalan terbaik untuk
kuantitatif. Menurut Arikunto (1998, h.309) ditempuh dalam mempertimbangkan teori
penelitian kualitatif dimaksudkan untuk subtantif dan mendatangi objek yang akan
mengumpulkan informasi mengenai status dilakukan penelitian serta mencari
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala kesesuaian dengan kenyataan yang terjadi
menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilapangan langsung. Sementara itu
dilakukan. keterbatasan geografi seperti waktu, biaya,
dan tenaga perlu juga dijadikan
Menurut Nawawi (1993: 140), ciri
pertimbangan dalam menentukan lokasi
pokok dari pada penelitian deskriptif adalah
penelitian.
memusatkan perhatian pada masalah yang
Lokasi yang diambil dalam melakukan
ada pada saat penelitian dilakukan atau
penelitian ditentukan dengan sengaja atau
masalah yang bersifat aktual dengan
sudah direncanakan pemelihan tempat
menggambarkan masalah-masalah yang
melakukan penelitian tersebut atau
diselidiki sebagaimana adanya diiringi
penelitian yang bersifat purposive
dengan interpretasi rasional. Berdasarkan
(terencana) yang dilakukan secara berkala
pengertian diatas maka penelitian ini
atau bertahap di Ekowisata Mangrove
merupakan penelitian yang diarahkan untuk
Sicanang, di Jl. Pulau Sicanang, Belawan
melihat gejala, fakta, ataupun kejadian
Pulau Sicanang, Medan Kota Belawan, Kota
secara sistemtis dan akurat tentang objek
Medan pada Rabu, 08 September 2021,
Selasa 16 November 2021, dan Kamis 18  Penelitian kepustakaan,
November 2021. pengumpulan data melalui buku-
buku, makalah, literature yang
3.3 Teknik Pengumpulan Data memiliki relevansi dengan masalah

Berdasarkan sumber pengambilan yang diteliti.

data, dalam penelitian ini peneliti  Studi dokumentasi, dengan cara


menggunakan data primer yaitu data yang mengkaji informasi yang
pengumpulan data yang diperoleh langsung bersumber dari dokumen-dokumen
dari objek yang diteliti melalui observasi yang menyangkut dengan masalah
langsung di lokasi penelitian. penelitian.

1. Metode Pengumpulan Data Primer


3.4 Metode Analisis Data
Merupakan data yang langsung dari
objek penelitian, terdiri dari : Teknik analisis data dalam penelitian
 Metode observasi dengan ini adalah pengambilan data kualitatif.
menggunakan pengamatan langsung Menurut Moleong (2006: 247) pengambilan
terhadap fenomena yang terjadi data kualitatif dilakukan dilakukan dengan
dilapangan sesuai dengan focus menyajikan data yang dimulai dengan
penelitian. menelaah seluruh data yang terkumpul,

 Metode wawancara merupakan menyusunnya dalam satuan yang kemudian

proses memperoleh keterangan dikategorikan pada tahap berikutnya dan

untuk tujuan penelitian dengan cara memeriksa keabsahan dan serta

Tanya jawab sambil bertatap muka menafsirkannya dengan analisis dengan

antara pewawancara dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk

responden/ orang yang di membuat kesimpulan penelitian.

wawancarai, dengan atau tanpa Menurut Miles dan Huberman


menggunakan pedoman (guide) (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008, h. 209)
2. Metode pengumpulan data sekunder ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam
Merupakan data yang tidak secara melakukan analisis data diantaranya dengan:
langsung dari objek penelitian terdiri
1. Reduksi Data Tahap ini
dari :
merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabstraksian dan
pentransformasikan data kasar yang diambil
dari lapangan. Inti dari reduksi data adalah
proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data menjadi bentuk tulisan
yang akan dianalisis.

2. Penyajian Data Setelah data-data


tersebut terkumpul kemudian peneliti
mengelompokkan hal-hal yang serupa
menjadi kategori atau kelompok-kelompok
agar peneliti lebih mudah untuk melakukan
pengambilan kesimpulan.

