Anda di halaman 1dari 18

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SNEAKER CULTURE: STUDI ETNOGRAFI TERHADAP KOMUNITAS


INDONESIA SNEAKER TEAM DALAM KONSTRUKSI IDENTITAS DAN
REPRODUKSI BUDAYA URBAN

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Airlangga


Jalan Dharmawangsa Dalam No. 4-6, Surabaya 60286
Email: hutamagioo610@gmail.com

Abstrak
Sneakers pada saat ini digunakan sebagai komoditas untuk mengkonstruksi
identitas, melakukan reproduksi budaya pada masyarakat urban melalui praktik-
praktik sosial, gaya hidup, media sosial dan modal dalam pertarungan sosial. Secara
lebih lanjut terori reproduksi budaya yang lahirkan oleh Pierre Bourdieu digunakan
untuk membuka narasi tersembunyi dari sebuah praktik tertentu. Informan penelitian
ini merupakan individu yang tergabung dalam komunitas Indonesia Sneaker Team.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas Indonesia Sneaker Team dengan
sengaja melakukan pembedaan-pembedaan tertentu untuk mengkonstruksi identitas
sebagai sebuah modal untuk berkontestasi dengan narasi-narasi lain pada masyarakat
urban dengan menggunakan sneakers. Selain itu terjadi sebuah kontradiksi yang
mana meskipun sneakers pada saat ini menjadi mass product dan budaya pop,
komunitas Indonesia Sneaker Team sebagai komunitas pecinta sneakers justru
resistant terhadap budaya pop dan melabeli diri sebagai sub-culture.

Kata kunci: Sneakers, identitas, reproduksi budaya, gaya hidup, sub-culture.

Abstract
Sneakers nowadays is used as commodity for constructing identity,
performing cultural reproduction on urban society by social practices, lifestyle, and
social media and use them as capital in social contestation. Furthermore, the author
use cultural reproduction theory by Pierre Bourdieu to reveal the hidden narratives
from a certain social practices. The informant of this study were individuals who
joined as a member of Indonesia Sneaker Team. This research concludes an
explanation that Indonesia Sneaker Team as community purposely performing
certain differentiation to construct identity as a capital in contesting urban society
narratives by using sneakers. On the other hand, there is a contradiction in which
although sneakers are currently a mass product and a part of pop culture, Indonesia
Sneaker Team community as a sneakers enthusiast community is actually having
resistant reaction towards pop culture by labeling themselves as a part of sub-
culture.

Keywords: Sneakers, identity, cultural reproduction, lifestyle, sub-culture

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Koeswinarno (2004) identitas tidak


PENDAHULUAN dibentuk secara individual, tetapi juga
secara sosial yakni ketika perilaku
Identitas merupakan sebuah seseorang dipresentasikan secara
konsepsi yang memiliki arti yang sosial. Sehinga dapat dikatakan bahwa
sangat luas dan berbagai sudut pembentukan identitas diri atau
pandang perspektif yang berbeda. individu memiliki hubungan sebab-
Erikson (1968) menjelaskan bawha akibat terhadap identitas sosial,
identitas sebagai perasaan subjektif begitupun sebaliknya. Selanjutnya,
tentang diri yang konsisten dan penelitian ini berbicara mengenai
berkembang dari waktu ke waktu. identitas yang dikonstruksi oleh
Sedangkan Suparlan (2004) komunitas Indonesia Sneaker Team
mendefinisikan identitas sebagai dalam konteks masyarakat urban dan
pengenalan atau pengakuan terhadap bagaimana mereka melakukan
seseorang sebagai termasuk dalam reproduksi budaya melalui
suatu golongan yang dilakukan penggunaan sneakers dan aktivitas
berdasarkan atas serangkaian ciri- yang mereka lakukan.
cirinya yang merupakan sebuah satuan
yang bulat dan menyeluruh yang Urban merupakan sebuah
menandainya sebagai termasuk dalam konsepsi yang memiliki pelbagai arti
golongan tersebut. Dari kedua didalamnya, bergantung pada konteks
pengertian diatas dapat ditarik dua penggunaannya. Menurut Sapari
poin penting yang yang harus di telaah (1993) urban merupakan terminology
lebih dalam, identitas diri yang untuk menyebut sifat-sifat perkotaan,
menggambarkan diri sendiri dan juga sedangkan menurut Raharjo (1991)
identitas golongan atau lebih dikenal dalam Sapari (1993) istilah urban
sebagai identitas sosial. Thoits & berasal dari urbanisasi dan memiliki
Virshup (1997) dalam Lee (2006) dua pengertian. Pertama, urbanisasi
mengatakan bahwa identitas diri adalah proses pengkotaan, yaitu proses
merupakan hal dasar yang dimiliki pengembangan atau mengkotanya
oleh setiap orang terutama tentang suatu daerah, terutama desa. Kedua,
penjelasan siapa diri kita atau who am urbanisasi adalah perpindahan atau
I in my own eyes? (siapa diri kita pergeseran penduduk dari desa ke kota
menurut diri kita sendiri?). (urbanward migration. Berdasarkan
Sedangankan identitias sosial penjelasan tersebut, dapat dilihat
merupakan pengetahuan seseorang bahwasanya urban merupakan konsep
terhadap individu yang bergantung yang tidak dapat dilepaskan dari
pada kategori sosial atau kelompok ―kota‖ dan apapun yang ada
(Hogg & Abrams dalam Stets & didalamnya. Modernisasi dan
Burke, 2000). Identitas diri maupun pembangunan hingga saat ini selalu
identitas sosial merupakan dua dikaitkan dengan kehidupan perkotaan,
konsepsi yang saling berkaitan dan seakan masyarakat yang tinggal pada
susah dipisahkan. Menurut perkotaan dianggap sebagai individu

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang selalu modern. Urbanisme 1. Satuan sosial yang besar, tidak


