OLEH
RIO MINDO SALY
18380093
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
keanekaragaman jenis sumber daya alamnya baik sumber alam yang dapat pulih
(Renewable) maupun yang tidak dapat pulih (Un-renewable). Sumber daya alam
pulau-pulau kecil bila dipadukan dengan sumber daya manusia yang handal serta
pengelolaan yang tepat bisa menjadi modal yang besar bagi pembangunan
nasional (Anggoro, 2000). Peluang yang dimiliki adalah kekayaan sumber daya
bagi kegiatan perikanan, konservasi dan preservasi lingkungan, wisata bahari dan
aktivitas pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Upaya ini
Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia terdiri dari 15 pulau yaitu 9 pulau yang
2
telah berpenduduk (Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura, Pulau Tereweng, Pulau
Buaya, Pulau Ternate, Pulau Kangge dan Pulau Kepa) dan 6 pulau lainnya belum
atau tidak berpenduduk (Pulau Sika, Pulau Kapas, Pulau Lapang, Pulau Batang,
Pulau Rusa, dan Pulau Kambing). Sebagai bentuk nyata untuk melindungi dan
telah menetapkan Selat Pantar menjadi Kawasan Konservasi Laut Daerah melalui
Perturan Bupati Alor Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penetapan Selat Pantar
Sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Pantar dengan luas
Atas Peraturan Bupati Alor Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Penetapan Selat
masyarakat di sekitarnya.
berbagai jenis flora dan fauna. Selain itu ditemukan konflik antar stakeholder
3
yang masih sering terjadi akibat tumpang tindih kepentingan dalam pemanfaatan
ruang pesisir. Hal ini disebabkan adanya banyak perbedaan persepsi diantara para
dan pengelolaan kawasan yang berimbang. Konflik masalah penentuan batas antar
ekosistem laut yang berlebih di zona terlarang masih terlalu rendah. Tantangannya
menegakan peraturan yang ada. Maka dari itu diperlukan adanya penanaman
pemahaman kepada masyarakat di sekitar suaka alam perairan selat pantar pada
khususnya untuk ikut berperan aktif dalam menjaga zona-zona terlarang yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik
Suaka Alam Perairan Selat Pantar Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten
Alor”
4
1.2. Rumusan Masalah
masyarakat nelayan terhadap Suaka Alam Perairan Selat Pantar kabupaten Alor.
1.3. Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kawasan laut atau paparan subtidal, termasuk perairan yang menutupinya, flora,
fauna, sisi sejarah dan budaya, yang terkait didalamnya dan telah dilindungi oleh
KKP terdiri atas taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam
Dalam konsep perencanaan tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil, menurut
wilayah pesisir yang sangat dinamik tapi rentan terhadap perubahan yang terjadi,
6
Merupakan area yang memiliki nilai konservasi tinggi yang sangat rentan
2. Zona Konservasi
zona inti. Zona ini dapat dimanfaatkan secara sangat terbatas, yang
3. Zona Penyangga
ruang
utama. Pada zona ini terdapat juga area-area yang merupakan zona
perlindungan setempat
7
c. Melindungi habitat biota laut
dan sumberdaya buatan. Kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung adalah
pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air,
kawasan suaka alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman
balik antara berbagai komponen dalam alam, baik hayati maupun non
melindungi alam dan menjaga proses alami dalam kondisi yang tidak terganggu
8
dengan maksud untuk memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili
sumberdaya alam yang dilakukan dalam kawasan yang dilindungi tidak akan
kawasan.
adalah untuk mendapatkan bentuk penataan ruang dan arah pengelolaan kawasan
bencana alam.
kehidupan.
9
d. Menjaga dan mengendalikan keanekaragaman hayati yang ada agar tetap
keunikan alam
ekonomi.
ada.
10
- Menyediakan sumber daya perikanan laut bagi masyarakat adat/lokal
kelestarian.
masyarakat.
kawasan konservasi.
wilayah di laut (dengan batas-batas yang jelas), dilindungi untuk mencapai tujuan
suatu Kawasan Konservasi Perairan ialah adanya suatu wilayah dengan status
sebagai Wilayah Larang-Ambil (WLA) atau sering disebut No-Take Zone (NTZ).
Pada wilayah WLA berlaku aturan untuk melarang seluruh aktifitas yang bersifat
11
ekstraktif, seperti pengambilan atau penangkapan ikan. Dengan demikian, KKP
bisa saja terdiri dari beberapa wilayah untuk peruntukan yang berbeda, namun ciri
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Soerdjono
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas
tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari
mendiami territorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya
pembagian kerja dan kebudayaan bersama. Dari berbagai pengertian diatas maka
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian dilaut. Para nelayan
Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut
12
dan tinggal di desa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas
menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang
diturunkan oleh orang tua bukan yang dipelajari secara profesional. Dari
pasar juga akan menjadi penyebab rendahny harga hasil laut di daerah
mereka (Sastrawidjaya.2002).
13
2.4 Karakteristik Nelayan Tradisional
dan bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, dan pengolah
ikan. Kelompok ini yang mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya ikan
pendidikannya rendah dan hidupnya miskin. Mereka bekerja pada juragan yang
mempunyai kapal dan alat tangkap yang memadai untuk melakukan penangkapan
keluarga serta membangun hari depan yang lebih baik sangat rendah. Nelayan
Informasi terbanyak adalah dari nelayan satu kepada nelayan lainnya (dari mulut
informasi yang masuk ke dalam sistem sosialnya, dan kurang mencari informasi
Kearifan lokal memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya alam,
manusia, dan sosial (Mulyadi et al., 2009). Diharapkan kearifan lokal nelayan
14
tangkap berbenturan dengan fungsi konservasi sumber daya laut (Radarwati et al.,
komunikasi yang berada dalam kategori cukup baik. Gambaran tingkat partisipasi
Menurut Siregar dan Pasaribu (2000), ada tiga macam pendekatan yang
di daerah pesisir berbeda dengan orang yang tinggal di pedalaman, demikian juga
orang yang hidup di komunitas tertentu dengan komunitas lainnya yang terpisah
belakang seseorang, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan posisi
seseorang yang meliputi factor motivasi, kebutuhan rasa aman, kesenangan, dan
Menurut Saptorini (1989), persepsi adalah suatu proses mental yang rumit
15
sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).
individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang
pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana
makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Pada proses
adopsi teknologi, nelayan seperti halnya petani melalui beberapa tahapan sebelum
16
petani menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan itu adalah:
sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif,
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif
penyuluhan, baik berupa respon positif maupun negatif (Winarni, 2001). Umur
nyata dengan metode diskusi dan demonnstrasi serta berhubungan tidak nyata
berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap metode ceramah dan
berhubungan nyata dengan sikap petani terhadap metode diskusi dan demonstrasi
serta berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap metode ceramah dan
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapi
17
pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau
lembaga pendidikan, agama serta factor emosi dalam diri individu (Azwar, 2002).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
dan Pulau Buaya Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor propinsi Nusa
Alat dan bahan yang di gunakan dalam rencana penelitian ini dapat di lihat
N
ALAT/BAHAN KEGUNAAN
O
1 Kamera digital Dokumentasi
2 Alat tulis menulis Menulis data-data
3 HP Merekam
19
4 Kuisioner Untuk mewawancara
3.3. Metode Penelitian
dibantu oleh alat kuisoner berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada
responden. Objek penelitian adalah masyarakat di Pulau Ternate, Pulau Buaya dan
orang.Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih yang duduk berhadapan secarafisik dan diarahkan pada masalah
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
Dimana:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
3.3.1. Observasi
3.3.2. Survey
20
Survai dengan instrument penelitian berupa kuesioner. Kuesioner ini
memuat pertanyaan terbuka dan tertutup. Data yang diambil dari penelitian
program konservasi.
3.3.3. Wawancara
keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung dengan orang
yang memberikan keterangan terkait objek masalah yang diangkat oleh peneliti.
permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari informan
3.3.4. Dokumentasi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk analisis
pendapatan adalah analisis data kuantitatif, yang diperoleh dari analisis table
21
dengan begitu dapat melihat bagaimana tingkat pemahaman masyarakat nelayan
terhadap suaka alam perairan selat pantar. Data yang telah dipersentasikan
sebagai laporan akhir penelitian, rumus yang digunakan dalam persentase yaitu
n
X 100%
N
Keterangan :
% = persentase yang diperoleh.
n = jumlah jawaban yang diperoleh.
N = jumlah seluruh responden.
100 = konstanta
22
DAFTAR PUSTAKA
23