berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir pada tanggal 23 Agustus 1926 di San
sosial dan antropologi, Clifford Geertz mengenyam pendidikan tinggi dan menerima gelar
sarjana dalam bidang filsafat dari Antioch College, Ohio pada tahun 1950 (Effendi, 2020).
tahun kedua studinya di Harvard University, Geertz bersama isterinya yakni Hildred,
melakukan perjalanan ke Pulau Jawa dan tinggal di sana selama dua tahun untuk
mempelajari masyarakat multiagama, multiras yang cukup kompleks di suatu kota kecil
yang dikenal dengan nama samaran – Mojokuto (Laila, 2017). Pada tahun 1956, Geertz
ditugaskan untuk melayani Angkatan Laut Amerika Serikat selama Perang Dunia II.
dan kajian perbandingan negara-negara baru. Ia juga pernah mengajar sebagai professor
Advanced Study. Pada tahun 2000, Geertz pensiun dari Institute for Advanced Study,
besarnya (Effendi, 2020). Clifford Geertz terkenal dan popular di Indonesia sebagai
antropolog yang memberikan banyak kontribusi dan pemikiran hebat dalam antropologi
budaya setelah melakukan penelitian di Jawa dan Bali. Penelitian tersebut menghasilkan
pertama Indoesianis yang menaruh perhatian besar terhadap perkembangan dan isu-isu
social-budaya yang terjadi di Indonesia. Geertz telah berdedikasi selama 10 tahun lebih
dalam penelitian lapangan (di Jawa, Bali, dan Maroko) dan 30 tahun digunakannya untuk
karya-karya yang lahir dari sosok Clifford Geertz yaitu The Interpretation of Cultures,
Local Knowledge, Works and Lives: The Anthropologist as Author, After The Fact: Two
Countries, Four Decades, One Anthropologist, The Religion of Java, Peddlers and
Princes, The Social History of an Indonesian Town, Kinship in Bali, Negara: The Theater
2. Perbedaan teori symbol dari para ahli antropologi inggris (Douglas, Turner, etc)
dengan teori symbol dalam tafsir kebudayaan Geertz? Jelaskan letak perbedaannya
Tokoh yang mempopulerkan Victor Turner (Sahar, 2019) Clifford Geertz (Geertz,
1977)
Sanders, 2014)
Moore, 2009).
memperkenalkan tiga
konsep yang
mencerminakan, yaitu:
(Nasruddin, 2011)
Dalam teori simbolik yang dipopulerkan oleh Victor Turner memiliki ciri-ciri,
yaitu: 1) Multivokal, simbol itu mempunyai banyak arti, menunjuk pada banyak hal,
pribadi atau fenomena; 2) Polariasi, simbol mempunyai banyak arti, maka ada arti
mesti dilihat sebagai sesuatu yang menyatu antara hidup sosial, kultural dan religius
juga menunjuk tiga dimensi arti simbol, yaitu pertama eksegetik, arti simbol yaitu
cakupan penafsiran yang diberikan oleh informan asli kepada peneliti, sehingga
interpretasi harus digolongkan menurut ciri sosial dan kualifikasi informan
penafsiran yang bersifat verbal, tetapi apa yang ditunjukan kepada pengamat dan
peneliti [observasi], dan ketiga, dimensi posisional, bahwa simbol-simbol itu berelasi
dengan simbol lain, jadi pada hubungan dengan simbol ritual tertentu ditekankan,
sementara pada saat yang lain malah tidak ditekankan sama sekali. Jadi pada
hakikatnya simbol tidak berdiri sendiri melainkan terikat dalam kesatuan kebudayaan
(Sahar, 2019).
dihubungkan dengan konsep simbolik untuk mencari sebuah makna. Oleh sebab itu
untuk mencari sebuah makna dari kebudayaan seseorang harus menggunakan simbol.
Konsep yang terdapat dalam teori interpretaif simbolik ada tiga. Pertama, kebudayaan
sebagai system kognitif atau pengetahuan (mode of), kebudayaan merupakan sesuatu
yang dilihat atau dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai sesuatu
yang nyata. Kedua, kebudayaan sebagai sistem nilai atau evaluatif (mode for),
sebagai sistem simbol, kebudayaan dalam hal ini sebagai sesuatu yang tidak berada di
dalam batin manusia, tetapi yang berada di antara para warga sebagai sesuatu yang
harus “dibaca” atau “ditafsirkan”. Melalui makna sebagai suatu instansi pengantara,
maka sebuah simbol dapat menerjemahkan pengetahuan menjadi nilai, dan juga dapat
Keterbatasan apa yang dihadapi Ketika kita melakukan penelitian etnografi dan
menggunakan teori tafsir kebudayaan? Hal apa saya yang menjadi keunggulan
Pendekatan tafsir kebudayaan dikritik bahwa sisi pragmatic pendekatan ini lebih
banyak dipengaruhi oleh seni dan humanitas dari pada ilmu-ilmu alamiah, sehingga
validitas dari eksplanasi interpretative dinilai lemah dan tidak memenuhi standar ilmiah
konsisten, koheren, dapat direplikasi, dapat dibuktikan, maka validitas interpretatif ini
dinilai memenuhi standar ilmiah (Harris, 1974). Kelemahan pendekatan tafsir kebudayaan
yaitu kurang memiliki pedoman teoritis dan metodologis yang eksplisit. Sehingga
terdapat permasalahan yang mencakup masalah replikabilitas dan masalah verifikasi yang
menjadi kelemahan metodologis pendekatan ini. Para pakar juga menyarankan untuk
dari pendekatan tafsir kebudayaan yang dikemukakan oleh Geertz. Pendekatan tafsir
kebudayaan yang ditawarkan oleh Geertz bersifat interpretative, yaitu sebuah konsep
maknanya daripada sebagai suatu pola perilaku yang sifatnya kongkrit. Dengan demikian,
variasi kebudayaan dapat dijelaskan secara menyeluruh (H. L. Moore & Sanders, 2014).
jaringan makna symbol yang dalam penafsirannya pelu dilakukan suatu pendeskripsian
yang sifatnya mendalam (thick description). Sejalan dengan hal tersebut, Geertz
menjelaskan bahwa tafsir budaya dalam konsep kebudayaan simbolik adalah suatu
mengetahui variasi kebudayaan secara kongkrit dan memahami makna terkandung yang
tafsir kebudayaan. Kedua, masalah verikfikasi, dimana kita harus memastikan resistensi
terhadap artikulasi konseptual dan metode-metode sistematik penilaian yang menjadi isu
antropologi kebudayaan dan strategi menemukan eksplanasi kausal bagi perilaku manusia
menjadi strategi untuk menemukan interpretasi dan makna dalam tidakan manusia.
dengan menelaah dan memahami makna yang sesungguhnya. Inilah yang menjadi
keunggulan paradigm tafsir kebudayaan, dimana kebudayaan dipandang lebih luas dan