Nabilah Faza 1
Artikel Masuk :
Artikel Diterima :
Tersedia Online :
Abstrak. Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang
memiliki banyak sumber daya untuk dimanfaatkan, salah satunya ekosistem mangrove yang
memiliki banyak fungsi. Desa Karangsong memiliki daerah konservasi hutan mangrove yang
cukup luas kurang lebih sebesar 25 Ha. Disamping memiliki banyak fungsi, ekosistem
mangrove juga memiliki potensi mengalami kerusakan, salah satu penyebab paling besarnya
ialah manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan
masyarakat sekitar kawasan ekosistem mangrove, mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas masyarakat dan mendapatkan solusi penanggulangan dari dampak yang ditimbulkan.
Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Metode Penelitian
Mix Method. Berdasarkan penelitian, dari setiap aktivitas masyarakat yang ada di Desa
Karangsong menghasilkan limbah yang berpotensi merusak ekosistem mangrove sehingga
diperlukan adanya pengelolaan aktivitas yang ramah lingkungan berupa Reception Facilities
(RF), Silvofishery, Sub-Surface Constructed Wetland, dan Kegiatan Bersih Pantai.
Kata kunci: Aktivitas; Ekosistem Mangrove; Limbah
Abstract. The coastal area is a transitional area between land and sea which has many
resources to be utilized, one of which is the mangrove ecosystem which has many functions.
Karangsong Village has a mangrove forest conservation area that is quite extensive of
approximately 25 Ha. Besides having many functions, mangrove ecosystems also have the
potential to be damaged, one of the biggest causes is humans. This study aims to identify the
activities carried out by the community around the mangrove ecosystem area, find out the
impacts arising from community activities and get solutions for mitigating the impacts. In this
Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang masih
terkena pengaruh dari keduanya, melihat potensi tersebut wilayah pesisir merupakan wilayah
yang menjanjikan dengan banyaknya sumber daya yang dapat dimanfaatkan melalui banyak
cara salah satunya adalah melalui pariwisata khususnya wisata bahari, salah satu potensi yang
memiliki sumberdaya pesisir yang bisa dimanfaatkan sebagai wisata bahari yaitu ekosistem
mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang dominan di wilayah pesisir di
daerah ekuator (Adame dan Catherine, 2010), karena memiliki fungsi ekologis dan ekonomis
yang sangat penting salah satunya ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai daerah
pemijahan dan daerah pembesaran berbagai biota perairan, selain itu serasah mangrove yang
jatuh akan menjadi sumber pakan dalam lingkungan perairan setelah melalui proses
dekomposisi. Pemanfaatan sumber daya ekosistem mangrove oleh masyarakat lokal meliputi
manfaat langsung dan tidak langsung dari produk kayu mangrove serta manfaat ekosistem
mangrove. Selain itu, ekosistem mangrove memiliki manfaat potensial seperti area konservasi
dan mitigasi bencana di kawasan pesisir. Ekosistem mangrove di Karangsong sedikitnya
berfungsi melindungi area tambak dari abrasi seluas 100 ha. Sedangkan fauna perairan terdiri
dari dua tipe yakni fauna yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang
yang menempati substrat terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrate. Pantai
Karangsong terletak disebelah utara Kota Indramayu, Desa Karangsong.
Pantai Karangsong ini memiliki daerah konservasi hutan mangrove yang cukup luas
kurang lebih 25 Ha. Faktor penyebab kerusakan dan akar permasalahan yang cukup
kompleks. Namun inti dari semua permasalahan degradasi hutan mangrove disebabkan oleh
manusia dan perilakunya, dalam hal ini adalah masyarakat yang ada di
sekitarnya. Persepsi, dan partisipasi merupakan unsur perilaku manusia yang akan
mempengaruhi bagaimana seorang manusia bertindak. Guna menjamin fungsi ekosistem
hutan mangrove berjalan dengan baik bagi lingkungan secara keseluruhan di wilayah pesisir
Kabupaten Indramayu khususnya Desa Karangsong, maka sangat diperlukan suatu strategi
dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang efektif yang berlandaskan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, yaitu pengelolaan yang dilakukan secara
terpadu dan menyeluruh dari aspek-aspek lingkungan terkait yang mencakup aspek
ekologi, ekonomi dan sosial. Berdasarkan dampak aktivitas masyarakat terdahap
pengembangan ekosistem mangrove.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada di ekosistem mangrove Desa Karangsong,
judul penelitian yang diambil yaitu Dampak Aktivitas Masyarakat Desa Karangsong
Terhadap Ekosistem Mangrove, Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Indramayu. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini berjudul “Dampak
Aktivitas Masyarakat Desa Karangsong Terhadap Ekosistem Mangrove”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan
ekosistem mangrove, mengetahui dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat dan
mendapatkan solusi penanggulangan dari dampak yang ditimbulkan, dan merencanakan
strategi pengelolaan dampak aktivitas masyarakat berbasi lingkungan.
2
Keterangan :
Pij = Indeks Pencemaran bagi peruntukan
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuran
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan
air (Cij/Lij)M = Nilai Cij/Lij maksimum
(Cij/Lij)R = Nilai Cij/Lij rata-rata
Dari hasil analisis indeks pencemaran yang dilakukan di titik downstream kali
prajagumiwang ini didapatkan hasil PIj yakni 7,22 yang artinya dalam kriteria pencemaran
berdasarkan indeks IP ini bernilai 5,0 < 7,22 ≤ 10,0. Hal ini berarti pada titik ini termasuk ke
kriteria pencemaran Cemar Sedang.
Tabel 2. Perhitungan Indeks Pencemaran Titik Pantai Dekat Muara Sungai Prajagumiwang
Dari hasil analisis indeks pencemaran yang dilakukan di titik downstream kali
prajagumiwang ini didapatkan hasil PIj yakni 7,76 yang artinya dalam kriteria pencemaran
berdasarkan indeks IP ini bernilai 5,0 < 7,76 ≤ 10,0. Hal ini berarti pada titik ini termasuk ke
kriteria pencemaran Cemar Sedang.
1. Analisis Dampak Aktivitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Dari penelitian yang dilakukan, kondisi TPI saat ini belum memenuhi persyaratan seperti
yang termuat dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no 52A/KEPMEN-KP/2013
tentang Persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi,
pengolahan, dan pendistribusian. Hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Persyaratan TPI Karangsong
No Indikator Kondisi TPI
2 Mempunyai lantai kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran
+
pembuangan air yang mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higienis.
3 Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang
mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering +
sekali pakai.
4 Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan. +
7 Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan
-
diletakkan ditempat yang mudah dilihat dengan jelas
8 Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang cukup. +
9 Mempunyai wadah penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan mudah
+
dibersihkan.
Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah, Nida Nabilah Faza, 2022
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada kegiatan tempat pelelangan ikan di Desa
Karangsong ini didapatkan hasil bahwa dari kegiatan ini menghasilkan limbah berupa air
buangan hasil pembersihan lantai TPI setelah selesai aktivitas pelelangan. TPI Karangsong
ini belum mempunyai tempat penampungan limbah, sehingga limbah dari aktivitas
pelelangan langsung dibuang ke sungai. Selain limbah air buangan hasil pembersihan lantai,
ada juga limbah domestik berupa kardus dan plastik yang dibuang oleh nelayan kapal yang
sedang bersandar untuk bongkar muat hasil tangkapan ikan.
Akibat adanya pergerakan arus laut, limbah dari aktivitas di TPI ini terbawa arus yang
mengarah ke ekosistem mangrove dan laut lepas pada saat surut. Kemudian dari segi kualitas
air yang ada pada sungai di TPI Karangsong ini tergolong pada kriteria cemar sedang.
Sedangkan, kualitas air yang ada pada titik pantai dekat muara sungai prajagumiwang
tergolong pada kriteria cemar sedang juga. Walaupun kualitas air dari kedua titik tesebut
tergolong ke kriteria yang sama yaitu cemar sedang, akan tetapi ada beberapa parameter yang
perubahan dari titik downstream ke tiitk pantai dekat muara, parameter yang dimaksud adalah
Tembaga (Cu) dan Kadmium (Cd). Berikut merupakan tabel pengujian.
Tabel 4. Hasil Analisis Persyaratan TPI Karangsong
Hasil Pengujian
No Parameter Satuan
Downstream Muara
Kadmium
1 (Cd) mg/L 0,654 0,030
Tembaga
2 (Cu) mg/L 0,339 0,009
Hal tersebut diakibatkan oleh faktor tanaman mangrove yang berfungsi sebagai penyerap
bahan pencemar (environmental service), khususnya bahan – bahan organik. Adapun jenis
tanaman mangrove yang berperan besar dalam penyerapan parameter kimia tersebut adalah
jenis mangrove Avicennia Marina dan Rhizopora Mucronata. Bagian tumbuhan mangrove
yang paling banyak menyerap logam berat Cu dan Pb adalah akar. Akar berinteraksi secara
langsung dengan sedimen sehingga sangat memungkinkan baginya untuk mengakumulasi
logam berat dengan konsentrasi yang tinggi (Syarifah, 2013). Selain itu,diketahui bahwa A.
marina mampu mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang cukup besar terutama Pb,
sehingga keberadaan mangrove di sepanjang pesisir Karangsong perlu dipertahankan dan
ditambah areal nya (Samil, 2013).
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 1. Peta Areal Terdampak Aktivitas TPI Karangsong
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Eki selaku Kepala Sub. Bagian Perencaanaan
CV. Pancora Jaya, diketahui bahwa tidak ada dampak negatif dari aktivitas wisata Pantai
Mutiara Hijau terhadap ekosistem mangrove. Diantara keduanya justru terdapat hubungan
timbak balik, dimana keberadaan mangrove menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung
untuk mendatangi Pantai Mutiara Hijau, begitu pula sebaliknya. Adapun dalam aktivitas
wisata pantai tidak memanfaatkan sumberdaya dari mangrove Desa Karangsong, hanya saja
pernah ada kegiatan penanaman mangrove di Pantai Mutiara Hijau dan bibitnya berasal dari
Ekowisata Mangrove Desa Karangsong. Berdasarkan diskusi kelompok, dapat diketahui
bahwa Pantai Mutiara Hijau memberikan dampak negatif dan juga positif pada ekosistem
mangrove Desa Karangsong. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 3. Mangrove yang ditanam di bibir pantai
Melakukan pengelolaan
sampah yang dihasilkan Pengelolaan sampah bekerja sama dengan
c. (melalui bank sampah atau Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
fasilitas pengelola sampah Indramayu.
terdekat)
Melakukan monitoring dan evaluasi Tidak ada monitoring dan evaluasi terkait
3
terhadap pengelolaan sampah pengelolaan sampah.
Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah, Nida Nabilah
Faza, 2022
Arus laut ketika surut mengarah dari laut lepas ke utara. Oleh karena itu, ketika air laut
surut maka kemungkinan sampah yang berada di Pantai Mutiara Hijau dapat terseret ke arah
utara, dimana terdapat ekosistem Mangrove disana. Akan tetapi, antara area laut Pantai
Mutiara Hijau dengan Ekosistem Mangrove dipisahkan oleh break water sepanjang kurang
lebih 300 meter. Dengan demikian, sebetulnya kemungkinan besar bahwa kalaupun memang
ada sampah dari area pantai, tidak akan langsung mencemari ekosistem mangrove. Sebab
perlu waktu yang cukup lama untuk sampah tersebut sampai di lokasi Ekowisata Mangrove
Karangsong, bila mengingat keberadaan dari break water itu sendiri. Untuk gambaran lebih
lanjut mengenai area terdampak dari aktivitas Pantai Mutiara Hijau, dapat dilihat pada
Gambar 4.
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 4. Peta Perkiraan Area Terdampak Wisata Pantai Mutiara Hijau
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 5. Beberapa sampah an-organik yang ditemukan di sekitar area pantai
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 6. Peta Ekowista Mangrove desa Karangsong
Selain itu ada dampak positif dari ekosistem mangrove terhadap tambak ikan adalah
menurunnya jumlah ikan yang stress dan mati karena kenaikan suhu air laut dikarenkan
biasanya wilayah pesisir umumnya panas karena pada siang hari terjadi angin laut sehingga
dari tanaman mangrove menghasilkan banyak oksigen yang membuat udara di sekitarnya
menjadi sejuk. Berikut merupakan peta areal terdampak dari kegiatan tambak ikan.
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 7. Peta Areal Terdampak Tambak Ikan Desa Karangsong
Sumber: Adhyasta Firdaus, Ali Lapariman Sulaiman, Luthfiyyah Nurjaman, Hana Diaz Amirah,
Nida Nabilah Faza, 2022
Gambar 8. Peta Areal Terdampak Galangan Kapal Desa Karangsong
Daftar Pustaka
Creswell, J. w. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and. Mixed Method Approaches. Oxford University
Gumilar, I. (2012). Partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove berkelanjutan di Kabupaten
Indramayu. Jurnal Akuatika, 3(2).
Oni, O., Kusmana, C., & Basuni, S. (2019). Success story rehabilitasi ekosistem mangrove di Pantai Karangsong Kabupaten
Indramayu. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
Management), 9(3), 787-796.
Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Peraturan Presiden No. 121 Tahun 2012 Tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Prihadi, D. J., Riyantini, I. R., & Ismail, M. R. (2018). Pengelolaan kondisi ekosistem mangrove dan daya dukung
lingkungan kawasan wisata bahari mangrove di Karangsong Indramayu. Jurnal kelautan nasional, 13(1), 53-64.
Purnamasari, R., Suprapto, D., & Purwanti, F. (2015). Pengembangan Ekowisata Mangrove Desa Karangsong, Kabupaten
Indramayu. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 4(4), 146-154.
Tufliha, A. R., Putra, D. M., Amara, D. M., Santika, R. M., Oktavian, S. M., & Kelana, P. P. (2019). Kondisi Ekosistem
Mangrove di Kawasan Ekowisata Karangsong Kabupaten Indramayu. Akuatika Indonesia, 4(1), 11-16.