Disusun Oleh :
Nama :
Mariana (2019015633)
Rafi..
1. KONSEP DASAR KONSELING LINTAS BUDAYA
Isu-isu tentang antar atau lintas budaya yang disebut juga multibudaya
meningkat dalam decade 1960-an yang selanjutnya melatari kesadaran bangsa
amerika pada decade 1980-an. Namun rupanya kesadaran itu disertai dengan
kemunculan kembali sikap-sikap rasialisasi yang memecah belah secara meningkat
pula (Hansen,L.S., 1997:4) Hal ini menjelaskan pandangan bahwa dibutuhkan
pendekatan baru untuk kehidupan pada abad-21, baik yang melingkup pendidikan
bagi orang biasa maupun professional dalam bidang lintas serta keragaman budaya.
Pendidikan yang dimaksud hendaknya menegaskan dimensi-dimensi keragaman dan
perbedaan, dengan kata lain kecenderungan pendidikan berwawasan lintas budaya
yang sangat diperlukan untuk manusia abad 21. Pertama kehidupan demokratisasi
yang di tunjukkan dengan kesadaran akan hak asasi yang semakin meningkat pada
setiap lapisan masyarakat. Kedua, transparansi sebagai dampak dari perkembangan
jenis media dan informasi yang semakin beragam yang menuntut kemampuan
memproses dan memproduksi secara cerdas. Ketiga, efesiensi dalam pemanfaatan
waefesiensi dalam pemanfaatan waktu yang menuntut manusia untuk pandai
membuat keputusan dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
penaksiran serta penerimaan resiko dari setiap keputusan secara bertanggung jawab.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memicu lajunya
perkembangan peradaban manusia, yang berdampak pada mobilitas penduduk,
modal, nilai dan ideologi dsb. dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Akibatnya, tercipta suatu pemukiman dengan beragam budaya. Keragaman
budaya ini pada kondisi normal dapat menumbuhkan keharmonisan hidup, namun
dalam kondisi bermasalah dapat menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi dan
penyesuaian antar budaya.
Adanya keragama budaya merupakan realitas hidup, yang tidak dapat
dipungkiri mempengaruhi perilaku individu dan seluruh aktivitas manusia, yang
termasuk di dalamnya adalah aktivitas konseling. Karena itu, dalam melakukan
konseling, sangat penting untuk mempertimbangkan budaya yang ada.
Namun, dalam kenyataannya, kesadaran budaya dalam praktek konseling
masih sangat kurang. Hal ini sangat berbahaya konseling yang tidak
mempertimbangkan budaya klien yang berbeda akan merugikan klien. Menurut
Freire, pendidikan yang tidak melihat budaya klien adalah pendidikan yang
menindas. Kesadaran budaya harus menjadi tujuan pendidikan, termasuk konseling
yang lebih mengena.
Kata etnis berasal dari kata ethnos yang dalam bahasa Yunani berarti“masyarakat”
(Abdullah, 2005: 193). Etnis adalah golongan masyarakat yang didefinisikan secara sosial
berdasarkan berbagai macam karakteristik kulturnya.Etnisitas atau kesukubangsaan
(Tumanggor, 2010: 110) selalu muncul dalam konteksinteraksi sosial pada masyarakat
majemuk. Dalam proses sosial kelompok etnik akanmemanfaatkan atribut-atribut sosial-
budaya yang dimiliki untuk mencapai tujuantertentu..Kelompok etnis dalam masyarakat
terbagi menjadi dua yaitu:
3. Kelompok minoritas menurut Louis Wirth (1945) diartikan sebagaikelompok yang karena
memiliki karakteristik fisik dan budaya yang sama,kemudian ditujukan kepada orang lain
dimana mereka hidup dan berada. Sebuahstudi minoritas mengajarkan kepada kita bahwa
setiap negara memiliki kelompokkecil yang disebut minoritas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok minoritas memiliki perbedaan baikdari segi budaya,
fisik, kelas sosial, ekonomi yang termarginalisasi oleh kelompokmayoritas. Brigjen Tedy
Jusuf menyebutkan dalam bukunya.