3. Menarik Kesimpulan Pada tahap


ini, peneliti membandingkan data-data yang
sudah didapat dengan data-data hasil
observasi dilengkapi dengan literature
sebagai sumber dan pelengkap dari
penelitian yang dilakukan.
BAB IV  Sebelah Utara : Kabupaten Deli
Serdang
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Sebelah Selatan : Kelurahan Pekan
4.1 Hasil Penelitian
Labuhan
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
 Sebelah Barat : Hamparan Perak
 Sebelah Timur : Kelurahan Belawan
Bahari dan Belawan Bahagia

4.1.2 Deskripsi Ekowisata Mangrove


Sicanang
Ekowisata Mangrove Sicanang
merupakan ekowisata yang terletak di Kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
Ekowisata Mangrove adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area mangrove yang
masih alami dan wisatawan tidak hanya
Kecamatan Medan Belawan secara
datang untuk melakukan wisata saja, tetapi
geografis merupakan 19 pemukiman dan
dengan tujuan pendidikan, konservasi
perikanan. Kecamatan Medan Belawan
alam dan melestarikan kehidupan. Kawasan
memiliki luas sekitar 21,8259 km².
Kelurahan Belawan Sicanang tersebut
Kelurahan Belawan Sicanang merupakan
memiliki luas wilayah 1550 Ha dengan
kelurahan yang terletak di Kecamatan
kawasan hutan mangrove yang tersisa
Medan Belawan, Berdasarkan letak
adalah 450 Ha dengan potensi yang baik,
astronomis Kecamatan Medan Belawan
termasuk menjadi kawasan ekowisata
terletak diantara 030 sampai dengan
480 Lintang Utara, dan 980 sampai dengan Ekowisata Mangrove Sicanang telah
420 lintang timur.. Kelurahan Belawan ada sejak tahun 2013, dan kondisi
Sicanang terdiri dari 20 (dua puluh) yang sekarang jauh lebih baik dari awal
lingkungan. Adapun batas-batas wilayah kemunculannya yang hanya sebagai hutan
adalah sebagai berikut : biasa. Pada tahun 2015, masyarakat
Kelurahan Belawan Sicanang membuat
kesepakatan dengan pemerintah untuk dengan Kelurahan Belawan Sicanang,
menetapkan 178,24 Ha sebagai Daerah dimana Ekowisata ini diperuntukkan untuk
Perlindungan Mangrove Berbasis kesejahteraan masyarakat sekitar dan untuk
Masyarakat (DPM-BM). Dimana menjamin pelestarian lingkungan hidup,
kesepakatan masyarakat tentang daerah maka setiap orang berkewajiban untuk
perlindungan mangrove dengan luas lahan menjaga, mengawasi dan memelihara
178,24 Ha yang dibagi menjadi 3 zona, yaitu lingkungan hidup yang dijamin oleh hukum
Zona Inti (25,70 Ha), Zona Penyangga dan perundang-undangan yang berlaku.
(15,11 Ha), Zona Pemanfaatan (137,43 Ha). Upaya pengelolaan dan pengembangan
Mangrove yang masih tersisa dijaga hutan mangrove tersebut dari tujuan dan
masyarakat dengan membuat penanaman fungsi perencanaan khususnya yaitu, sebagai
ataupun penyisipan. kawasan ekonomi, kawasan rekreasi
(wisata), kawasan edukasi (pendidikan) dan
Pada tahun 2016 masyarakat
kawasan produktif.
membuat secara bertahap konsep Ekowisata
Mangrove sampai sekarang. Awalnya 1) Upaya Pemerintah
pembiayaan dilakukan secara swadaya dari
Pemko Medan mendukung penuh
masyarakat, dibantu oleh beberapa
pengembangan ekowisata hutan mangrove
perusahaan yang mulai peduli serta
di Sicanang, Belawan. Selain melestarikan
mendukung kegiatan tersebut seperti
lingkungan hidup, ekowisata mangrove juga
YAGASU (Yayasan Gajah Sumatera),
dapat menjadi salah satu sumber mata
Pelindo, PLN.
pencaharian masyarakat yang tinggal di
wilayah paling utara Kota Medan tersebut.
4.1.3 Upaya Pelestarian Ekowisata Hutan
Dukungan ini disampaikan Pelaksana tugas
Mangrove, Sicanang
(Plt) Wali Kota Medan, Ir. H. Akhyar
Ekowisata Mangrove Sicanang di
Nasution, M.Si diwakili Kadis Pariwisata
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan
Medan, Drs. Agus Suriyono, saat
Medan Belawan dikelola oleh Kelompok
menghadiri kegiatan Penanaman Mangrove
Pengelola daerah perlindungan mangrove
di Kelurahan Sicanang, Medan Belawan.
yaitu organisasi masyarakat yang dibentuk
Turut hadir dalam kegiatan yang digelar
melalui keputusan bersama masyarakat
Yayasan Gajah Sumatera (Yagasu) dan
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) itu Pengambilan sampling dilakukan pada 8
antara lain Kepala Dinas Lingkungan Hidup september 2021. Berikut deskripsi Biota
Sumut, Binsar Situmorang, Program yang ditemukan pada waktu penelitian di
Director Yagasu Melinda Suriani Harefa, Kawasan mangrove Sicanang
dan segenap pegiat lingkungan hidup di diidentifikasikan berdasarkan ciri-cirinya.
Medan. Spesies yang ditemukan dan disajikan
datanya adalah spesies yang memiliki
Kingdom: Animalia tingkat keberadaan yang cukup banyak
4.1.4 Kebe
Phylum: Chordata sehingga menjadi spesies yang mendominasi
radaan biota
Kawasan perairan mangrove Sicanang.
Class: Actinopterygii air sebagai
tolak ukur a. Atlantic needlefish ( Ikan Jarum
Order: Beloniformes
kelestarian Atlantik)
Family: Belonidae hutan Atlantic

