Anda di halaman 1dari 4

KONSERVASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI EKOWISATA,WISATA

PENDIDIKAN,DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PERSISIR DALAM


PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE.
Edi Mulyadi 1) , Okik Hendriyanto 2) , Nur Fitriani 3)
1) dan 2) Staf pengajar, 3) Alumni 3)

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN “Veteran“ jawa Timur


Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, 60294.
Tri Wijayanti
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Kampus UPN,
Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294
Iwang Gumilar
Staf Pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Kampus FPIK,
Jatinangor UBR 40600 Jawa Barat

ABSTRAK
Dampak dari peningkatan pembangunan fasilitas dan saran utilitas di suatu daerah berdampak pada
berkurangnya ruang hijau terbuka atau hutan pada daerah tersebut. Untuk menindak lanjuti berkurangnya
Ruang Terbuka Hijau maka perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun
strategi pengembangan dan pengolahan hutan mangrove dan menerapkannya dengan konsep ekowisata,
dan pendidikan.Selain itu, peran masyarakat juga sangat penting dalam target yang akan dituju pada
penelitian ini. Metode penelitian secara umum yang digunakan adalah metode studi kasus. Variabel yang
diteliti meliputi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem hutan mangrove.
Pengumpulan data menggunakan metode observasi (pengamatan) langsung, kuisioner penelitian dan
metode dokumentasi sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis korelatif dan analisis SWOT.

PENDAHULUAN
Akibat dari kegiatan manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan pola pembangunan membuat
lahan hijau di daerah semakin hari semakin sedikit.Pola pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan
menjadikan ekosistem hutan seperti hutan mangrove menjadi terancam.Tak hanya itu, pola pembangunan
di suatu daerah yang cepat juga mengancam ekosistem hutan mangrove yang ada.
Terancamnya keberadaan hutan mangrove yang ada pada suatu daerah juga disebabkan oleh
adanya desakan kepentingan kawasan industri, pemukiman, dan juga budaya perikanan air payau. Hal ini
dipicu oleh belum ditetapkannya Rencana Tata Ruang Wilayah Regional Pesisir Pantai (Kompas, 2004).
Saat ini, konsep ekowisata sangat populer terdengar di masyarakat. (Anonim, 2000). Ekowisata
adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Dengan diterapkannya
konsep ekowisata, diharapkan dapat menjadikan kawasan hutan mangrove yang ada disuatu daerah bisa
dilestarikan.
Guna menjamin fungsi ekosistem hutan mangrove berjalan dengan baik bagi lingkungan
secara keseluruhan di wilayah daerah setempat, maka sangat diperlukan suatu strategi kebijakan
pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang efektif yang berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan
lingkungan secara berkelanjutan.

Berdasarkan permasalahan yang ada diperlukan suatu solusi untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Peran serta masyarakat, pemerintah dan pendidikan sangat diperlukan. Potensi yang ada didalam
ekosistem hutan mangrove sangat banyak yang dapat digali. Salah satu hal yang dapat dikembangkan
yaitu merehabilitasi hutan mangrove melalui konsep wisata dan pendidikan

METODE PENELITIAN
Metode penelitian secara umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus (case study). Hal yang diteliti dalam penelitian sosial budaya masyarakat ini yang ada di
sekitar hutan mangrove di suatu daerah kawasan meliputi persepsi dan partisipasi masyarakat
dalam pelestarian ekosistem hutan mangrove yang ada di wilayah pesisir Indramayu. Ada
beberapa variabel juga yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain aspek teknis, aspek sosial dan
aspek kelembagaan yang mempengaruhi pengelolaan hutan mangrove.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan diakibatkan
karena pertambahan penduduk yang semakin cepat dan luas kawasan yang terbangun. Dengan
menipisnya kawasan hutan mangrove mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang ada pada
kawasan tersebut.Permasalahan lainnya terdapat pada kehendak manusia yang berkeinginan untuk
mengkonvensi lahan hutan yang ada menjadi areal pengembangan perumahan, industri, serta
pertambangan. Pertambahan penduduk yang demikian cepat dan luas kawasan yang terbangun terutama
di kawasan hutan mangrove mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber
daya alam secara berlebihan yang menjadikan areal kawasan hutan mangrove menjadi tak seimbang.
Ada beberapa kriteria pernyataan dari masyarakat terkait pengelolaan hutan mangrove antara
lain
1. Kerusakan wilayah pesisir karena faktor alam
2. Kerusakan wilayah pesisir lebih karena perbuatan manusia
3. Kerusakan hutan mangrove karena abrasi dan kepentingan ekonomi
4. Mangrove memiliki manfaat penting bagi lingkungan pesisir
5. Mangrove memiliki manfaat penting bagi kegiatan tambak
6. Pengelolan hutan mangrove tanggung jawab bersama
7. Penegakan hukum lingkungan dinilai sudah cukup memadai
8. Partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan meningkat
9. Perusahaan lokal berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan
10. Pemda sudah menjalankan tugas pengelolaan lingkungan dengan baik

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di masyarakat, terdapat beberapa aspek yang berpotensi
dapat merusak lingkungan hutan mangrove, yaitu peralihan guna areal hutan mangrove menjadi tambak
dan pemukiman, terjadinya pencemaran akibat penumpukan sampah limbah khususnya sampah plastik,
dan juga terjadinya penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat kawasan hutan mangrove dan
fauna yang berada di area kawasan hutan mangrove.

KESIMPULAN
Dengan melihat 3 aspek yaitu, aspek teknik, aspek sosial, dan aspek kelembagaan, konsep
ekowisata akan berhasil jika dilakukan konservasi hutan mangrove serta adanya dukungan dari
Pemerintah, Peraturan Undang-undang, peran serta masyarakat, dan Partisipasi BLH dan kalangan
Perguruan Tinggi. Konsep wisata akan berhasil diterapkan mengingat ekowisata yang sangat populer di
masyarakat serta dukungan dari masyarakat setempat, wisata pendidikan akan berhasil jika dilakukan
penanaman pada area hutan mangrove.

DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D., 1989, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat Penelitian Kependudukan Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta
Anonim, 2003, Rencana Desain Tata Ruang Kota Surabaya, BAPPEKO, Surabaya
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, P., Sitepu, M., 2002, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut
Secara Terpadu, PT Pradnya Paramita, Jakarta
Indrawadi, 2006, Rehabilitasi Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat, URL:http://www.ubh.ac.id
Greenfield, T., 2002. Research Methods for Postgraduates. Oxford University Press Inc, New
York.
Khazali, M., Noor, Y., Suryadiputra, N., 1999, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, Wetlands
International Indonesia Programme, Jakarta
Kusmana, C., 1996. Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Jurusan Manajemen Hutan Fahutan
IPB. Media Konservasi Vol V. No 1 April 1996.
Kusmana, C., 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijayanti, T., Malviana, A., 2005, Upaya Penanganan Hutan Mangrove Pantai Timur Surabaya Melalui
Strategi Studi Visualisasi Obyek, Karya Ilmiah Mahasiswa Teknik Lingkungan UPN ”veteran” Jawa
Timur, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai