Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Judul Proyek
“Perancangan Mangrove Edutourism Center di Dusun Pandansari Kabupaten
Brebes dengan Pendekatan Tektonika Arsitektur”.
1.2 Pengertian Judul
a. Perancangan
Perancangan adalah sebuah proses mendenfinisikan sesuatu yang akan dikerjakan
dengan menggunakan teknik yang bervariasi serta di dalamnya melibatkan
deskripsi mengenai arsitektur secara detail mengenai komponen dan juga
keterbatasan yang akan di alami dalam proses pengerjaanya (Soetam Rizky 2011 :
140).
b. Mangrove
Mangrove merupakan vegetasi yang kemampuan tumbuh terhadap salinitas air laut
baik. Mangrove juga memiliki keunikan tersendiri dibandingkan lain, keunikannya
diantaranya dari formasinya yang tersusun rapih dari daratan hingga pinggir pantai,
keunikan lainya terletak pada kenaekaragaman flora, fauna, dan habitat tempat
hidup mangrove itu sendiri (Kustanti, 2013).
c. Edutourism
Edutourism adalah suatu program dimana wisatawan berkunjung ke suatu lokasi
wisata dengan tujuan utama untuk memperoleh pengalaman pembelajaran secara
langsung di obyek wisata tersebut. (Rodger, 1998:28).
d. Center
Center atau Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan berbagai-
bagai urusan,,hal, dan sebagainya. (KBBI, 2018).
e. Dusun Pandansari
Dusun Pandansari adalah sebuah pedukuhan di daerah pesisir yang masuk dalam
administrasi Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes dengan jarak sekiar 10 km dari
Kota Brebes
f. Kabupaten Brebes
Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa tengah,
Indonesia. Dengan Luas wilayah 1.662,96 km2. Dan Wilayah Pesisir pantai
Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai ± 72,93 km yang meliputi 14
desa di 5 kecamatan, Kabupaten Brebes memiliki 17 kecamatan, 5 kelurahan, dan
292 desa dengan ibu kotanya adalah Kota Brebes. (BPS Kabupaten Brebes 2016)
g. Pendekatan
Usaha dalam rangka aktivitas Penelitian untuk mengadakan hubungan dengan
orang yang diteliti metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian
(KBBI,2018)
h. Arsitektur
Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, Teknik
dan fungsi.
i. Tektonika Arsitektur
Tektonika adalah bagaimana elemen garis, bidang yang bersifat ringan
disusun/dibangun untuk membentuk ruangan; dan stereotomik adalah bagimana
material yang berat seperti tanah, batu dan batu bata membentuk massa dan
volume (Frampton, 1995: 6).
detail bangunan (termasuk di dalamnya tektonika) berperan sangat
penting untuk menciptakan karakter tampilan bangunan, terutama bila dikaitkan
dengan peranan arsitektur sebagai media yang mengekspresikan nilai budaya
masyarakatnya, karena detail memiliki peranan guna dan citra yang menciptakan
identitas bagi budaya setempat (Hardiyati,2016)
1.3 Latar Belakang
1.3.1 Latar Belakang Kabupaten Brebes

Gambar 1.0 Peta Daerah Kabupaten Brebes

Gambar 1.0 Peta Daerah Kabupaten Brebes

Kabupaten Brebes berada di wilayah bagian barat provinsi Jawa Tengah.


Brebes lebih dikenal dengan kabupaten yang menghasilkan komoditas bawang
merah dan telur asin.Wilayah adiministrasi Kabupaten Brebes terbagi menjadi 17
kecamatan, 292 desa dan lima kelurahan dengan luas wilayah 166,117 hektare.
Karaktersitik kecamatan di kabupaten Brebes yang terdiri atas lima kecamatan
merupakan wilayah pantai, sembilan kecamatan dataran rendah, dan tiga
kecamatan dataran tinggi atau perbukitan. Kondisi geografis kabupaten Brebes
yang meliputi dataran rendah, pegunungan, dan pantai menjadikan daerah ini
memiliki potensi obyek wisata yang beragam.
Menurut Hamzah (2007), kabupaten Brebes memiliki cukup banyak obyek
wisata antara lain di wilayah bagian selatan ada obyek wisata Air Panas Buaran,
Air Panas Tirta Husada Kedungoleng,Waduk Penjalin, Telaga Renjeng, dan Argo
Wisata Pabrik Teh Kaligua. Dibagian bara tada Waduk Malahayu dan di wilayah
bagian utara ada Pantai Randusanga Indah yang merupakan salah satu obyek wisata
unggulan Brebes. Namun sangat ironis sekali, potensi wisata tersebut belum
dikelola secara maksimal disamping masih sangat kurangnya sarana dan prasarana
di bidang pariwisata, ditambah dengan kondisinya saat ini yang sangat
memprihatinkan, baik kondisi fisik, penataan, perawatan, maupun pengunjung.
Kondisinya sangat disayangkan mengingat sampai saat ini masih banyak animo
masyarakat terutama masyarakat lokal Brebes yang menginginkan adanya obyek
wisata lokal.Oleh karena itu, salah satu upaya yang dalam dilakukan untuk
memanfaatkan obyek wisata yang ada di Brebes perlu dilakukan
model pengembangan wisata pendidikan yaitu menambah nilai manfaat
suatu obyek wisata dari aspek Pendidikan.

Wisata merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang. Kecenderungan


orang melakukan kegiatan wisata hanya berorentasi menghilangkan kejenuhan
saja. Saat ini banyak tempat wisata yang tidak saja memiliki nilai hiburan saja tetapi
memiliki nilai edukasi untuk para wisatawan. Tempat wisata yang memiliki nilai
edukasi, lebih diminati oleh banyak wisatawan, khususnya yang berusia anak anak.
Setiap daerah memiliki potensi wisata bernilai pendidikan yang beranekaragam.
Namun, belum banyak wisata di daerah yang dikembangkan sebagai wisata
pendidikan yang bernilai hiburan dan pendidikan.

Oleh karena itu, pemanfaatan lokasi wisata untuk menunjang fasilitas


belajar sangat disarankan oleh pemerintah sebagaimana yang dijelaskan bahwa
pemanfaatan potensi daerah, dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan
lingkungan sekitar, termasuk obyek wisata alam, dan wisata buatan digunakan
sebagai sumber belajar (Permen No. 22 tahun 2006).

Tabel 1.0 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan domestic di kab.Brebes


Tahun 2011-2016.
Visitor
Tahun Jumlah Total
Mancanegara Domestik
2011 - 249.365 249.365
2012 - 262.676 262.676
2014 - 315.477 315.477
2015 - 396.714 396.714
2016 - 415.314 415.314

1.3.2 Latar Belakang Mangrove


Mangrove hidup diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang
surut. habitat mangrove seringkali ditemukan ditempat pertemuan antara muara
sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut
yang besar. sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang.
pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau payau. (murdiyanto, 2003).
Berdasarkan hasil dari kegiatan observasi dan survey lapangan dari Tim
Peneliti Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang dilakukan pada tanggal
29 – 31 Juli 2007, dapat diketahui bahwa terdapat 3 desa yang saat ini telah
memanfaatkan adanya ekosistem mangrove sebagai kawasan wisata. 3 desa
tersebut yaitu: Desa Kaliwlingi, Desa Sawojajar, dan Desa Randusanga Kulon.
Kegiatan tersebut tergolong kegiatan baru di wilayah pesisir Kabupaten Brebes.
Meskipun demikian, para wisatawan yang berasal dari berbagai daerah mempunyai
antusias yang tinggi terhadap objek wisata ini. Di antara 3 lokasi tersebut, kawasan
wisata ekosistem mangrove di Desa Kaliwlingi merupakan kawasan yang
pengembangannya paling intensif. Meskipun objek utama dari masing-masing
lokasi sama, yaitu adanya hutan mangrove, namun pada masing-masing lokasi
mempunyai ciri khas dan keunggulan yang ditawarkan bagi para wisatawan. Secara
rinci akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Mangrove Desa Kaliwingi
Wisata ekosistem mangrove di Desa Kaliwlingi terletak di Dusun
Pandansari, sehingga objek wisata ini lebih dikenal sebagai Ekowisata Mangrove
Pandansari. Objek wisata ini dikembangkan sejak tahun 2016 dan secara resmi
dibuka sebagai kawasan wisata pada tahun 2017. Kawasan ini dikelola oleh
kelompok masyarakat “Dewi Mangrove Sari” yang merupakan singkatan kata dari
Desa Wisata Mangrove Pandansari. Kawasan ini telah dikelola dan ditata menjadi
kawasan ekowisata oleh berbagai pihak, antara lain: masyarakat, berbagai dinas di
lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Brebes, Lembaga Swadaya Masyarakat
(lokal, nasional, internasional), pihak swasta, dan lainnya.