mangrove needlefish
Genus: Strongylura
Gambar : 1
Sicanang, adalah
Species: S. marina
Belawan.
Gambar : 1
Kualitas suatu perairan khususnya
Kawasan mangrove dapat dilihat dari spesiesfishfish demersal umum yang umum

keanekaragaman biota air, keseragaman di marina dan daerah lain dengan arus

hingga dominasi spesies yang berada di minimal. Rahang dan tubuhnya yang sangat

perairan tersebut. Hasil ini menjadikan data membuat ikan ini berbeda dari predator

hasil analisis biota air yang telah lainnya.

diidentifikasi untuk melhat kondisi air dan Ikan jarum Atlantik adalah ikan kurus
ekosistem Kawasan mangrove Sicanang. keperakan dengan rahang panjang dan penuh

Penggunaan indikator biologi gigi. Ia hidup di perairan dangkal Teluk

merupakan salah satu cara untuk melihat Chesapeake dari musim semi hingga musim

kondisi suatu perairan. Indikator biologi gugur. Tubuh ikan jarum Atlantik yang

yang digunakan untuk penelitan ini adalah panjang dan sempit tumbuh hingga dua kaki

spesies yang ditemui dan mendominasi panjangnya. Ini memiliki punggung

perairan Kawasan mangrove Sicanang. kehijauan, sisi keperakan dan garis tipis,
kebiruan-perak di setiap sisi. Satu sirip jantan berbentuk seperti huruf T, mandibular

Penaeus monodon punggung palp berbentuk bilobus dan pada bagian


Nama
terletak ambulatory meri terdapat duri. Pleopod
Ilmiah
jauh di jantan berbentuk meruncing dengan tekstur
Kingdom : Animalia
punggung kenyal.
Filum : Arthropoda
nya, dekat
Class : Malacostraca
dengan c. Udang Windu
Ordo : Decapoda
ekornya.
Famili : Penaeidae
Rahangny
a yang panjang dan ramping dipenuhi dengan

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Crustacea Gambar : 2

Ordo : Decapoda
Famili : Parathelphusidae
gigi- Di Indonesia, udang ini disebut

gigi kecil, dan rahang bawahnya sedikit lebih udang pancet atau udang windu. Udang

panjang dari rahang atasnya. Ikan jarum muda Windu (penaeus monodon) dikenal dengan

tidak memiliki rahang memanjang seperti sebutan black tiger shrimp merupakan

orang dewasa. udang laut asli Indonesia yang tumbuh


mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram.

b. Kepiting air Namun, jika dipelihara di tambak panjang

family Parathelphusidae memiliki ciri- tubuhnya hanya mencapai 20 cm dan berat

ciri mata relative kecil dibandingkan dengan sekitar 140 gram.

