Anda di halaman 1dari 10

Peranan Sistem Sasi Dalam Menunjang Pengelolaan Berkelanjutan di Daerah Raja Ampat ...............

(Elva Lestari dan Arif Satria)

PERANAN SISTEM SASI DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN


BERKELANJUTAN PADA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
DAERAH RAJA AMPAT
Role of Sasi Systems In Supporting of Sustainable Management of
Water Conservation Area of Raja Ampat

*Elva Lestari dan Arif Satria


Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Institut Pertanian Bogor
*e-mail: elvalestari2@gmail.com
Diterima 10 Agustus 2015 - Disetujui 25 Nopember 2015

ABSTRAK
Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Raja Ampat Papua Barat Indonesia pengelolaan
sumber daya lautnya terdapat kearifan lokal pada masyarakat berupa Sasi. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat, faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhi pengelolaan sumber daya, serta unsur-unsur pengelolaan sumber daya
berbasis masyarakat pada Kawasan Konservasi Perairan daerah Distrik Misool Barat, Raja Ampat.
Tulisan ini merupakan ringkasan hasil penelitian dengan menggunakan metode kombinasi pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder,
dan keberlanjutan dari pengelolaan sumber daya menggunakan analisis multi-dimensional scaling (MDS).
Kategori tingkat keberlanjutan sumber daya laut yang ada di Distrik Misool Barat, termasuk dalam kategori
Good walaupun Kabupaten Raja Ampat secara umum merupakan kabupaten baru, namun dengan
adanya Sasi yang masyarakat lakukan membuat kondisi sumber daya alam terjaga dengan baik. Dari
enam kawasan konservasi di Raja Ampat salah satunya Misool yang belum lama menjadi kawasan
konservasi perairan daerah, hasil penelitian yang dilakukan penulis, menunjukkan bahwa perlu adanya
skala prioritas yang dilakukan oleh pemangku kebijakan, pada dua dimensi yaitu ekonomi dan teknologi.
Pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat yang dilakukan seperti di desa-desa Distrik Misool Barat
berupa Sasi secara turun-temurun sampai sekarang, dalam penerapannya sudah baik, karena masyarakat
yang memiliki peran penting, dari pemanfaatan, pengelolaan, pengawasan, aturan yang dibuat, sanksi,
monitoring dan evaluasi, dibantu dengan ketua adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat selain itu dibantu
oleh pihak LSM TNC. Penulis dalam penelitiannya pun menemukan hal baru yaitu mengenai Sasi “Ibu-ibu”
hal ini mungkin baru pertama kali ditemukan dan didengar karena biasanya Sasi yang pernah ada dan
dikelola seperti Sasi gereja, Sasi yang dikelola oleh kampung, Sasi adat. kampung, ketua adat dan tokoh
agama) atau dapat langsung mengusir pelaku yang melakukan pelanggaran di wilayah Sasi dan kawasan
konservasi. Sasi menjadi sangat efektif membantu dalam penerapan kawasan konservasi perairan daerah
untuk keberlanjutan sumber daya alam yang ada.

Kata Kunci: konservasi perairan; keberlanjutan sumber daya laut; pengelolaan berbasis masyarakat;
kearifan lokal

ABSTRACT

Regional Water Conservation Area in Raja Ampat West Papua Indonesia management of marine
resources are indigenous to the community in the form Sasi. This paper aims to identify and analyze
community-based resource management, external and internal factors that affect resource management,
as well as elements of community-based resource management in the areas of Water Conservation Area
District West Misool, Raja Ampat. This paper summarizes the results of research by using a combination
of quantitative and qualitative approaches. The data used in this study are primary data and secondary
data, and the sustainability of resource management using a multi-dimensional scaling (MDS). Category
level of sustainability of marine resources in the District of West Misool, included in the category of Good
although Raja Ampat is generally a new district, but with the Sasi that people do make the condition of
natural resources are well preserved. Of the six protected areas in Raja Ampat Misool one who has recently
become a water conservation area, the results of research by the author, shows that need their scale

67
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 2 Tahun 2015: 67-76

of priorities by stakeholders, in two dimensions, namely economic and technological. Management of


community-based resource that is done as in the villages of District West Misool form Sasi hereditary
until now, the application is good, because society has an important role, from the use, management,
supervision, regulations made, sanctions, monitoring and evaluation. Sasi be a very effective aid in the
implementation of water conservation area for the sustainability of the natural resources that exist.

Keywords: water conservation, sustainability of marine resources, community-based management,


local wisdom

PENDAHULUAN penetapan kawasan konservasi yang dijadikan


sebagai wilayah pemanfaatan masyarakat
Indonesia merupakan negara kepulauan sering kali mengeliminasi hak-hak masyarakat
terbesar di dunia karena memiliki luas laut untuk mengakses dan mengontrol sumber daya
dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis laut (Satria, 2009b). Sebagai contoh terjadinya
pantai Indonesia mencapai 104 000 km2 pro dan kontra dalam penetapan sistim kawasan
dengan luas wilayah laut yang mendominasi konservasi perairan daerah sebagaimana diatur
total luas teritorial Indonesia sebesar 7.7 juta dalam Peraturan Daerah Kabupaten Raja
km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia Ampat No. 27 Tahun 2008.
sebagai salah satu negara yang memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati dan non Masalah lain yang ditimbulkan dari
hayati yang tersebar di dunia kelautan terbesar praktek rezim pengelolaan terpusat adalah
(Data Pusat Statistik KKP, 2011). Karakteristik munculnya eksternalitas negatif di bidang
geografis Indonesia serta struktur dan tipologi perikanan, yaitu: gejala tangkap lebih (over
ekosistemnya yang didominasi oleh lautan fishing), rusaknya terumbu karang akibat
menjadikan Indonesia sebagai negara yang aktivitas pengeboman dan penggunaan
memiliki Mega-biodiversity terbesar di dunia, dan potasium sianida, rusaknya hutan mangrove
hal ini sekaligus merupakan justifikasi bahwa dan lain sebagaimana dikutip Solihin dalam
Indonesia merupakan salah satu negara bahari Satria 2007 bahwa pengelolaan yang sintralistik
terbesar di dunia (Dahuri, 2003). memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
(1) aturan-aturan yang dibuat kurang
Konservasi sumber daya hayati laut terinternalisasi dalam masyarakat (2) biaya
merupakan salah satu bentuk pengelolaan transaksi yang harus dikeluarkan untuk
ekosistem sumber daya laut dari kerusakan pelaksanaan dan pengawasan sangat besar
akibat aktivitas manusia. Pemanfaatan sumber sehingga menyebabkan lemahnya penegakkan
daya alam di wilayah pesisir yang tidak terkendali hukum.
dapat menyebabkan kerusakan sumber daya
alam. Pemerintah pusat berwenang menetapkan Dengan adanya otonomi daerah atau
kawasan konservasi yang meliputi taman desentralisasi dalam pengelolaan, sebenarnya
nasional, taman hutan, serta taman wisata alam awal dari pengelolaan sumber daya laut dan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang 5 perikanan yang berkelanjutan, karena terdapat
Tahun 1990 (Damanik et al., 2006). Kawasan ruang sosial bagi masyarakat lokal untuk
konservasi ini biasanya dilindungi oleh hukum, berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya
sehingga sering disebut pula sebagai kawasan yang ada, dan untuk daerah yang memiliki
lindung. Pengelolaan atas sumber daya alam institusi lokal, sebagai salah satu kekuatan
selama ini berada dibawah kewenangan diterapkannya kearifan lokal dalam Undang-
pemerintah pusat sebagaimana disebutkan undang No 22 Tahun 1990 (Satria, 2002a).
dalam UUD 45 Pasal 33 Ayat 3. Dalam konteks Undang-undang No 31 Tahun 2004 tentang
legal makro, bahwa tanah, air, dan sumber daya perikanan Pasal 2 menyebutkan bahwa,
alam yang terkandung di dalamnya dikelola “pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan
oleh negara dan ditujukan untuk kemakmuran asas manfaat, keadilan, kemitraan pemerataan
rakyat. Berdasarkan amanat undang-undang keterpaduan, keterbukaan, efisisensi dan
tersebut pemerintah menggunakan instrumen kelestarian yang berkelanjutan”. Kemudia
kebijakan dengan menetapkan suatu wilayah dalam Pasal 6 Undang-undang No 31 Tahun
sebagai kawasan konservasi. Namun demikian 2004 menyebutkan “pengelolaan perikanan

68
Peranan Sistem Sasi Dalam Menunjang Pengelolaan Berkelanjutan di Daerah Raja Ampat ............... (Elva Lestari dan Arif Satria)

