Anda di halaman 1dari 27

PENDEKATAN SISTEN SOSIO EKOLOGI DALAM PEMETAAN WILAYAH PESISIR DAN

LAUT

Disusun oleh :

AGROWISATA BAHARI

POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI

TUAL 2023
Analisis Sistem Sosio-Ekologi Dalam Pemetaan Wilayah Pesisir dan Laut

Penyusun

Flame Angelfish Teams

Abstrak

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sebagian besar berada pada wilayah pesisir dan laut. Sebagai salah satu pul
au dalam gugusan kepulauan kei kecil maka Desa Ngilngof berada disebalah barat kepulauan kei kecil. Pemanfaatan wil
ayah pesisr dan laut di desa ngilngof berfokus pada pariwisata dan perikanan, Pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lau
t desa Ngilngof berkaitan erat dengan system masyarakat didesa dalam kaitannya dengan penggunaan sumberdaya alam
pesisir dan laut untuk tujuan ekonomi. Sebagai desa pesisir yang rentan terhadap perubahan ekosistem dan konflik tatagu
na lahan diwilayah pesisir maka perlu adanya pendekatan sosio-ekologi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Des
a wisata Ngilngof belum memiliki suatu skema dalam pengelolaan pesisir dan laut berbasis sosial ekologi sehingga pema
nfaatan ruang wilayah pesisir dan laut dapat berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mendesain pemanfaatan ruang K
awasan desa Ngilngof berbasis Sosio-ekologi secara berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret – Agust
us 2023. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendekatan SES dan Coastal Livelihood Analysis.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

Abstrac

Most of the Southeast Maluku Regency area is in the coastal and marine areas. As one of the islands in the Kei K
ecil Islands, Ngilngof Village is located to the west of the Kei Kecil Islands. The use of coastal and marine areas in Ngiln
gof village focuses on tourism and fisheries. The spatial use of coastal and marine areas in Ngilngof village is closely rel
ated to the community system in the village in relation to the use of coastal and marine natural resources for economic p
urposes. As a coastal village that is vulnerable to changes in ecosystems and land use conflicts in coastal areas, it is neces
sary to have a socio-ecological approach in managing coastal and marine areas. The Ngilngof tourism village does not ye
t have a scheme for managing coastal and marine areas based on socio-ecology so that the spatial use of coastal and mari
ne areas can be sustainable. The purpose of this research is to design a sustainable Socio-ecological based utilization of t
he space in the Ngilngof village area. This research was conducted from March to August 2023. The analysis used in this
study was the analysis of the SES approach and the Coastal Livelihood Analysis. The results of this study indicate that
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir atau wilayah pantai dan lautan adalah suatu kawasan yang sangat strategis baik ditinjau dari segi ekol
ogi, sosial budaya,dan ekonomi. Hal tersebut dapat dipahami karena sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami wila
yah pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh industri di pesisir dengan memberikan kontribusi sebesar 20,06
% terhadap devisa Negara. Disamping itu wilayah pesisir Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 kmmemiliki h
abitat/ekosistem yang produktif serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu ekosistem terumbu karang, ekos
istem mangrove, ekosistem estuaria dan ekosistem padang lamun.Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, maka wila
yah pantai juga telah mengalami tekanan yang cukup berat, dan secara signifikan telah terjadi eskalasi degradasi kawasa
n pesisir yang cukup memprihatinkan. Kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan pesisir antara lain ditandai de
ngan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove, terumbu karang, dan padang lamun), perubahan garis pantai yang diak
ibatkan oleh abrasi dan erosi serta pencemaran lingkungan. Meningkatnya secara nyata degradasi wilayah pesisir tersebu
t, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas serta sebaran dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia secar
a langsung maupun tidak langsung telah mengancam keberlanjutan fungsi-fungsi wilayah pesisir dalam menopang Pemb
angunan yang berkelanjutan.Selain memiliki potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang beragam dan bern
ilai strategis, wilayah pesisir juga sangat rentan terhadap ancaman bencana alam dan dampak dari perubahan iklim. (Ano
nimus 2013).

Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, dimana kawasan ini memiliki nilai strategis berup
a potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Sumberdaya alam diharapkan dap
at mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga sumberdaya alam tersebut dikelola dengan baik untuk meng
hindari terjadinya krisis lingkungan hidup. Sumberdaya hayati di wilayah pesisir berupa organisme hewan dan tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan yang ada di kawasan pesisir pantai, yang sekilas hanya merupakan semak belukar yang tidak terawat
dan tidak berfungsi jarang sekali diperhatikan. Kawasan pantai yang ditumbuhi jenis tumbuhan tersebut dikenal sebagai
hutan mangrove (Romimohtarto & Juwana, 1999 dalam Marpaung, 2013).Menurut Onrizal, dkk, (2009) bahwa hutan ma
ngrove berperan penting bagi perikanan laut, yakni sebagai tempat pemijahan (spawning), pengasuhan (nursery), dan pe
mbesaran atau mencari makan (feeding). Bengen (2004) dalam Taqwa (2010) menambahkan bahwa hutan mangrove mer
upakan penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok.Guguran d
aun, biji, batang dan bagian lainnya dari mangrove sering disebut serasah. Mangrove mempunyai peran penting bagi eko
logi yang didasarkan atas produktivitas primernya dan produksi bahan organik yang berupa serasah, dimana bahan organ
ik ini merupakan dasar rantai makanan.