ukuran tubuhnya dan tidak sampai pada


Udang windu memliki kulit tubuh
bagian tepi samping karapas. Karapas pada
yang keras, berwarna hijau kebiruan, dan
:2 famili Parathelphusidae berbentuk
berloreng-loreng besar. Saat muda udang
trapesium berwarna merah kecoklatan dan
Windu berada di perairan dangkal tepi
terdapat tiga gigi antero-lateral pada bagian
pantai, dan begitu dewasa mencari tempat
tepinya. Maksiliped ketiganya tertutup rapat
yang dalam di tengah laut. Dilihat dari segi
tanpa ada celah. Abdomen pada individu
Channa striata manfaatny bentuknya hampir menyerupai bandeng.
Nama
a bagi Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai blue-
Ilmiah
kebutuhan spot mullet atau blue-tail mullet. Ikan
Kingdom : Animalia
gizi belanak secara umum bentuknya memanjang
Filum : Chordata
manusia, agak langsing dan gepeng. Sirip punggung
Class : Actinopterygii
udang terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan
Ordo : Perciformes
memiliki jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih
Famili : Channidae
kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan
kadar
Nama Moolgarda seheli sembilan jari-jari lemah.
protein
Ilmiah
yang e. Ikan gabus pasir
Kingdom : Animalia
tinggi,
Filum : Chordata
vitamin,
Class : Actinopterygii
dan
Ordo : Mugiliformes
mineral
Famili : Mugilidae
lainnya.
Selain itu udang juga memiliki asam amino
yang lengkap, baik essensial ataupun
nonessensial.
Ikan gabus adalah salah satu jenis
d. Ikan Belanak ikan air tawar yang bersifat karnivora
(pemakan daging) yang banyak terdapat
diperairan Asia Tenggara. Tubuh ikan gabus
bagian atas umumnya berwarna coklat
sampai hitam dan tubuh bagian bawah
(bagian perut) berwarna coklat muda sampai
keputih-putihan. Bentuk kepala agak pipih
seperti kepala ular dengan sisik-sisik besar
di atas kepala. Bentuk kepalanya yang
seperti ular inilah yang membuat ikan gabus
Belanak; adalah sejenis ikan laut di juluki sebagai “snake head“.
tropis dan subtropis di suku Mugilidae yang
Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepa mangrove yang akan menjadi kajian tentang
sampai ekor umumnya berwarna gelap, bagaimana kelestarian Kawasan hutan
hitam kecoklatan atau kehijauan. Bagian Mangrove dimana kepiting air, udang
bawah tubuh ikan gabus mulai dari bawah windu, ikan belalak dan ikan gabus pasir.
wulut sampai ekor berwarna putih. Bagian
Penduduk sekitar memanfaatkan
samping tubuh ikan gabus bercoret tebal
hutan mangrove sebagai salah satu mata
(striata, bercoret-coret) agak kabur, warna
pencaharian. Nelayan mengambil ikan
tersebut seringkali menyerupai lingkungan
dengan cara memancing pada waktu malam
sekitarnya. Ikan gabus memiliki mulut yang
dan pagi hari, mengambil kepiting dengan
besar dan bergigi tajam. Sirip punggung
cara “bubu”. Dengan teknik yang dilakukan
ikan gabus memanjang dengan sirip ekor
penduduk sekitar tersebut merupakan teknik
membulat di bagian ujungnya.
pengambilan ikan yang ramah lingkungan
dan tidak merusak ekosistem hutan
4.2 Pembahasan mangrove. Jumlah biota air juga

Metode biologis sebagai penentu berkesinambungan dari rantai makanan di

kualitas air dilakukan dengan menganalisis ekosistem Kawasan mangrove Sicanang ini

biota air. Biota air merupakan kelompok dan tersedia keberadaan dan juga jumlahnya

organisme baik hewan maupun tumbuhan mengindikasikan bahwa perairan ekosistem

yang besar ataupun seluruh hidupnya berada mangrove Sicanang masih tergolong belum

di perairan. Biota tersebut dapat berupa tercemar yang dapat merusak ekosistem

bentos, plankton, atau nekton yang dapat biota air dikawasan mangrove tersebut.

memberikan informasi keadaan perairan Disisi lain aktifitas penduduk sekitar yang

tersebut dalam baik atau tidak Karena tiap terkadang membuang sampah ke peraitan

biota air memiliki sifat hidup yang berbeda mangrove dapat juga berpotensi kedepan

beda dan sesuai dengan kondisi lingkungan mencemari Kawasan mangrove Sicanang

perairan yang dibutuhkan. Hal inilah yang ini.

menjadikan biota air dapat dijadikan kualitas Kepiting air yang berada di Kawasan
perairan. Berdasarkan hasil penelitian yang mangrove Sicanang merupakan salah satu
dilakukan di Kawasan mangrove Sicanang komoditas perikanan yang memiliki potensi
ditemukan bahwa terdapat banyaknya biota sebagai penyangga kehidupan masyarakat
yang mendominasi perairan Kawasan
terutama bagi nelayan sekala kecil (small
scale fisheries) setempat. Kepiting air
termasuk sumberdaya perikanan pantai yang
mempunyai nilai ekonomis penting dan
mempunyai harga yang mahal. Jenis
kepiting ini disenangi masyarakat karena
bernilai gizi tinggi dan mengandung
berbagai nutrigen penting (Kanna, 2002).
Ekosistem mangrove Sicanang sendiri
memiliki komoditas kepiting bakau yang
cukup banyak dan menjadi tangkapan
nelayan sekitar. Ketersediaan ini tentu
didukung oleh ekosistem yang masih terjaga
sehingga menyebabkan perkembangbiakan
kepiting masih terjaga.

