Abstrak
Sneakers pada saat ini digunakan sebagai komoditas untuk mengkonstruksi
identitas, melakukan reproduksi budaya pada masyarakat urban melalui praktik-
praktik sosial, gaya hidup, media sosial dan modal dalam pertarungan sosial. Secara
lebih lanjut terori reproduksi budaya yang lahirkan oleh Pierre Bourdieu digunakan
untuk membuka narasi tersembunyi dari sebuah praktik tertentu. Informan penelitian
ini merupakan individu yang tergabung dalam komunitas Indonesia Sneaker Team.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas Indonesia Sneaker Team dengan
sengaja melakukan pembedaan-pembedaan tertentu untuk mengkonstruksi identitas
sebagai sebuah modal untuk berkontestasi dengan narasi-narasi lain pada masyarakat
urban dengan menggunakan sneakers. Selain itu terjadi sebuah kontradiksi yang
mana meskipun sneakers pada saat ini menjadi mass product dan budaya pop,
komunitas Indonesia Sneaker Team sebagai komunitas pecinta sneakers justru
resistant terhadap budaya pop dan melabeli diri sebagai sub-culture.
Abstract
Sneakers nowadays is used as commodity for constructing identity,
performing cultural reproduction on urban society by social practices, lifestyle, and
social media and use them as capital in social contestation. Furthermore, the author
use cultural reproduction theory by Pierre Bourdieu to reveal the hidden narratives
from a certain social practices. The informant of this study were individuals who
joined as a member of Indonesia Sneaker Team. This research concludes an
explanation that Indonesia Sneaker Team as community purposely performing
certain differentiation to construct identity as a capital in contesting urban society
narratives by using sneakers. On the other hand, there is a contradiction in which
although sneakers are currently a mass product and a part of pop culture, Indonesia
Sneaker Team community as a sneakers enthusiast community is actually having
resistant reaction towards pop culture by labeling themselves as a part of sub-
culture.
anxious about the opinions of others, dalam Menno dan Alwi (1992)
hence one is always having to act” merumuskan ciri-ciri kehidupan
atau dapat didefinisikan menjadi masyarakat kota atau urban melalui
didalam kehidupan bermasyarakat model bipolar moralistic:
mengharuskan individu untuk Urban:
mencemaskan pendapat dari orang 0.Kota (town/city)
lain, oleh karena itu menjadi individu 1. Non-Komunitas
harus selalu bertindak dinamis. (Gessellschaft)
Sedangkan Koeswinarno (2004) 2. Urban
berpendapat bahwa identitas tidak
3. Berperadaban
dibentuk secara individual, tetapi juga Tab 4. Palsu, Superfisial
secara sosial, yakni ketika perilaku el Artifsial
seseorang dipresentasikan secara 1.1 5. Rumit
sosial. Berdasarkan pandangan ini, Mo
(Shopisticated)
dapat dilihat bahwa konsep identitas del
Bip 6. Kosmopolitan
yang dibentuk oleh komunitas
Indonesia Sneaker Team sejatinya olar 7. Masyarakat massa
tidak berasal dari internal komunitas, Mo 8. Korup
melainkan opini ataupun pandangan rali 9. Berubah-ubah
dari publik juga memengaruhi stic secara inheren
yan 10. Dehumanisasi
pembentukan identitas jati diri g 11. Universalistik
komunitas tersebut. Me
12. Heterogen
nce
Masyarakat Urban dan Gaya Hidup rmi 13. Impersonal
nka (anonym)
Urbanisme merupakan salah n 14. Terdisintegrasi
satu indikator dari adanya modernisasi Ciri (Anomik)
dan pembangunan (Evers & Korff, Keh 15. Sekuler
2002). Sedangkan Wirth (1938) idu
mendefinisikan urban sebagai kota, pan Masyrakat Urban (Gullick
dan masyarakat urban sebagai dalam Menno dan Alwin, 1992)
masyarakat yang memiliki gaya hidup
khas kekotaan. Sedangkan gaya hidup Meskipun ciri-ciri diatas cukup
yang memiliki ciri khas kekotaan jelas menggambarkan bagaimana sifat
adalah gaya hidup yang melahirkan kehidupan masyarakat urban, poin-
mentalitas kota, yang mana sikap, ide, poin karakteristik diatas tidak selalu
dan kepribadian masyarakatnya dapat untuk mewakili semua lampisan
berbeda dari yang terdapat di masyarakat urban, yang mana
pedesaan. Sehingga dari penjelasan didalamnya terdapat berbagai macam
tersebut dapat dilihat bahwa urbanisme identitas yang bebeda yang muncul
menjadi salah satu aspek penting pada konteks perkotaan. Jika dilihat
didalam modernisasi yang terjadi pada pada model diatas, ciri-ciri tersebut
masyarakat perkotaan. John Gullick termanifestasikan dalam gaya hidup
individu yang ada didalamnya. Tentu pada diri dapat dikategorikan sebagai
saja hal tersebut menjadikan relasi gaya hidup. Pola makan, outfit yang
diantara masyarakat urban dan gaya digunakan, pola kehidupan, hingga
hidup tidak dapat dipisahkan. Gaya pada tahap psikologis individu. Gaya
hidup menjadi erat kaitannya dengan hidup seseorang dapat diartikulasikan
masyarkat urban karena didalamnya melalui aktivitas, pemikiran, ataupun
terkandung nilai-nilai yang opini yang berhubungan dengan citra
merepresentasikan identitas-identitas diri sebagai media untuk
tertentu. Secara kasat mata dapat mengaktualisasikan identitas diri.
dilihat pada saat ini kehidupan Berkaitan dengan gaya hidup,
masyarakat urban banyak Amstrong dalam Nugrahaeni (2003)
dikonstruksikan melalui industri- mendefinisikan gaya hidup secara luas
industri kapital yang sebagai cara hidup yang
mengartikulasikan kehidupan urban diidentifikasikan oleh bagaimana
sebagai kehidupan yang serba padat orang menghabiskan waktu mereka,
akan kegiatan bersengan-senang, aktivitas apa yang mereka anggap
nongkrong, belanja, maupun aktivitas penting dalam lingkungannya,
―konsumsi‖ pada perkotaan. Sehingga ketertarikan dalam hal apa dan apa
pada saat ini masyarakat lebih yang mereka perkarakan tentang diri
memaknai gaya hidup masyarakat mereka sendiri dan dunia sekitarnya.
urban sebagai gaya hidup ―kekinian‖ Melihat definisi tersebut, gaya hidup
tanpa tahu makna yang terkandung dapat dikatakan sebagai kegiatan
didalamnya. produksi makna yang dilakukan
berulang kali, sehingga menjadi
Gaya hidup bergantung pada sebuah budaya baru atau dapat disebut
bentuk-bentuk kultural, masing- sebagai sub-kultur. Kamanto (2000)
masing merupakan gaya, tata karma, berpendapat bahwa gaya hidup adalah
cara menggunakan barang-barang, pola kehidupan seseorang, dan untuk
tempat dan waktu tertentu yang memhami kekuatan-kekuatan ini kita
merupakan karakteristik suatu harus memahami activity, interest, dan
kelompok, akan tetapi bukanlah dari opinion (AIO). Activity terdiri dari
keseluruhan pengalaman sosial mereka pekerjaan, hobi, ataupun kegiatan yang
(Chaney, 1996). Penjelasan tersebut dilakukan sehari-hari. Interest (minat)
menekankan bahwa gaya hidup bukan dapat dikategorikan seperti makanan,
diciptakan oleh diri sendiri, melainkan mode, keluarga, rekreasi. Sedangkan
timbul akibat adanya tekanan-tekanan opinion terdiri dari diri individu,
modernitas yang muncul mengikuti masalah-masalah sosial, bisnis dan
perkembangan jaman. Gaya hidup produk.
merupakan salah satu indikator dalam
kehidupan bermasyarakat yang dapat Sneakers dan Komodifikasi
menciptakan sebuah identitas baru.
Tidak hanya penampilan fisik, pelbagai ―Sneakers have been adored
macam simbol-simbol yang melekat and worshipped, since their inception.
Littlejohn, S. & Foss, K., 2005. Stets, J. E. & Burke, P., 2000.
Theories of Human Communication. Identity Theory and Social Identity
9th ed. Canada: Thomson and Theory. s.l.:American Sociological
Wadsworth. Association.