Pemanfaatan sumberdaya laut baik di pesisir, di permukaan air, di kolong maupun di bawah laut sudah berlangsung s
ejak dahulu kala, bahkan ketika ummat manusia belum mengenal peradaban maju seperti saat ini. Laut dimanfaatkan ole
h manusia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhannya. Laut menjadi sumber pangan bagi manusia dan sekaligus menj
adi penghubung antara satu daratan dengan daratan lainnya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kawasan yang palin
g dominan disenangi oleh manusia untuk bermukim pada awalnya juga adalah pinggir laut. Tidak heran jika kota-kota be
sar di dunia bahkan di Nusantara pada umumnya berada di pinggir laut. Kondisi ini menyebabkan jumlah populasi manu
sia terbanyak juga cenderung berada di pemukiman dekat laut.Manfaat yang diperoleh manusia dari laut di antaranya ma
nfaat dari segi pangan. Laut memberikan ikan dalam berbagai jenis dan ukuran yang dapat ditangkap oleh manusia sesua
i dengan alat yang dipergunakannya. Selain ikan, laut juga menyediakan udang, kepiting, kerang-kerangan, dan berbagai
spesies yang bisa dikonsumsi. Laut juga menyediakan bahan pangan dari tumbuhan laut yakni rumput laut, alga dan ang
gur laut. Bahan pangan tersebut ada yang bisa langsung dikonsumsi oleh manusia, ada pula yang dikonsumsi dalam berb
agai bentuk olahan.Agussalim, S.Pi, M.Si (Trainer Bidang Konservasi Perairan)

Indonesia sebagai negara yang kepulauan yang sangat luas memiliki wilayah pesisir serta keberadaan pulau-pulau
kecil yang membentang luas dan tersebar di seluruh penjuru. Hal ini tentu berbanding lurus dengan potensi yang dimiliki
nya untuk dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka
pengelolaan terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu diatur pengelolaannya.

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pula
u-Pulau Kecil yang dinilai strategis untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan pula
u-pulau kecil serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dil
ansir dari penjelasan Undang-Undang tersebut, dikatakan bahwa dalam pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 27 Tah
un 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil belum memberikan hasil yang optimal. Pemerintah
kemudian melakukan perubahan pada Undang-Undang tersebut dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pu
lau Kecil sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat.

Definisi dari Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2
014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pul
au Kecil adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir d
an pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan lau
t, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kepulauan Kei Kecil merupakan salah satu Kepulauan di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Kepulaua
n ini terletak pada 5° 33' ± 5° 53' LS dan 132° 32' ± 132° 47' BT. Adapun batas-batas Kepulauan Kei Kecil sebagai berik
ut :Sebelah Utara : Kecamatan Dullah Selatan dan Laut Banda, Sebelah Selatan : Kecamatan Kei Kecil Barat dan Kei Ke
cil Timur, Sebelah Timur : Kecamatan Kei Kecil Timur Selat Rosenberg, Sebelah Barat : Kecamatan. Kei Kecil Barat da
n Selat Tayando (Kabupaten Maluku Tenggara Dalam Angka, 2015). Masyarakat di Kepulauan Kei Kecil mendiami wila
yah darat dan sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Perairan laut di daerah Kei Kecil memiliki sumberdaya ya
ng melimpah, dengan berbagai jenis ikan dan sumberdaya laut lainnya. Sebagian masyarakat di Kepulauan Kei Kecil me
lakukan kegiatan melaut untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk
dijual. Sesuai data statisitik Kabupaten Maluku Tenggara, Kepulauan Kecil Kecil yang terdiri dari Kecamatan Kei Kecil,
Kecamatan Kei Kecil Timur dan Kei Kecil Barat mempunyai luas perairan sebesar 66 % dibandingan luas daratan. Kond
isi ini didukung dengan jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 2.104, jumlah nelayan sebanyak 2.622 orang, pembudi
daya sebanyak 1.317 orang, pengolah sebanyak 361 orang dan pemasar sebanyak 533 orang (Badan Pusat Statistik Kabu
paten Maluku Tenggara, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi tentang tata kelola dalam pe
manfaatan sumberdaya perikanan di dan di sekitar Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KKP3
K). terhadap KKP3K dari area penangkapan ikan sangat tinggi dengan cara yaitu budidaya mutiara,penempatan bagan, b
udidaya rumput laut, penangkapan ikan dan spesies lain seperti teripang, lola, lobster dan udang. Kegiatan bameti dan ba
lobe seringkali dilakukan oleh masyarakat pesisir Kei Kecil dan menjadi aktivitas turun temurun.

Berdasarkan data BPS 2022 menyatakan bahwa wilaya desa ngilngof yang terletak di pesisir timur kei kecil Memanf
aatkan wilayah pesisir dan laut untuk berbagai aktifitas salah satunya adalah pariwisata. Kehidupan masyarakat di desa
Ngilngof secara mendasar mempunyai hubungan yang erat dengan dinamika yang terjadi di wilayah pesisir. Hubungan a
ntara masyarakat Desa ngilngof dengan lingkungan laut bukan hanya sebagai tempat mencari makanan tetapi juga sebag
ai tempat untuk membuka usaha dengan memanfaatkan wilaya pesisir tersebut.

1.2. Pemasalahan

Berdasarkan Latar belakang diatas dapat di ketahui bahwa desa wisata Ngilngof Mempunyai wilayah pesisir yang sa
ngat luas, tetapi belum ada desain pemanfaatan ruang kawasan pesisir desa ngilngof SES Secara terpadu.

1.3. Tujuan

Berdasarkan latarbelakang diatas maka diketahui bahwa tujuan dari peneltiian ini adalah untuk mendesain pemanfaat
an ruang kawasan pesisir desa Ngilngof berbasis sistem sosio-ekologi secara terpadu.
Bab II

Tinjau Pusataka

1.Pengelolaan wilayah pesisir terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir terpadu (PWPT) secara internasional dikenal dengan istilah integrated coastal zone
managemen (ICZM) pertama kali dikemukakan pada konverensi pesisir dunia (world Converence of coast ) yang digelar
pada tahun 1993 dibelanda,konsep pengelolaan wilayah pesisir menyediakan suatu kerangka perencanaan dan pengelola
an yang tepat dalam menaklukkan berbagai kendala dan permasalahan dalam pengelolaanwilayah pesisir,seperti adanya
pengaturan institusi yang terpecah-pecah birokrasi yang berorientasi pada satu sector,konflik kepentingan,kurangnya prio
ritas,kepestian hukum,minimnya pengetahuan kedudukan wilayah dan factor social lainnya,serta kurangnya informasi da
n sumber daya manusia(subandono et al 2009).konvevsi hukum laut internasional memberikan suatu dasar-dasar pengelo
laan laut di dunia konvevsi ini tidak hanya mengatur hak dari Negara-negara pantai,tetapi juga mengatur kewajiban dan t
ugas-tugas dari Negara-negara anggota dalam hal pengelolaan lautnya (cicin-sain dan knecht,1998).

Menurut yulianda et al(2010) keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir,ini mencakupi 4 a
spek yaitu:

1. keterpaduan wilayah/ekologi

Secara spasial dan ekologis,wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara lahan atas(daratan) dan laut.hal ini diseba
bkan karena wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan,dengan keterkaitan kawasan tersebut
maka pengelolaan kawasan pesisir tidak terlepas dari pengelolaan lingkungan yang dilakukan di kedua kawasan tersebut,
berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada kawasan pesisir merupakan akibat dari dampak yang ditimbulkan oleh ke
giatan pembanguna yang dilakukan dilahan atas,seperti pengeboran minyak lepas pantai dan pertambangan laut.

2. Keterpaduan antar sector

Sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumber daya alam di kawasan pesisir adalah banyaknya instansi
atau sector-sektor pelaku pengelolaan yang bergerak dalam pemanfaatan sumber daya pesisir,akibatnya seringkali terjadi
tumpang tindih pemanfaatan sumber daya alam di kaeasan pesisir dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan,
maka dalam perencnaan pengelolaan harus mengintegrasikan semua kepentingan sektoral.kegiatan suatau sector lain.ket
erpaduan sektoral ini meliputi keterpaduan secara horizontal (antar sector) dan keterpaduan secara vertical (dalam satu se
ctor).oleh karena itu penyusunan data ruang dan panduan pembangunan dikawasan pesisir sangat perlu dilakukan untuk
menghindari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan pengembangan lainnya.

3. Keterpaduan disiplin ilmu


Wilayah pesisir memiliki sifat dan karakteristik yang unik dank khas,baik sifat dan karakteristik ekosistem pesisir
maupun sifat dan karakteristik social budaya masyarakat pesisir.dinamika perairan pesisir yang khas tersebut
sehingga dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula seperti hidro-oseanografi,dinamika oseanografi,dan
sebagainya.selain itu kebutuhan akan disiplin ilmu lainnya juga penting,secara umum, keterpaduan disiplin ilmu
dalam pengelolaan ekosistem dan sumber daya pesisir adalah ilmu-ilmu
ekologi,oseanografi,teknik,ekonomi,hukum dan sosiologi.

4. Keterpaduan stakeholder

Segenap keterpaduan diatas akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan oleh pelaku dan
pengelola dikawasan pesisir.seperti diketahui bahwa pelaku pengelolaan sumber daya alam pesisir antara lain
terdiri dari pemerintah (pusat dan daerah),masyarakat pesisir,swasta/investor dan juga lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya alam
dikawasan pesisir.penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengakomodir segenap
kepentingan pelaku pengelolaan pesisir.

2.Sistem Ekologi Sosial

 Pengertian system ekologi social

Miriam Webster online dictionary (2004) mendefinisikan system akologi social (SES) sebagai sebuah
system ekologi yang berhubungan erat dan dipengaruhi oleh satu atau lebih system social.sebuah system ekologi
dapat secara bebas didefinisikan sebagai suatu system yang saling tergantung dari organisme atau unit biologis.
“social”berarti kecenderungan untuk membentuk hubungan kerja sama dan saling tergatung dengan orang lain
dari satu jenisnya.secara umum system social dapat dianggap sebagai system yang saling tergantung dari
organisme.dengan demikian kedua system social dan ekologi berisi unit-unit yang berinteraksi saling bergantung
dan msing-masing berisi subsistem interaktif juga.istilah (SES) digunakan untuk merujuk pada subset dari system
social dimana beberapa hubungan saling tergantung antara manusia yang dimediasi melalui interaksi dengan bio-
fisik dan unit biologi non manusia (Anderies et al,2004).istilah social ekologi system”SES” pertama kali
dipopulerkan pada tahun 1998 oleh buku yang ditulis Fikret Berkes dan Carl Folke sebab mereka ingin
menegaskan kebutuhan proporsi yang seimbang antara penelaahan dimensi social dan ekologi dalam proses
analisis penelitian,ketimbang penelaahan yang condong pada satu macam dimensi atau system saja (Berkes f dan
Folke c.1998).

 Komponen dan interaksi ekologi social.


Istilah system ekologi social (SES) yang menekankan pada konsep keterpaduan antara manusia dan alam dimana
system social dan ekologi saling terkait atau saling berhubungan dan terintegrasi (berkes dan folke,1998) SES
dikonsepkan sebagai sebuah jaringan yang dibatasi dan terdiri dari hubungan antara komponen individudan
system,SES dapat digambarkan melalui deskripsi komponen,hubungan jaringan,sifat hubungan dan keberadaan
batas (Hunt dab berkes,2003).sistem ekologi social adalah system yang dibentuk dari komponrn
biologi,geologi,dan fisika (bio-geo-fisik) serta beragam actor dan institusi social terkait dengan komponen-
komponen tersebut (berkes,f.colding,j.dan folke ,c.2203).sistem sosio ekologi sifatnya kompleks dan adaptif serta
dibatasi oleh ruang lingkup atau fungsi yang terhubung denga ekosistem dan konteks masalah tertentu
(glaser,m.krause,g. ratter,b.dan welp,m.2008)

 Pendekatan integrative

Dalam beberapa decade terakhir,titik temu antara ilmu pengetahuan social dan ilmu pengetahuan alam msih
sangat terbatas untuk membantu memahami system social ekologi,sebagaimana ekologi mainstream telah
mencoba mengecualikan unsur manusia dalam kajian ekologi,lingkungan alam juga telah dikesampingkan dalam
kajian pengetahuan social dimana lingkup analisis dibatasi hanya pada menusia (berkes f,colding j,dan folke
c.2003).umumnya kajian social masih terpusat dalam penyelidikan proses yang terjadi dalam rana social
saja,masih memperlakukan ekosistem hanya sebagai “kotak hitam” (berkes f,colding j,dan folke c.2000).keadaan
diatas berubah pada tahun 1970 dan 80-an ketika munculnya cabang-cabang keilmuan dibawah sains social yang
secara eksplisit mengikutsertakan lingkungan alam dalam pembingkaian masalah yang dikaji (berkes f,kolding
j,dan folke c.2003)
Bab III

Metodologi Penelitian

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di desa Ngilngof, Kecamatan Manyeuw, Kab. Maluku Tenggara. Desa Ngilngof terletak pada 50
39’26.2’’ S dan 132039’13.7’’E. Jumlah penduduk sebesar 1.321 jiwa menurut BPS Kabupaten Maluku Tenggara (2022), d
engan luas desa 655 Ha. Batas wilayah Ohoi Ngilngof adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Ohoililir


Sebelah Selatan berbatasan dengan ohoir Lairngangas
Sebelah Timur Berbatasan dengan ohoi Ngayub
Sebelah Barat Berbatasan dengan Laut Banda

Peta Desa Ngilngof

Gambar.1

Data

Data primer dan data sekunder

2.2. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh sumber data yang kemudian akan diolah dan
dianalisis. Dalam penelitian ini Teknik pengambilan data yang dilakukan meliputi:

1. Observasi
Observasi dilakukan untuk menjawab masalah dalam penelitian ini dengan mengetahui potensi dan
implemantasi zakat pertanian yang ada di Desa wisata Ngilngof.
2. Interview ( Wawancara)

Untuk memperoleh jawaban yang lebih luas dari informasi yang diberikan oleh informan. Dalam hal ini,
peneliti akan melalukan wawancara narasumber kunci. Teknik penentuan informan kunci dilakukan secara purp
osive sampling. Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian adalah wawancara mendalam (In Depth
Interview)

3. Studi Pustaka untuk mencari literatur yang relevan sesuai topik , kemudian mengkaji dan menyesuaikan topik.
Literatur yangdiperoleh didapat dari jurnal, buku, dan literatur relevan lainnya.
4. Kuisioner untuk mengumpulkan data dari responden yang relatif cepat dari Masyarakat.

Teknik Pengolahan Data

2.3. Teknik Analisa Data

Setelah berbagai data Yang terkumpul kami akan menganalisis Dengan menggunakan Analisis CSLA (Costal
lively Hood Analysis) ganalisisganalisis interaksi atau konektivitas dari hubungan sistematik fungsional. SES (Sistem
Ekologi sosial) yang memiliki Kerentanan hasil dari kondisi dan proses yang dipengaruhi dari bahaya yang berasal dari
alam, bencana tenolohi, atai kondisi ekstrem ternetntu , tata kelola. kegiatan yang dilakukan secara berstruktur dan
sistematis dalam menyusun, merencanakan, menganalisis, dan menetapkan perencanaan agar mencapai tujuan yang
ditetapkan , adaptasi penyesuaian diri yang dilakukan makhluk hidup terhadap lingkungannya sebagai bentuk
pertahanan diri.

Bab IV

Hasil Dan Pembahasan

4.1. Sistem Sosio Ekologi pada desa Ngilngof

4.1.1 Sistem Ekologi

Karakteristik Ekosistem Mangrove

Dilansir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, hutan mangrove adalah formasi tumbuhan daerah
litoral yang khas di pantai tropis dan sub tropis yang terlindungi. Tumbuhan pada hutan ini tumbuh pada tanah
lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Kawasan hutan
mangrove menjadi tempat persembunyian dan perkembangbiakan ikan dan berbagai hewan kecil di laut. Tidak
hanya itu, mangrove menjadi tempat singgah, sumber makanan, dan tempat tumbuh bagi hewan laut yang kecil.
Hutan magrove juga memiliki fungsi penting bagi lingkungan, yaitu sebagai peredam gelombang laut untuk
mencegah abrasi, peredam angin, serta sebagai penahan lumpur yang berasal dari daratan agar tidak mencemari
laut.
Tidak hanya menjadi desa wisata, keistimewaan Desa Ngilngof lainnya adalah memiliki hutan mangrove yang
masih asli. Masyarakat setempatnya pun masih sangat aktif dalam melakukan kegiatan konservasi mangrove.
Sehingga, wisatawan yang datang ke sana pun bisa turut mendapatkan edukasi lebih lanjut mengenai mangrove.
Kawasan mangrove ini berada di sekitar Pantai Yenroa dan masih menjadi habitat beraneka macam biota laut,
seperti ikan, kepiting, kerang dan siput. Dalam bahasa Kei sendiri, ‘yen’ berarti ‘kaki’, sementara ‘roa’ berarti
laut.

Menjaga kelestarian hutan mangrove ini merupakan sesuatu yang penting, mengingat saat ini banyak
wilayah pesisir, termasuk di Desa Ngilngof sendiri yang lahannya digunakan untuk perluasan jalan. Jika tidak
diawasi dengan baik,bisa-bisa lahan mangrove yang ada bisa ikut tergusur. Padahal, mangrove berperan penting
dalam menjaga kehidupan masyarakat pesisir, seperti misalnya menahan ombak. 