Disamping pemanfaatan hutan


mangrove yang dilakukan masyarakat
sekitar sebagai mata pencaharian, namun
adanya oknum yang tidak bertanggung
jawab dalam menjaga ekosistem tersebut,
yakni banyaknya sampah plastic yang
tergenang di permukaan air, selain
menurunkan nilai estetik, sampah tersebut
juga berdampak pada biota air yang
berkesinambungan dengan ekosistem. Hal
ini juga terjadi dikarenakan kurangnnya
sanksi ataupun pengawasan dari pemerintah
setempat dan kurangnya fasilitas yakni
tempat sampah di sekitaran hutan mangrove
tersebut
BAB V dimana para peneliti menemukan banyak
sampah plastic atau limbah rumah tangga
PENUTUP
yang tergenang saat surutnya hutan
5.1 Kesimpulan mangrove. Penggunaan hutan mangrove
Berdasarkan hasil penelitian dan yang rendah dapat menjadi ancaman karena
pembahasan terkait topik analisis masyarakat disekitar hutan mangrove
keberadaan biota air sebagai bio indikator memiliki modal yang terbatas
kelestarian hutan mangrove sicanang, sehingga mengurangi upaya pelestarian yang
belawan ditemukan banyaknya biota air dilakukan (Qurniati dkk., 2017).
yang hidup dan berkembang di hutan tersebu Memberi mata pencaharian alternative
yang menjadi sumber mata pencaharian sebagai sumber pendapatan ekowisata
penduduk sekitar.. adalah kegiatan yang dapat menghargai

Keseimbangan ini menandakan potensi sumber daya lokal dan berbasis

adanya kelestarian Kawasan hutan pada masyarakat yang dapat mencegah

mangrove di Sicanang, dimana perubahan kepemilikian tanah, sosial dan

melimpahnya ketersediaan bahan makanaan budaya masyarakat karena masyarakat

seperti udang sebagai makanan ikan jarum bertindak sebagai subjek dan penerima

Panjang dan melimpahnya ketersediaan ikan manfaat utama dan ekowisata juga

jarum Panjang juga sebagagai makakan ikan mendukung upaya pembangunan ekonomi.

yang lebih besar dan burung seperti elang (Rizky dkk., 2016).

botak. Biota kepiting air yang memili


ketersediaan yang cukup banyak Upaya konservasi Ekowisata Sicanag
menandakan perairan yang masih belum yang dialalukan Pemerintah adalah dengan

tercemar sehingga ekosistem cukup baik menangani sampah dengan dilakukannya


untuk berkembang biaknya kepiting pembersihan sampah hanya saja karena

dikawasan mangrove sicanang. pasang dan surut yang terjadi membuat


sampah terbawa kearah mangrove.
Upaya pelestarian ekowisata hutan
mangrove di Sicanang, Belawan sangat Akan tetapi dalam pelaksanaannya,
terbatas. pengelolaan dan pengembangan ekowisata
Dilihat dari kurangnya kesadaran tersebut masih memiliki banyak kendala
masyarakat untuk menjaga hutan mangrove, serta kurangnya perhatian dari pemerintah
agar mendukung penuh dalam hal ini supaya
bisa dipertahankan dan dikembangkan
dengan layak. dan dalam kegiatan promosi
juga masih kurang sehingga banyak belum
mengetahui tentang keberadaan Ekowisata
tersebut.