Gambar 2.0 Peta Daerah Wisata Mangrove Pandansari

2. Wisata Mangrove Desa Sawojajar


Wisata ekosistem mangrove di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari di
kelola oleh kelompok pelestari sumberdaya alam Wana Lestari. Lokasi wisata ini
belum lama dikembangkan, sehingga fasilitas-fasilitas wisata belum lengkap
seperti tempat wisata mangrove di Pandansari. Beberapa fasilitas yang saat ini telah
disediakan oleh pengelola wisata seperti dermaga perahu, tempat pembelian tiket
perahu, beberapa spot foto dan tempat tempat kuliner Berbeda dengan lokasi wisata
di mangrove Pandansari, objek wisata utama di kawasan mangrove Sawojajar
adalah Pulau Cemara. Pulau ini merupakan sebuah gosong (Sandbar) yang
memanjang hasil pengendapan gelombang laut. Beberapa tahun yang lalu
masyarakat Sawojajar melakukan penanaman vegetasi cemara di pulau ini, dan saat
ini vegetasi cemara telah tumbuh mencapai 2-3 meter. Hal inilah yang
menyebabkan pulau ini diberi nama Pulau Cemara.

Gambar 3.0 Peta Wisata Mangrove Sawojajar

3. Wisata Mangrove Desa Randusanga Kulon


Wisata ekosistem mangrove di Desa Randusanga Kulon berada di
Kecamatan Brebes. Objek wisata ini tidak jauh berbeda dengan objek wisata di
Desa Kaliwlingi (Pandansari) dan Desa Sawojajar, yaitu: adanya kawasan hutan
mangrove dan cara menuju lokasi hutan mangrove dengan menggunakan perahu.
Beberapa hal yang membedakannya yaitu: penamaan pada masing-masing lokasi
yang telah dikelola dan ditawarkan sebagai lokasi wisata, serta terdapat beberapa

Gambar 4.0 Peta Wisata Mangrove Randusanga


lokasi untuk memancing. Penamaan beberapa lokasi wisata di kawasan ini
tergolong unik, seperti: Pulau Hantu, Kawasan Kekuasaan Siluman Buaya Putih,
dan Pulau Tarzan. Sama seperti lokasi wisata di Desa Sawojajar, kawasan ini belum
banyak dikelola sebagai lokasi wisata. Lokasi yang telah dikelola sebagai tempat
wisata berada di Pulau Tarzan, seperti adanya dermaga perahu, tracking mangrove,
dan beberapa gazebo.

Gambar 5.0 Peta Pengunaan Lahan Kelurahan


kaliwingi Kecapatan brebes

Gambar 5.0 Peta Penggunaan lahan kelurahan


kaliwingi kecamatan brebes

Penggunaan lahan di Desa Kaliwlingi didominasi oleh tambak dengan total


luas 1.003,89 Ha atau presentase 64% dari keseluruhan luas wilayah.
Obyek wisata hutan mangrove Pandansari merupakan salah satu wisata
alam yang terdapat di Kecamatan Brebes tepatnya di Dukuh Pandansari Desa
Kaliwingi. Kawasan hutan mangrove memiliki luas lahan sekitar 200 hekter,
namun baru sekitar 80 hektar yang digunakan sebagai obyek wisata dan sudah
ditanami 2.260.000 batang mangrove dan jumlah terus bertambah. Untuk
mencapai hutang mangrove pengunjung diharuskan menyusuri sungai yang
tepiannya dipenuhi dengan pohon mangrove yang indah dengan perahu.
Perjalanan menggunakan perahu melewati muara sungai yang terhubung
langsung dengan laut menuju dermaga mangrove trail. Mangrove trail memiliki
panjang lebih dari 1 km yang dilengkapi dengan gardu pandang untuk melihat
panorama hutan mangrove dari ketinggian, selain itu terdapat spot foto menarik
seperti jembatan pink dan tugu ikan mudskipper. Selain hutan mangrove juga
terdapat pulau pasir yang terletak dilaut lepas berjarak sekitar 15 menit
perjalanan dari dermaga hutan mangrove menunggunakan perahu. Pulau pasir
dilengkapi dengan fasilitas payung besar dan dapat digunakan untuk istirahat.
Selain itu juga terdapat perahu kecil kapasitas 2 orang yang dapat digunakan
untuk bermain disekitar pulau pasir, sehingga pengunjung
dapatmerasakan sensasi terombang-ambing dilaut lepas.

Identifikasi penggunaan lahan dilakukan dengan melakukan digitasi


pada peta citra dengan acuan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Brebes Tahun 2010-2030 serta melakukan survei lapangan. Berdasarkan hasil
penelitian maka didapatkan data penggunaan lahan sebagai berikut:
Tabel 2.0 Penggunaan Lahan di Kelurahan Kaliwlingi
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas Wilayah (%)
Tanah Kosong 127,34 8,18
Hutan Lindung 72,14 4,63
Permukiman 97,83 6,29
Tambak 1.003,89 64,56
Taman Wisata 47,96 3,08
Persawahan 205,69 13,22
Jumlah 1.554,85 100%
Sumber : Albana 2017

Obyek wisata hutan mangrove dilengkapi dengan beberapa fasilitas


pendukung seperti warung para penjual makanan/minuman yang berada di dalam
maupun di luar obyek wisata, tempat parkir motor dan mobil, toilet, mushola,
perahu pengangkut wisatawan, 3 dermaga tempat perahu bersandar untuk
mengangkut wistawan, toko souvenir, petunjuk arah sehingga wisatawan
mudah memperoleh informasi dan kebutuhan wisata, serta tempat duduk dan
gazebo disepanjang mangrove trail yang dapat digunakan pengunjung untuk
istirahat dan bersantai.
Wisata Hutan Mangrove Pandansari berada di pesisir pantai Laut Jawa
tepatnya terletak di Dukuh Pandansari DesaKaliwingi Kecamatan Brebes.
Pandansari adalah sebuah pedukuhan di Desa Kaliwingi dengan jarak 15 km
dari Alun-alun Brebes yang dapat ditemput dalam waktu kurang lebih 45 menit
menggunakan kendaraan pribadi dengan kecepatan rata-rata. Rute jalan menuju
obyek wisata hutan mangrove cukup mudah yaitu dari jalur Pantura terdapat
satu jalur utama yang mudah untuk diakses, jalan lebar dan mudah untuk dilalui
kendaraan roda 4 walaupun masih terdapat sebagian jalan yang rusak. Delman
merupakan satu-satunya angkutan umum yang dapat digunakan untuk menuju
ke lokasi obyek wisata hutan mangrove karena belum terdapat angkutan desa.
Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki potensi besar tentang wisata
alamnya. Perencanaan Mangrove Edutourism Center yang dapat memiliki peran
penting dalam pelestarian dan pembelajaran tentang ekosistem mangrove serta
penguatan tata kelola konservasi lokal dan mata pencahrian masyrakat yang
berkelanjutan, dan dapat menarik wisatawan untuk datang dan mendongkrak
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
Tabel 2.0 Pengunjung Mangrove Pandansari Tahun 2016-2018