KARAKTERISTIK EKOSISTEM KARANG

Berdasarkan hasil wawancara yang kami ketahui dari narasumber(nelayan) menyatakan bahwa sebagian
besar karang yang hidup di desa ngilngof sekitar 70% yang masi terjaga dengan baik.
Jenis ikan karang yang ditemukan pada penelitian ini berasal dari famili Haemulidae, Chaetodontidae,
Achanturidae, Siganidae, Pomacentridae, Scaridae, Labridae, Lutjanidae, Balistidae, Serranidae &
Scaridae.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan menunjukkan kedalaman dari setiap stasiundengan
Gambar 2.4 Kondisi Kerapatan Jenis Mangrove Ohoiew
kedalaman terumbu karang yang bervariasi antara 3 sampai 6 meter, karena kondisi dasar laut yang berbentuk
continental shelf. Pengambilan data pada stasiun 1-4 hingga berbatasan dengan tubir. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Edward et al (2004), menyatakan bahwa kedalaman perairan yang berkisar 3,2-35,5meter masih layak
dijadikan lokasi wisata bahari.Menurut (Platong et al., 2000) menyatakan bahwa pada kedalaman yang dangkal
intensitas cahaya matahari dapat tembus lebih banyak kedalam kolom air dibandingkan dengan kedalaman
yang lebih dalam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan pada kedalaman <3meter ditemukan banyaknya
karang mati dan pecahan karang (rubble).

KARAKTERISTIK EKOSISTEM LAMUN


Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di desa ngilngof bahwa ekosistem lamun yang hidup
antara lain ; ymodocea serulata,cymodocea rotundata,thalasia hemprichii,halodule uninervis,halophila
ovhalis, dan enhalus acoraides.
padang lamun memiliki struktur rhizoma yang sangat luas dan kuat sehingga mampu menjaga stabilit
as sedimen dasar laut dan mencegah abrasi akibat arus dan gelombang laut.Selain itu lamun memiliki kemam
puan filtrasi yang bagus dan secara efisien dapat menjaga ekosistem terumbu karang dari masuknya sedimen
kearah laut.Padang lamun yang luas membentuk habitat bagi banyak organisme laut dan saling berinteraksi memben
tuk ekosistem padang lamun.

4.1.2 Sistem Sosial

Secara Etimologis kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, desa yang berarti tanah air, tanah asal, atau
tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a
country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang sudah
melekat, dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. salah satunya desa Ngilngof yang di
dalamnya memiliki kesatuan masyarakat dan memiliki asal dan adat yang sangat melekat kepada masyarakat
desa Ngilngof.
Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas – batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa
tersebut.
Desa Ngilngof adalah desa yang beradat nama desa Ngilngof di ambil dari Nama Woma El Valken kemudian
diberi nama ohoi ngilngof Jadi Ngil berasal dari nama Tanjung (Lair) Ngil dan Ngof dari kata Ngofang. desa Ngilngof
terletak di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara Kepulauan Kei dan memiliki wisata di dalamnya .
Desa Ngilngof di tetapkan sebagai Ohoi(Desa) tertua melalui peraturan Bupati Nomor 107 Tahun 2020.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1979 mengartikan desa : Desa adalah suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa Ngilngof memiliki luas + 22.370 Ha. Jumlah penduduk desa ngilngof sebanyak 1054 jiwa.

1. Ekonomi Masyarakat dan sektor


Adapun ekonomi kreatif adalah konsep pada era ekonomi b aru yang mengintensifikasikan informasi dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya pengetahuan. Ekonomi kreatif
merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke 21. Gelombang ekonomi baru ini
mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, Pendapatan dan
kesejahteraan, Tak Lengkap jika suatu desa wisata tidak memiliki produk ekonomi kreatif. Di Desa Wisata
Ngilngof sendiri mempunyai makanan khas yaitu Embal Pisang yang terbuat dari pisang masak yang dibalut
dengan tepung embal ( tepung yang terbuat dari singkong beracun yang telah diproses). Kasbi yang merupakan
makan khas Maluku terbuat dari singkong yang direbus menggunakan air santan kelapa.Untuk Karyanya, Desa
Wisata Ngilngof mempunyai aksesoris khas yang terbuat dari limbah kerang, seperti lampu dari kerang,
cermin, dan gura. Sedangkan Fashionnya, desa ini memiliki baju adat Beniang, anyaman tas dari limbah
sampah, dan sandal.

Semua produk – produk tersebut menjadi acuan yang meningkatkan perekonomian masyarakat Desa
Ngilngof, dan juga dengan adanya hal tersebut membuat masyarakat bisa mendapat keuntungan lainnya setelah
melalui destinasi wisata.

2. Nilai hidup kearifan lokal

Suku Kei yang bertempat tinggal di Desa Ngilngof merupakan salah satu suku lokal yang masih aktif
menjalankan tradisi sasi. Sasi ialah sebuah bentuk larangan pengambilan sumber daya alam di darat dan laut
dalam kurun waktu tertentu. Kearifan lokal ini banyak dilakukan oleh masyarakat lokal di Maluku.  
Salah satu jenis sasi yang dilakukan warga setempat adalah sasi kelapa. Prosesi sasi kelapa biasanya
dilakukan setelah ibadah mingguan di gereja, di mana sebuah kayu akan ditanam di sekitar kebun kelapa sebagai tanda
larangan sasi. Setelah adanya tanda itu, maka masa tutup sasi akan dimulai. Lalu, sekitar 3-4 bulan kemudian, akan
dilakukan kembali upacara adat untuk merayakan masa buka sasi.

Ketika itulah warga diperbolehkan untuk memanen hasil kelapa dari kebun kelapa mereka. Jika terjadi
pelanggaran terhadap sasi, maka akan ada hukum adat yang berlaku. 

3. Populasi Penduuduk

Berdasarkan dengan hasil observasi yang dilakukan bahwa desa wisata ngilngof memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1054 jiwa.

Pembagian penduduk di desa wisata ngilngof terdiri dari 6 lingkungan.dimana lingkunganan 1 terdiri dari 174
jiwa

Lingkungan 2 terdiri dari 173 jiwa


Lingkungan 3 terdiri dari 111 jiwa

Lingkungan 4 terdiri dari 143 jiwa

Lingkungan 5 terdiri dari 193 jiwa

Lingkungan 6 terdiri dari 260 jiwa.

4. Teknologi
Kehadiran teknologi berperan penting dalam mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia dalam
berbagai hal, salah satunya sektor pariwisata. Perubahan perilaku wisatawan terlihat ketika search and
share 70% sudah melalui perangkat digital.