5.2 Saran
Keberadaan pemukiman penduduk
disekitaran hutan mangrove Sicanang
terkadang menyebabkan akumulasi dampak
perilaku tidak taat etika lingkungan seperti
membuang limbah dan sampah ke Kawasan
mangrove dimana ini akan berdampak
kedepan jika terus mengalami akumulasi
yang semakin tinggi. Dijadikannya Kawasan
mangrove Sicanang sebagai ecowisata
sebaiknya diberikan edukasi akan potensi,
manfaat, fungsi dan bagaimana menjaga
Kawasan mangrove demi tujuan
keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA http://repository.unika.ac.id/13160/4/
Askasifi Eka,Slamet Budi Yuwono,dkk ( 12.40.0123%20Windaretta%20Mard
2015),dengan penelitian yang ianinta%20BAB%20III.pdf
berjudul partisipasi kelompok
https://kotakusumut.com/28ustaka/profil_kel
masyarakat dalam pelestarian hutan
urahan/medan/mdnbelawan/bsc.pdf
mangrove di Desa Magasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Atlantic Needlefish | Chesapeake Bay
Program. Accessed October 28,
Kabupaten Lampung timur. Di 2021.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/ https://www.chesapeakebay.net/S=0/
fieldguide/critter/atlantic_needlefish
JHT/article/view/778
Erna Rochana, Ekosistem mangrove dan Collette BB. Strongylura timucu
(Walbaum): A Valid Species of
pengelolaannya di Indonesia Di Western Atlantic Needlefish.
www.freewebs.com Copeia. 1968;1968(1):189.
doi:10.2307/1441578
irwantomangrove mangrove_kelola
Iwang Gumilar ( 2012). Partisipasi Strongylura marina. In: Wikipedia. ; 2021.
Accessed October 28, 2021.
masyarakat pesisir dalam https://en.wikipedia.org/w/index.php
pengelolaan ekosistem hutan ?title=Strongylura_marina&oldid=10
10699397
mangrove berkelanjutan di
Kabupaten Indramayu, Di Gecarcinucidae. In: Wikipedia. ; 2021.
Accessed October 28, 2021.
http://journal.unpad.ac.id/akuatika/ar https://en.wikipedia.org/w/index.php
ticle/view/1623 ?title=Gecarcinucidae&oldid=10205
88169
M Zainullah, 2012. Defenisi hutan
Nur’aini D. Keanekaragaman Kepiting Air
mangrove Di http://etheses.uin-
Tawar di Aliran Sungai Resort
malang.ac.id/2601/6/05520039_Bab Wonoasri dan Sanenrejo Taman
_2.pdf Nasional Meru Betiri serta
Pemanfaatannya sebagai Buku
Pratiwi Rianta, 2006. Biota lau: Bagiamana
Ilmiah Populer. Published online
mengenal biota laut? Di July 29, 2020. Accessed October 28,
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen 2021.
http://repository.unej.ac.id//handle/1
/oseana_xxxi(1)27-38.pdf 23456789/101881
W Mardianinta (2016). Bab III Metode Berry FH, Rivas LR. Data on Six Species of
Penelitian Kualitatif Di Needlefishes (Belonidae) from the
Western Atlantic. Copeia. Belawan (Doctoral dissertation,
1962;1962(1):152. Universitas Islam Negeri Sumatera
doi:10.2307/1439490 Utara).
Sugiarti, R., Achyani, A., & Muhfahroyin,
Gunter G. Contributions to the Natural M. (2020). UPAYA PELESTARIAN
History of the Bottlenose Dolphin, HUTAN MANGROVE
Tursiops Truncatus (Montague), on KECAMATAN LABUHAN
the Texas Coast, with Particular MARINGGAI KABUPATEN
Reference to Food Habits. J LAMPUNG TIMUR UNTUK
Mammal. 1942;23(3):267. MENINGKATKAN FUNGSI
doi:10.2307/1374993 HUTAN MANGROVE. BIOLOVA,
1(1), 25-29.
https://docplayer.info/144366869-Bab-iii- Diah, K. B., Anak, A. S. A. W., Sri, W., &
metode-penelitian.html Indah, N. (2015). KONSERVASI
HUTAN MANGROVE UNTUK
Paying Rianto, Weindri ( 2017). MENINGKATKAN
Keanekaragaman Makrozoobentos PEREKONOMIAN
(Epifauna) Pada Ekosistem MASYARAKAT KAWASAN
Mangrove Di Sempadan Sungai PESISIR DI PULAU MENGARE
Tallo Kota Makassar. Skripsi. KEC. BUNGAH KAB. GRESIK
Makasar ; Universitas Hasanuddin PROPINSI JAWA TIMUR.
Makassar.
https://indonesiabaik.id/infografis/udang-
Setiawan,Rendi ( 2019). Keanekaragaman windu-indonesia-1
Biota Kepiting Di Kawasan Hutan
Mangrove Di Dusun Labuan Tereng
Desa Labuan Tereng Kecamatan
Lembar”. Skripsi. Mataram;
Universitas Islam Negeri Mataram.
Noor, A. (2020). Dampak keberadaan
ekowisata Mangrove Sicanang
terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan

Anda mungkin juga menyukai