merupakan salah satu indikator dari terpencil, melek huruf dan
adanya modernisasi dan pembangunan heterogen
(Evers & Korff, 2002). Masyarakat 2. Minimnya rasa kesatuan dan
urban merupakan sekumpulan orang solidaritas kelompok
yang tinggal di perkotaan dan 3. Pola kehidupan masyarakat
menganut pola pikir dan budaya yang beragam karena masyarakatnya
berbeda dari pedesaan. Konsep urban heterogen
sendiri terjadi ditandai oleh urbanisasi 4. Perilaku masyarakat
yang disebabkan oleh industrialisasi diperhitungkan, memberi
yang menjanjikan kemakmuran dan peluang untuk berbeda
kemapapan yang lebih. Hal tersebut pendapat, banyak
yang menyebabkan masyarakat urban menyampaikan kritik, dan
memiliki sifat yang unik dan beragam sifatnya personal
karena berasal dari ide-ide yang 5. Hubungan kekerabatan dan
dibawa dari desa menuju kota. kekeluargaan tidak dilandasi
Radfield (1947) dalam Ismiani (1991) pranata yang kuat, oleh karena
memberikan 6 poin penting yang itu cenderung menjadi
menjadi karakteristik masyarakat renggang
urban, yakni: 6. Pemikiran-pemikiran bersifat
logis
Sehingga, jika mengacu pada ciri-ciri 2014). Unsur-unsur penting yang ada
diatas, komunitas Indonesia Sneaker didalamnya seperti habitus, modal dan
Team dapat dikategorikan sebagai ranah memiliki peranan masing-
masyarakat urban. masing dalam proses praktik sosial.
Habitus sendiri merupakan sebuah
Dalam teorinya mengenai strukrut mental atau kognitif tang
reproduksi budaya, Bourdieu digunakan oleh agen atau aktor untuk
mengatakan terdapat konsep-konsep enghadapi kehidupan sosial yang mana
khas seperti habitusm modal dan ranah secara dialektika, habitus merupakan
yang digunaakn unruk membongkar ―produk internalisasi struktur‖ dunia
atau menyingkap dominasi dalam sosial (Ritzer & Goodman, 2010).
berbagai ranah, diasumsukan sellau Selanjutnya, ranah (arena atau field)
ada dalam masyarakat, dengan lebih didefinisikan sebagai sebuah
melacak kepemilikan atau akumulasi jaringan konfigurasi, ataupun
kepemilkan modal masing-masing hubungan-hubungan objektif diantara
anggota masyarakat (Krisdianto, 2014, pelbagai posisi (Bourdieu &
hal.191). Dalam praktik sosial milik Wacquant, 1992). Bourdieu (1993)
Bourdieu, ia merumuskan teori praktik sendiri menambahkan bawhasanya
sosial menggunakan persamaan ranah merupakan konsep yang bersifat
(Habitus x Modal) + Ranah (Arena) = dinamis, yang mna perubahan posisi-
Praktik (Bourdieu dalam Krisdianto, posisi agen atau aktor mau tak mau

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menyebabkan perubahan struktur itu saling berbagi masalah, perhatian atau


sendiri. Lalu modal dapat didefinisikan kegemaran dengan saling bertinteraksi
sebagai penentu dari posisi agen atau secara terus menerus (Iriantara, 2004).
aktor dalam sebuah ranah yang mana Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik
kebergantungan ini diukur melalui bahwa interaksi dan komunikasi
kepemilikan dari modal itu sendiri. merupakan sebuah aspek yang sangat
Definisi modal (capital) tidak terbatas dibutuhkan dalam menjalankan sebuah
pada modal ekonomi, melainkan komunitas. Interaksi dan komunikasi
modal simbolik, kultural, dan modal menjadi sarana dalam penyampaian
sosial (idem). Konsep-konsep yang berbagai masalah, ide-ide, gagasan,
ada dalam praktik sosial milik kegemeran baik secara internal
Bourdieu saling berkaitan dan tidak komunitas maupun kepada eksternal.
dapat dilepaskan satu sama lain. Mahar Terdapat berbagai macam faktor
dan Haker (2010) mengatakan penentu komunitas dapat terbentuk dan
bahwasanya konsep habitus dan ranah berjalan dalam bermasyarakat. Dalam
saling mengandalkan hubungan dua komunitas manusia, individu-individu
arah, yakni hubungan struktur objektif di dalamnya dapat memiliki maksud,
(struktur bidang sosial) dan juga kepercayaan, sumber daya, preferensi,
struktur habitus yang telah terintegrasi kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi
pada pemikiran serta perilaku individu lain yang serupa (Wenger dkk., 2002).
yang menjadi agen atau aktor. Habitus Keadaan atau kondisi yang serupa
ada di pikiran aktor, sebaliknya ranah merupakan salah satu faktor penting
berada pada luar pikiran mereka terciptanya sebuah komunitas. Adanya
(Krisdianto, 2014). frame of refrence (FOR) dan frame of
experience (FOE) yang hampir sama
Dewasa ini, sneakers menjadi berimpliakasi pada iklim komunikasi
sebuah komoditas yang sangat massif yang baik sehingga komunitas menjadi
digunakan oleh masyarakat Indonesia, sekumpulan individu yang memiliki
tidak terbatas oleh usia maupun jenis ruang lingkup yang sama dalam
kelamin. Massifnya penggunaan konteks komunikasi, dimana hal
sneakers tersebut memiliki dampak tersebut akan menjadikan identitas
yang cukup signifikan terhadap yang melekat pada tiap-tiap individu
konstruksi identitas yang ada pada didalamnya dan membentuk sebuah
masyarakat urban. Hal tersebut indentitas kolektif sebuah komunitas.
dimanfaatkan oleh komunitas
Indonesia Sneaker Team sebagai salah Dalam perkembangannya,
satu komunitas pecinta sneakers— komunitas dapat dibedakan menjadai
sneakerhead sebagai modal dalam berbagai jenis pengelompokkan
proses praktik sosial dalam reproduksi berdasarkan pada indikator-indikator
budaya dan konstruksi identitas tertentu. Crow dan Allan (1994)
mereka melalui sneakers yang mereka mengkategorikan komunitas dalam 2
gunakan. Komunitas sendiri (dua) komponen utama, yakni:
merupakan sekumpulan orang yang

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Berdasarkan lokasi atau maupun kegiatan komunitas


wilayah: sebuah komunitas yang keanggotaannya
dapat dilihat sebagai sebuah tersebar diberbagai wilayah.
tempat dimana sekumpulan 3. Berumur panjang atau
orang memiliki sesuatu yang pendek: dalam
sama secara geografis. perkembangannya,
2. Berdasarkan minat: komunitas dapat berjalan
sekelompok orang yang dalam waktu yang beragam.
mendirikan sebuah Terdapat komunitas yang
komunitas karena hanya dapat berjalan dalam
mempunyai ketertarikan dan waktu yang singkat, namun
minat dalam bidang yang ada pula komunitas yang
sama, misalnya agama, mampu berjalan dalam
pekerjaan, suku, ras, waktu yang lama.
maupun berdasarkan 4. Internal atau Eksternal:
kelainan seksual tertentu. bagaimana sebuah fungsi
komunitas bekerja, apakah
Selain itu, dalam literature hanya terkoneksi dengan
lainnya Wenger dkk. (2002) pihak internal komunitas
mendefiniskan komunitas dalam atau dapat berinteraksi dan
berbagai macam bentuk dan bekerjasama dengan
karakteristik, diantaranya: komunitas atauoun
1. Besar atau kecil: pada organisasi eksternal.
kategori ini komunitas 5. Homogen atau heterogen:
digolongkan berdasarkan dalam kategori ini,
jumlah anggota yang komunitas digolongkan
tergabung didalamnya. Besar berdasar pada latar belakang
kecilnya anggota disuatu individu didalamnya, apakah
kelompok komunitas tidak berasal dari latar belakang
menjadi sebuah masalah yang sama ataupun dari latar
yang spesifik, dan juga belakang yang berbeda.
komunitas yang memiliki Proses komunikasi didalam
banyak anggota biasanya komunitas biasanya akan
dibagi menjadi sub divisi berjalan lebih mudah ketika
berdasarkan wilayah-wilayah individu didalamnya berasal
ataupun sub divisi tertentu dari latar belakang yang
2. Terpusat atau tersebar: dalam sama. Sebaliknya, ketika
kategori ini, komunitas suatu komunitas didalamnya
dikelompokkan berdasar terdapat berbagai macam
pada letak geografis aktivitas individu dari latarbelakang
komunitas tersebut yang berbeda makan akan
dilakukan, baik didalam diperlukan rasa saling
suatu wilayah terpusat