Bulan Tahun 2017 Tahun 2018


Januari 11.796 28.219
Februari 13.859 9.092
Maret 14.703 9.225
April 16.507 10.885
Mei 12.885 8.738
Juni 24.875 43.805
Juli 29.630 24.380
Agustus 9.144 11.058
September 16.866 14.370
Oktober 15.875 10.195
November 13.938 10.403
Desember 28.995 18.365
Sumber : Pengelola Mangrove Pandansari 2019

Grafik Pengunjung Tahun 2017-2018 Mangrove Dusun


Pandansari
50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0

2017 2018

Sumber : Pengelola Mangrove Pandansari 2019


Grafik Pengunjung Tahun 2017-2018 Mangrove Dusun
Pandansari
50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0

2017 2018

Sumber : Pengelola Mangrove Pandansari 2019

1.3.3 Edutourism di Mangrove Pandansari Kabupaten Brebes


Brebes merupakan salah satu kabupaten yang belum memanfaatkan obyek
wisata yang bernilai hiburan dan Pendidikan. Obyek wisata yang ada di brebes
merupakan salah satu kearifan local yang perlu dilestarikan. Suhartin (2009)
menjelaskan kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai
kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat.
Pembangunan yang ada di Brebes cenderung monoton kearah pembangunan
pemerintahan dan sarana prasarana, sehingga kepedulian terhadap lingkungan
sekitar tidak dieksplorisai. Adanya mangrove edutourism center, yang menerapkan
pemanfaatan ekosistem lingkungan (alam) diharapkan dapat memberikan dampak
baik, bagi kepedulian masyarakat akan lingkungan sehingga tercipta Kawasan yang
produktif dan berwawasan lingkungan.
Konsep perancangan Mangrove Edutourism Center merupakan desain
bangunan dan Kawasan yang difungsikan sebagai tempat pembelajaran dan wisata
mangrove yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan alam sebagai daya
tarik perancanagan. Desa kaliwingi sendiri memiliki sebagian besar Kawasan
konservasi alam sebagai sumber penghidupannya dan masih ada 3 keunggulan
kearifan local di desa tersebut, yaitu kepiting soka,garam rebus, dan batik
mangrove. Yang dapat membantu dalam kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar
selain bergantung dengan kelestarian sumber daya yang dikelola, salah satunya
potensi mangrove.
1.3.4 Arsitektur Tektonika dalam Penerapan desain
Soerianegara (1987) mendefenisikan hutan mangrove sebagai hutan yang
terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri dari jenis-jenis pohon
Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa.
Penerapann Arsitektur Tektonika pada desain juga dipengaruhi oleh
kondisi tanah di Kawasan mangrove. Pemilihan system struktur harus
mempirtambangkan beberapa aspek yaitu jenis tanah, kondisi iklim, dan
kekuatan struktur.
Tektonika tidak semata menyajikan masalah estetika visual, tetapi harus
juga merupakan penyelesaian masalah teknis konstruksi sesuai dengan
karakteristik material yang digunakan. Tektonika juga merupakan ekspresi
pilihan yang dilakukan masyarakat, karena pemecahan masalah teknik dan
estetika memiliki spektrum yang luas, sehingga pilihan masyarakat menjadi
salah satu penentu perkembangan teknologi yang diterapkan dalam bangunan.
Kemampuan keterampilan masyarakat dalam teknologi ketukangan dan
material yang digunakan mempengaruhi bentuk detail tektonika yang
dihasilkan.Disislain sitem kepercayaan dan nilai budaya menjadi landasan filosofi
masyarakat dalam menciptakan sistem konstruksi/tektonika yang diciptakan.
Semua faktor ini bersama-sama menghasilkan bentuk arsitekturnya.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Permasalahan Umum
Bagaimana merancang Mangrove Edutorism Center yang berfungsi sebagai
Tempat Wisata dan edukasi dengan tujuan utama untuk agar pengunjung dan
masyarakat dapat memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung di obyek
wisata tersebut?
1.4.2 Permasalahan khusus
Bagaimana merancang Mangrove Edutorism Center yang berfungsi sebagai
Tempat Wisata dan edukasi bagi pengunjung serta masyarakat di Kabupaten
Brebes sesuai dengan pendekatan Tektonika Arsitektur?
1.5 Tujuan
Merancang Mangrove Edutourism Center di Kabupaten Brebes yang
berfungsi sebagai Tempat wisata bahari dan edukasi bagi pengunjung serta
masyarakat di kabupaten Brebes.
1.6 Sasaran
Merancang Mangrove Edutourism Center yang berfungsi sebagai Tempat
wisata dan edukasi bagi pengunjung serta masyarakat di kabupaten Brebes dengan
pendekatan Tektonika Arsitektur.
1.7 Lingkup Pembahasan
1.7.1 Non Arsitektur
a. Pengertian Mangrove Edutourism Center
b. Misi, fungsi dan tugas Mangrove Edutorism Center
c. Klasifikasi Mangrove Edutourism Center
d. Kajian Penelitian
e. Kajian Edutorism
f. Kajian Arsitektur
1.7.2 Arsitektur
a. Konseptual dalam Perancangan Mangrove Edutorism Center?
b. Aktivitas pengguna,kebutuhan ruang,dan standarisasi ruang
c. Bentuk bangunan, tampilan bangunan, pola tata massa dan material
bangunan dengan fungsi yang memadai dalam perancangan Mangrove
Edutorism Center
1.8 Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan saran, lingkup pembahasan, seistematika penulisan, dan keaslian
penulisan.