“Terbukti bahwa teknologi dapat mempengaruhi dan membentuk cara seseorang dalam melakukan
kegiatan wisata, mulai dari perencanaan perjalanan, saat dalam perjalanan, sampai dengan saat kembali dari
perjalanannya,” ucap Fransiskus Xaverius Teguh, Asisten Deputi Manajemen Strategis Kementerian
Pariwisata.

Peran teknologi dalam industri pariwisata cukup besar dan penting karena dengan adanya teknologi
memudahkan para wisatawan untuk mengetahui lebih mudah tentang tempat-tempat wisata yang ada di daerah
terpencil sekalipun.

Teknologi juga, tidak hanya mempermudah para wisatawan untuk mengetahui tempat- tempat wisata, namun
juga mempermudah dalam perencanaan dan perjalanan wisata, pemesanan hotel, pemelihan tempat wisata,
berinteraksi, dll.

Pengaruh teknologi bukan hanya dirasakan para wisatawan, namun juga sangat dirasakan oleh para pelaku
industri pariwisata sehingga perkembangan pariwisata cukup banyak bergantung pada teknologi.

Teknologi dalam Pengembangan Desa Wisata Ngilngof


Penggunaan teknologi pada desa wisata Ngilngof terbilang sudah ada, namun belum terlalu digunakan.
Hal ini dikarenakan kurangnya tingkat pemahaman SDM terhadap teknologi yang telah disediakan, maka perlu
adanya pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman SDM terhadap teknologi. Karena teknologi
sangat berperan penting dalam bidang promosi, oleh sebab itu pengembangan teknologi yang akan
dilakukan di desa wisata Ngilngof bertujuan untuk meningkatkan daya promosi wisata dengan
memanfaatkan kelebihan teknologi yang ada seperti, aplikasi-aplikasi media sosial yang ada (Instagram,
WhatsUp, Tik-Tok, dll).

4.2 Interaksi sosio ekologi masyarakat desa Ngilngof

Berkes & Folke (1998) memperkenalkan istilah sistem ekologi-sosial (SES) yang menekankan pada konsep keter
paduan antara manusia dan alam, dimana sistem sosial dan ekologi saling terkait atau saling berhubungan dan terintegras
i. Folke et al. (2003) mengintegrasikan ekologi, ekonomi, budaya, sosial politik dan dimensi kelembagaan interaksi sosia
l – ekologi dalam model / kerangka yang koheren yang mencakup holisme dan kompleksitas dan berpendapat bahwa mo
del ini memberikan harapan besar dalam mencapai keberlanjutan. Hunt & Berkes (2003) mengkonsepkan SES sebagai s
ebuah jaringan yang dibatasi dan terdiri dari hubungan antara komponen individu dan sistem. SES dapat digambarkan m
elalui deskripsi komponen, hubungan jaringan, sifat hubungan dan keberadaan batas. Sebuah contoh sederhana, ketika sa
tu kegiatan nelayan mengubah hasil dari kegiatan nelayan lain melalui interaksi biofisik dan unit biologis non-manusia y
ang memberikan dinamika, stok ikan hidup. Selanjutnya, kita membatasi perhatian kita kepada SES dimana aspek koper
asi dari sistem sosial adalah kunci, di mana individu sengaja menginvestasikan sumber daya dalam beberapa jenis infrast
ruktur fisik atau kelembagaan untuk mengatasi beragam gangguan internal dan eksternal. Ketika sistem sosial dan ekolo
gi sangat berkaitan, SES secara keseluruhan merupakan sistem yang kompleks yang melibatkan beberapa subsistem adap
tif, serta menjadi tertanam dalam sistem ganda yang lebih besar (Anderies et al., 2004).

4.2.1 Perikanan tangkap di desa wisata Ngilngof

Masyarakat di desa Ngilngof melakukan aktivitas perikanan tangkap dengan jenis-jenis alat penangkapan
dengan tujuan penangkapan ikan demersal yang beroperasi di perairan desa Ngilngof dikelompokkan dala
m 4 kelompok alat penangkapan ikan, antara lain : jaring insang dasar (bottom gill net), pancing (angling
gear), bubu (fish trap) dan alat tangkap lainnya.

Disamping nelayan Ngurbloat juga menggunakan vertical line, tali pancing dipasangi pemberat serta mata
panciing yang diikatkan dengan tali utama pada jarak tertentu. Umpan yang digunakan biasanya adalah
ikan segar dengan target utama ikan pelagis seperti cakalang dan tuna. Selain alat tangkap pancing,
nelayan Ngurbloat juga menggunnakan bagan rakit sebagai alat tangkap. Alat tangkap ini digunakan pada
saat perairan laut tenang antara bulan Desember hingga April. Bagan terbuat dari bambu yang diapungkan
dengan rakit. Alat tangkap ini digunakan secara berpindah-pindah dengan jangkar sebagai penahan untuk
tidak terbawa arus. Bagan rakit digunakan pada malan hari dengan menggunakan atraksi cahaya. Jenis
ikan yang tertangkap umumnya adalah ikan teri, lemuru, petek dan cumi.

4.2.2 Perikanan Budidaya Desa Ngilngof


Gambar 1. Model Konseptual Sistem Ekologi-Sosial.
Sumber: Anderies et al., 2004
Hubungan antara (A) sebagai salah satu komponen adalah sumber daya yang
digunakan oleh beberapa pengguna sumber daya; (B) Dua komponen yang terdiri
dari manusia: pengguna sumber daya; (C) Penyedia infrastruktur publik. Mungkin
ada tumpang tindih besar dari individu dalam B dan C, atau mereka mungkin
individu yang sama sekali berbeda, tergantung pada struktur sistem sosial yang
mengatur dan mengelola SES; (D) Infrastruktur publik menggabungkan dua bentuk
buatan manusia modal fisik dan sosial (Anderies et al., 2004). Sumber daya alam
akan digunakan / diambil oleh beberapa pengguna sumber daya alam (1). Dalam
menggunakan sumber daya alam, pengguna akan membutuhkan alat bantu/
infrastruktur sebagai alat bantunya (2,3,5,6). Alat bantu ini akan mempengaruhi
keadaan dari sumber daya alam tersebut (4). Dalam hal ini alat
bantu/infrastruktur ini dapat berupa perangkat fisik dan sosial. Perangkat fisik dapat
berupa jaring, perahu, dermaga dan lainnya, sedangkan perangkat sosial berupa
peraturan yang berlaku, baik di tingkat lokal (termasuk local wisdom/ kearifan
lokal), nasional, maupun internasional. Dalam model ini dipengaruhi oleh faktor
eksternal, berupa gangguan biofisik (7), seperti gempa bumi, perubahan iklim, dan
perubahan alam lainnya yang berakibat pada sumber daya alam dan infrastruktur.
Selain itu terdapat gangguan sosial ekonomi (8) seperti pertambahan jumlah
penduduk, politik, inflasi dan lainnya yang berakibat pada pengguna sumber daya
alam dan penyedia infrastruktur (Anderies et al., 2004).
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini, diuraikan mengenai hasil observasi , hasil
wawancara , hasil penelitian , hasil kuisioner dan pembahasan dari penelitian yaitu pendekatan si
sttem sosio ekologi dalam pemetaan wilayah pesisir dan laut. Fokus penelitian ini adalah mengen
ai

Dalam mencarai dan mengumpulkan informasi mengenai penelitian yang di lakukan,men


ggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan sistem sosio ekologi. Untuk meng
umpulkan infomasi mengenai lima elemen penting dalam Sosial dan elemen penting dalam Syste
m Ekologi yaitu :

a. Lima Elemen Sosial


1. Organisasi ( pertanyaan untuk tokoh social, organisasi untuk desa )
2. Kelembagaan adat ( pertanyaan untuk tokoh adat )
3. Penggunaan teknologi ( pengelola dan perwakilan masyarakat )
4. Peningkatan populasi penduduk ( pertanyaan untuk perangkat desa )
5. Norma yang berlaku dalam masyarakat (pertanyaan untuk tokoh masyarakat)
b. Lima Elemen System Ekologi
1. Tanah , air , dan udara (abiotic)
2. Hewan tumbuhan ( biotic)
3. Microorganisme
4. Buatan manusia ( infrastruktur)
5. Bencana alam ( factor external )

Pada tahapan analisis yang di lakukan oleh kami peneliti adalah membuat daftar pertanya
an untuk wawancara dan kuisioner sebagai pengumpulan data , yang kemudian dianalisis untuk
mengetahui bagaimana informasi yang diberikan oleh informaam.

Wawancara yang di lakukan oleh peneliti pada bulan mei 2023 , hasil penelitian di perole
h oleh dengan cara wawancara mendalam dengan narasumber sebagai bentuk pencarian data dan
terlibat langsung di lapangan yang kemudia peneliti analisis , berikut merupahkan tebel wawanca
ra infoman kunci :

Tabel 4.1

Informan Kunci

Informan Nama informan Instansi Keterkaitan Data

Kepala Desa Andreas Resubun..SE

Kepala Adat Andreas Resubun.SE

Ketua OMK Robert Resubun

Tokoh Nelayan Egensius Resubun

Usaha Cottage Ayu Fofid

Usaha Kios Rizzal Rahayaan

Maria Resubun

Usaha Restoran
Studi Pustaka untuk mencari literatur yang relevan sesuai topik , kemudian mengkaji dan m
enyesuaikan topik. Literatur yangdiperoleh didapat dari jurnal, buku, dan literatur relevan
lainnya.

Kuisioner untuk mengumpulkan data dari responden yang relatif cepat dari Masyarakat.

Adapun kriteria informan sebagai berikut:


a) Usia kerja
b) Berusia 28 – 50 Tahun
c) Berprofesi sebagai nelayan dan pelaku usaha wisata dan atau jenis usaha lain yang
memanfaatkan pesisir dan laut sebagai mata pencaharian.
Populasi dalam penelitian adalah masyarakat desa Ngilngof
Sample dalam penelitian dihitung menggunakan rumus Slovin:

N
n= 2
1+ N (e )
1321
n= 2
1+ 1321( 0.05 )
n = 307 responden

4.2. Pertanyaan
1. Potensi di Desa Sumber daya alam pesisir dan laut apa saja yang terdapat di desa
ngilngof dan Sejauh mana tingkat pemanfaatannya?
2. Usaha-usaha apa saja yang di lakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
pemanfaatan dan mengelolah sumber daya pesisir dan laut di desa ngilngof ?
3. Bagaimana persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal, ketaatan
terhadap tradisi,hokum adat pengelolaan sumber daya alam pesisir dan laut yang ada di
desa ngilngof?
4. Apakah sering terjadi konflik anatara Masyarakat di ohoi ngilngof dengan kampung
tetangga dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan laut/
5. Jika terjadi konflik, bagaimana cara menyelesaikannya?
6. Apakah masih ada masyarakat yang Menebang pohon sembarang atau memanfaatkan
alam dengan tidak logis ?
7. Apakah Sudah ada pemberdayaan masyarakat tentang pengelolaan wilayah dan laut
berkelanjutan? Dan kalau sudah ada tolong sebutkan!
8. Bagaimana masyarakat Mengelola sumber perikanan yang ada di ohoi ngilgof ?
9. Bagaimana kondisi perikanan yang ada di perairan ohoi ngilngof ?
10. Selain masyarakat ohoi ngilngof apakah ada masyarakat dari ohoi lain yang
memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut yang ada di ohoi ngilngof ?

4.3. Informasi kunci


1. Informan Pertama
Nama : Andreas Resubun. SE
Jenis kelamin : laki-laki
Umur: 65 tahun
Pekerjaan : pensiunan , menjabat sebagai pejabat ohoi

Gambar 2
2. Informan kedua

Nama : Sebastian Leorisubun

Umur : 28 thn

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : felense fotografer


1. Sudah 8 thn Bpk Sebastian bekerja sebagai felense foto grafer
2. Usaha felense foto grafer ini adalah milik pribadi dari Bpk Sebastian
3. Pendapatan/bulan biasanya mencapai 2 sampai 3 juta per bulan
4. Dari pendapatan tersebut biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan juga
digunakan untuk menyekolahkan anak serta mengguliakan anak dan juga untuk keperluan
tugas anak-anak sehingga Bpk Sebastian jarang untuk menabung
5. Penggunaan teknologi yang berdampak dalam pengembangan desa wisata melalui sosial
media seperti fb, IG, dan tiktok
6. Rata-rata penjualan bisa menggunakan uang kes dan juga bisa di transfer
7. Bagaimana cara pengelola dan masyarakat dalam mengaplikasi teknologi tersebut?
Dengan promosi
8. Apakah teknologi sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat disini?
Sangat berpengaruh, karena rata-rata desa wisata maka teknologi sangat penting karena
jika tidak ada teknologi tidak mungkin pasir panjang dapat sampai pada kelas
internasional
Apalagi kalau kita dunia pariwisata, apalagi sebagai foto grafer kita harus menggunakan
promosi.
9. Dampak negatifnya ada beberapa orang yang salah menggunakan media sosial untuk
memposting sesuatu yang tidak penting. Sedangkan media sosial digunakan untuk
memposting sesuatu yang penting seperti usaha-usaha sehingga dari media sosial juga
kita bisa mendapatkan uang.
Contohnya seperti didaerah pariwisata kan media sosial digunakan untuk live, shoping
dan lain sebagainya.

3. Informan ke tiga
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan : Pengelola desa wisata Ngilngof
1. Di desa wisata ngilngof sendiri ada beberapa potensi wisata yang luar biasa di pesisir,
pertama ada pantai ngurbloat yang kedua tanjung ngurbloat, pulau ohoiew dan juga
pantai ngursarnadan. Di ngilngof sendiri ada 4 pantai di tambah dengan pantai
nguryoanroa dan pantai ngur ohoiew jadi itu ada 4 pantai. Lalu kami juga punya hoat un
yaitu pesisir pantai begitupun kita punya legenda “Nen te idar” jadi 6 untuk pesisir
pantai. Nah itu, spot-spot yang memang area pesisir pantai yang masih sangat bagus yang
saat ini kita kembangkan adalah pantai ngurbloat. Nah sekarang ini kita sudah fokus,
MUI promosi ke paket-paket wisata desa wisata ngilngof dimana kita menjual untuk 5
potensi lainnya.

2. Yang pertama bahwa daerah laut itu kita yang memanfaatkan saat ini pemerintah ohoi
dan masyarakat yaitu aktifitas nelayan, aktifitas nelayan ini baik nelayan tangkap,
pancing begitupun jaring ada juga mereka menyulu dan ada juga bagan. Pesisir pantai
juga yang dimanfaatkan saat ini pantai ngurbloat yaitu menjadi destinasi wisata yang saat
ini 80% jadi mata pencarian masyarakat ngilngof dari situ.

3. Puji Tuhan masyarakat ngilngof saat ini memang sudah sadar akan pentingnya menjaga
kelestarian alam untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan sehingga semua
berpartisipasi untuk menjaga alam saat ini. Sehingga memang kita semua menjaga betul
semua potensi baik spot-spot diving, snorkling itu semua dijaga saat ini.

4. Kalau untuk pesisir pantai, tidak ada karena semua masing-masing sudah tau batas
wilayahnya.

5. Kita menyelesaikannya dengan cara pendekatan secara kekeluargaan & secara adat.

6. Untuk saat ini sudah tidak ada lagi karena memang sudah ada aturan & masyarakat sudah
sadar bahwa pentingnya ada pohon untuk bagaimana alam kita tetap terjaga.
7. Saat ini kita pengelola desa wisata ngilngof masih dalam tahap mengelola sumber daya
alam kita yang ada disini.

8. Masyarakat mengelola masih secara tradisional, belum ada perusahaan.

9. Kondisi perikanan di perairan ngilngof sangat berpotensi karena rata-rata perairan di desa
wisata ngilngof ini dia penyumbang ikan terbesar di pasar Langgur & pasar Tual. Ada
kampung-kampung tetangga juga contohnya Selayar, ambil ikan juga dari wilayah
perairan ngilngof.

10. Ada, yaitu kita punya ohoi (kampung) tetangga yaitu ohoi Selayar & Namar. Karena
mereka masuk dalam kesatuan persekutuan adat “Hiru kotlangan” sehingga mereka juga
bagian dari kita dan memang sewaktu-waktu komunikasi dengan kita, kita mengijinkan.

4. Informa ke empat

Nama:

Umur:

Jenis kelamin:

Pekerjaan :

5. Wawancara ketua omk


6.
7. Apakah di organisme ini pernah ada partisipasi mengikuti pelatihan pelestarian
lingkungan misalnya seperti membuat rumah karang ? Belum pernah
8.
9. Kegiatan-kegiatan apa saja yang sudah ikut? Kegiatan rohani,dan membuat batik dari
buah mangrove.
10.
11. Penggunaan teknologi apa sajah yang ada didesa wisata,misalnya sekarang ini sdh
menggunakan internet terus pembayaranya pakai kreditcard atau masih cash? Sekarang
sudah digital,menggunakan kartu atau scan barcot.
12.
13. Bagaimana cara masyarakyat mengaplikasikan teknologi tersebut,misalnya dalam
keseharian masyarakyat menggunakan aplikasi memposting atau promosi-promosi di
tempat wisata di pasir panjang dan di kampung?selain di pasir panjang ada juga di pulau
di depan kampung dan di hoat un danau agrean.

5. Informan ke lima
Nama :

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Rekomendasi Hasil Penelitian Sebagai Produk Akhir MK. Pendahuluan Berdasarkan hasil peneli
tian maka Adapun model desain yang direkomendasikan sebagai berikut:

1.

2.

Anda mungkin juga menyukai