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengerti terhadap satu sama Instagram dan Youtube, sehingga


lainnya. membuat komunitas ini menjadi
6. Spontan atau secara sengaja: komunitas modern. Howard Rheingold
terdapat berbagai komunitas (1993) menjelaskan komunitas modern
yang dalam prakteknya ini sebagai komunitas virtual.
terbentuk secara tidak Komunitas virtual ditandakan dengan
sengaja (spontan) karena adanya usaha sukarela dan ketertarikan
adanya kebutuhan berbagi yang kuat terhadap satu topik dalam
informasi dan memiliki anggotanya. Komunitas virtual atau
minat yang sama. Akan online merupakan sebuah ruang
tetapi juga terdapat virtual, yang mana kebutuhan
komunitas yang terbentuk informasi dapat disajikan dalam
karena adanya tekanan- bentuk bahasa yang alami (Shah,
tekanan dari sebuah lembaga 2010). Lebih lanjut, komunitas virtual
ataupun sebuah adalah komunitas yang diharapkan
pengembangan dari sebuah dapat melampaaui batasan-batasan
organisasi. fisik yang tidak dapat dijangkau oleh
7. Tidak dikenal atau dibawahi manusia, seperti ruang dan waktu
sebuah institusi: komunitas (Friedman, 2006). Berdasarkan
dapat terbentuk melalui penjelasan tersebut, komunitas virtual
sebuah arahan dari institusi atau komunitas yang bergerak pada
tertentu sehingga pada media sosial dapat melampaui batasan
praktiknya, komunitas ruang dan waktu, sehingga individu
tersebut memiliki sebuah yang memiliki lokasi geografis dan
jaringan yang sudah ada. waktu yang berbeda pun juga dapat
Selain itu, terdapat memasuki komunitas yang sama,
komunitas yang berdiri berbagi informasi yang sama, dan
secara independen, sehingga mendapatkan lingkungan yang sama
pada awal praktiknya tidak juga. Tsai dkk (2012) mengatakan
dikenal oleh masyarakat luas. bahwasanya melalui komunitas virtual,
individu dapat mendapatkan
Atas dasar tersebut, komunitas dapat pengalamn batu dalam mengonsumsi
dikategorikan dari berbagai macam sesuatu yang pada praktiknya mungkin
aspek dan ruang lingkup yang dibatasai oleh pemikiran-pemikiran
mendasari konteks komunitas tersebut tradisional. Dengan adanya pergerakan
dapat terbentuk baik secara fungsi, informasi yang sangat dinamis dan
tujuan, pemikiran, maupun segala arus pengetahuan dari segala macam
sesuatu yang melekat pada komunitas. arah, menjadikan tiap-tiap individual
yang bergabung dalam suatu
Selain melakukan aktivitas komunitas dapat menciptakan sebuah
pada dunia nyata komunitas Indonesia konten atau unggahan secara
Sneaker Team juga melakukan kolaboratif melalui sarana yang
aktivitas pada media sosial facebook, tersedia. Dalam komunitas Indonesia

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sneaker Team, terdapaat kesamaan dianggap paling aktif atau memiliki


minat pada anggotanya, yakni terhadap kontribusi besar, menyediakan
sneakers menjadi sebuah tujuan utama informasi paling sering dan dirasa
komunitas virtual itu terbentuk dan dapat menjalin hubungan yang baik
mampu menimbulkan interaksi yang terhadap individu baru tadi.
terstruktur. Faraj dan Johnson (2011)
mengatakan bahwa pola komunikasi TINJAUAN PUSTAKA
kelompok pada komunitas virtual
berfokus pada komunikasi timbal balik Identitas diri, kelompok dan sosial
atau reciprocity yang mana dapat
menimbulkan preferential attachment Manusia terlahir dengan
dan juga direct & indirect reciprocity. identitasnya masing-masing. Identitas
Dalam komunitas sosial, setiap tersebut merupakan hasil dari proses
informasi yang disediakan atau interaksi dan komunikasi yang
mengalir secara alamiah dalam dilakukan oleh nenek moyang pada
komunitas tidak menjamin adanya generasi sebelumnya. Identitas yang
proses timbal balik yang kentara, dilahirkan memiliki berbagai macam
melainkan lebih sering disebut sebagau bentuk dan fungsi yang dapat
―pemberian tidak terlihat‖ yang mana digolongkan kedalam kualifikasi
bersifat sangat simbolis, sehingga pada tertentu, misalnya suku, ras, agama,
praktiknya memperkuat rasa jenis kelamin dan sebagainya. Identitas
solidaritaas kelompok atau komunitas selalu akan mengalami sebuah
itu sendiri. Sedangkan indirect perubahan, pada kadar sekecil apapun
reciprocity atau dalam bahasa sesuai dengan perubahan jaman dan
Indonesia dapat dikatakan sebagai budaya (Giddens, 1991). Identitas
timbal balik tidak langsung seringkali merupakan sebuah hal yang dapat
terjadi pada komunitas online, akibat digunakan untuk menjelaskan
adanya keberjarakan waktu dan ruang. bagaimana kita memposisikan diri dan
Mengingat teknologi informasi, dalam bagaiamana orang lain memposisikan
konteks ini media sosial sebagai media diri kita. Identitas akan selalu berubah
baru memiliki fungsi untuk mengikuti konteks masa dimana
menghapuskan ukuran ruang dan indentitas tersebut melekat. ―Identity
waktu, sehingga komunikasi tidak then is never a static location, it
perlu berjalan pada konteks yang contains traces of its past and what it
sama. Unsur terakhir merupakan is to become” (Rutherford, 1990).
preferential attachment yakni sebuah Sehingga, identitas yang melekat pada
modal utama bagi individu dalam suatu individu maupun kelompok
komunitas untuk tetap dapat diakui (kolektif) selamanya tidak akan
kehadirannya oleh individu yang lain. menjadi identitas yang tetap dan
Dalam prakitknya seringkali dilihat dinamis. Identities are never fixed but
individu yang baru memasuki sebuah complex, differentiated and are
kelompok atau komunitas cenderung constantly repositioned (Mercer,
untuk mendekatkan diri kepada yang 1990).

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Identity is about belonging, Virshup (1997) dalam Lee (2006)


about what you have in common with mengatakan bahwa identitas diri
some people and what differentiates merupakan hal dasar yang dimiliki
you from others (Weeks, 1990). Dari setiap orang terutama tentang
pengertian tersebut, identitas dapat penjelasan siapa diri kita. Sehingga
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi menarik ketika menjadikan
menempel pada individu dalam sebuah komunitas sebagai objek penelitian
konteks masyarakat dan dapat identitas diri, karna didalamnya
digunakan sebagai pembeda dengan terdapat berbagai macam identitas
individu yang lainnya. Menurut Weeks yang terteancap pada tiap-tiap
dalam Rutherford (1990), dengan individu.
mengatakan siapa –identitas-- diri kita
sebagai individu, kita juga menuntut Menurut Harre dalam
diri kita sendiri untuk Littlejohn & Foss (2005) manusia
mengekspresikan apa (what) diri kita, memiliki dua identitas diri, yakni the
apa yang kita yakini/percaya person dan the self. The person adalah
(believes), dan apa keinginan atau identitas diri manusia yang
hasrat (desire) sebagai individu. Hal ditunjukkan kepada publik. Sedangkan
yang menjadi permasalahan dalam the self adalah identitas diri yang
penanaman identitas didalam individu ersifat privat dan tidak semua orang
adalah keyakinan dan hasrat yang dapat mengetahuinya. The person
seringkali secara jelas berkonflik – memiliki atribut dan karakteristik
karena memiliki nilai-nilai dan hasrat tertentu yang telah ditetapkan dalam
yang berbeda— tidak hanya dengan suatu budaya atau grup sosial—
komunitas yang berbeda akan tetapi misalkan laki-laki maskulin dan
juga terjadi pada diri sendiri. Identitas perempuan feminim. Sedangkan the
menjadi sebuah konflik tersendiri pada self didefinisikan sebagai area privat
konteks kehidupan bermasyarakat. yang tersimpan dalam benak individu.
Adanya kesan eksklusivitas yang Dalam kehidupan bermasyarakat,
ditanamkan pada identitas tertentu individu seringkali bahkan dapat
membangkitkan sifat primordialism dipastikan menggunakan identitas the
yang melihat identitas individu person yang dimiliki, entah untuk
ataupun kelompok lain menjadi menyesuaikan dengan konteks ataupun
subordinat. Sebagai mahkluk sosial, tidak terlalu nyaman untuk
manusia memiliki peranan tersendiri mengungkapkan identitas the self
bagi dirinya sendiri maupun bagi terhadap publik. Selanjutnya identitas
lingkungan sosialnya. Adanya identitas yang dipresentasikan kepada
diri menjadikan individu didalam masyarakat luas akan mengalami
hidup bermasyarakat memiliki fungsi perubahan seiring dengan pandangan
dan perananan yang berbeda dengan dan opini yang berlaku pada suatu
individu yang lan, sehingga fungsi konteks masyarakat. Finklestein
identitas sebagai pembeda kelas sosial berpendapat bahwa ―living in public
akan muncul. Menurut Thoits dan requires the individual to be always

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

anxious about the opinions of others, dalam Menno dan Alwi (1992)
hence one is always having to act” merumuskan ciri-ciri kehidupan
atau dapat didefinisikan menjadi masyarakat kota atau urban melalui
didalam kehidupan bermasyarakat model bipolar moralistic:
mengharuskan individu untuk Urban:
mencemaskan pendapat dari orang 0.Kota (town/city)
lain, oleh karena itu menjadi individu 1. Non-Komunitas
harus selalu bertindak dinamis. (Gessellschaft)
Sedangkan Koeswinarno (2004) 2. Urban
berpendapat bahwa identitas tidak
3. Berperadaban
dibentuk secara individual, tetapi juga Tab 4. Palsu, Superfisial
secara sosial, yakni ketika perilaku el Artifsial
seseorang dipresentasikan secara 1.1 5. Rumit
sosial. Berdasarkan pandangan ini, Mo
(Shopisticated)
dapat dilihat bahwa konsep identitas del
Bip 6. Kosmopolitan
yang dibentuk oleh komunitas
Indonesia Sneaker Team sejatinya olar 7. Masyarakat massa
tidak berasal dari internal komunitas, Mo 8. Korup
melainkan opini ataupun pandangan rali 9. Berubah-ubah
dari publik juga memengaruhi stic secara inheren
yan 10. Dehumanisasi
pembentukan identitas jati diri g 11. Universalistik
komunitas tersebut. Me
12. Heterogen
nce
Masyarakat Urban dan Gaya Hidup rmi 13. Impersonal
nka (anonym)
Urbanisme merupakan salah n 14. Terdisintegrasi
satu indikator dari adanya modernisasi Ciri (Anomik)
dan pembangunan (Evers & Korff, Keh 15. Sekuler
2002). Sedangkan Wirth (1938) idu
mendefinisikan urban sebagai kota, pan Masyrakat Urban (Gullick
dan masyarakat urban sebagai dalam Menno dan Alwin, 1992)
masyarakat yang memiliki gaya hidup
khas kekotaan. Sedangkan gaya hidup Meskipun ciri-ciri diatas cukup
yang memiliki ciri khas kekotaan jelas menggambarkan bagaimana sifat
adalah gaya hidup yang melahirkan kehidupan masyarakat urban, poin-
mentalitas kota, yang mana sikap, ide, poin karakteristik diatas tidak selalu
dan kepribadian masyarakatnya dapat untuk mewakili semua lampisan
berbeda dari yang terdapat di masyarakat urban, yang mana
pedesaan. Sehingga dari penjelasan didalamnya terdapat berbagai macam
tersebut dapat dilihat bahwa urbanisme identitas yang bebeda yang muncul
menjadi salah satu aspek penting pada konteks perkotaan. Jika dilihat
didalam modernisasi yang terjadi pada pada model diatas, ciri-ciri tersebut
masyarakat perkotaan. John Gullick termanifestasikan dalam gaya hidup

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

individu yang ada didalamnya. Tentu pada diri dapat dikategorikan sebagai
saja hal tersebut menjadikan relasi gaya hidup. Pola makan, outfit yang
diantara masyarakat urban dan gaya digunakan, pola kehidupan, hingga
hidup tidak dapat dipisahkan. Gaya pada tahap psikologis individu. Gaya
hidup menjadi erat kaitannya dengan hidup seseorang dapat diartikulasikan
masyarkat urban karena didalamnya melalui aktivitas, pemikiran, ataupun
terkandung nilai-nilai yang opini yang berhubungan dengan citra
merepresentasikan identitas-identitas diri sebagai media untuk
tertentu. Secara kasat mata dapat mengaktualisasikan identitas diri.
dilihat pada saat ini kehidupan Berkaitan dengan gaya hidup,
masyarakat urban banyak Amstrong dalam Nugrahaeni (2003)
dikonstruksikan melalui industri- mendefinisikan gaya hidup secara luas
industri kapital yang sebagai cara hidup yang
mengartikulasikan kehidupan urban diidentifikasikan oleh bagaimana
sebagai kehidupan yang serba padat orang menghabiskan waktu mereka,
akan kegiatan bersengan-senang, aktivitas apa yang mereka anggap
nongkrong, belanja, maupun aktivitas penting dalam lingkungannya,
―konsumsi‖ pada perkotaan. Sehingga ketertarikan dalam hal apa dan apa
pada saat ini masyarakat lebih yang mereka perkarakan tentang diri
memaknai gaya hidup masyarakat mereka sendiri dan dunia sekitarnya.
urban sebagai gaya hidup ―kekinian‖ Melihat definisi tersebut, gaya hidup
tanpa tahu makna yang terkandung dapat dikatakan sebagai kegiatan
didalamnya. produksi makna yang dilakukan
berulang kali, sehingga menjadi
Gaya hidup bergantung pada sebuah budaya baru atau dapat disebut
bentuk-bentuk kultural, masing- sebagai sub-kultur. Kamanto (2000)
masing merupakan gaya, tata karma, berpendapat bahwa gaya hidup adalah
cara menggunakan barang-barang, pola kehidupan seseorang, dan untuk
tempat dan waktu tertentu yang memhami kekuatan-kekuatan ini kita
merupakan karakteristik suatu harus memahami activity, interest, dan
kelompok, akan tetapi bukanlah dari opinion (AIO). Activity terdiri dari
keseluruhan pengalaman sosial mereka pekerjaan, hobi, ataupun kegiatan yang
(Chaney, 1996). Penjelasan tersebut dilakukan sehari-hari. Interest (minat)
menekankan bahwa gaya hidup bukan dapat dikategorikan seperti makanan,
diciptakan oleh diri sendiri, melainkan mode, keluarga, rekreasi. Sedangkan
timbul akibat adanya tekanan-tekanan opinion terdiri dari diri individu,
modernitas yang muncul mengikuti masalah-masalah sosial, bisnis dan
perkembangan jaman. Gaya hidup produk.
merupakan salah satu indikator dalam
kehidupan bermasyarakat yang dapat Sneakers dan Komodifikasi
menciptakan sebuah identitas baru.
Tidak hanya penampilan fisik, pelbagai ―Sneakers have been adored
macam simbol-simbol yang melekat and worshipped, since their inception.

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sometime in the mid 1990s, they komofidikasi tersebut saling


stopped being worn just by certain melengkapi satu sama lain dalam
element of youth culture and became memenuhi kepentingan kapitalis untuk
footwear worn by everybody, truly mendapatkan keuntungan dari para
universal, engaging all ages, trend and consumer. Komodifikasi sendiri dapat
classes” (Heard, 2015). Sneakers yang dikatakan masuk sebagai gejala
pada awalnya hanya digunakan oleh kapitalisme, tidak lain dengan tujuan
sekelompok individu tertentu yang memperluas pasar, dengan
memiliki tujuan memepermudah meningkatkan keuntungan sebesar-
aktivitas olahraga—atlet, telah berubah besarnya (Anggrian dan Nur, 2018).
semenjak tahun 1900 awal dan Akan tetapi jika dilihat tidak melalui
menjadi sebuah benda yang dikagumi kacamata kapitalisme, komodifikasi
dan dipuja-puja. Sehingga dapat yang terjadi pada sebuah hal atau suatu
dikatakan bahwasanya sneakers benda dapat digunakan untuk merubah
mengalami pergeseran makan berkat nilai-nilai yang menempel pada
komodifikasi yang dilakukan oleh budaya tertentu, sneakers misalnya.
produsen dan juga konsumen itu Komodifikasi yang dilakukan terhadap
sendiri. Piliang (2010, hal.23) sneakers jika dilihat melalui perpsektif
mencoba mendefinisikan komodifikasi kapitalisme akan menguntungkan satu
sebagai sebuah proses menjadikan pihak dalam prosesnya, yakni
sesuatu yang sebelumnya bukan produsen, Akan tetapi jika
komoditi, diolah sedemikian rupa komodifikasi ini berdasarkan
hingga menjadi komoditi yang perspektif budaya, dan menggunakan
berharga. teori reproduksi budaya oleh Bourdieu,
maka dapar dikatakan hal tersebut
Komodifikasi sendiri dilakukan dengan tujuan memperkaya
merupakan sebuah proses asosiasi modal, tidak secara materi melainkan
terhadap kapitalisme, yakni simbolis terhadap sneakers. Hal
menjadikan objek kualitas dan tanda tersebut terjadi dalam pratik-praktik
sebagai komoditas. Maka jika ditarik sosial dalam rangka menduduki
melalui pengertian diatas, sneakers dominasi narasi pada sebuah kontestasi
telah yang awalnya hanya menjadi budaya, Budaya sendiri hadir sebagai
sebuah alas kaki dan tidak memiliki lahan atau tempat dimana kontestasi
kualtias objek dan tanda dirubah anatara gagasan dan praktik material
sedemikian rupa melalui proses-proses berlangsung (Hujatnikajennong dkk,
tertentu oleh kapitalis dengan tujuan 2006).
menjadikannya sebagai objek yang
penuh dengan nilai-nilai dan METODOLOGI
berkualitas. Dalam ranah komunikasi,
komodifikasi terbagi menjadi 4 Penelitian ini akan
bentuk, yakni komodifikasi isi, menggunakan pendekatan kualitatif.
khalayak, cybernetic dan tenaga kerja Pendekatan kualitataif dipilih agar
(Telling, 2012, hal.9). Keempat peneliti dapat mengeksplor dan

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memahami lebih dalam megenai bagaimana mereka berpakaian,


fenomena-fenomena komunikasi yang membedakan diri dari masyarakat
diteliti. Peneliti akan melakukan umum, dan tentunya menggunakan
participant-observation,yang mana sneakers sebagai menifestasi dari
peneliti akan mengobservasi subjek identitas diri. Teori identitas sosial dan
penelitian secara langsung. Penelitian diri menurut Turner dkk dalam Stets &
akan berfokus pada komunitas Burke (2000) menyebutkan bahwa the
Indonesia Sneaker Team dalam self bersifat refleksif, yang mana dapat
menggunakan sneaker sebagai alat membantu mengkategorikan dan
untuk menkonstruksikan identitas diri mengklasifikasi atau menamakan diri
maupun sosialnya dan bagaimana melalui cara tertentu dengan tujuan
komunitas tersebut dapat melakukan menghubungkan dengan kategori atau
reproduksi budaya pada masyarakat klasifikasi sosial. Melalui penjelasan
urban. Konsturksi identitas dan tersebut, dapat ditarik bahwasanya
reproduksi budaya urban yang identitas diri dibentuk dan dipengaruhi
termanifestasikan dalam gaya hidup oleh lingkungan sosial maupun
akan dilihat melalui aktivitas sehari- kelompok masyrakat dengan tujuan
hari maupun melalui media sosial. dapat menjadi bagian dari mereka.
Selanjutnya Hog & Abrams (1988)
Teknik pengumpulan data yang dalam Stets & Burke (2000)
akan dilakukan dalam peneltian ini mendefinisikan identitas sosial sebagai
adalah dengan melakukan in-depth pengetahuan seseorang mengenai
interview dan juga observasi kepada bagaimana individu termasuk dalam
lima anggota yang tergabung dalam kategori atau kelompok sosial.
komunitas Indonesia Sneaker Team Sedangkan kelompok sosial
Surabaya, yakni Pandu, Bhisma, merupakan serangkaian individual
Raihan, Dede dan Bryan. Peneliti juga yang memiliki identifikasi sosial yang
akan mewawancarai informan- serupa, atau memandang diri mereka
informan yang ditemukan secara sebagai anggota dari kategori sosial
aksidental, yang mana individu yang sama (Stets & Burke, 2000).
tersebut aktif terlibat dalam kegiatan Sehingga individu yang merupakan
komunitas Indonesia Sneaker Team anggota komunitas Indonesia Sneaker
baik dalam secara langsung maupun Team memiliki pengaruh dalam
melalui media sosial. membentuk identitas diri satu sama
lain.
PEMBAHASAN
Komunitas Indonesia Sneaker
Selama proses penelitian, Team menjadikan tiap kegiatan secara
peneliti melihat komunitas Indonesia langsung maupun online—aktivitas
Sneaker Team secara langsung media sosial, sebagai salah satu
maupun tidak mengungkapkan habitus yang mana dilakukan dalam
identitas mereka ketika sedang rangka proses reproduksi budaya untuk
berkelompok. Hal tersebut terlihat dari melegitimasi sebuah narasi dalam

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

lingkup sosial tertentu. Pernyataan menggunakan sneaker dipadukan


tersebut sesuai dengan apa yang dengan celana, baju, maupun aksesoris
dikatakan Pandu, yang merupakan yang tepat sebagai sarana untuk
salah satu founder dari komunitas mencerminkan identitas diri. Some
Indonesia Sneaker Team. Pandu kind of dress and body decoration
mengatakan: make the identity of the individual
highliy visible, while other disguise
“Kegiatan yang gw lakuin sama (Finklestein, 2007). Melalui definisi
anak-anak IST, seperti gathering,
jual-beli, maupun foto onfeet
tersebut, sneakers ataupun dekorasi
merupakan upaya dari anak-anak pada tubuh dapat digunakan sebagai
untuk menunjukkan kalo kita ini alat untuk membentuk identitas diri
beda dengan masyarakat dan kelompok.
umum…kita tuh rebel...Tapi di sisi
lain kita juga pengen mengedukasi Anggota Indonesia Sneaker
masyarakat untuk ngerti sneakers
itu seperti apa, dan kita pengen
Team sebagai komunitas selalu
masyarakat pake sneaker di semua menegaskan bahwasnya identitas
kalangan sih…biar sneaker culture mereka dibentuk oleh apapun yang
makin berkembang juga.” menempel atau digunakan pada kaki
(komunikasi personal, 25 Juni mereka—terlebih pada penggunaan
2019)
sneakers. Begitupula cara mereka
Segala praktik-praktik sosial dalam memandang individu lainnya, mereka
konteks reproduksi budaya yang juga menyadari bahwasanya pada
dilakukan oleh komunitas Indonesia kehidupan bermasyarakat di Indonesia
Sneaker Team selanjutnya akan tidak semua individu memiliki dan
dipahami sebagai sneaker culture. menggunakan sneakers pada tiap
harinya, bahkan ada pula komunitas
Terdapat dua identitas yang yang menggunakan sepatu boots dan
dipresentasikan oleh anggota jenis-jenis sepatu lainnya. Heard
komunitas Indonesia Sneaker Team. (2015, hal.9) menjelaskan ―Unlike the
Petama, ketika mereka berkumpul proverbial book and its cover, it is
bersama individu lainnya sesama possible to judge people by the
anggota komunitas dan kedua, ketika trainers they wear” yang mana dapat
individu tersebut tidak berada diantara diartikan bahwa dalam sneakers
anggota komunitas atau pada culture peribahasa mengenai buku dan
kehidupan sosial. Kedua identitas sampulnya tidak berlaku, bahkan
tersebut dapat termanifestasikan individu dapat menghakimi seseorang
melalui praktik budaya yang mereka hanya berdasarkan sneakers yang ia
lakukan sehari-hari melalui komunitas gunakan. Selain itu, Heard (2015,
dan sneakers yang mereka kenakan. hal.12) juga mengatakan, meskipun
Dalam kehidupan sehari-hari maupun semua orang menggunakan sneakers,
unggahan pada media sosial, anggota hal tersebut tidak menjadikannya
Indonesia Sneaker Team fenomena jika tidak digerakkan oleh
‗kelompok‘ tertentu. Sehingga dapat

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ditarik bahwa massifnya fenomena ketika event diselenggarakan pada


sneakers culture sendiri merupakan ruang publik—atrium mall—dan tidak
sebuah produk atau tindakan hasil dari menarik biaya untuk memasuki event
relasi diantara habitus dan ranah yang tersebut maka pengunjung akan
dimiliki oleh komunitas Indonesia semakin banyak. Hal tersebut
Sneaker Team baik dalam perspektif dikarenakan pengunjung mall yang
individu maupun kelompok. bukan individu dalam sneakers culture
pun akan berhenti sejenak hanya untuk
Meskipun sneaker culture sekedar melihat event.
merupakan budaya yang di impor dari
Amerika melalui olahraga basket dan Finklestein (2007) mengatakan
seni musik, melalui habitus dan ranah ―The public domain is for the pursuit
yang berbeda komunitas Indonesia of ambition and avarice, reputation
Sneaker Team melakukan reproduksi and glory”, atau dengan kata lain area
budaya secara mandiri melalui modal- publik merupakan medium dalam
modal yang mereka miliiki. Upaya tujuan mengejar ambisi, keserakahan,
imitasi yang dilakukan komunitas reputasi dan kejayaan tertentu. Melalui
Indonesia Sneaker Team terhadap respons tersebut, peneliti melihat
sneaker culture di Amerika merupakan adanya ambisi dalam menggapai
sebuah cara ataupun strategi dalam tujuan tertentu ketika beraktivitas pada
mengukuhkan narasi identitas urban ruang-ruang publik. Pembangunan
pada masyarakat di Jakarta. Sehingga, ruang privat untuk publik merupakan
melalui sneakers dan aktivitas yang pembangunan bagi arena gaya hidup
mereka lakukan dapat memproduksi (Damsyar & Indrayani, 2018, hal.
status sosial, posisi, maupun 211). Anggari (2017, hal. 68)
konstruksi identitas yang ada pada mengatakan bahwa gaya hidup pada
pertarungan sosial dalam kontestasi ruang lingkup kota merupakan aspek
kultural arus budaya urban. konsumerisme, yakni individu
membeli gaya hidup sehingga ia
Dalam setiap event sneakers ‗tampak berbeda‘ dari individu yang
yang peneliti datangi ramai dengan lainnya. Maka, ruang publik
hadirnya individu-individu yang selanjutnya akan dilihat sebagai
merupakan bagian dari sneakers medium pada aktivitas produksi gaya
culture itu sendiri. Individu-individu hidup dalam pembentukan identitas
tersebut secara mayoritas berusia 14- urban. Dalam konteks ini, ruang publik
40 Tahun, baik laki-laki maupun dilihat sebagai ranah dalam
perempuan. Antusiasme masyarakat mempresentasikan gaya hidup yang
dalam setiap event sneakers dapat dimiliki oleh komunitas Indonesia
dilihat melalui banyaknya pengunjung Sneaker Team. Selama peneliti
yang menghadiri event tersebut. mengikuti anggota komunitas
Terhitung, dalam semua event peneliti Indonesia Sneaker Team dalam
hadiri bisa didatangi oleh minimal berbagai kegiatan, peneliti melihat
2000 pegunjung tiap event. Terlebih gaya hidup yang dipresentasikan pada

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ruang publik tidak terbatas pada gaya tersebut diwujudkan melalui


hidup konsumerisme—bagaimana konstruksi identitas diri yang ekslusif,
mereka mengonsumi sneakers dan menunjukkan keberbedaan dengan
simbol-simbol didalamnya, melainkan masyarakat umum secara individu
gaya hidup untuk menghabiskan waktu maupun kelompok. Pembedaan ini
luang dengan gathering, nongkrong, dapat dilihat secara kasat mata melalui
ataupun aktivitas PAHI. Gaya hidup bagaimana cara berpakaian dan
menghabiskan waktu luang ini preferensi sneakers yang mereka beli
selanjutnya disebut sebagai leisure atau gunakan. Akan tetapi, terjadi
time. sebuah fenomena yang unik yang
mana meskipun anggota komunitas
Leisure atau waktu luang dapat Indonesia Sneaker Team melakukan
didefinisikan secara beragam, pembedaan identitas, mereka masih
beberapa diantaranya leisure as a time, tetap mengkonsumsi barang yang sama
as activity, as an end of itself or state dengan masyarakat umum lainnya,
of being, as an all embracing, dan yakni sneakers.Terdapat dualisme
leisure as a way of living (Torkildsen, identitas yang terjadi pada anggota
2005). Namun definisi tersebut saling komunitas Indonesia Sneaker Team,
berkaitan anatara satu dan lainnya yakni ketika mereka sedang berkumpul
yang memungkinkan leisure dapat bersama anggota lainnya dan ketika
dilihat sebagai sebuah keluangan mereka secara individu berpisah.
waktu, namun disaat yang bersamaan Adanya rasa kepercayaan diri yang
juga dapat dilihat sebagai sebuah lebih tinggi ketika komunitas
aktivitas ataupun cara hidup. Salah berkumpul pada suatu ruang publik
satu kegiatan yang dilakukan oleh dan menunjukkan bahwa mereka lah
komunitas Indonesia Sneaker Team sekumpulan individu yang
dalam konteks leisure as a way of berpenampilan menarik dengan
living adalah ketika mereka berkumpul sneakers yang bermacam-macam pula.
dan menghabiskan waktu berjam-jam Sedangakan ketika berpisah dan
dalam acara perilisan sneakers menjalani aktivitas secara individu
tertentu. Jika dilihat melalui gaya peneliti tidak melihat adanya rasa
hidup leisure time yang memanfaatkan kenyamanan dalam
keluangan waktu, komunitas Indonesia mengkonstruksikan identitas mereka
Sneaker Team pun melakukan yang termanifestasikan melalui
aktivitas mempresentasikan dirinya sneakers tersebut. Akan tetapi, pada
secara tidak langsung. saat mereka bergerak secara individu,
media sosial menjadi sarana utama
KESIMPULAN untuk tetap terhubung kepada sesama
anggota, sehingga kepercayaan diri
Komunitas Indonesia Sneaker dalam melakukan konstruksi identitas
Team melakukan upaya pembentukan tidak berhenti disana.
identitas pada masyarakat urban
melalui sneakers yang dikenakan. Hal

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Komunitas Indonesia Sneaker masyarakat urban yang saat ini secara


Team secara individu maupun massif menggunakan sneakers.
kelompok menolak untuk disamakan Perlawanan tersebut tebukti dalam
dengan masyarakat urban yang ada di praktik-praktik sosial oleh komunitas
Jakarta dalam konteks penggunaan Indonesia Sneaeker Team yang
sneakers. Meskipun pada saat ini tren memiliki kekhususan atau ciri khas
fashion mengarahkan masyarakat tersendiri. Komunitas Indonesia
untuk membeli dan mengenakan Sneaker Team melakukan gaya hidup
sneakers sebagai gaya hidup, sehingga diferensiasi, yang mana tetap
menjadi budaya massa, komunitas mengikuti arus budaya mainstream—
Indonesia Sneaker Team selalu mengonsumsi sneakers, dan
mencari cara maupun strategi untuk membangun identitas diri yang
tetap menjadi berbeda, ekslusif, dan berbeda dari masyarakat lainnya.
memiliki apa yang masyarakat tidak Mereka pun beranggapan bahwasanya
miliki, yakni nilai-nilai simbolis dalam individu yang keren adalah individu
sneakers yang mereka kenakan. Hal yang mampu membedakan dirinya
tersebut membuat gaya hidup yang dengan masyarakat umum dengan
ditampilkan oleh komunitas Indonesia menggunakan modal yang sama, yakni
Sneaker Team menjadi dinamis atau sneakers. Komunitas Indonesia
cair, karena tidak ingin terjebak pada Sneaker Team tidak hanya melakukan
suatu tren yang dijalani oleh kelompok konstruksi identitas melalui sneakers
masyarat urban itu sendiri. Sehingga yang mereka kenakan, melainkan
aktivitas reproduksi budaya berjalan peneliti melihat konstruksi identitas
dengan intensitas tinggi melalui lebih banyak dibentuk oleh gaya hidup
sebuah kontestasi, dimana komunitas yang ada pada sneakers game, yakni
Indonesia Sneaker Team ingin menjadi gaya hidup konsumtif. Gaya hidup
ekslusif melalui sneakers yang mereka konsumtif ini ditunjukkan melalui
kenakan, sementara masyarakat umum aktivitas jual-beli sneakers yang ada
melihat sneakers sebagai alat untuk pada retail toko maupun media sosial
menjadikan mereka kaum yang urban. komunitas Indonesia Sneaker Team.
Namun, apa yang mereka konsumsi
Meskipun sneakers culture bukan hanya sneakers secara
pada saat ini menjadi budaya massa, fungsional, melainkan nilai-nilai yang
komunitas Indonesia Sneaker Team terkandung didalamnya. Salah satu
secara konsisten tidak mau untuk contohnya adalah Dede, sebagai
terlibat, bahkan cenderung resisten anggota Indonesia Sneaker Team
terhadap budaya tersebut dan membeli sebuah sneakers dengan
bersikukuh mengenai identitas diri harga Rp. 130.000.000., yang mana di
mereka yang termasuk dalam sub- Indonesia hanya tiga orang yang
kultur. Dalam konteks ini, identitas memilikinya. Hal tersebut juga
sub-kultur yang dimunculkan merupakan sebuah dampak dari
merupakan sebuah perlawanan adanya komodifikasi yang terjadi pada
terhadap dominasi simbolik pada sneakers, sehingga sneakers memiliki

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkembangan nilai-nilai yang Chaney, D., 1996. Lifestyle:


tertanam dalam dirinya. Sneakers Sebuah Pengantar Komprehensif.
dalam konteks ini dibeli tidak hanya Yogyakarta: Jalasutra.
untuk digunakan sebagai alas kaki,
melainkan menjadi sebuah alat atau Damsar & Indrayani, 2018.
modal untuk menunjukkan hegemoni Pengantar Sosiologi Pasar. Jakarta:
yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Prenadamedia Group.
Media sosial bagi komunitas Indonesia
Sneaker Team memiliki peran yang Evers, H.-D. & Korff, R., 2002.
cukup signifikasn dalam konstruksi Urbanisme di Asia Tenggara. Jakarta:
identitas dan reproduksi budaya. Yayasan Obor Indonesia.
Melalui media sosial, identitas tidak
hanya diartikulasikan melalui sneakers Finklestein, J., 2007. The Art of
yang mereka kenakan dan juga Self Invention: Image and Identity in
bagikan dalam bentuk konten. Peneliti Popular Visual Culture. London: I.B
melihat adanya upaya pembedaan diri Taurus.
melelui identitas yang mereka ciptakan
Giddens, A., 1991. Modernity
dalam wujud pengetahuan yang lebih
and Self-Identity: Self and Society in
luas mengenai sneakers, yang mana
the late Modern Age. Cambridge:
dapat dilihat melalui unggahan yang
Polity Press.
ada pada media sosial dengan hastag
#ISTReview. Heard, N., 2015. Sneakers. 3rd
ed. London: Carlton Book Limited.
DAFTAR PUSTAKA
Hujatnikajennong, A. et al.,
Anggari, G. Z., 2017.
2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori
Representasi Gaya Hidup Kaum
dan Realitas. Bandung: Jalasutra.
Urban di Surabaya pada Arsitektur
Kafe Calibre Coffe Roasters dan Iriantara, Y., 2004. Manajemen
Historica Coffe & Pastry (Sebuah Strategis Public Relation. Jakarta:
Analisis Semiotika melalui Desain Ghalia.
Arsitektur Kafe)-Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga. Kamanto, S., 2000. Pengantar
Sosiologi. 2nd ed. Jakarta: Lembaga
Anggrian, M. & Nur, L. S., Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
2018. Komodifikasi Hijab dalam Indonesia.
Budaya Visual di Indonesia..
PRABANGKARA: Jurnal Seni Rupa Koeswinarno, 2004. Hidup
dan Desain, 22(1), pp. 1-8. sebagai waria. Yogyakarta: LkiS.
Bourdieu, P. & Wacquant, L., Krisdianto, N., 2014. Pierre
1992. An nvitation to Reflexive Bourdieu, Sang Juru Damai. Kanal,
Sociology. Cambridge: Polity Press. 2(2), pp. 107-206.

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lee, Y., 2006. Social Influence Rutherford, J., 1990. A Place


on Technology Acceptance Behavior: Called Home: Identity and the Cultural
Self-Identity Theory Perspective. Politics of Difference. In: J.
DATABASE for Advances in Rutherford, ed. Identity: Community,
Information System, Volume 37, pp. 2- Culture, Difference. London:
3. Lawrence & Wishart, pp. 9-27.

Littlejohn, S. & Foss, K., 2005. Stets, J. E. & Burke, P., 2000.
Theories of Human Communication. Identity Theory and Social Identity
9th ed. Canada: Thomson and Theory. s.l.:American Sociological
Wadsworth. Association.

Mercer, K., 1990. Welcome to Torkildsen, G., 2005. Leisure


the Jungle: Identity and Diversity in and Recreation Management. Inggris:
Postmodern Politics. In: J. Rutherford, Routledge.
ed. Identity: Community, Culture,
Difference. London: Lawrence & Walker, J. & Piliang, Y., 2010.
Wishart, pp. 43-71. Desain, Sejarah, Budaya: Sebuah
pengantar komprehensif. Jakarta:
Nugrahaeni, P., 2003. Jalasutra.
Perbedaan Kecenderungan Gaya
Hidup Hedonis pada Remaja ditinjau Weeks, J., 1990. A Place
dari Lokasi Tempat Tinggal - Skripsi. Called Home: Identity and the Cultural
Surabaya: FISIP Unair. Politics of Difference. In: J.
Rutherford, ed. Identity: Community,
Ritzer, G. & Goodman, D. J., Culture, Difference. London:
2010. Teori Sosiologi: Dari Teori Lawrence & Wishart, pp. 88-100.
Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Muthakir Teori Sosial Wirth, L., 1938. Urbanism as a
Postmodern. Yogyakarta: Kreasi way of life. In: The american journal
Wacana. of sociology. Chicago: The University
of Chicago Press, pp. 1-24.

JURNAL SNEAKER CULTURE: STUDI... HUTAMA PRA RAKA ATMAJA

Anda mungkin juga menyukai