untuk kepentingan penangkapan ikan dan perikanan contohnya di Wilayah Lombok Utara
pembudidayaan ikan harus mempertimbangkan adalah salah satunya dapat diterima oleh semua
hukum adat dan/atau kearifan lokal serta lapisan masyarakat, karena sesuai dengan
memperhatikan peran serta masyarakat”. aspirasi dan keinginan masyarakat sendiri serta
Selanjutnya dalam Pasal 60 merupakan bagian sesuai dengan budaya lokal. Selain di Wilayah
penting dalam Undang Undang Perikanan yang Lombok dan sistem Sasi di Maluku, pengelolaan
mengatur hak masyarakat dalam pengelolaan berbasis masyarakat dalam pengelolaan
Sumber Daya Perairan masyarakat memiliki hak perikanan, ada pula sasi yang ada di Kabupaten
akses maupun hak pengelolaan (Satria, 2009b). Raja Ampat, salah satunya Distrik Misool Barat
salah satu dari enam Kawasan Konservasi
Pengelolaan sumber daya berbasis Perairan Daerah di Raja Ampat.
masyarakat atau Community Based Management
memberikan insentif bagi masyarakat untuk Sebagai kawasan ke-V di TPPKD Raja
mandiri dalam wadah-wadah organisasi di Ampat, kawasan konservasi Tenggara Misool,
tingkat lokal, pengawasan terhadap pelaksanaan memiliki tiga kecamatan (distrik) di dalam
lokal pun lebih efektif dan semakin kuat karena kawasan konservasi ini, termasuk di dalamnya
dilakukan oleh masyarakat secara lembaga Misool Barat. Misool Barat memiliki 5 (lima)
(Satria, 2002a). Contoh yang paling mudah desa dalam kawasan konservasi yaitu: Biga,
ditemukan di Indonesia adalah sistem Sasi di Gamta, Lilinta, Magey dan Kapatcol. Pusat
Maluku. Banyak fakta di negara-negara lain pemerintahan Distrik Misool Barat terletak di
yang menunjukkan bahwa pengelolaan sumber Kampung Lilinta. Penduduk di Distrik Misool
daya laut yang mengutamakan nilai-nilai lokal Barat pada tahun 2012 tercatat sejumlah 1425
sebagai aturan formal sangat mendukung jiwa. Desa Lilinta memiliki jumlah penduduk
proses pemanfaatan yang bertanggung jawab. paling banyak di Distrik Misool Barat,kepadatan
Pemanfaatan yang bertanggung jawab mampu penduduk terkecil adalah di Desa Magei dan
menjaga kelestarian sumber daya mampu Desa Kapatcol. Menurut jenis kelamin penduduk
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, laki-laki sebanyak 931 jiwa dan perempuan 739
sebagaimna dilakukan di Jepang dengan jiwa. Penduduk Distrik Misool Barat sebagian
menggunakan fishery right . Sistim fishery right besar beragama Islam. Mata pencaharian
tersebut diangkat dari hak-hak ulayat (soyu) penduduk mayoritas sebagai petani dan
yang dulu pernah berkembang di Jepang dan nelayan. Hampir semua warga masyarakat di
telah mengakar dalam diri masyarakat nelayan Misool Barat memiliki alat transportasi katinting
Jepang (Satria et al., 2002a). Keuntungan sistem bermotor. Alat-alat tangkap yang digunakan oleh
pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat nelayan di Distrik Misool Barat sebagian besar
sudah banyak dikenal dalam kegiatan irigasi, adalah pancing dasar, kemudian jaring dan ada
hutan masyarakat dan pertanian. Mudahnya beberapa orang yang juga masih menggunakan
pengawasan yang dilakukan secara langsung bubu. Masyarakat Misool Barat hanya mengenal
oleh masyarakat terhadap lingkungan sumber dua musim dalam kegiatan menangkap ikan
dayanya, sehingga dapat menjaga kelestarian yaitu musim angin selatan dan musim angin
sumber daya (Satria, 2007). Selain itu dengan barat, musim angin selatan biasanya terjadi
adanya pengelolaan sumber daya berbasis pada bulan Juni-Oktober. Pada saat bulan Juni-
masyarakat, membuka ruang bagi masyarakat Oktober terdapat Sasi musiman, kemudian pada
untuk berpartisipasi dan menjaga keberlanjutan saat angin musim selatan dilakukan tutup Sasi,
dari sumber daya laut. dan Bulan November-April nelayan kemudian
kembali mencari ikan di laut, kemudian
Upaya pengelolaan berbasis masyarakat di menggunakan kesempatan untuk buka Sasi.
sektor perikanan dan kelautan umumnya masih
dalam tahap pengembangan. Hal ini barangkali Tulisan ini mencoba menilai berkelanjutan
disebabkan oleh rumitnya sistem sumber daya dari setiap dimensi dengan menggunakan metode
pesisir dan laut serta struktur sosial budaya multi variabel yang disebut multidimensional
masyarakat nelayan/pesisir (Bengen 2001). scaling (MDS). Metode ini digunakan untuk
Namun terdapat kelebihan dari pengelolaan menilai secara cepat status keberlanjutan
berbasis masyarakat dalam pengelolaan pengelolaan sumber daya alama.

69
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 2 Tahun 2015: 67-76

Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa Metode kualitatif dilakukan melalui


masyarakat adat menjaga sumber daya laut, untuk observasi lapang secara langsung kehidupan
keberlanjutan kehidupan mereka, karena secara sosial masyarakat dan wawancara mendalam
tidak langsung kehidupan mereka tergantung dengan menggunakan panduan pertanyaan.
dengan laut. Salah satu cara yang dikembangkan Lokasi penelitian dilakukan di Distrik Misool
untuk melihat keberlanjutan dalam pengelolaan Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
sumber daya laut berbasis masyarakat adalah Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara
dengan. Metode tersebut yang digunakan sengaja (purposive) dengan beberapa alasan,
oleh penulis untuk menilai keberlanjutan di yakni: (1) Disitrik Misool, Kabupaten Raja Ampat,
Raja Ampat, tepatnya di daerah Distrik Misool Papua Barat merupakan kawasan konservasi
Barat, selain itu perlu ada kajian dan beberapa perairan daerah yang ditetapkan menurut
hal yang perlu dipertimbangkan karena masih Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
sedikit penelitian mengenai pengelolaan sumber Nomor 64/Men/2009 Tgl 3 September 2009. (2)
daya laut berbasis masyarakat secara khusus Adanya pengelolaan sumber daya masyarakat
pada kawasan konservasi di beberapa wilayah berbasiskan kearifan lokal. Jumlah informan
Distrik Raja Ampat. Tulisan ini merupakan dalam penelitian ini tidak dibatasi, untuk
hasil penelitian ini dilakukan di Distrik Misool memperkaya informasi mengenai pengelolaan
Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. sumber daya berbasis masyarakat berupa
Permasalahan yang diangkat dalam tulian ini Sasi dan kawasan konservasi perairan daerah
adalah: Sejauh mana tingkat keberlanjutan di Distrik Misool Barat. Penulusuran dilakukan
pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat pada pihak-pihak terkait dengan menggunakan
(PSBM) di Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja teknik bola salju (snowball sampling) yang
Ampat, Papua Barat. Hal tersebut dikarenakan memungkinkan perolehan data dari satu
sebagian besar masyarakat yang tinggal di informan ke informan lainnya. Pencarian
wilayah Raja Ampat adalah nelayan, dan juga informan ini berhenti, saat tambahan informan
dikarenakan adanya kearifan lokal masyarakat tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru
di daerah tersebut berupa Sasi. sudah berada di titik jenuh, terdapat informan
kunci dalam pencarian informasi. Informan
METODOLOGI kunci yang pertama kali diwawancarai adalah
pihak kepala Distrik Misool Barat. Informan yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan terdapat pada penelitian ini yaitu kepala Distrik
kualitatif dengan kerangka pikir sebagaimana Misool Barat, kepala BAMUSKAN Desa Lilinta,
disajikan dalam Gambar 1. ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kerangka pikir
Penelitian
sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.

Penetapan Kawasan
Faktor Eksternal Konservasi Laut Daerah

1. Pengakuan dari
Pemerintah Unsur-Unsur Pengelolaan Tingkat Keberlanjutan
2. Kebijakan Sumber Daya Berbasis Pengelolaan Sumber
Pengelolaan Sumber Masyarakat daya Alam
Daya Alam
1. Batas wilayah
2. Aturan 1. Ekologi
3. Hak 2. Kelembagaan dan
Faktor Internal Hukum
4. Pemegang Otoritas
1. Sejarah Pengelolaan 5. Sanksi 3. Sosial
Lokal 6. Pemantauan dan 4. Ekonomi
2. Tingkat Homogenitas Evaluasi 5. Teknologi
Masyarakat
3. Kompleksitas Ekonomi
Wilayah
4. Kepemimpinan
5. Proses Inisiasi

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian


Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

70 Metode kualitatif dilakukan melalui observasi lapang secara langsung kehidupan sosial
masyarakat dan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan. Lokasi
penelitian dilakukan di Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Pemilihan
Peranan Sistem Sasi Dalam Menunjang Pengelolaan Berkelanjutan di Daerah Raja Ampat ............... (Elva Lestari dan Arif Satria)

ketua adat Desa Lilinta, kepala kampung Desa berlangsung secara turun-temurun. Pada
Kapatcol, ketua adat Desa Kapatcol, LSM TNC, awalnya praktek Sasi terdapat Maluku,
4 orang Nelayan, Ketua Sasi “ibu-ibu” dan 7 kemudian menyebar ke wilayah kawasan
orang anggota Sasi “ibu-ibu”. Papua, termasuk di wilayah Distrik Misool Barat,
Kabupaten Raja Ampat Papua Barat, dan salah
Selain metode kualitatif penelitian ini juga satunya di wilayah Lilinta dan Sasi “ibu-ibu”.
menggunakan metode survey dengan instrumen Menurut Ruddle (1999) sebagaimana dikutip
kuesioner. Responden yang dipilih adalah warga Satria (2009b), menyebutkan bahwa unsur-
masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai unsur pengelolaan sumber daya perikanan
nelayan atau warga masyarakat lain yang berbasis masyarakat antara lain: batas wilayah,
mengerti permasalahan kegiatan melaut. Jumlah aturan, hak, pemegang otoritas, sanksi, dan
responden sebanyak 40 orang. Penentuan monitoring serta evaluasi. Pada pengelolaan
responden dalam penelitian dilakukan dengan sumber daya berbasis masyarakat di kawasan
menggunakan simple random sampling, sebuah Distrik Misool Barat berupa Sasi laut, contoh
sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga pada Sasi yang dilakukan di Desa Lilinta dan
tiap unit penelitian atau satuan elementer dari Desa Kapatcol adalah praktek Sasi yang khusus
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk melarang penangkapan biota laut yaitu:
untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, lola, teripang, lobster dan juga ikan (khusus di
1989). Teknik pengolahan data menggunakan Kapatcol), sedangkan jenis biota lainnya tidak
Microsoft Excell 2010, dalam mengukur di Sasi.
tingkat keberlanjutan KKPD adalah dengan
menggunakan analisis statistik multivariate 2. Batas Wilayah
berupa analisis Multidimensional Scaling
(MDS) dengan menggunakan software SPSS Batasan wilayah daerah yang diatur dalam
Statistics20 for windows. Pendekatan multi Sasi di Distrik Misool Barat adalah seluruh batas
dimensional scalling (MDS) merupakan metode wilayah laut di area desa tersebut, dengan
analisis penelitian dengan menggunakan menggunakan tanda batas tanda alam (natural
Leverage analysis, pendekatan ini merupakan sign) seperti kampung dengan kampung dan
pendekatan yang dimodifikasi dari program pulau dengan pulau, untuk memberitahukan
Rapfish. bahwa wilayah tersebut telah di Sasi atau
dengan menggunakan pelampung, kayu-kayu,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan papan yang bertulisakan Sasi. Area Sasi
termasuk ke dalam kawasan konservasi yang
1. Pengelolaan Sumber Daya Berbasis dimanfaatkan oleh masyarakat, wilayah kawasan
Masyarakat konservasi sendiri meliputi beberapa pulau
saja yang dikavling untuk wilayah konservasi,
Istilah moderen Sasi dikenal sebagai
tetapi ketika di dalam pembukaan Sasi maka
konservasi tradisional, dengan model
wilayah-wilayah yang di kavling sebagai wilayah
pengelolaan berbasis masyarakat telah

Tabel 1 Perbedaan Batas Wilayah KKPD dan Sasi di Misool Barat.


Batas Wilayah
Perbedaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Sasi
Kejelasan Batas wilayah jelas, dengan pembagian Batas wilayah tidak terlalu jelas, namun masyarakat/
Wilayah zona-zona dalam pengelolaan dan nelayan mengetahui batasan wilayah yang di Sasi
pemanfaatannya.
Formalitas Pembentukan batas wilayah bersifat Pembentukan batas wilayah bersifat informal,
formal dan diatur dalam peraturan tertulis yaitu batas wilayah buka dan tutup Sasi, dengan
ketentuan disepakati bersama oleh masyarakat di
desa dan petuanan (ketua adat)
Tanda Batas wilayah menggunakan tanda alam Batas wilayah menggunakan tanda alam yaitu batas
yaitu antara kampung dengan kampung, antara kampung atau antar pulau, wilayah yang di
pulau dengan pulau dan semenanjung Sasi, selain itu menggunakan kayu dan papan yang
dengan semenanjung bertulisakan wilayah Sasi

71
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 2 Tahun 2015: 67-76

Sasi kemudian dibuka agar masyarakat dapat sampai ke dalam konservasi karena tuntutan
memanfaatkan dan mengelola hasil dari sumber kebutuhan hidup. Hal ini berbeda dengan batas
daya laut. Sebelum ada kawasan konservasi, wilayah Sasi yang ditetapkan oleh ketua adat
masyarakat menetapkan batas-batas wilayah bersama masyarakat, meskipun pembentukan
Sasi secara imaginer, yaitu berupa pulau-pulau wilayah Sasi belum jelas dan bersifat informal.
di sekitar kampung. Pada kawasan konservasi Masyarakat lebih mematuhi aturan Sasi
terdapat zona-zona di kawasan konservasi (legitimasi adat).
yang diatur dalam setiap kegiatan pemanfaatan
sumber daya. Di Misool Barat terdapat enam 3. Sistim Aturan
pembagian kawasan zona yang ditetapkan Tidak ada aturan tertulis dan baku dalam
yaitu: zona inti, zona pemanfaatan terbatas penerapan Sasi di Distrik Misool Barat. Namun
(Sub zona ketahanan pangan dan parwisata masyarakat sudah mengetahui dan memahami
juga sub zona perikanan berkelanjutan dan mengenai aturan adat tersebut saat buka
budidaya), zona pemanfaatan lainnya (Sub zona Sasi ataupun saat tutup Sasi. Aturan Sasi
pemanfaatan tradisonal masyarakat, sub zona yang diterapkan yakni, pada saat tutup Sasi
Sasi dan sub zona pemanfaatan umum). Dari masyarakat hanya boleh melintas di area yang
hasil pengamatan dan wawancara masyarakat di Sasi, tidak diperbolehkan mengambil lola,
hanya mengetahui dua zona secara garis besar lobster, teripang, dan ikan yang juga di Sasi di
yaitu zona inti dan zona pemanfaatan tradisional wilayah tersebut. Saat dimulai penutupan Sasi,
berupa zona Sasi. maka saat itulah aturan Sasi diberlakukan, aturan
berakhir ketika telah diumumkan bahwa sudah
Batas wilayah yang telah diatur oleh
saatnya buka Sasi. Mekanisme dalam menutup
pemerintah memang sudah baik, dengan
dan membuka Sasi hampir sama di seluruh desa
zona-zona yang diatur dengan jelas pada
di Distrik Misool Barat penerapannya.
kawasan konservasi perairan daerah di
Distrik Misool Barat, namun berdasarkan dari Apabila ada warga yang melanggar akan
hasil wawancara menunjukan bahwa aturan diberikan sanksi. Pengambilan keputusan yang
dalam kwasan konservasi tidak ditaati oleh melanggar aturan, tokoh adat, tokoh agama dan
masyarakat oleh masyarakat, tetapi masih tetap pemerintah yang berhak menentukan hukuman
mengambil ikan disekitar kawasan dan bahkan yang didapat oleh pihak yang melanggar.

Tabel 2 Mekanisme Buka Sasi dan Tutup Sasi.


Mekanisme
No
Tutup Sasi Buka Sasi
1. Terdapat pengumuman yang diberikan oleh kepala Membuka Sasi dilakukan sama seperti halnya tutup
adat ke masyarakat, bahwa akan segera dilakukan Sasi, yaitu dengan diadakannya pengumuman
tutup Sasi. Masyarakat di desa tersebut dan diluar bahwa akan segera dilakukan buka Sasi. Diadakan
diharapkan mengetahui dan mematuhi segala pertemuan antara tiga tungku,kepala Rukun Tetangga
peraturan yang ada. mematuhi aturan yang sudah dan perwakilan dari masyarakat. Memberitahukan
ditetapkan. desa-desa di sekitarnya (dalam satu Distrik) untuk
diundang saat upacara buka Sasi.
2. Diadakan pertemuan terlebih dahulu, yakni Musyawarah dilakukan terlebih dahulu untuk
musyawarah antar kepala Rukun Tetangga, kesepakatan buka Sasi, selanjutnya kesepakatan
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan beberapa yang sudah disepakati diumumkan dari kepala adat
perwakilan masyarakat lainnya untuk menetapkan dan disebarkan dari mulut ke mulut.
kesepakatan bahwa sudah waktunya tutup Sasi.
3 Pada saat tutup Sasi, diadakan upacara adat dan Acara pembukaan Sasi sama halnya seperti saat
upacara agama, ada pula yang hanya upacara tutup Sasi. Hasil dari Sasi tidak semuanya dapat
adat saja, contoh di Lilinta. Upacara yang dilakukan diambil, ada monitoring dari pihak LSM TNC terkait
berupa doa dari pendeta gereja dan ketua adat. ukuran yang dapat diambil. Hasil dari biota laut yang
Ada peresmian bahwa tutup Sasi sudah dilakukan. terkumpul (teripang, lola, lobster, batu laga) dan
Periode tutup Sasi berbeda-beda tergantung dari dimonitoring kemudian ada pembagian hasilnya yaitu
kesepakatan yang ditetapkan, Sasi Musiman untuk gereja dan masyarakat. Buka Sasi biasanya
lamanya 6 (enam) bulan, Sasi Kampung dan Sasi berlangsung 3 (tiga) sampai 7 (tujuh) hari, tergantung
Gereja lama Sasi yang diterapkan dapat dilakukan kesepakatan.
1 atau bahkan 2 tahun sekali.

72
Peranan Sistem Sasi Dalam Menunjang Pengelolaan Berkelanjutan di Daerah Raja Ampat ............... (Elva Lestari dan Arif Satria)

4. Sistim Hak mengatur Sasi tersebut, selain itu otoritas juga


melekat pada pemerintahan desa dan tokoh
Menurut Ostrom dan Schlager (1990) agama yaitu pendeta gereja. Setiap keputusan
dikutip Satria (2009), hak kepemilikan dibagi yang ada dalam pengelolaan dan pemanfaatan
menjadi lima macam meliputi: hak akses, hak sumber daya laut dimusyawarahkan terlebih
pemanfaatan hak pengelolaan, hak eksklusi dahulu bersama-sama dengan masyarakat,
dan hak pengalihan. Terdapat hak ulayat di seperti untuk buka dan tutup Sasi. Ketua adat
Misool Barat dengan petuanan yang menguasai di Desa Lilinta ditempatkan sebagai kekuasaan
beberapa luas wilayah perairan salah satunya tertinggi untuk mengatur pemanfaatan sumber
di Misool Barat yaitu di daerah Lilinta, secara daya laut dan menjaga sumber daya laut untuk
global hak ulayat dimiiki marga tertentu, sekarang dan masa depan yang akan datang,
tetapi dalam pengelolaannya dikelola untuk karena kehidupan mereka bergantung kepada
keseluruhan masyarakat yang tinggal dan laut.
hidup di daerah,Masyarakat di wilayah Distrik
Misool Barat, memiliki hak dalam pengambilan/ 7. Pengawasan dan Evaluasi
penangkapan ikan yaitu dapat melintasi
kawasan yang di Sasi pada saat tutup Sasi, Monitoring dan evaluasi Sasi yang ada di
namun dalam memanfaatkan sumber daya Misool Barat dilakukan oleh masyarakat dibantu
laut hanya bisa saat buka Sasi, selain itu hak oleh pihak LSM TNC, yaitu melalui keterlibatan
lainnya masyarakat turut serta untuk mengambil kelompok pengawas yang berkeliling pulau
keputusan dan mengawasi pelaksanaan Sasi. dengan membawa lembaran catatan jika
Tidak ada hak eksklusif dalam pengelolaan Sasi ada yang melanggar sekaligus memonitoring
disana. Menurut Ostrom dan Schlager (1990) kawasan konservasi yang ada di daerah tersebut.
dikutip Satria (2009), status atau posisi individu Mekanisme dalam pengawasan Sasi jika ada
dalam suatu masyarakat berkaitan dengan masyarakat mengetahui ada yang melanggar
hak kepemilikan yang dimiliki, di Distrik Misool maka harus memberitahukan kepada tiga
Barat termasuk pada Claimant karena nelayan tungku (kepala kampung, ketua adat dan tokoh
memiliki hak akses, hak pemanfaatan, dan hak agama) atau dapat langsung mengusir pelaku
pengelolaan sumber daya laut yang ada disana. yang melakukan pelanggaran. Teknik dalam
pengawasan yang dilakukan berupa patroli dan
5. Sistim Sanksi masyarakat yang memancing di dekat kawasan
Sasi maupun kawasan konservasi, jika ada
Sanksi dalam Sasi yang diberlakukan nelayan dari luar yang memancing di kawasan
terkait pengelolaan sumber daya berbasis tersebut, maka masyarakat melaporkan kepada
masyarakat adalah jika ada warga masyarakat kepala kampung atau ketua adat.
yang melanggar aturan tersebut maka ada
hukuman. Mekanisme pemberian sanksi 8. Sasi “Ibu-ibu”
terhadap para pelanggar tergantung dengan
Selain Sasi kampung, Sasi gereja, terdapat
ketua adat, hukuman dapat berupa kegiatan fisik,
Sasi musiman yaitu pada saat angin musim
denda, atau alat tangkapnya diambil. Kegiatan
selatan yang digunakan untuk tutup Sasi dan
fisik misalnya, untuk pihak yang melanggar,
angin musim barat digunakan untuk buka Sasi.
dia harus mengangkat batu untuk masjid atau
Distrik Misool Barat di Desa Kaptcol, terdapat
berjalan jongkok dan berkeliling di desa. Hal ini
Sasi yang khusus di kelola oleh ibu-ibu di luar
tidak hanya berlaku untuk Sasi, jika ada nelayan
Sasi kampung dan gereja. Ibu-ibu di kampung
dari luar mengambil ikan atau biota lautnya
Kapatcol melihat hasil dari Sasi Kampung
di kawasan konservasi maka akan diberikan
sangatlah baik dan hasilnya memuaskan,
sanksi tersebut karena belum ada peraturan
semenjak saat itu ibu-ibu terutama ketua dari
tertulis yang dibuat. Beberapa sanksi yang
Sasi “ibu-ibu” yaitu Ibu Bedsinah Hai berinisiatif
diberlakukan jika didapati ada yang melanggar
untuk membuat Sasi khusus untuk Ibu-ibu. Pada
saat diadakannya tutup Sasi.
tahun yang sama itu pula, ibu-ibu kemudian
membuat Sasi yang letaknya tidak begitu jauh
6. Pemegang otoritas
tempatnya, di tanjung di depan kampung, namun
Ketua adat di distrik Misool Barat sangat pada awal buka Sasi, tidak ada hasil yang didapat
berperan penting untuk mengadakan dan atau bisa dikatakan bahwa Sasi tersebut gagal

73
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 2 Tahun 2015: 67-76

karena tidak ada hasil dari Sasi yang dilakukan. suku yang terkenal di Distrik Misool yaitu
Unsur-unsur pengelolaan berbasis masyarakat Matbat dan Matlo
berupa sasi “ibu-ibu”, tidak berbeda jauh dengan
unsur-unsur PSBM (Pengelolaan Sumber daya b. Sejarah pengelolaan lokal
alam Berbasis Masyrakat) “Sasi” secara umum
Dalam segi pengelolaan sumber daya,
di Dsitrik Misool Barat.
pengelolaan sumber daya didasarkan atas
pengetahuan lokal (Satria 2009b), tunduk
9. Faktor Eksternal
dan selaras dengan alam (Kluckhon dalam
a. Pengakuan dari pemerintah Satria 2002b), yakni masyarakat di Misool
Sasi merupakan kearifan lokal yang Barat secara terus menerus melakukan
sudah secara turun-temurun dilakukan oleh kegiatan Sasi yang telah mereka sadari
masyarakat di Distrik Misool Barat, telah bahwa kearifan lokal tersebut akan menjadi
diakui oleh masyarakat yang dibuktikan hal yang berguna, sebagai tabungan untuk
dengan membuat kawasan konservasi anak dan cucuk mereka di masa yang akan
perairan daerah yang melibatkan unsur datang. Sasi yang dilakukan tidak hanya
pemerintah, masyarakat dan LSM dalam Sasi
membuat kebijakan, yang memperhatikan
praktek Sasi yang sudah lama berlangsung di c. Kompleksitas ekonomi wilayah
Distrik Misool Barat. Peran Sasi dinilai penting Wilayah di Distrik Misool Barat, sebagian
dalam pembuatan aturan-aturan kawasan besar bekerja untuk menghidupi kebutuhannya
konservasi perairan daerah menjadi seorang nelayan, namun di
beberapa desa di Misool Barat, menghidupi
b. Kebijakan pengelolaan sumber daya kehidupannya dengan bercocok tanam
dengan komoditas unggulan adalah sagu,
Kebijakan pengelolaan sumber daya
masih ada sistem barter dalam memenuhi
laut pada dasarnya memiliki tujuan yaitu
kebutuhan dengan cara masyarakat di desa
meningkatkan kesejahteraan seluruh
Biga datang ke Lilinta untuk menjual sagu,
masyarakat (social well-being) di daerahnya
masyarakat dari Lilinta membayar sagu
secara berkelanjutan. Kebijakan pemerintah
tersebut dengan ikan. Membahas ekonomi
yang melibatkan peran Sasi memberikan
di wilayah Distrik Misool Barat, seperti yamg
kesempatan bagi seluruh masyarakat
telah dipaparkan bahwa masyarakat tunduk
untuk dapat mengelola dan memanfaatkan
dan selaras dengan alam.
sumber daya laut, dan didalamnya terdapat
kesepakatan-kesepakatan bersama yang
11. Kepemimpinan dan proses inisiasi
dibuat oleh masyarakat, ketua adat, tokoh
masyarakat dan kepala kampung dengan Kepemimpinan dalam pengelolaan sumber
ketua adat yang memiliki kedudukan tertinggi. daya di Distrik Misool Barat, ketua adat
yang berperan penting dalam mengatur
10. Faktor Internal pengelolaan tersebut, yaitu saat buka dan
a. Tingkat Homogenitas Masyarakat tutup Sasi, namun peran tokoh agama
seperti pendeta dan kepala kampung juga
Di Distrik Misool Barat merupakan memiliki peran yang penting dalam segi
sekumpulan masyarakat yang hidup pengelolaannya.
bersama-sama mendiami wilayah pesisir
(Satria 2004) yaitu desa-desa yang ada Proses inisiasi dalam pengelolaan sumber
berada di sana, dari segi mata pencaharian daya penulis mengambil contoh pada Sasi
utama lebih banyak sebagai nelayan karena ibu-ibu, karena melihat hasil yang memuaskan
demografi mereka yang mendukung mereka dan bagus pada saat buka Sasi kampung.
bekerja sebagai nelayan, sedikit dari mereka
yang bekerja sebagai petani yaitu di daerah 12. Tingkat Keberlanjutan Sumber Daya Laut
Biga, Gamta dan Magey. Masyarakat yang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah.
tinggal di desa, biasanya masih memiliki
hubungan saudara dan memiliki garis Dari kelima dimensi keberlanjutan yaitu:
keturunan yang sama atau satu suku, dua dimensi sosial, hukum dan kelembagaan, sosial,

74
Peranan Sistem Sasi Dalam Menunjang Pengelolaan Berkelanjutan di Daerah Raja Ampat ............... (Elva Lestari dan Arif Satria)

Gambar 2. Diagram Layang-layang Dimensi Keberlanjutan

ekonomi, dan teknologi, secara keseluruhan di Distrik Misool Barat. Kegiatan Sasi yang
(Goodness of fit) termasuk pada kategori dilakukan sejak lama untuk menjaga sumber
“Good”, namun terdapat dua dimensi yang perlu daya alam yang ada agar terjadi berkelanjutan.
mendapatkan perhatian utama dibandingkan Sasi telah diakui oleh pemerintah. Dalam
dimensi yang lain, dimensi tersebut yaitu dimensi membuat kawasan konservasi perairan daerah,
ekonomi dan teknologi. Hal tersebut karena kedua pemerintah, masyarakat dan LSM membuat
dimensi memiliki nilai yang rendah, walaupun kebijakan yang memperhatikan sistim Sasi.
dilihat pada nilai s-strees, dimensi ekonomi Pemerintah pusat memiliki kebijakan dalam
dikategorikan “Perfect”, dan dimensi teknologi pengelolaan sumber daya dengan membuat
dikategorikan “Excelent”, untuk dimensi teknologi aturan-aturan dan membuat suatu kawasan
masyarakat terutama responden banyak yang dengan zona-zona di dalamnya.
berkata dari segi teknologi masih sangat kurang
diperhatikan, dalam pembangunan sarana Implikasi Kebijakan
dan prasarana untuk pengelolaan sumber
daya di kawasan konservasi perairan daerah. Tingkat keberlanjutan sumber daya laut di
Dimensi ekonomi sendiri perlu perhatian lebih Distrik Misool Barat, termasuk kategori Good,
oleh pemerintah karena masyarakat pekerjaan walaupun Kabupaten Raja Ampat secara umum
utamanya menangkap ikan, namun dalam segi merupakan kabupaten baru, namun dengan
pemasukan nelayan hanya bergantung pada adanya Sasi yang masyarakat lakukan membuat
hasil melaut, yang menjadikan masyarakat kondisi sumber daya alam terjaga dengan baik.
mengalami kesulitan dalam memenuhi Pada dimensi ekonomi atribut yang sangat perlu
kebutuhan saat tidak melaut terutama pada saat di prioritaskan demi keberlanjutan sumber daya
angin musim selatan, bantuan berupa katinting alam adalah pemberdayaan nelayan dalam
yang diberikan pun masih belum tepat sasaran, bidang ekonomi/koperasi dan pemasukan lain
koperasi nelayan pun belum ada di daerah selain melaut. Masyarakat beranggapan belum
tersebut yang sebenarnya dapat membantu adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk
pengelolaan keuangan nelayan. mereka terutama dari segi pemenuhan ekonomi,
walaupun sumber daya alam laut di Distrik
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Misool Barat sangat baik dan melimpah. Dimensi
teknologi atribut yang perlu diprioritaskan untuk
Kesimpulan perbaikan menggunakan alat tradisional yang
masih masyarakat menggunakan bom atau
Pengelolaan kawasan konservasi perairan sianida.
daerah, berjalan baik karena mengadopsi sistem
Sasi. Sasi merupakan kearifan lokal yang sudah Keberadaan kelompok nelayan khusus
secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat perlu diperhatikan untuk mengawasi dan

75
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 2 Tahun 2015: 67-76

menjaga kawasan konservasi perairan daerah, Satria A., A, Umbari., A, Fauzi., A, Purbayanto.,
dan termasuk kawasan Sasi. Hal ini dilakukan E, Sutarto., I, Muchsin., I, Muflikhati.,
untuk mengurangi kegiatan negatif yang M, Karim., S, Saad., W, Oktariza. dan
merusak sumber daya. Selain itu dengan Z, Imran. 2002. Menuju desentralisasi
adanya pengalokasian dana dari pemerintah kelautan. Pusat kajian Agraria IPB,
membantu masyarakat di sekitar kawasan Partnership in Indonesia dengan PT
konservasi perairan daerah bertujuan agar Pustaka Cidesindo. Jakarta.
kegiatan pengawasan konservasi sendiri/
patroli pengawasan oleh kelompok masyarakat Satria, A. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir.
pengawasn berjalan baik. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta.

Satria, A. dan Y, Matsuda. 2004. Decentralization


DAFTAR PUSTAKA of fisheries management in Indonesia.
Dalam: Journal of Marine [Internet].
Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan [dikutip 8 Januari 2014]; 28(2004):
Indonesia Berbasis Kelautan, dalam 437-450.doi:http://ledhyane.lecture.ub.ac.
Orasi Ilmiah : Guru Besar Tetap Bidang id/files/2013/02/09.pdf.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Satria, A. 2007. Sawen Instituion, local knowledge
Kelautan Institut Pertanian Bogor. [Internet]. and myth in fiheries management in Nort
Bogor [ID]. [diunduh 10 Januari 2014]. Lombok, Indonesia.Fishers’ knowledge
Dapat diunduh dari http://repository.ipb. in fisheries science and management.
ac.id/bitstream/handle/123456789/43952/ UNESCO. Paris.
Isi.pdf?sequence=2.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem
Damanik R., A, Satria. dan B. Prasetiamartati. Sumber daya hayati di WilayahPesisir dan
2006. Menuju konservasi laut yang pro Laut Tropis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
rakyat dan pro lingkungan. Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
Jakarta.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.


2011. Data Pokok Kelautan dan Perikanan
Periode s.d Oktober 2011. [Internet].
Indonesia [ID]. [diunduh pada 6 Januari
2014]. Dapat diunduh pada http://
perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/
opac/themes/bappenas4/templateDetail.
jsp?id=142466&lokasi=lokal.

76

Anda mungkin juga menyukai