BAB 2. TINJAUN PUSTAKA


Bab ini berisi tinjauan dari beberapa referensi Mangrove Edutourism Center,
serta beberapa kutipan buku dan referensi yang berkaitan dengan judul dan pendekatan
. Bab ini menjelaskan pengertian judul dan konsep secara umum.

BAB 3. METODE PERANCANGAN


Bab ini menjelaskan tahap proses perancangan yang diusulkan dan tata cara
memperoleh data.

BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab ini menjelaskan tentang gambaran perencanaan, Antara lain Analisa site,
Analisis kelayakan site, dan gagasan perancangan.

BAB 5. KESIMPULAN
Bab ini menjelaskan tentang konsep dan perancangan Mangrove Edutourism Center.
1.9 Keaslian Penulisan
a) Nama : David Ardi Laksono, Diana Thamrin, Lucky Basuki
Universitas : Universitas Kristen Petra
Tahun : 2018
Judul TA : Implementasi kosep “Bound To Nature” Pada Perancangan
Interior Mangrove Edutourism Center di Surabaya.
Pendekatan : Bound To Nature
Perbedaan :
Perancangan Interior Mangrove Edutourism center di surabaya dengan
Implementasi konsep Bound To Nature pada Interior Mangrove Edu-
Tourism Centre di Surabaya ini diharapkan dapat mendukung terciptanya
sebuah wadah alternatif yang solutif dan berbeda dari perancangan.
Perancangan ini diyakini dapat memberikan program edukatif, rekreatif dan
interaktif dengan cara yang baru, mampu menarik masyarakat lokal maupun
dunia untuk datang dan menjadikannya tujuan destinasi yang baru,
merasakan lokal konten dari kawasan mangrove Pamurbaya dan
Pantarbaya. Serta berkesinambungan dengan konsep edu-tourism yakni
melestarikan lingkungan dan mensejahterahkan masyarakat daerah dan
UKM setempat.

b) Nama :Ulfa Intanpuatipana


Universitas :Universitas Teknologi Yogyakarta
Tahun :2018
Judul TA : Perancangan Mangrove Research Center di Kabupaten Kaimana
Papua Barat.
Pendekatan : Pendekatan Eko Arsitektur
Perbedaan :
Perancangan Pusat Penilitian Mangrove di Kawasan Konservasi Hutan
Mangrove kabupaten Kaimanan dirancang dengan menggunakan standar
perancangan dan penekanan pada konsep Eko Arsitektur.penerapan pada
Mangrove Research Center dirancang untuk meneliti tanaman mangrove
beserta biota air yang hidup didalamnya. Dengan pendekatan Ekologi
Arsitektur yang menerapkan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan
(alam) agar tercipta kepedulian masyarakat akan lingkungan sehingga
tercipta Kawasan kota produktif yang berwawasan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai