Anda di halaman 1dari 3

Hamdan Yuwafi

206000101111002
Analisis Aspek-aspek Ekologi dalam Pengelolaan Lingkungan
Studi Kasus Wilayah Pesisir Malang Selatan

Kehidupan umat manusia ditopang oleh jasa lingkungan seperti air, udara, pangan,
berbagai hasil laut, hasil hutan dan tambang yang memungkinkan manusia untuk terus
tumbuh dan berkembang, lebih lanjut lagi diperlukan jasa lingkungan dari sumberdaya alam
yang cukup dan berkualitas agar kehidupan manusia dapat terus berlangsung 1. Kondisi yang
demikian ini mengharuskan manusia agar mampu mengelola lingkungan dan sumberdaya
alam yang telah tersedia dengan baik dan bijak sehingga keberlanjutan dan ketersediaan
jasa lingkungan yang ada tetap dapat dinikmati dan memenuhi kebutuhan manusia.
Menurut UU Nomor 23 tahun 1997 dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup
merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Berbagai kegiatan manusia baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
ataupun kegiatan yang berbentuk lain pastinya akan memberikan dampak kepada
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Purnameni (2014) 2
manusia selalu berusaha memaksimalkan segala perwujudan keinginannya dan seringkali
dengan cara yang secepat-cepatnya sehingga mengorbankan kepentingan lingkungan
hidupnya. Prinsip pengelolaan lingkungan hidup perlu untuk diterapkan agar tercapainya
lingkungan yang lestari dan pemenuhan kebutuhan manusia dapat terwujud. Prinsip
pengelolaan lingkungan tersebut dapat dilakukan melalui empat indikator POAC 3: (1)
Planning atau perencanaan yang disusun dalam rangka pengelolaan lingkungan secara
terpadu; (2) Organizing atau pengorganisasian yang merupakan pengelolaan lingkungan
secara terpadu secara efektif dan efisien dengan masing-masing piak yang terlibat
menjalankan tugas dengan baik dan bertanggungjawab; (3) Actuating atau pelaksanaan
program-program yang telah dirancang harus menunjukkan adanya optimatisasi
pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan; (4) Controlling yang merupakan
pengawasan pada berbagai kegiatan yang dilakukan.

Pembahasan
Kabupaten Malang merupakan Kabupaten terluas ketiga di Pulau Jawa setelah
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sukabumi (Provinsi Jawa Barat). Berada di tengah
sebelah selatan Provinsi Jawa Timur dengan luas 3.534,86 km 2, terbagi atas 2.977,05 km2

1
Darwina Widjajanti, dkk. 2014. Pengantar Pemahaman Penddikan Konsumsi Berkelanjutan di Indonesia.
Yayasan Pembangunan Berkelanjutan dan UNEP: Jakarta
2
Hartuti Purnaweni. 2014. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Kendeng Utara Privinsi Jawa Tengah.
Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 12. No. 1
3
Ibid., hal 55
daratan dan 557,81 km2 lautan sehingga menjadikan Kabupaten Malang memiliki bentang
laut terluas di Jawa Timur dengan garis pantai sepanjang 102,62 km (4). Berbagai macam
potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Malang ini terutama potensi sumberdaya alam
pesisirnya sangatlah besar sehingga perlu dikelola dengan baik dan terencana. Di sisi lain,
potensi yang ada juga menimbulkan berbagai macam konflik kepentingan dari berbagai
pihak yang ada, misalkan konflik kepentingan antara pembangunan, ekonomi dan juga
ekologi atau kelestarian lingkungan.
Konflik kepentingan ini melibatkan masyarakat sekitar yang memang secara
keseharian memanfaatkan sumberdaya alam sekitar untuk kebutuhan mereka ada juga
wisatawan yang turut berperan dalam perubahan lingkungan yang ada. Menurut Harahab
dan Setiawan (2017)5 sumberdaya alam merupakan aset penting suatu negara dalam
melaksanakan pembangunan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa
(wealth of nation). Kemudian Zamdial, dkk., (2017)6 juga menjelaskan bahwa pemanfaatan
potensi wilayah pesisir menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dari waktu ke waktu,
baik oleh masyarakat maupun untuk kepentingan pembangunan. Terkadang pemanfaatan
potensi di wilayah pesisir tidak lagi sesuai dengan daya dukung dan azas pemanfaatan
secara optimal dan berkelanjutan yang pada prinsipnya berkaitan erat dengan faktor
ekologis, ekonomi dan sosial yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Timbulnya masalah dalam pengelolaan dan pemanfaatan daerah pesisir antara lain karena
ketiga faktor tersebut tidak berjalan secara serasi dan seimbang.
Beberapa contoh dari persoalan di wilayah pesisir pantai Malang Selatan adalah
pemanfaatan hutan magrove oleh masyarakat pesisir, pembangunan wisata yang kurang
menerapkan pembangunan berkelanjutan, serta adanya aktivitas nelayan yang
mempengaruhi kelestarian lingkungan. Pemanfaatan hutan mangrove ini dilakukan dengan
cara penebangan kawasan hutan mangrove yang nantinya akan dialihfungsikan menjadi
lahan pertanian dan perkebunan, sedangkan pohon mangrove dimanfaatkan untuk
kebutuhan kayu bakar. Kegiatan ini tentunya kurang memperhatikan aspek ekologis dari
manfaat adanya mangrove untuk kawasan pesisir. Menurut Ridhoi, dkk,. (2020) 7 hutan
mangrove yang terletak di Pantai Clungup, Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang mengalami kerusakan seluas 81 ha akibat eksploitasi yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar karena alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan pertanian oleh
masyarakat sekitar. Dijelaskan pula bahwa dampak yang ditimbulkan karena kerusakan
mangrove ini adalah terjadinya abrasi, berkurangnya biota laut, berkurangnya dataran di
pesisir pantai dan kerusakan ekosistem pantai.

4
Pemerintah Kabupaten Malang. 2018. Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Malang Tahun 2016-2021
5
Nuddin Harahab dan Setiawan. 2017. Indeks Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Kabupaten Malang. Journal
of Economic and Sicial of Fisheries and Marine. Vol.4. No.2
6
Zamdial, dkk. 2017. Studi Identifikasi Wilayah Pesisir di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Jurnal
Enggano. Vol.2. No.2
7
Ronal Ridhoi, dkk. 2020. Potensi Edutourism di Pesisir Selatan Malang, Jawa Timur. Malang: Naila Pustaka
Sebagai contoh kasus lain adalah rusaknya ekosistem terumbu karang akibat
aktivitas manusia, seperti aktivtas transportasi nelayan, pariwisata ataupun juga adanya
limbah rumah tangga yang dibuang ke laut sehingga mempengaruhi kondisi ekosistem
karang. Padatnya aktivitas masyarakat harus juga mempertimbangkan dan memperhatikan
kepentingan ekologis agar tercapai keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan kelestarian
ekologi. Berdasarkan penelitian oleh Luthfi, dkk., (2017) 8 bahwa kesehatan terumbu karang
yang ada di perairan Selat Sempu telah mengalami kerusakan yang diketahui dari rendahnya
tutupan karang hidup, tutupan karang non living seperti rock, rubble dan sand yang
mendominasi substrat tumbuh karang yang dikarenakan aktivitas antropogenik dan aktivitas
pelabuhan yang kurang baik untuk terumbu karang. Pada penelitian lain oleh Wibawa dan
Luthfi (2017)9 perairan Selat Sempu yang terletak di Kabupaten Malang diketahui berada
pada kondisi tertekan secara alamiah karena faktor anthropogenic, yang meliputi
pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara, kegiatan masyarakat sekitar, dan aktivitas
pariwisata yang tidak dikelola secara terpadu.
Kekayaan wilayah pesisir pantai juga dapat dilihat dari hasil penangkapan ikan oleh
nelayan yang kemudian memunculkan indutri perikanan. Salah satu tempat pelelangan ikan
terbesar dan terbaik di Jawa Timur terletak di wilayah pantai Sendang Biru. Menurut Ridhoi
(2020) salah satu daerah penghasil tuna terbesar di Jawa Timur adalah wilayah Sendang Biru
di Kabupaten Malang dan juga merupakan wilayah perikanan paling utama di Jawa Timur
dengan ikan yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi dan unggul. Kondisi yang demikian
ini menunjukkan adanya aktivitas nelayan yang padat dan tidak menutup kemungkinan akan
menyebabkan terganggungnya ekosistem pesisir apabila prinsip pengelolaan lingkungan
diabaikan.

8
Oktiyas Muzaky Luthfi, dkk. 2017. Pemantauan Kondisi Substrat Menggunakan Metode Reef Check di
Perairan Selat Sempu, Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. Vol.6. No.1
9
I Gusti Ngurah Artha Wibawa dan Oktiyas Muzaky Luthfi. 2017. Kualitas Air pada Ekosistem Terumbu Karang
di Selat Sempu, Sendang Biru, Malang. Jurnal Segara. Vol.13. No.1

Anda mungkin juga menyukai